Disusun oleh :
Ni Made Esta Mariani
2015.02.026
Ni Putu Kusumawardani
2015.02.027
Banyuwangi, September
2018
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan Depkes RI
(2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari :
Menurut Butler dan Lewis (1983) serta Aiken (1989) terdapat berbagai
karakteristik lansia yang bersifat positif. Beberapa di antaranya adalah:
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah
e. Tipe bingung
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe independen
(ketergantungan), tipe defensife (bertahan), tipe militan dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe
putus asa (benci pada diri sendiri).
a. Teori biologis
3) Teori stres
b. Teori psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula
dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang
efektif. Adanya penurunan dan intelektualitas yang meliputi
persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia
lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan
berinteraksi.
c. Teori sosial
3) Teori aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses
bergantung bagaimana seorang lansia merasakan
kepuasan dalam melakukan aktivitas serta
mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting
dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang
dilakukan.
4) Teori kesinambungan
5) Teori perkembangan
7) Teori spiritual
Bila penuaan banyak dipengaruhi oleh fakor eksogen, yaitu lingkungan, sosial
budaya, gaya hidup disebut penuaan sekunder. Penuaan itu tidak sesuai dengan
kronologis usia dan patologis. Faktor eksogen juga dapat memengaruhi faktor
endogen sehingga dikenal dengan faktor risiko.Faktor risiko tersebut yang
menyebabkan terjadinya penuaan patologis (patogical aging).
2. Perubahan-perubahan mental
a . Pensiun
Pensiun sering dikaitkan secara salah dengan kepasifan dan pengasingan, dalam
kenyataanya pensiun adalah tahap kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi
dan perubahan peran yang dapat menyebabkan stress psikososial. Stres ini
meliputi perubahan peran pada pasangan atau keluarga dan masyarakat isolasi
sosial. Perencanaan pra pensiun sebaiknya pada usia baya dan esensial pada usia
baya akhir. Seseorang yang merencanakan aktivitas pensiun juga mempunyai
dampak pasangan. Contohnya ketegangan dapat terjadi karena adanya perubahan
peran dan dukungan serta karena ibu rumah tangga mungkin merasa beban
pekerjaan bertambah. Faktor paling kuat yang mempengaruhi kepuasan hidup
seorang pensiun adalah status kesehatan, pilihan untuk terus bekerja, pendapatan
yang cukup.
b. Isolasi Sosial
Banyak lansia mengalami isolasi sosial yang meningkat sesuai dengan usia.Tipe
isolasi sosial yaitu sikap, penampilan, perilaku, dan geografi.
c. Isolasi Sikap
Isolasi sikap terjadi karena nilai pribadi atau budaya. Lansiaisme adalah sikap
yang berlaku yang mentigmatisasi lansia. Suatu bias yang dan meningkat lansia.
Karena itu isolasi sosial sikap terjadi ketika lansia tidak secara mudah diterima
dalam interaksi sosial karena bias masyarakat. Seiring lansia semakin ditolak,
harga diripun berkurang, sehingga usaha bersosialisasi berkurang.
d. Isolasi Penampilan
Isolasi penampilan diakibatkan oleh penampilan yang tidak diterima atau faktor
lain yang termasuk dalam penampilan diri sendiri pada orang lain. Faktor
kontribusi lain adalah citra tubuh, hygiene, tanda penyakit yang terlihat dan
kehilangan fungsi. Seseorang disolasi kerena penolakan oleh orang lain atau
karena sedikit interaksi yang dapat dilakukan akibat kesadaran diri.
e. Isolasi Perilaku
Diakibatkan oleh perilaku yang tidak dapat diterima pada semua kelompok usia
dan terutama pada lansia, perilaku yang tidak diterima secara sosial menyebabkan
seseorang menarik diri.
f. Isolasi Geografis
Terjadi karena jauh dari keluarga, kejahatan di kota dan karier institusi. Dalam
masyarakat kini yang suka berpindah, umumnya anak hidup sangat jauh dari
orang tuanya. Sehingga kesempatan untuk yang mempunyai keterbatasan fisik
atau mengalami kematian pasangannya (Potter&Perry, 2005)
2.2.1 ANATOMI
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya
terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri
pada linea midclavicular.
