Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA KERAJAAN HINDU BUDHA


DI INDONESIA

Disusun oleh
Nama : Nadzim Sabrian
Kelas : X – IIS – 4

SMA NEGERI 66 JAKARTA


Jl. Bango III, RT.7/RW.3, Pd. Labu, Kec. Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 12450

TAHUN AJARAN 2019 / 2020


1.KERAJAAN KUTAI
A.LETAK GEOGRAFIS,TAHUN,PETA
-Kerajaan Kutai atau Kerajaan Kutai Martadipura (Martapura) berada di sungai Mahakam, lebih
tepatnya di kecamatan Muarakaman, Kutai, Kalimantan Timur.
-Berdiri sekitar abad ke-14 M, wilayahnya cukup luas yaitu hampir menguasai wilayah
Kalimantan. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu pertama di Nusantara.

B.PRASASTI YANG TERUNGKAP


Prasasti Mulawarman, atau disebut juga Prasasti Kutai, adalah sebuah prasasti yang merupakan
peninggalan dari Kerajaan Kutai. Terdapat tujuh buah yupa yang memuat prasasti, namun baru 4
yang berhasil dibaca dan diterjemahkan. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa Pra-Nagari dan
dalam bahasa Sanskerta, yang diperkirakan dari bentuk dan jenisnya berasal dari sekitar 400
Masehi. Prasasti ini ditulis dalam bentuk puisi anustub.

C.RAJA YANG BERKUASA


1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
2. Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
3. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
4. Maharaja Marawijaya Warman
5. Maharaja Gajayana Warman
6. Maharaja Tungga Warman
7. Maharaja Jayanaga Warman
8. Maharaja Nalasinga Warman
9. Maharaja Nala Parana Tungga Warman
10. Maharaja Gadingga Warman Dewa
11. Maharaja Indra Warman Dewa
12. Maharaja Sangga Warman Dewa
13. Maharaja Candrawarman
14. Maharaja Sri Langka Dewa Warman
15. Maharaja Guna Parana Dewa Warman
16. Maharaja Wijaya Warman
17. Maharaja Sri Aji Dewa Warman
18. Maharaja Mulia Putera Warman
19. Maharaja Nala Pandita Warman
20. Maharaja Indra Paruta Dewa Warman
21. .Maharaja Dharma Setia Warman

D.MASA KEJAYAANNYA
Masa Kejayaan Kerajaan Kutai Awal ini, adalah pada pada zaman Mulawarman disitulah
kerajaan kutai mencapai kejayaan tersebut. Oleh karena itu maka tidak mengherankan Kerajaan
Kutai tertua ini kemudian juga dinamakan Kerajaan Kutai Mulawarman.
Kejayaan ini dapat dilihat dari aktivitas ekonomi. Dalam salah satu Yupa tersebut telah dikatakan
bahwa pada Raja Mulawarman telah melakukan sebuah upacara korban emas yang sangat
banyak. Kemajuan dari kerajaan kutai ini juga terlihat dari tanda adanya golongan terdidik.
Mereka terdiri dari para golongan ksatrian dan brahmana yang kemungkinan telah bepergian ke
India atau pada pusat-pusat penyebaran agama Hindu yang ada di Asia Tenggara. Masyarakat
tersebut mendapat kedudukan yang terhormat dalam kerajaan kutai.

E.PENINGGALAN
1. PRASASTI YUPA
Prasasti Yupa adalah keliru satu peninggalan sejarah kerajaan kutai yang paling tua. benda
bersejarah satu ini merupakan bukti terkuat ada kerajaan hindu yang bercokol di atas tanah
Kalimantan. Sedikitnya tersedia 7 prasasti yupa yang sampai kini masih selalu ada.
2. KETOPONG SULTAN
Ketopong adalah mahkota Sultan Kerajaan Kutai yang terbuat berasal dari emas. Beratnya 1,98
kg dan pas ini disimpan di Musium Nasional di Jakarta. Ketopong sultan kutai ditemukan pada
1890 di daerah Muara Kaman, Kutai Kartanegara. Di Musium Mulawarman sendiri, ketopong
yang dipajang adalah ketopong tiruan.
3. KALUNG CIWA
Kalung Ciwa adalah peninggalan sejarah kerajaan Kutai yang ditemukan pada era pemerintahan
Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Penemuan terjadi pada th. 1890 oleh seorang masyarakat di
sekitar Danau Lipan, Muara Kaman. Kalung Ciwa sendiri sampai pas ini masih digunakan
sebagai perhiasan kerajaan dan dipakai oleh sultan pas tersedia pesta penobatan sultan baru.
4. KALUNG UNCAL
Kalung Uncal adalah kalung emas seberat 170 gram yang dihiasi liontin berelief cerita ramayana.
Kalung ini menjadi atribut kerajaan Kutai Martadipura dan merasa digunakan oleh Sultan Kutai
Kartanegara pasca Kutai Martadipura berhasil di taklukan.
Adapun berdasar penelitian para ahli, kalung uncal sendiri diperkirakan berasal berasal dari India
(Unchele). Di dunia, pas ini cuma tersedia 2 kalung uncal, satu berada di India dan satunya
kembali tersedia di Museum Mulawarman, Kota Tenggarong.
5. KURA-KURA EMAS
Peninggalan sejarah kerajaan kutai yang menurut aku memadai unik adalah kura-kura emas.
Benda ini sekarang tersedia di Musium Mulawarman. Ukurannya sebesar setengah kepalan
tangan. Dan berdasarkan label yang tertera di dalam etalasenya, benda unik ini ditemukan di
daerah Long Lalang, daerah yang terletak di hulu sungai Mahakam.
Adapun berdasar riwayat, benda ini diketahui merupakan persembahan berasal dari seorang
pangeran berasal dari Kerajaan di China bagi sang putri raja Kutai, Aji Bidara Putih. Sang
Pangeran memberikan lebih dari satu benda unik pada kerajaan sebagai bukti kesungguhannya
yang dambakan mempersunting sang putri.
6. PEDANG SULTAN KUTAI
Pedang Sultan Kutai terbuat berasal dari emas padat. Pada gagang pedang terukir gambar seekor
harimau yang tengah siap menerkam, pas pada ujung sarung pedang dihiasi bersama seekor
buaya. Pedang Sultan Kutai pas ini dapat Anda lihat di Museum Nasional, Jakarta.
7. TALI JUWITA
Tali juwita adalah peninggalan kerajaan kutai yang menyimbolkan 7 muara dan 3 anak sungai
(sungai Kelinjau, Belayan dan Kedang Pahu) yang dimiliki sungai mahakam. Tali juwita terbuat
berasal dari benang yang banyaknya 21 helai dan biasanyan digunakan dalam upacara tradisi
Bepelas.
8. KERIS BUKIT
Kang Keris bukit kang adalah keris yang digunakan oleh Permaisuri Aji Putri Karang Melenu,
permaisuri Raja Kutai Kartanegara yang pertama. Berdasarkan legenda, permaisuri ini adalah
putri yang ditemukan dalam sebuah gong yang hanyut di atas balai bambu.

F.KEHIDUPAN :POLITIK,SOSIAL,EKONOMI,BUDAYA,DAN
AGAMA
-Kehidupan Politik
Kudungga tak dianggap menjadi sebagai pendiri dari dinasti karena menggunakan konsep
keluarga raja di zaman tersebut masih terbatas di para keluarga raja yang sudah menyerap
kebudayaan india pada setiap kehidupan dalam sehari-hari. Raja mulawaranman juga
menciptakan adanya stabilitas politik dimana pada masa pemerintahannya tersebut. Itu terlihat
dari adanya Yupa yang menyebutkan bahwa Mulawarman menjadi raja berkuasa, kuat dan
bijaksana.
Kehidupan Sosial
Pada kerajaan Kutai memiliki golongan masyarakat yang telah menguasai bahasa sansekerta dan
bisa menulis huruf Pallawa yaitu golongan para Brahmana. Golongan yang lain ialah suatu
golongan ksatria yang terdiri atas kerabat dari Raja Mulawarman. Pada masyarakat kutai akan
sendiri merupakan suatu golongan penduduk yang masih erat memegang teguh suatu
kepercayaan asli dari leluhur mereka. Mulawarman kemudian menjadi penganut agama hindu
syiwa dan golongan para brahmana
-Kehidupan Ekonomi
Adapun mata pencaharian yang utama dalam masyarakat zaman kerajaan kutai merupakan
beternak sapi. Pada mata pencaharian yang lain ialah bercocok tanam dan lewat berdagang. ini
dilihat dari letak kerajaan kutai berada ditepian sungai mahakam yang sangat subur sehingga
cocok untuk pertanian.
-Kehidupan Budaya.
Kehidupan Budaya pada Kerajaan Kutai telah cukup maju yang dibuktikan dengan adanya
upacara Vratyastoma atau pemberkatan bagi pemeluk agama Hindu.
- Kehidupan Agama
Kerajan Kutai mempercayai agama Hindu yaitu Hindu Syiwa. Tetapi di luar golongan brahmana
dan ksatria, sebagian besar masyarakat Kutai masih menjalankan adat istiadat dan kepercayaan
asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi agama resmi kerajaan, masih terdapat
kebebasan bagi masyarakatnya untuk menjalankan kepercayaan aslinya.

G.KERUNTUHANNYA
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam
peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu
diingat bahwa Kutai ini (Kutai Mulawarman/Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai
Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai
Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai
Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
2.KERAJAAN TARUMANEGARA
A.LETAK GEOGRAFIS,TAHUN,PETA
Letak geografis kerajaan Tarumanegara adalah di wilayah pulau Jawa bagian barat, yang
sekarang masuk wilayah provinsi Jawa Barat, Jakarta dan Banten, di daerah aliran sungai
Cisadane dan Citarum.
Tarumanegara adalah kerajan bercorak Hindu yang berdiri di pulau Jawa bagian barat pada abad
ke 5 M. Raja Tarumanegara yang paling terkenal adalah raja Purnawarman, yang meninggalkan
berbagai prasasti, sebagai bukti kejayaan kerajaan ini.
Kerajaan ini adalah merupakan kerajaan Hindu Buddha tertua di pulau Jawa. Beberapa
peninggalan Tarumanegara ini misalnya Prasasti Muara Cianten, Prasasti Pasir Awi, Prasasti
Cidanghiang, dan Parasasti Jambu
Kerajaan Tarumanegara mulai mundur setelah meninggalnya raja Purnawarman. Kemudian pada
tahun 670 M, Tarumanegara dibagi menjadi dua kerajaan, yaitu kerajaan Sunda dan kerajaan
Galuh, dengan sungai Citarum sebagai batasnya.

B.PRASATI YANG MENGUNGKAP


1. Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun atau Prasasti Ciampea adalah prasasti yang terbuat dari batu alam. Ia
ditemukan di tepi Sungai Ciaruteun, Bogor pada tahun 1863 oleh pemimpin Museum Nasional
(dulu: Bataaviasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen). Prasasti Caruteun hingga kini
masih tetap berada tempat awal kali ia ditemukan yaitu di di Desa Ciaruteun Ilir, kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Adapun salinannya bisa ditemukan di Museum Sejarah
Jakarta.
Prasasti Ciaruteun ditulis dengan aksara Pallawa, disusun dalam bentuk seloka, dengan
menggunakan bahasa Sanskerta. Prasasti ini dilengkapi dengan beberapa gambar di antaranya
sepasang telapak kaki, gambar umbi, sulur-suluran, dan laba-laba. Adapun pesan atau isi prasasti
ciaruteun ini adalah sebagai berikut:
C.RAJA YANG BERKUASA
1. Jayasingawarman (358-382)
2. Dharmayawarman (382-395)
3. Purnawarman (395-434)
4. Wisnuwarman (434-455)
5. Indrawarman (455-515)
6. Candrawarman (515-535)
7. Suryawarman (535-561)
8. Kertawaman (561-628)
9. Sudhawarman(628-639)
10. Hariwangsawarman (639-640)
11. Nagajayawarman (640-666)
12. Linggawarman (666-669)

D.MASA KEJAYAANNYA
Sejak berdirinya kerajaan ini, Kerajaan Tarumanegara mengalami masa kejayaan hanya 3
generasi saja. Masa keemasan Tarumanegara yaitu ketika dipimpin oleh raja ke-3 yang bernama
Purnawarman. Purnawarman sendiri merupakan cucu dari Rajadirajagu Jayasingawarman.
Pasa masa kepemimpinan Purnawarman, Tarumanegara mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Raja Purnawarman memperluas wilayahnya dengan cara menundukkan kerajaan-kerajaan
yang berada di sekelilingnya.
Tidak hanya memperluas wilayah kerajaan melalui ekspansi ke kerajaan di sekitar kekuasaannya
saja. Purnawarman juga membangun berbagai infrastuktur yang dapat mendukung perekonomian
kerajaan. Salah satunya adalah sungai Gomati dan Candrabaga.
Saat pembangunan kedua sungai tersebut, Raja Purnawarman selaku pemimpin Kerajaan
Tarumanegara menyumbangkan atau berkurban 1000 ekor sapi
Dengan perluasan wilayah, Kerajaan ini memiliki luas wilayah yang sebanding dengan luas Jawa
Barat. Sehingga Raja Purnawarman dikenal sebagai raja yang kuat dan arif bijaksana kepada
rakyatnya.
Selain itu dia juga menyusun pustaka seperti peraturan angkatan perang, siasat perang dan
silsilah dinasti Warman. Dia juga merancang undang-undang kerajaan yang memajukan kerajaan
serta rakyatnya.