2) Bawah : diafragma
3) Setiap sisi : paru
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri
terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot:
aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari
jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil
memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada
suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung
ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki banyak sekali
cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu
arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm (0,16 inci) saat mereka mencapai
jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih kecil kira-kira 30 µm. Fungsi
arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan. Arteri
ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari
3 lapisan yaitu :
1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah
dan
2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya
elastic
c. Arteriol
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung
dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang
membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri dari
suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil
hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat
makanan yang terdapat di usus, alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan
vena.
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga
sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel
sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak
langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan.
Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe
ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan
jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai
organ, terutama dalam vili usus.
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh
gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara
sempurna satu sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau alat-alat
tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan
vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut
venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor
kecuali vena pulmonalis, mempunyai dinding tipis, mempunyai katup-katup
sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.
2.2.2 DEFINISI
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada
populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg ( Smeltzer, 2001).
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi
dan tensi yang artinya tekanan darah. Menurut American Society of
Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau
kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari
kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
2.2.3 KLASIFIKASI
1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
1. Hipertensi Emergensi
2. Hipertensi Urgensi
2.2.4 ETIOLOGI
3. Stress Lingkungan.
1. Hipertensi Primer
2. Hipertensi Sekunder
2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
6. Sukar tidur
8. Nokturia
9. Azotemia
2..2.10 KOMPLIKASI
2.2.11 PENATALAKSANAAN
4. Menghentikan merokok
5. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan
dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
6. Edukasi Psikologis
a. Tehnik Biofeedback
b. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan).
2.2.12 PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer
2. Pencegahan sekunder
d. Batasi aktivitas.
Diit Hipertensi
a. Sumber kalori
(beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula).
a. Buah Belimbing
b. Daun Seledri
c. Bawang Putih
e. Avokad
g. Semangka
h. Mentimun
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
a. Faktor Endogen
Faktor endogen yaitu faktor bawaan (faktor keturunan) yang
berbeda pada setiap individu. Faktor inilah yang mempengaruhi
perbedaan efek menua pada setiap ondividu, dapat lebih cepat atau
lebih lambat.
b. Faktor Eksogen
a. Perubahan Fisik
1) Sel
Lebih sedikit jumlahnya
Lebih besar ukurannya
Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler.
Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan
hati.
Jumlah sel otak menurun.
Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5 – 10 %
2) Sistem Persarafan
Cepatnya menurun hubungan persarafan
Lambat dalam responden waktu untuk bereaksi, khususnys
dalam Stres.
Mengecilnya saraf panca indra.
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya saraf penciuman dan rasa, lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin.
Kurangnya sensitive terhadap sentuhan.
3) Sistem Pendengaran
resbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya
kemampuan (daya) dengar pada telinga dalam terutama
terhadap bunyi suara atau nada – nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas 50 % terjadi pada usia diatas 65 tahun .
Membran timpani menjadi atropi
Terjadi pengumpulan cerumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
Pendengaran menurun pada lansia yang menderita penyakit.
4) Sistem Penglihatan
Sfingter pupil timbul skerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar.
Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
Kekeruhan pada lensa menjadi katarak, menyebabkan
gangguan.
Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat pada
keadaan gelap.
Hilangnya daya akomodasi.
Menurunnya lapang pandang.
Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau
5) Sistem Kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun
Katup jantung menjadi menebal
Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer.
6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Tempratur tubuh menurun secara fisiologik, akibat
metabolis yang menurun.
Keterbatasan refleks meninggi dan tidak dapat
memproduksi Panas yang banyak sehingga terjadi
rendahnya aktivitas otot.