E.PENINGGALANNYA
1. Prasasti Tugu.
2. Prasasti Ciaruteun
3. Prasasti Kebon Kopi.
4. Prasasti Muara Cianten
5. Prasasti Jambu [Pasir Koleangkak]
6. Prasasti Cidanghiang (Lebak)
7. Prasasti Pasir Awi
8. Prasasti Kebon Kopi 2.

F.KEHIDUPAN:POLITIK,SOSIAL,EKONOMI,BUDAYA,AGAMA
1. Kehidupan Ekonomi
Masyarakat Tarumanegara mengutamakan bidang pertanian sebagai sumber mata pencaharian
mereka. Mereka berladang secara berpindah-pindah. Selain itu, bidang pelayaran dan
perdagangan tidak kalah penting dalam perekonomian Tarumanegara.
Dalam prasasti Tugu, dinyatakan bahwa raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk
membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Terusan ini (Gomati dan Candrabhaga)
dibangun oleh golongan budak dan kaum sudra. Pada akhirnya terusan ini selain berfungsi
sebagai sarana pencegah banjir, juga berfungsi sebagai sarana lalu lintas pelayaran perdagangan
antar daerah di Kerajaan Tarumanegara dengan daerah lain di luar kerajaan. Berdasarkan catatan
Fa-Hien, seorang musafir Cina, masyarakat Tarumanegara memperdagangkan beras dan kayu
jati.
2. Kehidupan Sosial
Masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah menanamkan sikap gotong royong,berdasarkan isi
dari prasasti Tugu. Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat
dari upaya Raja Purnawarman untuk terus meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Beliau sangat
memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap
upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.
Pengkastaan di Kerajaan Tarumanegara tidak jauh berbeda dengan yang ada di Kerajaan Kutai.
Golongan brahmana bertugas mengatur tugas keagamaan. Kaum kesatria merupakan golongan
bangsawan (raja dan kerabat). Sedangkan golongan terbesar meliputi para petani, peternak,
pemburu, pelaut dan nelayan.
3. Kehidupan Agama
Kepercayaan yang dianut warga di dalam Kerajaan Tarumanegara yaitu Hindu, tepatnya Hindu
Wisnu. Sebagai bukti, pada prasasti Ciareteun ada tapak kaki raja yang diibaratkan tapak kaki
Dewa Wisnu. Sedangkan agama yang dianut warga di luar kerajaan ada beberapa. Seperti yang
dinyatakan oleh Fa-Hien, dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi, menceritakan bahwa saat
mengunjungi Jawadwipa, dia hanya menjumpai sedikit orang beragama Buddha. Kebanyakan
masyarakat menganut kepercayaan Hindu dan “beragama kotor” (maksudnya animisme).
4. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai
bukti kebesaran kerjaan tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat
pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti
tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan tarumanegara.
5. Kehidupan Politik
Berdasarkan tulisan-tulisan yang terdapat pada prasasti diketahui bahwa raja yang pernah
memerintahdi tarumanegara hanyalah raja purnawarman. Raja purnawarman adalah raja besar
yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti tugu
yang menyatakan raja purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian
sebuah kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran
irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.

G.KERUNTUHANNYA
Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara yaitu ketika kerajaan dipimpin oleh raja ke-13 yaitu Raja
Tarusbawa. Penyebab runtuhnya kerajaan ini dikarenakan tidak adanya kepemimpinan di
kerajaan tersebut. Karena Raja Tarusbawa lebih menginginkan memimpin kerajaan kecilnya
yang berada di hilir sungai Gomati.
Tidak hanya itu, alasan lain runtuhnya kerajaan tarumanegara adalah karena adanya gempuran
dari beberapa kerajaan yang ada di masa itu. Apalagi kerajaan Majapahit merupakan kerajaan
yang memiliki peranan penting dalam keruntuhan Kerajaan Tarumanegara.
Kepemimpinan dilanjutkan oleh Sudawarman. Saat dipimpin Sudawarman, Tarumanegara sudah
mengalami kemunduran yang drastis. Kemunduran itu disebabkan oleh beberapa hal, di
antaranya :
 Sudawarman tidak peduli terhadap masalah-masalah yang terjadi di kerajaan, karena dari
kecil dia tinggal di kanci
 Sudawarman tidak menguasai persoalan mengenai Tarumanegara
 Memberikan ekomoni pada raja-raja dibawahnya

3.KERAJAAN SRIWIJAYA
A.LETAK GEOGRAFIS,TAHUN,PETA
Letak geografis kerajaan sriwijaya yaitu dari prasasti-prasasti yang ditemukan dapat diketahui
bahwa letak Kerajaan Sriwjijaya di wilayah Sumatra bagian selatan. Diperkirakan pusat
pemerintahannya terletak di tepi Sungai Musi atau disekitar kota Palembang sekarang. Dari
tepian sungai musi, pengaruh Kerajaan Sriwijaya terus menerus mencakup Selat malaka, selat
Sunda, Selat Bangka, Laut Jawa bagian barat, Bangka, Jambi Hulu, Semenanjung Malaya hingga
ke Tanah Genting Kra. Luas wilayah laut yang dikuasasi Kerajaan Sriwijaya menjadikan
Sriwijaya sebagai kerajaan maritim besar. dimulai pada abad ke-7 dimana Dapunta Hyang
mendirikan kerajaan ini. Sejauh ini kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan terbesar di nusantara
yang memiliki kekuasaan wilayah yang amat luas.

B.PRASASTI
1. Prasasti Kedukan Bukit (605 S/683M)
Prasasti ini ditemukan di tepi sungai Talang, dekat Palembang. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
ini isinya antara lain menerangkan seorang bernama Dapunta Hyang yang mengadakan
perjalanan suci (siddhayatra) dengan cara menggunakan perahu. Ia berangkat dari
Minangatamwan dengan membawa tentara sebanyak 20.000 orang.
2. Prasasti Talang Tuo (606 S/684M)
Prasasti Talang Tuo adalah salah satu peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di bagian
sebelah barat kota Palembang, daerah Talang Tuo. Prasasti ini berisi 14 baris tulisan dalam
bahasa Melayu kuno dan ditulis dengan huruf Pallawa. Isinya tentang pembuatan taman (kebun)
Sriksetra atas perintah Punta Hyang dengan tujuan untuk kemakmuran semua makhluk. Di
Samping itu, ada juga doa dan harapan yang jelas yang menunjukkan sifat agama Hindu.
3. Prasasti Telaga Batu Juga Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Di Telaga Batu, dekat Palembang ditemukan sebuah prasasti berbahasa Melayu kuno dan huruf
Pallawa. Prasasti ini tidak ada angka tahunnya dan isinya tentang kutukan-kutukan yang sangat
seram kepada siapa saja yang melakukan kejahatan dan tidak taat kepada perintah-perintah raja.
4. Prasasti Kota Kapur (608 S/686 M)
Prasasti Kota Kapur merupakan prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di
Pulau Bangka, isinya berupa doa kepada para dewa untuk menjaga kesatuan Sriwijaya dan
menghukum setiap orang yang bermaksud jahat.
5. Prasasti Karang Berahi (608 S/686 M)
Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi. Isi prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini sama
dengan isi Prasasti Kota Kapur.
Beberapa prasasti yang lain, yakni Prasasti Ligor dan prasasti Nalanda. Prasasti Ligor berangka
tahun 775 dan ditemukan di Ligor, Semenanjung Melayu. Sementara Prasasti Nalanda
ditemukan di Nalanda, India Timur.

C.RAJA YANG BERKUASA


1.Raja Daputra Hyang
Raja Daputra Hyang merupakan salah satu raja dari Sriwijaya yang mampu membuat kerajaan
tersebut melebarkan sayapnya. Raja yang satu ini bahkan bercita-cita ingin menjadikan Kerajaan
Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim. Pada kekuasaannya pun, beliau mampu memperluas
kekuasaan Sriwijaya hingga ke Jambi.
Cerita mengenai Raja Daputra Hyang ini ditemukan pada sebuah Prasasti Kedukan Bukit
(683M). Selama kekuasaannya tersebut tentu saja Raja Daputra Hyang memiliki pengaruh yang
sangat besar.
2.Raja Dharmasetu
Pada masa kekuasaan Raja Dharmasetu ini, ternyata Kerajaan Sriwijaya telah meluas hingga
Semenanjung Malaya. Hal inilah yang membuat kerajaan yang satu ini membangun sebuah
pangkalan di wilayah Ligor. Berbagai macam prestasi ternyata berhasil di toreh oleh Raja
Dharmasetu seperti berhasil menjalin hubungan dengan Negeri China dan India.
Dengan kerjasamanya tersebut, ternyata berhasil membuat China dan India selalu mampir di
Bandar-bandar Sriwijaya saat berlayar. Hal inilah yang membuat kerajaan tersebut mendapatkan
keuntungan yang sangat banyak dari aktivitas perdagangan yang dilakukan.
3.Raja Balaputra Dewa
Raja Balaputra Dewa adalah raja yang mampu membuat Sriwijaya menjadi kerajaan terbesar
pada masa itu. Raja yang satu ini menjabat pada abad ke 9. Cerota dari Raja Balaputra Dewa
sendiri berasal dari sebuah prasasti yang disebut dengan Prasasti Nalanda.
Karena kehebatan kepemimpinan dari Raja Balaputra Dewa sendirila yang menjadikan Kerajaan
Sriwijaya sebagai kerajaan dengan pusat agama Buddha terbesar di Asia Tenggara. Bahkan,
beliau mampu menjalin sebuah kerjasama yang sangat baik dengan beberapa kerajaan yang ada
di India seperti Kerajaan Cola dan Nalanda.
Balaputra Dewa sendiri merupakan keturunan dari Dinasti Syailendra, yakni putra dari Raja
Samaratungga dan Dewi Tara dari Kerajaan Sriwijaya. Karena prestasi dan kehebatannya dalam
memerintah menjadikan Raja Balaputra Dewa sebagai raja yang membawa Sriwijaya dalam
kejayaan.
4.Raja Sri Sudamaniwarmadewa
Pada masa pemerintahan Raja Sri Sudamaniwarmadewa, ternyata Kerajaan Sriwijaya pernah
mendapatkan serangan dari Raja Darmawangsa yang berasal dari Jawa Timur. Akan tetapi,
serangan yang diluncurkan tersebut dapat digagalkan oleh para tentara Sriwijaya.
5.Raja Sanggrama Wijayattunggawarman
Pada masa kekuasaan Raja Sanggrama ternyata Sriwijaya mendapat serangan dari Kerajaan
Chola yang dipimpin oleh Raja Rajendra Chola. Tidak seperti serangan yang terjadi pada masa
Raja Sri Sudamaniwarmadewa. Ternyata, tentara Sriwijaya tidak mampu mengalahkan serangan
dari Kerajaan Chola.
Hal inilah yang membuat Raja Sanggrama kemudian ditahan. Namun, pada masa kekuasaan Raja
Kulotungga I dari Kerajaan Chola, Raja Sanggrama Wijayattunggawarman kemudian
dibebaskan.

D.MASA KEJAYAAN
Setiap kerajaan pasti mengalami masa keemasan, demikian halnya dengan Kerajaan Sriwijaya.
Berdasarkan buku Sejarah Nasional Indonesia jilid II disitu dijelaskan bahwa Sriwijaya
mengalami masa kejayaan saat Raja Balaputradewa berkuasa.
Saat itu, Kerajaan Sriwijaya melakukan hubungan baik dengan kerajaan dari India, hubungan
baik ditandai dengan dikirimnya pendeta dari Sriwijaya ke India. Balaputradewa kemudian
mengajukan kepada raja tersebut untuk membangun biara bagi para Pendeta Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat pendidikan dan pengembangan agama Budha di Asia
Tenggara. Lokasi yang strategis membuat rute jalur laut dimanfaatkan sebagai salah satu
pemasukan ekonomi, setiap kapal lewat akan dikenai biaya bea cukai.