7) Sistem Respirasi.
Paru – paru kehilangan elastisitas ; kapasitas residu
meningkat menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan
maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
Menurunnya aktivitas dari silia.
Kemampuan untuk batuk berkurang
8) Sistem Gastrointestinal.
Kehilangan gigi
Indra pengecap menurun, hilangnya sensitifitas dari
pengecap terutama rasa asin
Lambung ; sensitifitas lapar menurun Peristaltik menurun
dan biasanya timbul konstipasi.
9) Sistem Genitourinari
Ginjal : merupakan alat mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, melalui urin darah yang masuk disaring oleh satuan
unit terkecil yang disebut Nefron, nefron akan mengecil dan
menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%,
fungsi tubulus berkurang akibatnya: kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, proteinuria
(biasanya + 1), nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat.
Vesika Urinaria : otot menjadi lemah, frekuensi buang air
seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada
pria lanjut usia sehingga meningkatnya resistensi urin.
Pembesaran prostat.
Atrofi Vulva.
10) Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun
Menurunnya aktivitas tiroid.
Menurunnya produksi aldosteron.
Menurunnya sekresi hormon kelamin; estrogen,
progesterone dan testeron.
11) Sistem Kulit
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan
lemak.
Permukaan kulit kasar dan bersisik.
Menurunnya respon terhadap trauma.
Gangguan pigmentasi kulit.
Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan
vasikularisasi.
Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
Kuku menjadi pudar kurang bercahaya.
Kelenjar keringat berkurang dan fungsinya.
12) Sistem Muskulosletal
Tulang kehilangan densyti ( cairan ) dan makin rapuh.
Kifosis.
Discus invetebralis menipis dan menjadi pendek.
Persendian membesar dan menjadi kaku.
Tondon mengerut dan mengalami skelorosis.
Atrofi serabut otot, sehingga pergerakan menjadi lambat,
tremor
b. Perubahan Psikososial
1). Pensiun
Pensiun sering dikaitkan secara salah dengan kepasifan
dan pengasingan. Dalam kenyataannya, pensiun adalah tahapan
kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan perubahan
peran yang dapat menyebabkan stres psikososisl
2.2.2 DEFINISI
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah
sistoloik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90
mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit
jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin
besar resikonya. (Sylvia A. price) dikutip dalam buku NANDA
NIC-NOC
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Terdapat perbedaan tentang batasan tentang hipertensi seperti
diajukan oleh kaplan (1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45
tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah waktu berbaring
diatas atau sama dengan 130/90mmhg, sedangkan pada usia lebih
dari 45 tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95
mmhg. Sedangkan pada wanita tekanan darah diatas sama dengan
160/95 mmhg. Hal yang berbeda diungkapkan TIM POKJA RS
Harapan Kita (1993:198) pada usia dibawah 40 tahun dikatakan
sistolik lebih dari 140 mmhg dan untuk usia antara 60-70 tahun
tekanan darah sistolik 150-155 mmHg masih dianggap normal.
Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik
lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih besar
dari 90 mmHg ditemukan dua kali atau lebih pada dua atau lebih
pemeriksaan yang berbeda. (JNC VI, 1997).
Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah
dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau diastolik
lebih dari 90 mmhg.
2.2.3 KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
yaitu:
1) Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang
mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas,
susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari
eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2) Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler
renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
2.2.4 ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik (idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan
cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
2.2.11 PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang
berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat : Terapi tanpa obat digunakan sebagai
tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif
pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi
:
a) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5
gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
b) Penurunan berat badan
c) Penurunan asupan etanol
d) Menghentikan merokok
e) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah
yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga
yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga
yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara
60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan
berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik
5 x perminggu
f) Edukasi Psikologis
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai
keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap
tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat
belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
2.2.12 PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-
rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro),
tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk
menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes
Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi
rendah garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan
obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada
pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat
terkontrol secara normal dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus
dikontrol.
d. Batasi aktivitas.