E.PENINGGALAN
1. Palas Pasemah
Prasasti ini berisi tigabelas kalimat yang menggunakan bahasa melayu kuno, berhasil ditemukan
di desa Palas Pasemah tepatnya di sekitar daerah rawa.
2. Hujung Langit
Prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya kedua ini dibuat sekitar tahun 997 masehi, ditemukan di
desa Haur Kuning, isinya berupa kisah pemberian tanah oleh raja Sima.
3. Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di pesisir pulau bangka, isinya berupa kutukan bagi siapa saja
yang membantah sang raja dan struktur pemerintahan kerajaan.
4. Talang Tuo
Prasasti ini berisi kumpulan doa-doa bekas peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
5. Kedukan Bukit
Isi prasasti Kedukan Bukit berkaitan dengan kisah seorang utusan dari Kerajaan Sriwijaya yang
melakukan perjalanan menggunakan perahu, dan berhasil menaklukan daerah lain.
6. Telaga Batu
Prasasti ini berisi mengenai kutukan bagi siapa saja yang berbuat jahat dalam kehidupan
masyarakat Kerajaan Sriwijaya.
7. Leiden
Prasasti terakhir yakni prasasti Leiden, berisi tentang hubungan baik antara dinasti Sailendra
Kerajaan Sriwijaya dengan dinasti Chola.

F.KEHIDUPAN:POLITIK,SOSIAL,EKONOMI,BUDAYA,AGAMA
1. Kehidupan Politik
Kerajaan Sriwijaya Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari raja-raja yang
memerintah, wilayah kekuasaan, dan hubungannya dengan pihak luar negeri.
a. Raja yang memerintah (yang terkenal)
1) DapuntaHyang SriJayanasa Beliau adalah pendiri kerajaan Sriwijaya. Pada masa
pemerintahannya, dia berhasil memperluas wilayah kekuasaan sampai wilayah Jambi dengan
menduduki daerah Minangatamwan yang terletak di dekat jalur perhubungan pelayaran
perdagangan di Selat Malaka. Sejak awal dia telah mencita-citakan agar Sriwijaya menjadi
kerajaan maritim.
2) Balaputera Dewa Awalnya, Balaputradewa adalah raja di Kerajaan Syailendra. Ketika terjadi
perang saudara antara Balaputra Dewa dan Pramodhawardani (kakaknya) yang dibantu oleh
Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya), Balaputra Dewa mengalami kekalahan. Akibatnya dia lari ke
Kerajaan Sriwijaya, dimana Raja Dharma Setru (kakak dari ibu Raja Balaputra Dewa) tengah
berkuasa. Karena dia tak mempunyai keturunan, dia mengangkat Balaputradewa sebagi raja.
Masa pemerintahan Balaputradewa diperkirakan dimulai pada tahun 850 M. Sriwijaya
mengalami perkembangan pesat dengan meingkatkan kegiatan pelayaran dan perdagangan
rakyat. Pada masa pemerintahannya pula, Sriwijaya mengadakan hubungan dengan Kerajaan
Chola dan Benggala (Nalanda) dalam bidang pengembangan agama Buddha, bahkan menjadi
pusat penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara.
3) Sri SanggaramaWijayatunggawarman Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya dikhianati dan
diserang oleh kerajaan Chola. Sang raja ditawan dan baru dilepaskan pada masa pemerintahan
Raja Kulottungga I di Chola.
b. Wilayah kekuasaan Setelah berhasil menguasai Palembang, ibukota Kerajaan Sriwijaya
dipindahakan dari Muara Takus ke Palembang. Dari Palembang, Kerajaan Sriwijaya dengan
mudah dapat menguasai daerah-daerah di sekitarnya seperti Pulau Bangka yang terletak di
pertemuan jalan perdagangan internasional, Jambi Hulu yang terletak di tepi Sungai Batanghari
dan mungkin juga Jawa Barat (Tarumanegara). Maka dalam abad ke-7 M, Kerajaan Sriwijaya
telah berhasil menguasai kunci-kunci jalan perdagangan yang penting seperti Selat Sunda, Selat
Bangka, Selat Malaka, dan Laut Jawa bagian barat. Pada abad ke-8 M, perluasan Kerajaan
Sriwijaya ditujukan ke arah utara, yaitu menduduki Semenanjung Malaya dan Tanah Genting
Kra. Pendudukan pada daerah Semenanjung Malaya memiliki tujuan untuk menguasai daerah
penghasil lada dan timah. Sedangkan pendudukan pada daerah Tanah Genting Kra memiliki
tujuan untuk menguasai lintas jalur perdagangan antara Cina dan India. Tanah Genting Kra
sering dipergunakan oleh para pedagang untuk menyeberang dari perairan Lautan Hindia ke Laut
Cina Selatan, untuk menghindari persinggahan di pusat Kerajaan Sriwijaya. Daerah lain yang
menjadi kekuasaan Sriwijaya diantaranyaTulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung dan
daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung Melayu untuk mengembangkan usaha
perdagagan dengan India. Selain itu, diketahui pula berdasar berita dari China, Sriwijaya
menggusur kerajaan Kaling agar dapat mengusai pantai utara Jawa sebab adalah jalur
perdagangan yang penting. Pada akhir abad ke-8 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai
seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara, baik yang melalui Selat Malaka, Selat Karimata,
dan Tanah Genting Kra. Dengan kekuasaan wilayah itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan
laut terbesar di seluruh Asia Tenggara.
c. Hubungan dengan luar negeri Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan baik dengan kerajaan-
kerajaan di luar wilayah Indonesia, terutama dengan kerajaan-kerajaan yang berada di India,
seperti Kerajaan Pala/Nalanda di Benggala. Raja Nalanda, Dewapala Dewa menghadiahi
sebidang tanah untuk pembuatan asrama bagi pelajar dari nusantara yang ingin menjadi ‘dharma’
yang dibiayai oleh Balaputradewa.
2. Kehidupan Sosial Kerajaan Sriwijaya
Karena letaknya yang strategis, perkembangan perdagangan internasional di Sriwijaya sangat
baik. Dengan banyaknya pedagang yang singgah di Sriwijaya memungkinkan masyarakatnya
berkomunikasi dengan mereka, sehingga dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi
masyarakat Sriwijaya. Kemungkinan bahasa Melayu Kuno telah digunakan sebagai bahasa
pengantar terutama dengan para pedagang dari Jawa Barat, Bangka, Jambi dan Semenanjung
Malaysia.Perdagangan internasional ini juga membuat kecenderungan masyarakat menjadi
terbuka akan berbagai pengaruh dan budaya asing, salah satunya India. Budaya India yang
masuk berupa penggunaan nama-nama khas India, adat istiadat, dan juga agama Hindu-Buddha.
I-tsing menerangkan bahwa banyak pendeta yang datang ke Sriwijaya untuk belajar bahasa
Sanskerta dan menyalin kitab kitab suci agama Buddha. Guru besar yang sangat terkenal di
massa itu adalah Sakyakirti yang mengarang buku Hastadandasastra.
3. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya Pada awalnya kehidupan ekonomi masyarakat
Sriwijaya bertumpu pada bidang pertanian. Namun dikarenakan letaknya yang strategis, yaitu di
persimpangan jalur perdagangan internasional, membuat hasil bumi menjadi modal utama untuk
memulai kegiatan perdagangan dan pelayaran. Karena letak yang strategis pula, para pedagang
China yang akan ke India bongkarmuat di Sriwijaya, dan begitu juga dengan pedagang India
yang akan ke China. Dengan demikian pelabuhan Sriwijaya semakin ramai hingga Sriwijaya
menjadi pusat perdagangan se-Asia Tenggara. Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat
Sunda, dan Laut Jawa berada di bawah kekuasaan Sriwijaya.
4. Kehidupan Agama Kerajaan Sriwijaya
Kehidupan agama masyarakat Sriwijaya dipengaruhi oleh datangnya pedagang India. Pertama
adalah agama Hindu, lalu agama Buddha. Agama Buddha dikenalkan di Sriwijaya pada tahun
425 Masehi. I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga
menjadi pusat pembelajaran agama Buddha, khususnya aliran Mahayana.Selain itu ajaran
Buddha aliran Buddha Hinayana juga turut berkembang di Sriwijaya. Nama Dharmapala dan
Sakyakirti pun tidak asing lagi. Dharmapala adalah seorang guru besar agama Budha dari
Kerajaan Sriwijaya. Dia pernah mengajar agama Budha di Perguruan Tinggi Nalanda
(Benggala). Sedangkan Sakyakirti adalah guru besar juga. Dia mengarang buku
Hastadandasastra. Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat
perdagangan di Asia Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama muslim dari
Timur Tengah. Sehingga beberapa kerajaan yang semula adalah bagian dari Sriwijaya, lalu
tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera kelak, disaat melemahnya
pengaruh Sriwijaya.
5.Kehidupan Budaya
Tonggak kehidupan budaya masyakarat Sriwijaya yang sangat dibanggakan adalah pada saat
Sriwijaya menjadi pusat pengajaran ajaran Buddha di Asia Tenggara. Para pendeta yang berasal
dari wilayah sebelah timur Sriwijaya, seperti Cina dan Tibet banyak yang menetap di Sriwijaya.
Tujuan mereka adalah belajar ajaran Buddha sebelum mereka belajar di tanah asal lahirnya
ajaran itu (India). Pada tahun 1011– 1023, datang seorang pendeta Buddha dari Tibet untuk
memperdalam pengetahuannya tentang agama Buddha di Sriwijaya. Pendeta itu bernama Atisa
dan menerima bimbingan langsung dari guru besar agama Buddha di Sriwijaya, yaitu
Dharmakitri.
Hal lain yang berkaitan dengan itu ialah mengenai adanya pemberitaan bahwa pada tahun 1006,
Raja Sriwijaya, Sanggrama Wijayatunggawarman mendirikan sebuah wihara di India Selatan,
yaitu di Nagipattana. Wihara ini dilengkapi dengan asrama yang dikhususkan bagi tempat tinggal
para biksu yang berasal dari Sriwijaya yang tengah memperdalam ajaran Buddha di India. Secara
budaya, hal ini jelas menunjukkan bahwa raja-raja Sriwijaya memiliki perhatian yang besar pada
pengembangan budaya dan pendidikan, khususnya mengenai pendidikan pengajaran agama
Buddha.

G.KERUNTUHAN
Berikut ini terdapat beberapa keruntuhan kerajaan sriwijaya, antara lain:
 Akibat serangan dari India, saat itu yang menjadi raja Kerajaan Sriwijaya adalah Sri
Sundamani Warmadewa. serangan tersebut berhasil melemahkan Kerajaan Sriwijaya.
 Melemahnya Sriwijaya karena terjadi ekspedisi besar-besaran ke semenanjung Malaya
yang diperintahkan oleh raja Kertanegara.
 Munculnya kerajaan islam baru, yaitu Samudra Pasai, yang membuat melemahnya
Kerajaan Sriwijaya.
 Serangan pada tahun 1023 dan 1030, serangan tersebut berhasil menawan Raja Kerajaan
Sriwijaya.
 Serangan dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1477, yang mengakibatkan Kerajaan
Sriwijaya takluk.

4.KERAJAAN KALINGGA
A.LETAK GEOGRAFIS,TAHUN,PETA
Letak geografis wilayah Kerajaan Kalingga masih diperdebatkan oleh para sejarawan. Berita
Cina dari Dinasti Tang menyebut Kalingga sebagai She-p'o dan letaknya berada di laut selatan.
Wilayah Kalingga berbatasan dengan P'o-Li (Bali) di sebelah timur, To-p'o-teng (Sumatera) di
sebelah barat, laut di sebelah selatan, dan Chen-la (Kamboja) di sebelah utara.
Kalingga sudah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber
Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal mempunyai peraturan
barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.
Keberadaan Kerajaan Kalingga diketahui dari khabar Cina pada masa Dinasti Tang. Menurut
khabar Cina, pada pertengahan abad VII Masehi terdapat kerajaan bercorak Hindu-Buddha
bernama Holing atau Kalingga di Jawa Tengah.
B.PRASASTI
1. Prasasti Tukmas
2. Prasasti Sojomerto
3. Prasasti Upit

C.RAJA YANG BERKUASA


1.Dewa Simha
2.Limwa utawa Gajayana (Kerajaan Kanjuruhan, Malang)
3.Uttejana
4.Anana

D,MASA KEJAYAAN
Masa kepemimpinan Ratu sima menjadi masa keemasan bagi kerajaan kalingga sehingga
membuat raja-raja dari kerajaan lain segan, hormat, kagum, sekaligus penasaran. Masa masa itu
adalah masa keemasan bagi perkembangan kebudayaan apapun. Agama buddha juga
berkembang secara harmonis, sehingga wilayah di sekitar kerajaan Ratu Sima juga sering disebut
Di Hyang(tempat bersatunya dua kepercayaan hindu dan buddha).
Dalam bercocok tanam Ratu Sima mengadopsi sistem pertanian dari kerajaan kakak mertuanya.
Ia merancang sistem pengairan yang diberi nama subak. Kebudayaan baru ini yang kemudian
melahikan istilah Tanibhala, atau masyarakat yang mengolah mata pencahariannya dengan cara
bertani atau bercocok tanam.

E.PENINGGALAN
1. Candi Angin
2. Candi Bubrah
3. Situs Puncak Sanga Likur Gunung Muria

F.KEHIDUPAN:POLITIK,EKONOMI,SOSIAL,BUDAYA,AGAMA
1.Kehidupan Politik Kerajaan Kalingga
Pada abad ketujuh masehi kerajaan kalingga dipimpin oleh ratu sima, hukum di kalingga
ditegakkan dengan baik sehingga ketertiban dan ketentraman di kalingga berjalan dengan baik.
Menurut naskah parahhayang, Ratu sima memiliki cucu bernama sanaha yang menikah dengan
Raja Brantasenawa dari kerajaan galuh. Sanaha memiliki anak bernama sanjaya yang kelas akan
menjadi raja mataram kuno. Sepeninggalan Ratu sima, kerajaan Kalingga ditaklukan oleh
kerajaan Sriwijaya.
2.Kehidupan Ekonomi Kerajaan Kalingga
Perekonomian Kerajaan Kalingga bergerak dibidang perdagangan dan pertanian. Bagi
masyarakat yang tinggal di pesisir pantai utara di jawa tengah, perdagangan adalah
matapencaharian utama mereka. Letaknya yang cukup strategis membuat kalingga sering
disinggahi ooleh para pedagang dari luar negeri. Kalingga merupakan daerah penghasil kulit
penyu, emas, perak, cula badak, dan gading.
Di Holing ada sumber air asin yang dimanfaatkan untuk membuat garam. Hidup rakyat Holing
tenteram, karena tidak ada kejahatan dan kebohongan. Berkat kondisi itu rakyat Ho-ling sangat
memperhatikan pendidikan.buktinya rakyat ho-ling sudah mengenal tulisan,selain tulisan
masyarakat Ho-ling juga telah mengenal ilmu perbintangan dan dimanfaat dalam bercocok
tanam.
Sementara itu, sebagian masyarakat yang tinggal di pedalaman yang subur, memanfaatkan
kondisi tanah yang subur tersebut untuk mengembangkan sektor pertanian. Hasil-hasil pertanian
yang diperdagangkan antara lain beras dan minuman.
Penduduk kalingga dikenal pandai membuat minuman berasal dari bunga kelapa dan bunga aren.
Minuman tesebut memiliki rasa manis dan dapat memabukkan. Dari hasil perdagangan dan
pertanian tersebut, penduduk kalingga hidup makmur.
3.Kehidupan Sosial Kerajaan Kalingga
Kerajaan kalingga hidup dengan teratur,berkat kepemimpinan ratu sima ketentraman dan
ketertiban di kerajaan kalingga berlangsung dengan baik. Dalam menegakkan hukum, ratu sima
tidak membeda-bedakan antara rakyat dengan kerabatnya sendiri.
Berita tentang ketegasan hukum ratu sima, raja yang bernama T-shih ia adalah kaum muslim
arad dan persia, ia menguji kebenaran berita yang ia dengar.beliau memerintahkan anak buahnya
untuk meletakkan satu kantong emas di jalan wilayah kerajaan kalingga. Selama tiga tahun
kantong tersebut tidak ada yang menyentuh, jika ada yang melihat kantong itu ia berusaha
menyingkir.
Tetapi pada suatu hari, putra mahkota tidak sengaja menginjak kantong tersebut hingga isinya
berceceran. Mendengar kejadian tersebut ratu sima marah, dan memerintahkan agar putra
mahkota dihukum mati. Tetapi karena para menteri memohon agar putra mahkota mendapat
pengampunan. Akhirnya ratu sima hanya memerintahkan agar jari putra mahkota yang
menyentuh kantong emas tersebut di potong,hal ini menjadi bukti ketegasan ratu sima.
4.Kehidupan Agama Kerajaan Kalingga
Kerajaan ini banyak menganut agama Hindu semestinya seperti corak kerajaan ini Hindu,
walaupun seperti itu rakyatnya juga ada beberapa agama selain Hindu yaitu Agama Islam dan
juga terutama Agama Budha. Dalam catatan ITsing, pada tahun 664-667, pendeta Budha Cina
bernama Hwu-ning dengan pembantunya Yun-ki datang ke Ho-ling.
Mereka bersama dengan Joh-napo-t’o-lo menerjemahkan kitab Buddha bagian nirwana. Akan
tetapi kitab yang diterjemahkan tersebut sangat berbeda dengan Kitab Suci Budha Mahayana,
dengan demikian jelas bahwa holing bukan merupakan penganut agama Budha Mahayana, tetapi
menganut agama Budha Hinayana aliran Mulasarastiwada.
5. Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Kalingga
Penduduk Kalingga hidup dengan teratur. Ketertiban dan ketentraman sosial di Kalingga dapat
berjalan dengan baik berkat kepemimpinan Ratu Sima yang tegas dan bijaksana dalam
menjalankan hukum dan pemerintahan. Dalam menegakkan hukum Ratu Sima tidak
membedakan antara rakyat dengan anggota kerabatnya sendiri. Berita mengenai ketegasan
hukum Ratu Sima pernah didengar oleh Raja Ta-Shih. Ta-Shih adalah sebutan Cina untuk kaum
muslim Arab dan Persia. Raja Ta-Shih lalu menguji kebenaran khabar tersebut. Dia
memerintahkan anak buahnya untuk meletakkan satu kantong emas di jalan wilayah Kerajaan
Ratu Sima. Selama tiga tahun kantong itu dibiarkan tergeletak di jalan dan tidak seorang pun
berani menyentuh. Setiap orang melewati kantong emas itu berusaha menyingkir. Pada suatu hari
putra mahkota tidak sengaja menginjak kantong itu sehingga isinya berhamburan. Kejadiaan ini
membuat Ratu Sima marah dan memerintahkan hukuman mati untuk putra mahkota. Akan tetapi,
para menteri berusaha memohon pengampunan untuk putra mahkota. Ratu Sima menanggapi
permohonan itu dengan memerintahkan agar jari kaki putra mahkota yang menyentuh kantong
emas dipotong. Peristiwa ini adalah bukti ketegasan Ratu Sima dalam menegakkan hukum.

G.KERUNTUHAN
Kerajaan kalingga mengalami kemunduran kemungkinan akibat serangan sriwijaya yang
menguasai perdagangan, serangan tersebut mengakibatkan pemerintahan kijen menyingkir ke
jawa bagian timur atau mundur ke pedalaman jawa bagian tengah antara tahun 742-755 M.
Bersama melayu dan tarumanegara yang sebelumnya telah ditaklukan kerajaan Sriwijaya. Ketiga
kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha.

5.KERAJAAN MATARAM KUNO


A.LETAK GEOGRAFIS,TAHUN,PETA
Kerajaan Mataram Kuno terletak di daerah aliran sungai Progo elo, Bogowonto, dan Bengawan
Solo Jawa Tengah dibagian selatan.
Di Jawa Tengah pada abad ke-8 M telah berdiri sebuah kerajaan, yakni Mataram. Mataram yang
bercorak Hindu-Buddha ini diperintah oleh dua dinasti (wangsa) yang berbeda, yaitu Dinasti
Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Ibukota Mataram adalah Medang atau Medang Kamulan hingga
tahun 925.
B.PRASASTI
Prasasti Mantyasih, juga disebut Prasasti Balitung atau Prasasti Tembaga Kedu, adalah prasasti
berangka tahun 907 M yang berasal dari Wangsa Sanjaya, kerajaan Mataram Kuno. Prasasti ini
ditemukan di kampung Mateseh, Magelang Utara, Jawa Tengah dan memuat daftar silsilah raja-
raja Mataram sebelum Raja Balitung.

C.RAJA YANG BERKUASA


1. Sanjaya, (merupakan pendiri Kerajaan Medang)
2. Rakai Panangkaran, (awal berkuasanya Wangsa Syailendra)
3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra
4. Rakai Warak alias Samaragrawira
5. Rakai Garung alias Samaratungga
6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, (awal kebangkitan Wangsa Sanjaya)
7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
8. Rakai Watuhumalang
9. Rakai Watukura Dyah Balitung
10. Mpu Daksa
11. Rakai Layang Dyah Tulodong
12. Rakai Sumba Dyah Wawa
13. Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
14. Sri Lokapala (merupaka suami dari Sri Isanatunggawijaya)
15. Makuthawangsawardhana
16. Dharmawangsa Teguh, (berakhirnya Kerajaan Medang)
D.MASA KEJAYAAN
1. Wangsa Sanjaya atau Dinasti Sanjaya
Kejayaan dari Kerajaan Mataram Kuno memang telah nampak dari awal. Semua berkat jiwa dari
kepemimpinan Sanjaya yang memang sangat layak untuk disebut sebagai Raja. Sanjaya bukan
hanya menginginkan tahta semata, ia juga memahami betul kitab suci yang dianutnya karena ia
merupakan seorang penganut Hindu Syiwa yang sangat taat.
Selama ia menjabat, Kerajaan Mataram Kuno memiliki komoditi pertanian berupa olahan padi
sebagai pemenuh kebutuhan masyarakat luar dan dalam kerajaan. Dan istimewanya, Sanjaya
tidak pernah menunggu para Brahmana untuk menyuruh membangun pura sebagai tempat suci
peribadahan orang Hindu.
Meski Sanjaya sangat mendukung perkembangan agam Hindu di Indonesia, beliau merupakan
raja yang bijak. Hal itu tercermin dari sejarah kerajaan Majapahit yang sukses menerapkan
sembotan bhinneka tunggal ika yang sesuai dengan kitab Negarakertagama. Ia pun ikun andil
dalam menjembatani penduduknya untuk memeluk agama lainnya. Di jaman itu hanya ada dua
agama yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan penduduk yakni agama Hindu dan
Buddha.
2. Rakai Panangkaran
Rakai Panangkaran berhasil menaklukan raja-raja kecil yang menjabat di daerah Mataram Kuno
dan juga menggantikan tahta Ratu Sanjaya di kerajaan Mataram Kuno. Dalam
pemerintahaannya, kaum agama hindu bertempat tinggal diwilayah mataram utara, sedangkan
kaum agama hindu lebih nyaman menempati wilayah Jawa Tengah sebelah selatan.
Perbedaan tempat tersebut bertujuan agar kedua agama tersebut dapat hidup secara
berdampingan, menjalankan ibadahnya masing-masing, serta berinteraksi dengan orang-orang
yang sama. Karena Rakai Panangkaran percaya jika iman akan semakin kuat jika sering bergaul
dengan orang yang seagama. Namun lepas dari urusan agama, penduduk dari Mataram Kuno
tetap menjalin hubungan dagang dan juga pekerjaan lain dengan baik.
Rakai Panangkaran merubah agamanya sendiri menjadi Buddha Mahayana sejak saat itu juga ia
mendirikan wangsa baru yang diberi nama Syailendra dan dengan hal itu pula berarti ada wangsa
kedua yang menguasai kerajaan Mataram Kuno. Rakai Panangkaran sangat dikenal karena
memiliki jiwa pemberani yang sangat mencolok.
Yang unik di masa pemerintahan Rakai Panangkaran ialah para penganut agama Hindu dan
Budha saling berdampingan dengan hidup yang aman dan nyaman. Penganut Hindu mendirikan
candi Dieng dan Gedong Songo yang sekarang menjadi candi peninggalan hindu. Serta Mendut,
Prambanan dan Borobudur di bagian selatan Mataram Kuno yang kini juga menjadi candi
peninggalan Budha.
Pada perkembangannya kedua wangsa tersebuet memang sempat berkelahi. Permasalahannya tak
jauh dari urusan kekuasaan raja. Namun perseteruan tersebut diatasi dengan keberanian Rakai
Pikatan dari wangsa Sanjaya yang menganut agama Hindu untuk menikahi Pramodhawardhani
sang putri dari Samarattungga yang memulai pembangunan Borobudur dari Dinasti Syailendra.
Akhirnya kedua wangsa dan agama tersebut kembali duduk di istana kerajaan dan berbaikan.
Kerajaan Mataram Kuno terus bekembang maju sampai kekuasaannya jatuh ke tangan Dyah
Balitung. Ia merupakan raja yang mampu mempersatukan Jawa di bawah tundukan satu
kerajaan, bahkan kekuasannya mampu menyentuh hingga ke pulau Bali.