2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
Menurut Doenges, (2004:41-42) dan mengemukakan bahwa
pengkajian pasien hipertensi meliputi:
a. Aktifitas & istirahat meliputi kelemahan, keletihan, nafas pendek,
frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
b. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung
coroner, episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah,
tekhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar ,S3 dan
S4.
c. Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah
,otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan
pola bicara.
d. Eliminasi meliputi Riwayat penyakit ginjal
e. Makanan /cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang
mengandung tinggi garam, linggi lemak, dan kolesterol, mual,
muntah, perubahan berat badan, riwayat penggunaan obat diuritik,
adanya edema.
f. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit
kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh,
gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur) ,epitaksis.
g. Nyeri /ketidak nyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada
tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri
dada.
h. Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan
atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat Bantu
pernafasan, bunyi nafas tambahan ,sianosis
i. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi
postural.
j. Pembalajaran/penyuluhan dengan adanya factor- factor resiko
keluarga yaitu arteriosclerosis, penyakit jantung, DM, penyakit
ginjal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload/ vasokonstriksi/ iskemi miokard/ hipertrophi ventrikel
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh/
suplai dan kebutuhan oksigen tidak seimbang
c. Gangguan rasa nyaman sakit kepala berhubungan dengan
kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral
d. Gangguan nutrisi lebih dari kebutuhan berhubungan dengan intake
makanan berlebihan/ gaya hidup sedentary
e. Koping pasien tidak efektif berhubungan dengan krisis
situasional/ maturitas/ perubahan hidup yang multiple/ kurang
relaksasi/ tidak melakukan olah raga/ nutrisi krisis buruk/ harapan
tidak tidak terpenuhi/ beban kerja berlebihan/ persepsi tidak
realistis/ metode koping tidak adekuat
3. Intervensi Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload/ vasokonstriksi/ iskemi miokard/ hipertrophi ventrikel
Tujuan : Penurunan curah jantung tidak terjadi
Kriteria hasil :
1) Klien dapat beristirahat dengan tenang
2) Irama dan frekuensi jantung stabil dalam batas normal (80 100
x / menit dan reguler)
3) Tekanan darah dalam batas normal (TD <140/90 mmHg, N =
80 -100x/menit, R = 16 22 x/i, S = 36 -37o
Intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital tiap hari, terutama tekanan darah.
Rasional : perbandingan dari tekanan yang meningkat adalah
gambaran dari keterlibatan vaskuler
2. Observasi warna kulit, kelembapan dan suhu
Rasional : hal-hal tersebut mengidentifikasikan adanya
dekompensasi/penurunan curah jantung
3. Catat adanya edema umum/ tertentu
Rasional : dapat mengidentifikasikan gagal jantung, kerusakan
ginjal dan vaskuler
4. Beri posisi yang nyaman ; meninggikan kepala tempat tidur
Rasional : penurunan resiko peningkatan intrakranial
5. Anjurkan teknik relaksasi ;tarik napas dalam
Rasional : memberikan kenyamanan dan memaksimalkan
ekspansi paru
6. Kolaborasi Pemberian diuretik Vasodilator Pembatasan cairan
dan diet Na
Rasional : mengurangi beban jantung.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh/
suplai dan kebutuhan oksigen tidak seimbang
Tujuan : Aktivitas klien tidak terganggu dengan kriteria hasil
Kriteria hasil :
1) Peningkatan dalam toleransi aktivitas
2) Tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
1. Kaji respon klien terhadap aktivitas
Rasional : menetukan pilihan intervensi selanjutnya
2. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : mengetahui parameter membantu dan mengkaji
respon fisiologi terhadap aktivitas
3. Observasi adanya nyeri dada, pusing keletihan dan pingsan.
Rasional : bila terjadi indikator, keletihan kerja yang berkaitan
dengan tingkat aktivitas
4. Ajarkan cara penghematan energi
Rasional : membantu keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2
5. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas.
Rasional : kemajuan aktivitas terhadap mencegah
meningkatnya kerja jantung tiba-tiba.
Intervensi :
1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : meminimalkan stimulasi/meningkatkan reabsorpsi
2. Berikan kompres dingin, ajarkan teknik relaksasi
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler
serebral dan memblok respon simpatis efektif dan
menghilangkan sakit kepala.
3. Beri penjelasan cara untuk meminimalkan aktivitas
vasokontrisi
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala.
4. Bantu pasien dalam ambulansi sesuai kebutuhan
Rasional : pening/pusing selalu berkaitan dengan sakit kepala
Disusun oleh :
Ni Made Esta Mariani
2015.02.026
Ni Putu Kusumawardani
2015.02.027
NAMA KK : Tn. S
KUNJUNGAN KE : I (satu)
I. Fase Persiapan
1. Latar belakang
Dalam rangka merubah perilaku gerontik yang kurang menunjang
kesehatan karena kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dalam perawatan
kesehatan maka dilakukan pembinaan berupa asuhan keperawatan gerontik.
Dalam memberikan pembinaan askep gerontik maka mahasiswa harus
mengenal lebih dekat kepada gerontik binaan.
Mahasiswa yang mau melakukan pembinaan masih belum saling
kenal antara mahasiswa dan gerontik binaan sehingga akan menyebabkan
kesulitan melakukan interkasi dalam pembinaan askep gerontik, juga
gerontik belum mengetahui tujuan, manfaat pembinaan oleh mahasiswa,
Dalam proses keperawatan gerontik hal yang utama sebelum
melangkah ke intervensi keperawatan dan implementasi keperawatan
kepada gerontik dengan penyakit HIPERTENSI adalah melakukan
pengkajian, untuk mengenal masalah kesehatan gerontik lebih detail dan
dalam maka diperlukan adanya Pengkajian askep gerontik dengan
HIPERTENSI oleh mahasiswa kepada gerontik yang menjadi keluarga
binaan
Untuk menghindari permasalahan – permasalahan tersebut maka
diperlukan adanya perkenalan mahasiswa dengan gerontik yang menjadi
gerontik binaan. Adapun kegiatan perkenalan meliputi :
1) Memperkenalkan identitas mahasiswa dan juga seluruh anggota keluarga
gerontik binaan
2) Menyampaikan tujuan, manfaat pembinaan
3) Menyampaikan kontrak waktu pembinaan dari awal sampai akhir
4) Melakukan pengkajian meliputi data :
1) Data umum, genogram, tipe gerontik, suku bangsa, status
social
2) Pengkajian lingkungan
3) Struktur gerontik
4) Fungsi gerontik
5) Tugas perawatan gerontik
6) Stres dan koping gerontik
7) Riwayat kesehatan gerontik
8) Pemeriksaan fisik
9) Harapan gerontik
2. Analisa situasi.
Mahasiswa sudah mengenal gerontik yang menjadi keluarga
binaan, demikian juga gerontik binaan juga sudah mengenal
mahasiswa pada pertemuan yang pertama ini, mahasiswa dan gerontik
telah sama – sama tau identitas nya, gerontik mengetahui tujuan dan
manfaat dari pembinaan, gerontik mengetahui kontrak waktu selama
pembinaan. Saat ini mahasiswa akan Melakukan pengkajian kepada
gerontik dengan penyakit HIPERTENSI.
3. Tujuan
a. Tujuan umum :
Mahasiswa mampu melakukan perkenalan dengan gerontik binaan
dengan baik
b. Tujuan khusus :
1. Mahasiswa mampu memperkenalkan diri, gerontik juga
memperkenalkan diri
2. Mahasiswa mampu menyampaikan tujuan dan manfaat melakukan
pembinaan askep gerontik dan gerontik dapat memahami yang
disampaikan oleh mahasiswa
3. Mahasiswa mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas kepada
gerontik, dan gerontik dapat menerima kontrak waktu dan ada
kesepakatan bersama untuk melaksanakannya.