E.PENINGGALAN
1. Prasasti Canggal
Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya atau yang biasa disebut sebagai Prasasti Canggal
ini merupakan sebuah prasasti yang bertuliskan angka tahun 654 Saka atau 732 Masehi yang
ditemukan di area halaman candi Gunung Wukir tepatnya di desa Kadiluwih, kecamatan Salam,
Magelang, Jawa Tengah. Prasasti ini bertuliskan huruf aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta.
Prasasti ini dinilai sebagai pernyataan diri dari ratu Sanjaya di tahun 732 sebagai seorang
pemimpin universal di Kerajaan Mataram Kuno.
2. Prasasti Kelurak
Bertuliskan angka tahun 782 M, prasasti Kelurak ditemukan di dekat candi Lumbung tepatnya di
Desa Kelurak sebelah utara Kompleks Percandian Prambanan, Jawa Tengah. Keadaan dari
prasati ini sudah susut karena termakan oleh waktu sehingga isi yang terdapat di dalamnya
kurang diketahui secara pasti. Namun ditarik dari garis besar, isi dari prasasti ini mencertiakan
tentang didirikannya sebuah bangunan suci untuk arca Manjusri atas perintah Raja Indra dengan
gelar Sri Sanggramadhananjaya. Dan menurut para ahli, bangunan suci yang dimaksud ialah
Candi Sewu, yang terletak di Kompleks Percandian Prambanan.
3. Prasasti Mantyasih
Prasasti Mantyasih ditemukan di kampung Mateseh, Magelang Utara, Jawa Tengah yang di
dalamnya memuat silsilah raja Mataram sebalum raja Balitung. Prasasti ini dibuat sebagai upaya
untuk melegitimasi Balitung sebagai pewaris tahta yang sah, sehingga prasasti ini menyebutkan
raja sebelum Balitung berdaulat penuh atas wilayah kerajaan Mataram Kuno.

F.KEHIDUPAAN:POLITIK,SOSIAL,EKONOMI,BUDAYA,AGAMA
1.Kehidupan Politik
Berdasarkan prasasti yang telah ditemukan dapat diketahui raja-raja yang pernah memerintah
Dinasti Syailendra, di antaranya:
Bhanu ( 752- 775 M )
Raja banu merupakan raja pertama sekaligus pendiri Wangsa Syailendra
Wisnu ( 775- 782 M)
Pada masa pemerintahannya, Candi Brobudur mulai di banugun tempatnya 778.
Indra ( 782 -812 M )
Pada masa pemerintahannya, Raja Indra membuat Prasasti Klurak yang berangka tahun 782 M,
di daerah Prambanan. Dinasti Syailendra menjalankan politik ekspansi pada masa pemerintahan
Raja Indra. Perluasan wilayah ini ditujukan untuk menguasai daerah-daerah di sekitar Selat
Malaka. Selanjutnya, yang memperkokoh pengaruh kekuasaan Syailendra terhadap Sriwijaya
adalah karena Raja Indra menjalankan perkawinan politik. Raja Indra mengawinkan putranya
yang bernama Samarottungga dengan putri Raja Sriwijaya.
Samaratungga ( 812 – 833 M )
Pengganti Raja Indra bernama Samarottungga. Raja Samaratungga berperan menjadi pengatur
segala dimensi kehidupan rakyatnya. Sebagai raja Mataram Budha, Samaratungga sangat
menghayati nilai agama dan budaya. Pada zaman kekuasaannya dibangun Candi Borobudur.
Namun sebelum pembangunan Candi Borobudur selesai, Raja Samarottungga meninggal dan
digantikan oleh putranya yang bernama Balaputra Dewa yang merupakan anak dari selir.
Pramodhawardhani ( 883 – 856 M )
Pramodhawardhani adalah putri Samaratungga yang dikenal cerdas dan cantik. Beliau bergelar
Sri Kaluhunan, yang artinya seorang sekar keratin yang menjadi tumpuan harapan bagi rakyat.
Pramodhawardhani kelak menjdi permaisuri raja Rakai Pikatan, Raja Mataram Kuno dari
Wangsa Sanjaya.
Balaputera Dewa ( 883 – 850 M )
Balaputera Dewa adalah putera Raja Samaratungga dari ibunya yang bernama Dewi Tara, Puteri
raja Sriwijaya. Dari Prasasti Ratu Boko, terjadi perebutan tahta kerajaan oleh Rakai Pikatan yang
menjadi suami Pramodhawardhani. Belaputera Dewa merasa berhak mendapatkan tahta tersebut
karena beliau merupakan anak laki-laki berdarah Syailendra dan tidak setuju terhadap tahta yang
diberikan Rakai Pikatan yang keturunan Sanjaya. Dalam peperangan saudara tersebut Balaputera
Dewa mengalami kekalahan dan melatrikan diri ke Palembang.
2.Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Syailendra tidak diketahui secara pasti. Namun, melalui bukti-bukti
peninggalan berupa candi-candi, para ahli menafsirkan bahwa kehidupan sosial masyarakat
Kerajaan Syailendra sudah teratur. Hal ini dilihat melalui cara pembuatan candi yang
menggunakan tenaga rakyat secara bergotong-royong. Di samping itu, pembuatan candi ini
menunjukkan betapa rakyat taat dan mengkultuskan rajanya. Dengan adanya dua agama yang
berjalan, sikap toleransi antar pemeluk agama di masyarakat sangat baik.
3.Kehidupan Ekonomi
Mata pencaharian pokok masyarakat adalah petani, pedagang, dan pengrajin. Dinasti Syailendra
telah menetapkan pajak bagi masyarakat Mataram. Hal ini terbukti dari prasasti Karang tengah
yang menyebutkan bahwa Rakryan Patatpa Pu Palar mendirikan bangunan suci dan memberikan
tanah perdikan sebagai simbol masyarakat yang patuh membayar pajak.
4.Kehidupan Agama
Berdasarkan prasasti Canggal yang menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Siwa),
dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Mataram Kuno Wangsa Sanjaya memiliki
kepercayaan agama Hindu beraliran Siwa.

G.KERUNTUHAN
Kerajaan Mataram Kuno mulai banyak menghadapi berbagai masalah yang sangat rumit, pada
masa kepemimpinan Rakai Kayuwangi. Berbagai masalah inilah yang menyebabkan perpecahan
masyarakat yang ada di istana.
Bahkan, karena berbagai masalah ini tak kunjung menemukan titik terang, terjadilah perang
saudara yang mengakibatkan kerajaan Mataram Kuno mulai runtuh. Keruntuhan kerajaan
Mataram Kuno ini tentu saja ada beberapa penyebabnya. Adapun berikut ini penyebab-penyebab
runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno:
 Meletusnya gunung Merapi, yang menyebabkan candi-candi tersebut rusak. Karena lahar
letusan gunung tersebut hampir menimbun seluruh bangunan candi.
 Pada tahun 927-929 M terjadinya krisis politik, sehingga menimbulkan runtuhnya
kerajaan Mataram Kuno.
 Karena pertimbangan ekonomi, letak kerajaan Mataram berpindah, karena di daerah Jawa
Tengah yang kurang subur. Kemudian dipindahkan ke Jawa Timur yang memiliki
kesuburan serta menjadi jalur strategis untuk perdagangan.

6.KERAJAAN KEDIRI
A.LETAK GEOGRAFIS,TAHUN,PETA
Wilayah kekuasaan Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan bagian barat Medang Kamulan. Ibu kota
Kediri adalah Daha yang terletak di tepi Sungai Brantas.
Kerajaan Kediri atau juga sering disebut Kerajaan Kadiri hadir di nusantara pada tahun 1045 M
sampai tahun 1222 M.
B.PRASASTI
1. Prasasti Sirah Keting yang memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa
oleh Raja Jayawarsa.
2. Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono berisi masalah keagamaan yang
diperkirakan berasal dari Raja Bewasmara.
3. Parasasti Ngantang yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang memberikan hadiah
kepada rakyat desa Ngantang sebidang tanah yang bebas dari pajak.
4. Prasasti Jaring dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama-nama hewan
seperti Kebo Waruga dan Tikus Jinada.

C.RAJA YANG BERKUASA


1. Raja Jayawarsa
Pemerintah Jayawarsa hanya diketahui melalui Prasasti Sirah Keting.
2. Raja Bameswara
Raja Bameswara nanyak meniggalkan prasasti, namun prasasti tersebut lebih banyak mengenai
urusan keagamaan sehingga perkembangan pemerintahan tidak banyak diketahui.
3. Jayabaya
Kerajaan Kediri dibawah pemerintahan Jayabaya mencapai masa kejayaan. Kediri dan Jenggala
dapat dipersatukan kembali. Keberhasilan dan kemenangan Jayabaya ini diabadikan dalam kitab
Bharayatayudha karangan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
4. Raja Saweswara dan Raja Aryeswara
Masa pemerintahan kedua raja ini tidak dapat diketahui karena tidak ditemukan prasasti yang
menyinggung pemerintahan kedua raja ini.
5. Raja Gandra
Masa pemerintahan Raja Gandra dapat diketahui dari prasasti Jaring.
6. Raja Kameswara
Pada masa pemerintahan Raja Kameswara seni sastra mengalami perkembangan yang pesat.
7. Raja Kertajaya
Raja Kertajaya dikenal dengan sebutan Dandang Gendis dan merupakan raja terakhir Kerajaan
Kediri. Pada masa pemerintahan Kertajaya terjadi pertentangan antara raja dan para pendeta
(kaum brahmana). Pertentangan tersebut terjadi karena Kertajaya berlaku sombong dan berani
melanggar adat. Hal tersebut memperlemah pemerintahan di Kediri.
D.MASA KEJAYAAN
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan saat pemerintahan Raja Jayabaya. Daerah
kekuasaannya semakin meluas. Dimulai dari Jawa Tengah meluas hingga hampir seluruh pulau
Jawa. Pengaruh Kerajaan Kediri tidak hanya dirasakan di daerah Jawa saja, melainkan menyebar
hingga ke pulau Sumatera yang merupakan kekuasaan kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Kediri Mengalami masa keemasan pada Pemerintahan Sri Aji Jayabaya
Dalam catatan Chu-fan-chi menyebut Jawa adalah maharaja yang memiliki beberapa wilayah
jajahan yakni Pai-hua-yuan (Pacitan), Ma-tung (Medang), Ta-pen (Tumapel, Malang), Hi-ning
(Dieng), Jung-ya-lu (Hujung Galuh, sekarang Surabaya), Tung-ki (Jenggi, Papua Barat), Ta-kang
(Sumba), Huang-ma-chu (Papua), Ma-li (Bali), Kulun (Gurun, mungkin Gorong atau Sorong di
Papua Barat atau Nusa Tenggara), Tan-jung-wu-lo (Tanjungpura di Borneo), Ti-wu (Timor),
Pingya-i (Banggai di Sulawesi), dan Wu-nu-ku (Maluku).
Sebegitu besarnya Kediri pada saat itu yang membuatnya menjadi sebuah kerajaan yang
disegani. Tidak hanya kaya raya dan masyur, namun juga seni sastranya maju pesat, yang
menjadikan Kediri semakin tersohor.

E.PENINGGALAN
 Banjaran (974 Saka/1052)
 Turun Hyang (974 Saka/1052 M)
 Hantang (1057 Saka/1135 M)
 Padlegan (1038 Saka/1116)
 Lawudan (1127 Saka/1205)
 Jaring ( 1103 Saka/1181)

F.KEHIDUPAN:POLITIK,SOSIAL,EKONOMI,BUDAYA,AGAMA
1. Kehidupan Ekonomi
Dari catatan-catatan para pedagang Cina dapat diketahui tentang kehidupan rakyat Kediri dalam
bidang perekonomian, yaitu sebagai berikut.
 Kediri banyak menghasilkan beras.
 Barang-barang dagangan yang laku di pasaran adalah emas, perak, daging, kayu,
cendana, pinang, dan lain-lain.
 Letak Kediri sangat strategis dalam pelayaran perdagangan antara Indonesia Timur dan
Indonesia Barat.
 Pajak rakyat terdiri dari hasil bumi seperti beras, kayu, dan palawija.
2. Kehidupan Sosial
Dalam berita Cina dan kitab Ling Wai Tai Ta menerangkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari
orang-orang memakai kain sampai di bawah lutu dengan rambut terurai. Rumah-rumah mereka
bersih dan teratur, lantainya ubin berwarna kuning dan hijau.
Dalam perkawinan, keluarga pengantin wanita menerima mas kawin berupa emas. Raja
berpakaian sutra, memakai sepatu, dan perhiasan emas. Rambut raja disanggul ke atas. Raja
bepergian naik gajah atau kereta yang diiringi oleh 500 sampai 700 prajurit.
3. Kehidupan Budaya
Kehidupan budaya pada masa kekuasaan Kerajaan Kediri berkembang dengan pesat terutama
dalam bidang sastra dan pertunjukan wayang. Wayang yang terkenal di Kediri adalah wayang
panji. Berikut hasil-hasil sastra pada zaman Kerajaan Kediri.
 Kresnayana, diperkirakan berasal dari zaman Raja Jayawarsa ditulis oleh Mpu Triguna,
isi Kresnayana mengenai perkawinan antara Kresna dan Dewi Rukmini.
 Bharatayudha, dikarang oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh tahun 1157 pada masa
pemerintahan Jayabaya. Kitab ini ditulis untuk memberikan gambaran terjadinya perang
saudara antara Panjalu melawan Jenggala. Perang tersebut digambarkan dengan perang
antara Kurawa dan Pandawa yang masing-masing merupakan keturunan Barata.
 Arjunawiwaha, dikarang oleh Mpu Kanwa. Mengisahkan tentang pernikahan Raja
Airlangga dengan putri raja dari Kerajaan Sriwijaya. Dibuat pada masa pemerintahan
Raja Jayabaya.
 Hariwangsa, dikarang oleh Mpu Panuluh pada masa pemerintahan Jayabaya.
 Smaradhahana, dikarang oleh Mpu Dharmaja pada masa pemerintahan Raja Kameswara.
Isi Smaradhahana menceritakan tentang sepasang suami istri Smara dan Rati yang
menggoda dewa Syiwa yang sedang bertapa. Smara dan Rati terkena kutukan dan mati
terbakar api (dhahana) karena kesaktian dewa Syiwa. Namun, suami istri tersebut
dihidupkan lagi dan menjelma sebagai Kameswara dan permaisurinya.
 Wrtasancaya dan Lubdaka, dikarang oleh Mpu Tanakung. Kitab Lubdaka ditulis pada
zaman Raja Kameswara. Isi kitab Lubdaka menceritakan tentang seorang pemburu
bernama Lubdaka. Lubdaka sudah banyak membunuh. Pada suatu ketika Lubdaka
mengadakan pemujaan yang istimewa terhadap Syiwa, sehingga rohnya yang seharusnya
masuk neraka, menjadi masuk surge

G.KEURUNTUHAN
Masa pimpinan raja Kertajaya, kejayaan Kediri runtuh. Keruntuhan ini karena adanya
pertentangan dengan kaum Brahman. Brahmana menganggap Kertajaya telah melanggar agama
seorang akuwu dari Tumapel. Perselisihan ini semakin memuncak, dan ditandai dengan
pertempuran di Desa Ganter (1222 M).

Dalam pertempuran ini Kertajaya dikalahkan Ken Arok dan pada masa inilah kejayaan kerajaan
Kediri berakhir. Namun masa ini belumlah benar-benar berakhir. Kediri masih bisa kembali
bangkit dibawah pimpinan Raja Jayakatwang. Namun kebangkitan ini tidaklah lama, karena
setelah Jayakatwang dikalahkan oleh tentara Mongol dan pasukan Raden Wijaya, dari kerajaan
Singasahri, Kediri benar-benar hancur dan tidak pernah terdengar beritanya.

7.KERAJAAN SINGASARI
A.LETAK GEOGRAFIS,TAHUN,PETA
Sumber-sumber catatan utama mengenai Kerajaan Singasari bisa diperoleh dari Kitab
Negarakartagama, Kitab Pararaton, beberapa bangunan Candi dan lainnya. Berdasarkan sumber-
sumber terpercaya yang dijadikan acuan tersebut diketahui jika Ken Arok mendirikan kerajaan
ini pertama kali di tahun 1222.
Dan lokasi yang pertama kali tergambarkan ialah di Singasari Malang, tepatnya berada di
kawasan Kutaraja dan beribukota di kawasan Tum

B.PRASASTI
1. Prasasti Malurung
Prasasti Malurung adalah prasasti peninggalan kerajaan Singasari yang berupa lempengan-
lempengan tembaga yang merupakan peninggalan kerajaan Kediri. Peninggalan Kerajaan Kediri
ini tepatnya berasal dari masa pemerintahan Raja Kertanegara pada tahun 1255.
2. Prasasti Manjusri
Prasasti Manjusri adalah salah satu prasasti peninggalan kerajaan Singasari yang berupa
manuskrip kuno berupa pahatan. Pahatan ini berada di belakan Arca Manjusri. Prasasti Manjusri
ini memiliki catatan tanggal 1343 dan pada mulanya ditemukan di sekitar reruntuhan candi Jago.
3. Prasasti Singosari
Dari namanya saja tentu sudah jelas bahwa ini adalah prasasti Kerajaan Singasari. Prasasti
Singasari ini ditemukan di desa Singosari, Malang, Jawa Timur. Prasasti Singasari ini memiliki
catatan tanggal 1351 M. Prasasti Singasari ditulis menggunakan aksara Jawa dan saat ini
disimpan di Museum Gajah.
4. Prasasti Wurare
Prasasti kerajaan Singasari selanjutnya adalah prasasti Wurare. Prasasti Wurare dibuat untuk
memperingati penobatan arca Mahaksobhya di sebuah tempat yang bernama Wurare. Manuskrip
yang ada pada prasasti Wurare bertuliskan 1289 M dan dipahat pada sebuah arca yang
melambangkan penghormatan pada Raja Kertanegara.

C.RAJA YANG BERKUASA


1. Ken Arok (1222–1227 M) Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus
juga menjadi Raja Singasari yang pertama dengan gelar Sri Rangga Rajasa Sang
Amurwabumi
2. Anusapati (1227–1248 M)
3. Tohjoyo (1248 M)
4. Ranggawuni (1248–1268 M)
5. Kertanegara (1268-1292 M)

D.MASA KEJAYAAN
Masa kejayaan singasari berada di bawah pimpinan raja kertanegara. pada zaman itu, beliau
mengadakan berbagai hubungan dengan kerjaan dalam dan luar Indonesia. Terdapat juga
ekspedisi pamalayu. Pada zaman tersebut, kedua agama (Hindu dan Buddha) dapat hidup
berdampingan. Bahkan raja kertanegara memiliki agama campuran antara Hindu dan Buddha

E.PENINGGALAN
 Candi Singosari
 Candi Jago.
 Candi Sumberawan.
 Arca Dwarapala.
 Prasasti Singasari
 Candi Jawi.
 Prasasti Wurare.
 Candi Kidal.

F.KEHIDUPAN:POLITIK,SOSIAL,EKONOMI,BUDAYA,AGAMA
A. Kehidupan Politik
Kehidupan politik pada masa Kerajaan Singasari dapat kita lihat dari raja-raja yang pernah
memimipinya. Berikut ini adalah raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Singasari.
1.Ken Arok (1222–1227).
Pendiri Kerajaan Singasari ialah Ken Arok yang menjadi Raja Singasari dengan gelar Sri
Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari
menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra
(Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222–1227). Pada tahun
1227 Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok
dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa– Buddha.
2.Anusapati (1227–1248).
Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok
dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam sehingga
diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa ( tempat kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta
sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo
menyabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati.
Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.
B. Kehidupan Ekonomi
idak banyak sumber prasasti dan berita dari negeri asing yang dapat memberi keterangan secara
jelas kehidupan perekonomian rakyat Singasari. Akan tetapi, berdasarkan analisis bahwa pusat
Kerajaan Singasari berada di sekitar Lembah Sungai Brantas dapat diduga bahwa rakyat
Singasari banyak menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian. Keadaan itu juga didukung
oleh hasil bumi yang melimpah sehingga menyebabkan Raja Kertanegara memperluas wilayah
terutama tempat-tempat yang strategis untuk lalu lintas perdagangan.
Keberadaan Sungai Brantas dapat juga digunakan sebagai sarana lalu lintas perdagangan dari
wilayah pedalaman dengan dunia luar. Dengan demikian, perdagangan juga menjadi andalan
bagi pengembangan perekonomian Kerajaan Singasari.
C. Kehidupan Sosial-Budaya
Keadaan rakyat Singasari mulai berangsur-angsur membaik setelah Wisnuwardhana naik takhta
Singasari. Kemakmuran makin dapat dirasakan rakyat Singasari setelah Kertanegara menjadi
raja. Pada masa pemerintahan Kertanegara, kerajaan dibangun dengan baik. Dengan demikian,
rakyat dapat hidup aman dan sejahtera.
Dengan kerja keras dan usaha yang tidak henti-henti, cita-cita Kertanegara ingin menyatukan
seluruh wilayah Nusantara di bawah naungan Singasari tercapai juga walaupun belum sempurna.
Daerah kekuasaannya, meliputi Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Melayu, Semenanjung
Malaka, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.

G.KERUNTUHAN
Penyebab runtuhnya kerajaan Singasari ironisnya terjadi pada masa kejayaannya dibawah raja
Kertanegara. Sang raja dan jajarannya yang lebih sibuk melakukan ekspansi di luar jawa lengah
karena adanya pemberontakan oleh Jayakatwang dari Kediri, salah satu wilayah terdekat
kerajaan tersebut. Pemberontakan tersebut, yang berupaya membunuh Kertanegara dibantu oleh
Arya Wiraraja dari Madura. Serangan mereka hanya bisa dimentahkan dari utara, bukan dari
selatan. Kertanegara pun berhasil dibunuh dan berakhirlah Singasari. Jayakatwang pun
mendirikan kerajaan baru di Kediri.
8.KERAJAAN MAJAPAHIT
A.LETAK GEOGRAFIS,TAHUN,PETA
Secara geografis letak kerajaan Majapahit sangat strategis karena adanya di daerah lembah
sungai yang luas, yaitu Sungai Brantas dan Bengawan Solo, serta anak sungainya yang dapat
dilayari sampai ke hulu.
Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini
menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang
bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan
Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut
dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya Kubilai Khan marah dan lalu
memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.