4. Mahasiswa mampu mengkaji masalah kesehatan gerontik dengan
HIPERTENSI.
5. Mahasiswa mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas kepada
gerontik, dan keluarga dapat menerima kontrak waktu dan ada
kesepakatan bersama untuk melaksanakannya.
2. Uraian kegiatan
TAHAP WAKTU KEGIATAN MAHASISWA KEGIATAN
GERONTIK
Pembukaan 3-5 menit 3 S (senyum, salam, sapa) Membalas 3 S
(senyum, salam,
sapa )
Isi 20 menit Memperkenalkan Gerontik
identitas mahasiswa mendengarkan
secara detail. Gerontik juga
Mahasiswa memperkenalka
mendengarkan dengan n identitas dari
baik dan seksama masing masing
Mahasiswa melakukan gerontik
pengkajian meliputi data:
Mendengarkan
Data umum, genogram,
tipe gerontik, suku dan memahami
bangsa, status social,
yang
Pengkajian lingkungan,
Struktur erontik, Fungsi disampaikan
gerontik, Tugas
Mendengarkan
perawatan gerontik, Stres
dan koping gerontik, dan
Riwayat kesehatan
gerontik, Pemeriksaan mengklarifikasi
fisik, harapan gerontik yang
disampaikan
Menyampaikan tujuan
dan manfaat dari
melakukan pembinaaan
Menyampaikan kontrak
waktu selama melakukan
pembinaan askep
gerontik
Penutup 3-5 menit Mengevaluasi dan Menyimpulkan Menjawab
yang disampaikan pertanyaan, dan
Menyepakati kegiatan berikutnya Mendengarkan
dan waktu pelaksanaan selnjutnya kesimpulan
(kunjungan berikutnya) Menyetujui
Mengahiri kunjungan
Menyampaikan salam
Menjawab
salam
IV. FASE TERMINASI
1. Resume kegiatan I
a. Mahasiswa dan gerontik sama – sama tau identitas nya
b. Gerontik mengetahui tujuan dan manfaat dari pembinaan
c. Gerontik mengetahui kontrak waktu selama pembinaan
d. Keluarga mengetahui kontrak waktu selama pembinaan yang telah di
setujui pada kunjungan sebelumnya
e. Keluarga telah terkaji seluruh datanya
2. Rencana kegiatan pada kunjungan yang akan datang.
1) Melakukan Analisa data dan Perumusan diagnosa keperawatan gerontik
dari salah satu daiagnosa keperawatan gerontik yang meliputi biologis,
psikososial, social, dan spiritual sebagai berikut:
1. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
2. Gangguan pola tidur b/d kegelisahan
2) Perumusan rencana tindakan askep gerontik sesuai sesuai dengan
diagnosa keperawatan gerontik yang dirumuskan sebelumnya, meliputi:
a. Intervensi keperawatan tentang Nyeri akut b/d peningkatan tekanan
vaskuler serebral
b. Intervensi keperawatan tentang Gangguan pola tidur b/d kegelisahan
PRA PLANING ASKEP GERONTIK
NAMA KK :Tn. S
KUNJUNGAN KE : II (dua)
V. FasePersiapan
1. LatarBelakang
2. Analisasituasi.
Mahasiswasudahmengenalgerontik yang
menjadikeluargabinaan,
demikianjugagerontikbinaanjugasudahmengenalmahasiswa. Pada
pertemuan sebelumnya (pertemuan I/ Perkenalan dengan gerontik)
mahasiswa dan gerontik telah sama – sama tau identitas nya, gerontik
mengetahui tujuan dan manfaat dari pembinaan, gerontik mengetahui
kontrak waktu selama pembinaan. Saat ini mahasiswa akan
Melakukanpengkajian kepada gerontik dengan penyakit
HIPERTENSI.