B.PRASASTI
 Prasasti Kudadu 1294 M.
 Prasasti Sukamerta (1296 M) dan Prasasti Balawi (1305 M)
 Prasasti Waringin Pitu (1447 M)
 Prasasti Canggu (1358 M)
 Prasasti Biluluk I (1366 M), Biluluk II (1393 M), Biluluk III (1395 M)
 Prasasti Karang Bogem (1387 M)

C.RAJA YANG BERKUASA


1. Raden Wijaya (1293-1309)
Raden Wijaya adalah pendiri Kerajaan Majapahit sekaligus raja pertama Majapahit. Raden
Wijaya naik tahta Kerajaan Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Pada masa
kepemimpinan Raden Wijaya ini adalah masa awal Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya
nampaknya lebih mengutamakan melakukan konsolidasi dan memperkuat pemerintahan. Ini
perlu dilakukan karena pada masa awal tersebut adalah masa transisi dari kerajaan sebelumnya
yaitu kerajaan Singhasari menuju kerajaan baru yaitu Kerajaan Majapahit. Beberapa strategi
dilakukan Raden Wijaya (baca : Silsilah dan Biografi Raden Wijaya) untuk memperkuat
pemerintahan, seperti dengan menjadikan Majapahit sebagai pusat pemerintahan. Kemudian
memberikan posisi penting kepada para pengikut setianya, dan menikahi keempat putri
Kertanegara (raja Singhasari). Raden Wijaya meninggal pada tahun 1309 dan dimakamkan di
Candi Sumberjati atau Candi Simping.
2. Jayanegara (1309-1328)
Raja ke dua Kerajaan Majapahit adalah Jayanegara. Jayanegara adalah putra Raden Wijaya tapi
dari selir. Karena Raden Wijaya tidak memiliki putra dari permaisuri, maka Jayanegara putra
dari selir ini yang kemudian menjadi raja Majapahit. Jayanegara memerintah kerajaan Majapahit
dalam usia yang masih sangat muda. Bahkan dikisahkan juga bahwa Jayanegara memiliki tabiat
yang tidak bagus sebagai raja. Pemerintahan Jayanegara ini tidak kuat sehingga banyak muncul
pemberontakan. Dan pemberontakan ini diinisiasi oleh orang-orang di lingkaran Istana
Majapahit yang dulunya merupakan orang kepercayaan Raden Wijaya ayahnya. Diantara
pemberontakan tersebut ada pemberontakan Ronggolawe, pemberontakan Lembu Sora, Nambi,
dan ada beberapa pemberontakan lagi yang lainnya.
3. Tribhuwana Tungga Dewi (1328-1350)
Raja berikutnya adalah Tribhuwana Tunggadewi yang seorang wanita. Jayanegara wafat pada
tahun 1328 dan tidak memiliki keturunan. Karena Jayanegara tidak memiliki keturunan, maka
tahta diserahkan kepada Gayatri atau Rajapatni yang merupakan permaisuri Raden Wijaya.
Namun karena Gayatri telah menjadi Bhiksuni, maka diwakilkan kepada putrinya yang bernama
Tribhuwana Tunggadewi. Masa pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi ini bisa dikatakan
sebagai awal kejayaan Kerajaan Majapahit. Meski masih ada beberapa pemberontakan, namun
secara umum berhasil ditumpas. Suami Tribhuwana Tunggadewi bernama Cakradhara dan
menjabat Bhre Tumapel dengan gelar Kertawardana. Pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi
(baca : Silsilah dan Biografi Tribhuwana Tunggadewi) lebih kuat dengan adanya Mahapatih
Gajah Mada. Pada masa pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi, Majapahit mengadakan
perluasan kekuasaan besar-besaran di berbagai daerah di Nusantara.
4. Hayam Wuruk (1350-1389)
Raja Majapahit selanjutnya adalah Prabhu Hayam Wuruk. Prabhu Hayam Wuruk ini adalah raja
yang berhasil membawa masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Dengn dimulai dari Trubhuwana
Tunggadewi dalam ekspansi ke berbagai daerah, kemudian Hayam Wuruk (baca : Silsilah dan
Biografi Hayam Wuruk) menyempurnakan dengan tata kelola yang bagus. Gelar Hayam Wuruk
adalah Rajasanegara. Salah satu faktor penunjang kesuksesan Hayam Wuruk dalam memerintah
Majapahit adalah keberadaan para pembantunya yang sangat mumpuni. Sebut saja Mahapatih
Gajah Mada, kemudian Adityawarman dan Mpu Nala. Orang-orang tersebut memiliki kapasitas
yang sangat mumpuni dalam menjalankan sebuah negara untuk mencapai kemajuan. Mpu Nala
sebagai pimpinan armada laut juga sangat piawai dalam menjalankan setrategi. Dengan
kebesaran Kerajaan Majapahit, tak sulit bagi Majapahit untuk menjalin kerjasama dengan
kerajaan-kerajaan tetangga yang disebut dengan Mitrekasatat.
5. Kusumawardani-Wikramawardhana (1389-1399)
Raja selanjutnya adalah Kusumawardhani atau lebih tepatnya ratu Majapahit. Kusumawardhani
dijadikan ratu di pusat Majapahit sedangkan putra laki-laki dari selir Prabhu Hayam Wuruk yaitu
Bhre Wirabumi (Minak Jingga) dijadikan sebagai raja kecil di Blambangan. Bhre Wirabumi atau
Minak Jingga ini menjadi raja di Blambangan namun tetap berada di bawah kekuasaan
Majapahit atau tunduk kepada Majapahit.
6. Suhita (1399-1429)
Setelah masa pemerintahan Kusumawardhani selesai, maka tahta kemudian jatuh kepada Suhita
yang merupakan putra dari Wikramawardhana dengan seorang selir. Dari sinilah kemudian
muncul konflik yang akan membawa kepada keruntuhan Kerajaan Majapahit. Bhre Wirabhumi
alias Minak Jinggo merasa lebih berhak atas tahta Kerajaan Majapahit dari pada Suhita dan
kemudian perang saudara yang disebut dengan Perang Paregreg pada tahun 1401-1406.
Wirabhumi atau Minak Jinggo akhirnya berhasil dibunuh oleh Damar Wulan. Perang Paregreg
ini kemudian membuat banyak daerah yang berada di bawah kekuasaan Majapahit memisahkan
diri dan semakin membuat Majapahit terpuruk
7. Bhre Tumapel (Kertawijaya)- (1447-1451)
8. Rajasawardhana (1451—1453)
9. Purwawisesa (1456-1466)
10. Kartabumi (1466-1478)

D.MASA KEJAYAAN
Kerajaan Majapahit mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Hayam
Wuruk adalah raja keempat yang memerintah dari tahun 1350 hingga 1389. Ia menggantikan
Tribhuwanattunggadewa Jayawisnuwarddani. Hayam Wuruk dalam memerintah dibantu oleh
Gajah Mada. Dalam masa pemerintahannya, Hayam Wuruk dapat membawa seluruh rakyatnya
mengalami kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan. Setiap perayaan agung di pusat kerajaan
di meriahkan oleh seluaruh rakyat tanpa kecuali
Pada masa pemerintahannya itulah kerajaan-kerajaan lain di nusantara raya ini tidak hanya
sekedar sebagai negara bawahan yang tidak mempunyai kemerdekaan, tetapi semua kerajaan itu
bersama-sama dengan pemerintah pusat di Jawa Timur mengembangkan potensi daerah masing-
masing bagi kepentingan nusantara raya ini. Pada masa pemerintahannya juga, seluruh
kepulauan di Indonesia berada di bawah kekuasaan Majapahit. Namun hal itu tidak lepas juga
dari gigihnya Gajah Mada yang benar-benar menjalankan Sumpah Palapa.

E.PENINGGALAN
 Candi Tikus.
 Candi Bajang Ratu
 Candi Sukuh.
 Candi Brahu.
 Candi Wringin Lawang.
 Candi Ceto.
 Candi Surawana.
 Candi Wringin Branjang.

F.KEHIDUPAN:POLITIK,EKONOMI,SOSIAL,BUDAYA,AGAMA
a. Kehidupan Politik Kerajaan Majapahit
Kehidupan politik di Kerajaan Majapahit penuh lika-liku pemberontakan yang terjadi.
Pemberontakan terjadi bermula Raden Wijaya menjadi raja. Banyak pemberontakan yang
dilakukan oleh Ronggolawe, Sora, dan Nambi. Pemberontakan yang sering terjadi itu tak lain
adalah untuk menjatuhkan Raden Wijaya.
Meskipun begitu, Raden Wijaya tetap mampu mengatasinya karena kecerdikan yang dimilikinya.
Masa pemerintahan Raden Wijaya berakhir tahun 1309, hal ini karena Raden Wijaya meninggal
dunia. Pewaris kerajaan selanjutnya adalah Jayanegara yang tak lain adalah putra Raden Wijaya.
Kala itu, dia baru berusia 15 tahun.
Di masa pemerintahan Jayanegara juga banyak sekali terjadi pemberontakan ditambah dengan
kemampuan Jayanegara yang minim terhadap kerajaan. Hingga akhirnya Jayanegara dijuluki
“Kala Jamet” yang artinya lemah dan jahat. Selain itu, pemberontakan Ra Kuti adalah
pemberontakan paling berbahaya yang hampir menjatuhkannya.
Di sisi lain, Gajah Mada pun menyelamatkannya dan dibawa ke tabib desa Badaran. Namun,
ternyata tabib tersebut memiliki dendam yang akhirnya Jayanegara dibunuhnya. Gajah Mada pun
membalaskan dengan membunuh tabib tersebut.
Kerajaan pun diteruskan oleh sang adik, Gayatri yang bergelar Tri Buana Tunggadewi. Pada
masanya juga terjadi banyak pemberontakan, namun lagi-lagi berhasil ditumpas oleh Gajah
Mada. Gajah Mada pun dilantik menjadi mahapatih kerajaan.
Setelah itu, dia mengucapkan sumpah yang dikenal dengan sumpah palapa. Tak lama setelah itu,
Sang Ratu meninggal dunia. Pemerintahannya hanya berlangsung 1328-1350 M saja. Setelah itu
digantikan oleh Hayam Wuruk hingga mencapai puncak keemasannya.
Kerajaan Pajajaran
b. Kehidupan Ekonomi
Letak Kerajaan Majapahit yang strategis, berada di dataran rendah, dan banyaknya pelabuhan-
pelabuhan menjadikan perekonomian berkembang pesat. Mayoritas penduduknya adalah
pedagang, ada juga pengrajin emas, perak, dan lain-lain.
Komoditas ekspor kerajaan berupa lada, garam, kain, dan burung kakak tua. Kerajaan Majapahit
juga membuat mata uang dengan campuran perak, timah putih, timah hitam dan tembaga. Selain
itu, berbagai infrastruktur juga turut dibangun.
c. Kehidupan Kebudayaan
Kehidupan kebudayaan kerajaan sangatlah maju pada masa itu. Hal ini karena berbagai perayaan
keagamaan maupun perayaan adat lainnya dirayakan setiap tahunnya yang disambut meriah
penduduk Majapahit.
D.Kehidupan agama
Pada masa Kerajaan Majapahit berkembang agama Hindu Syiwa dan Buddha. Kedua umat
beragama itu memiliki toleransi yang besar sehingga tercipta kerukunan umat beragama yang
baik. Raja Hayam Wuruk beragama Syiwa, sedangkan Gajah Mada beragama Buddha. Namun,
mereka dapat bekerja sama dengan baik.
Rakyat ikut meneladaninya, bahkan Empu Tantular menyatakan bahwa kedua agama itu
merupakan satu kesatuan yang disebut Syiwa–Buddha. Hal itu ditegaskan lagi dalam Kitab
Sutasoma dengan kalimat Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa. Artinya,
walaupun beraneka ragam, tetap dalam satu kesatuan, tidak ada agama yang mendua.
Urusan keagamaan diserahkan kepada pejabat tinggi yang disebut Dharmmaddhyaksa. Jabatan
itu dibagi dua, yaitu Dharmmaddhyaksa Ring Kasaiwan untuk urusan agama Syiwa dan
Dharmmaddhyaksa Ring Kasogatan untuk urusan agama Buddha. Kedua pejabat itu dibantu oleh
sejumlah pejabat keagamaan yang disebut dharmmaupatti. Pejabat itu, pada zaman Hayam
Wuruk yang terkenal ada tujuh orang yang disebut sang upatti sapta. Di samping sebagai pejabat
keagamaan, para upatti juga dikenal sebagai kelompok cendekiawan atau pujangga. Misalnya,
Empu Prapanca adalah seorang Dharmmaddhyaksa dan juga seorang pujangga besar dengan
kitabnya Negarakertagama.
Untuk keperluan ibadah, raja juga melakukan perbaikan dan pembangunan candi-candi.

G.KERUNTUHAN
Runtuhnya Kerajaan Majapahit pada tahun 1400 Saka (1478 M) dijelaskan dalam Chandra
Sengkalayang berbunyi, “Sirna ilang Kertaning-Bhumi” dengan adanya peristiwa perang saudara
antara Dyah Ranawijaya dengan Bhre Kahuripan. Selain itu, keruntuhan Majapahit disebabkan
karena serangan dari Kerajaan Islam Demak.

9.KERAJAAN BULELENG
A.LETAK GEOGRAFIS,TAHUN,PETA
Kerajaan Buleleng berada di Buleleng, Bali utara. Berlokasi di pesisir Buleleng yang
menyebabkan padatnya kapal komersial dari Sumatera dan Jawa. Ciri khas wilayah Buleleng
terbagi menjadi dua, yaitu dataran rendah di utara dan dataran tinggi di selatan. Penyatuan pantai
dan gunung ini menyebabkan penduduk Buleleng selalu menjunjung slogan 'nyegara gunung'.
Konsep nyegara gunung berarti semua karunia alam baik dari laut maupun gunung harus
disyukuri dan selalu dijaga kesuciannya.
Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di Bali utara yang didirikan sekitar pertengahan abad
ke-17 dan jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1849. Kerajaan ini dibangun oleh I Gusti
Anglurah Panji Sakti dari Wangsa Kepakisan dengan cara menyatukan seluruh wilayah wilayah
Bali Utara yang sebelumnya dikenal dengan nama Den Bukit. Setelah kemerdekaan Republik
Indonesia, Kerajaan Buleleng berstatus sebagai Daerah Tingkat II Buleleng.

B.PRASASTI
Prasasti Blanjong

C.RAJA YANG BERKUASA


1). Wangsa Panji Sakti
Adapun raja-raja yang berasal dari Wangsa Panji Sakti antara lain seperti di bawah ini:
 Gusti Anglurah Panji Sakti
 Gusti Alit Panjit
 Gusti Ngurah Panji
 Gusti Ngurah Jelantik
 Gusti Made Singaraja
2). Wangsa Karangasem
Beberapa raja yang berasal dari Wangsa Karangasem yaitu sebagai berikut:
Anak Agung Rai
 Gusti Gede Karang
 Gusti Made Oka Sori
 Gusti Ngurah Mae Karangasem
D.MASA KEJAYAAN
Dalam sejarah Bali, nama Buleleng mulai terkenal setelah periode kekuasaan Majapahit.
Buleleng didirikan oleh I Gusti Ngurak Panji Sakti. Nama Kerajaan Buleleng semakin terkenal
masa penjajahan Belanda di Bali. Kerajaan Buleleng termasuk salah satu kerajaan di Bali yang
tidak melaksanakan hukun Tawan Karang. Pada saat itu, Kerajaan Buleleng dibawah pimpinan
Gusti Ngurah Made Karangasem.

E.PENINGGALAN
 Prasasti Malatgede dan Penempahan
 Pura Tirta Empul
 Pura Penegil Dharma

F.KEHIDUPAN:POLITIK,SOSIAL,EKONOMI,BUDAYA,AGAMA
A.kehidupan politik
Dinasti Warmadewa didirikan oleh Sri Kesari Warmadewa. Berdasarkan prasasti Belanjong, Sri
Kesari Warmadewa merupakan keturunan bangsawan Sriwijaya yang gagal menaklukan
Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Kegagalan tersebut menyebabkan Sri Kesari Warmadewa
memilih pergi ke Bali dan mendirikan pemerintahan baru. Buleleng diperkirakan menjadi salah
satu daerah kekuasaan Dinasti Warmadewa.
Pada tahun 989-1011 Kerajaan Buleleng diperintah oleh Udayana Warmadewa. Udayana
memiliki 3 putra yaitu, Airlangga, Marakatapangkaja, dan Anak Wungsu. Selanjutnya Airlangga
akan menjadi raja terbesar di Medang Kemulan, Jawa Timur. Menurut prasasti yang terdapat di
pura Batu Madeg, Raja Udayan menjalin hubungan erat dengan Dinasti Isyana di Jawa Timur.
Hubungan ini dilakukan karena permaisuri Udayana bernama Gunapriya Dharmapatni
merupakan keturunan Mpu Sindok. Raja Udayana digantikan oleh putranya Marakatapangkaja.
Rakyat Buleleng menganggap Marakatapangkaja sebagai sumber kebenaran hukum karena
selalu melindungi rakyatnya. Marakatapangkaja membangun beberapa tempat peribadatan untuk
rakyat. Salah satu peninggalan Marakatapangkaja adalah kompleks candi di Gunung Kawi
(Tampaksiring). Pemerintahan Marakatapangkaja digantikan oleh adiknya yaitu Anak Wungsu.
Ia berhasil menjaga kestabilan kerajaan dengan menanggulangi berbagai gangguan dari dalam
maupun luar kerajaan.
Dalam menjalankan pemerintahan, Raja Buleleng dibantu oleh badan penasehat pusat yang
disebut pakirankiran I jro makabehan. Badan ini berkewajiban memberikan tafsiran dan nasihat
kepada raja atas berbagai permasalahan yang muncul.
Pendiri dinasti Warmadewa adalah Sri Kesari Warmadewa, menurut riwayat lisan turun-
temurun, yang berkuasa sejak abad ke-10. Namanya disebut-sebut dalam prasasti Blanjong di
Sanur dan menjadikannya sebagai raja Bali pertama yang disebut dalam catatan tertulis.
b. Kehidupan Sosial
Dalam kehidupan sosial Kerajaan Buleleng, masyarakat Bali, tidak terlepas dari agama yang
dianutnya yaitu agama hindu (mempunyai pengaruh yang paling besar) dari Budha sehingga
keadaan sosialnya sebagai berikut
1) Terdapat pembagian golongan/kasta dalam masyarakat yaitu Brahmana, Ksatria dan
Waisya.
2) Masing-masing golongan mempunyai tugas dan kewajiban yang tidak sama disbanding
keagamaan.
3) Pada masa Anak Wungsu dikenal adanya beberapa golongan pekerja khusus yaitu
pande besi, pande emas, dan pande tembaga dengan tugas membuat alat-alat pertanian,
alat-alat rumah tangga, senjata, perhiasan dan lain-lain.
Hasil budaya kerajaan buleleng antara lain :
1) Prasasti
2) Cap Materai kecil dari tanah liat yang disimpan dalam stupa kecil
3) Arca misalnya arca durga.
4) Dua kitab undang-undang yang dipakai pada masa pemerintahan Jayasakti yaitu
Uttara Widdhi Balawan dan Rajawacana/Rajaniti.
c. Kehidupan Ekonomi
Pada zaman keemasan Dinasti Warmadewa, kegiatan yang paling terkenal dari kerajaan ini
adalah perdagangan, dengan barang dagangan berupa, beras, asam, kemiri, dan hasil pertanian
lainnya. Diketahui juga bahwa kerajaan ini sudah menggunakan alat tukar berupa uang dengan
nama ma su dan piling.
Buleleng berkembang menjadi pusat perdagangan laut. Hasil pertanian dari pedalaman diangkut
lewat darat menuju Buleleng. Dari Buleleng barang dagangan yang berupa hasil pertanian seperti
kapas, beras, asam, kemiri, dan bawang diangkut atau diperdagangkan ke pulau lain.
Menurut prasasti yang disimpan di desa Sembiran yang berangka tahun 1065 M ini perdagangan
dengan daerah seberang mengalami perkembangan pesat pada masa Dinasti Warmadewa yang
diperintah oleh Anak Wungsu. Prasasti itu memiliki arti, “andai kata ada saudagar dari seberang
yang datang dengan jukung bahitra berlabuh di manasa...”
Dengan perkembangan perdagangan laut antar pulau di zaman kuno secara ekonomis Buleleng
meiliki peranan yang penting bagi perkembangan kerajaan-kerajaan di Bali, misalnya Kerajaan
Dinasti Warmadewa.
d.Kehidupan Agama
Agama Hindu Syiwa mendominasi kehidupan masyarakat Buleleng. Tetapi tradisi megalitik
masih mengakar kuat dalam masyarakat Buleleng. Kondisi ini dibuktikan dengan ditemukannya
beberapa bangunan pemujaan seperti punden berundak di sekitar pura-pura di Hindu. Pada masa
pemerintahan Janasadhu Warmadewa agama Budha mulai berkembang. Perkembangan ini
ditandai dengan penemuan unsur-unsur Budha seperti arca Budha di Gua Gajah dan stupa di pura
Pegulingan. Agama Hindu dan Budha mulai mendapat peranan penting pada masa Raja
Udayana. Pada masa ini pendeta Syiwa dan brahmana Budha diangkat sebagai salah satu
penasehat raja. Masyarakat Buleleng menganut agama Hindu Waesnawa.

G.KERUNTUHAN
Keruntuhan kerajaan Buleleng disebabkan oleh perang melawan kolonial Belanda yaitu “Perang
Jagaraga”. Hampir semua kerajaan di Bali mengobarkan perang tersebut, termasuk kerajaan
Buleleng. Terjadinya perang tersebut penyebabnya adalah sebagai berikut.
 Berlakunya hak tawan bagi raja-raja Bali, yaitu hak raja untuk merampas kapal dan
muatannya yang terdampar di Pulau Bali. Raja Buleleng merampas kapal-kapal Belanda
di Sangsit dan Prancah.
 Belanda menuntut supaya hak tawan karang dihapus, dan raja-raja Bali mau mengakui
kekuasaan Belanda di Bali serta mau melindungi perdagangan di Bali
Dalam menundukkan kerajaan Buleleng tidaklah mudah bagi Belanda. Terbukti dengan Belanda
yang memerlukan beberapa ekspedisi untuk menaklukkan kerajaan Buleleng yang dibantu oleh
sekutunya. Berikut ekpedisi dari Belanda.
o Ekspedisi I (18 Juni 1846)
 Dalam ekspedisi pertamanya (1846) Belanda mengirim 1700 pasukan yang dipimpin Van
den Bosch. Kerajaan Buleleng yang meski mendapat bantuan dari sekutunya (seperti
kerajaan Karangasem, Klungkung, Gianyar, dan Mengwi) tidak mendapat
mempertahankan kerajaannya. Bersamaan dengan jatuhnya pusat kerajaan Buleleng ke
tangan Belanda, menyebabkan laskar Buleleng terdesak, dan atas desakan Patih Jelantik
raja Buleleng telah mengambil keputusan untuk mengundurkan pasukannya ke Buleleng
Timur memasuki desa Jagaraga serta menetapkan untuk menggunakan Jagaraga sebagai
benteng konsolidasi kekuatan dan sebagai ibukota kerajaan yang baru.
o Ekspedisi II “Perang Jagaraga I” (7 Maret 1848)
 Kapal perang Belanda mengirim 2265 serdadu yang dipimpin Mayor Jendral Van der
Wijk di Sangsit. Dengan dibangunnya Benteng Jagaraga dan berkat kegigihan para laskar
yang dipimpin Patih Jelantik, pasukan Belanda dapat dipukul mundur. Disini para laskar
dapat mengalahkan Belanda dengan mutlak.
o Ekspedisi III “Perang Jagaraga II” (15-16 April 1849)
 Kekalahan yang diluar dugaan Belanda dari rakyat Bali, membuat Belanda menjadi
geram. Dan pada tahun 1849 Belanda mengirimkan pasukan yang jauh lebih banyak,
yakni 15000 pasukan lebih yang terdiri dari pasukan Infanteri, Kavaleri, Artileri, dan
Zeni. Serangan tersebut dibalas oleh rakyat Bali dengan “Perang Puputan” yaitu
bertempur sampai titik darah penghabisan. Akhirnya, benteng Jagaraga jatuh ke tangan
Belanda. Setelah benteng Jagaraga jatuh, serangan diarahkan ke Klungkung,
Karangasem, dan Gianyar. Baru pada tahun 1906, Belanda dapat menegakkan
kekuasaannya di Bali.
TRADISI YANG UNIK DI SETIAP DAERAH
Brobosan, Tradisi Kematian Ala Jawa Timur yang Tak Pudar Dimakan Waktu
Apa itu tradisi Brobosan?
Brobosan adalah ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa ketika ada
kerabatnya yang meninggal. Brobosan sendiri dilakukan dengan cara berjalan di
bawah keranda mayat yang sedang diangkat tinggi-tinggi. Kegiatan tersebut
dilakukan sebelum jenazah diberangkatkan ke makam.

Biasanya, orang yang melakukan Brobosan adalah anak, cucu atau kerabat dekat
dari orang yang meninggal. Ritual tersbeut berdasarkan pepatah yang mengatakan,
“mikul dhuwur mendhem jero” atau menjunjung tinggi, dan juga mengenang jasa-
jasa orang yang telah tiada tersebut.
KASUS PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN DIRI
Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja sudah tidak asing lagi terjadi didalam kehidupan masyarakat
seiring dengan terus berkembangnya zaman yang mengakibatkan adanya
perubahan sosial. Remaja merupakan anak-anak yang memiliki usia diantara 12
hingga 18 tahun. Anak-anak pada usia ini sangat rentang terpengaruh oleh
perubahan sosial yang terjadi, bagi mereka yang tidak dapat membedakan mana
yang benar dan salah akan rentang melakukan perilaku penyimpangan sosial.
Sebagai contoh seperti perilaku ugal-ugalan di jalan raya, mabuk-mabukan,
mencuri hingga berbohong, dan masih banyak perilaku negatif yang lainnya.
PENGENDALIAN SOIAL
 Orangtua yang memantau perkembangan dan pergaulannya anak-anaknya
secara langsung
 Orangtua memberikan sanksi kepada anak karena tidak mengerjakan
tanggungjawabnya di rumah, ini dilakukan supaya anak bisa lebih dewasa
serta bertanggungjawab terhadap kewajibannya.

Anda mungkin juga menyukai