3. Tujuan
c. Tujuanumum :
Mahasiswamampumelakukanpengkajiandengankeluargabinaandeng
anbaik
d. Tujuankhusus:
1) Mahasiswa mampu mengkaji masalah kesehatan gerontik
dengan HIPERTENSI.
2) Mahasiswamampumenyampaikankontrakwaktu yang
jelaskepadagerontik,
dankeluargadapatmenerimakontrakwaktudanadakesepakatanber
samauntukmelaksanakannya.
VI.FASE PENDAHULUAN
Tujuankunjungan :
a. Mahasiswa mengexplorasi pengkajian terhadap gerontikbinaan serta
pengkajian pemeriksaan fisik gerontik dengan penyakit HIPERTENSI
melalui data subyektif dan obyektif saat pengkajian berlangsung
b. Mahasiswadapatmelakukan pengkajian askep gerontik dengan baik
VII.FASE KERJA
1. Kegiatan yang dilakukan:
Pengkajianaskepgerontikmeliputi :
1) Menyampaikan kontrak waktu selama melakukan pembinaan askep
gerontik yang telah di setujui pada kunjungan sebelumnya.
2) Melakukanpengkajianmeliputi data :
a. Data umum, genogram, tipegerontik, sukubangsa, status social
b. Pengkajianlingkungan
c. Strukturerontik
d. Fungsigerontik
e. Tugas perawatangerontik
f. Stres dan kopinggerontik
g. Riwayatkesehatangerontik
h. Pemeriksaan fisik
i. Harapangerontik
2. Uraiankegiatan
TAHAP WAKTU KEGIATAN MAHASISWA
Pembukaan 3-5 menit 3 S (senyum, salam, sapa)
NAMA KK : Tn. S
KUNJUNGAN KE : II (dua)
6. Tujuan
e. Tujuan umum :
Mahasiswa mampu melakukan Analisa data dan Perumusan diagnosa
keperawatan dengan gerontik binaan dengan baik
f. Tujuan khusus :
6. Mahasiswa mampu menganalisa data dan Perumusan diagnosa
keperawatan keluarga dengan HIPERTENSI.
7. Mahasiswa mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas kepada
keluarga, dan keluarga dapat menerima kontrak waktu dan ada
kesepakatan bersama untuk melaksanakannya.
8. Mahasiswa mampu menentukan prioritas perumusan rencana tindakan
askep gerontik yang menunjang tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
9. Mahasiswa mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas kepada
gerontik, dan gerontik dapat menerima kontrak waktu dan ada
kesepakatan bersama untuk melaksanakannya.
X. FASE PENDAHULUAN
Tujuan kunjungan :
a. Mahasiswa menganalisa data dengan HIPERTENSI meliputi data subyektif
dan obyektif dari hasil pengkajian yang dilakukan sebelumnya
b. Mahasiswa dapat melakukan Perumusan diagnosa keperawatan gerontik
dengan HIPERTENSI meliputi data subyektif dan obyektif dari hasil
pengkajian yang dilakukan sebelumnya
4. Uraian kegiatan
TAHAP WAKTU KEGIATAN MAHASISWA KEGIATAN KELUARGA
Pembukaan 3-5 menit 3 S (senyum, salam, sapa) Membalas 3 S (senyu
salam, sapa )
Isi 30-50 a. Menyampaikan kontrak Mendengarkan dan
menit waktu selama melakukan mengklarifikasi yang
pembinaan askep gerontik disampaikan sesuai kontra
yang telah di setujui pada waktu yang disetujui
kunjungan sebelumnya
Menjawab salam
Mengahiri kunjungan
Menyampaikan salam
Disusun oleh :
Ni Made Esta Mariani
2015.02.026
Ni Putu Kusumawardani
2015.02.027
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta,
EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford:
Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River