Fase ketiga dari DVI adalah fase antemortem atau fase pencarian data korban saat
hidup. Dalam rangka mengumpulkan data orang yang hilang untuk dicocokkan dengan data
korban, proses pengumpulan data antemortem perlu dilakukan. Proses ini dapat melibatkan
banyak dimensi kompleks dimana yang termasuk dalam tugas ini seperti mewawancarai
keluarga atau teman untuk mendapatkan fakta-fakta yang cukup dari orang-orang tercinta
korban. Disamping tugas yang sulit dan menantang ini, representatif dalam fase ini perlu
mengkoordinasikan aktivitas mereka dengan badan-badan lainnya, yurisdiksi atau negara,
untuk mengamankan data ante-mortem dari lokasi terpencil. (Interpol, 2014)
Setelah terkumpul data antemortem yang cukup dan terpercaya pada orang hilang tertentu,
data terkait akan diperiksa dengan cermat dan jika batas yang diperlukan dalam
mencocokkan data postmortem, data kemudian ditransfer ke Pusat Rekonsiliasi untuk
ditinjau proses identifikasinya. (Interpol, 2014)
Agar proses identifikasi mencakup seluruh cakupan bencana, sangat krusial untuk sesegera
mungkin mengumpulkan, merekam, dan memproses informasi mengenai korban yang
terluka, hilang atau meninggal, begitu pula dengan individu yang terpengaruh oleh bencana
ini. Hal ini menjadi lebih penting lagi jika bencana tersebut dapat meluas. Dengan
melakukan ini, proses pengumpulan data antemortem (AM) dapat dimulai dengan cepat
dan cukup diperlengkapi. (Interpol, 2014)
Tim AM bersama dengan rantai komando pada awalnya ditugaskan untuk mengumpulkan
dan mencatat semua informasi yang berkaitan dengan individu yang mungkin dianggap
sebagai korban bencana potensial. Pengalaman yang diperoleh dari operasi responsi
bencana sebelumnya telah menunjukkan bahwa laporan jumlah terduga korban bervariasi
dan seringkali melampaui jumlah korban yang sesungguhnya. Hal ini penting dikarenakan
langkah selanjutnya mungkin dilakukan berdasarkan data terduga korban untuk tujuan
verifikasi atau menyangkal jumlah total orang hilang yang sebenarnya. Perbandingan yang
berlanjut dengan daftar orang selamat yang terluka maupun tidak, dapat mengurangi
jumlah terduga korban. Capaian dari pendekatan ini ada dua, yaitu untuk memastikan kasus
sebenarnya dari orang hilang tidak terabaikan dan untuk mendata orang hilang yang
sebenarnya untuk memfasilitasi pengumpulan data AM dari keluarga berdasarkan daftar
korban. (Interpol, 2014)
A. Sistem Manajemen Dokumentasi
Semua data yang diperoleh oleh tim AM harus didokumentasikan. Dengan cara ini,
memungkinkan untuk menentukan data apa yang telah diperoleh oleh tim mana, dari
keluarga atau teman yang mana, dan lain-lain. Data personal yang sesuai, harus
dipersiapkan untuk setiap potensi orang hilang untuk digunakan dalam mendokumentasikan
semua informasi yang masuk dan keluar terkait dengan individu yang dipertanyakan. Data
personal ini harus memiliki lembar pembungkus dengan checklist semua penilaian yang
dibutuhkan untuk memperoleh data AM. Pada checklist ini, tim AM yang ditunjuk tetap
menjaga data progresif dari langkah yang telah dilakukan, langkah yang akan diambil, dan
informasi yang tidak bisa diperoleh disamping usaha investigatif intensif. (Interpol, 2014)
Tim AM harus memastikan bahwa semua data identifikasi korban yang dikumpulkan sesuai
dengan kebutuhan yang terkandung dalam Formulir Antemortem INTERPOL DVI (kuning).
Hal ini juga penting untuk memastikan bahwa data AM dikumpulkan oleh ahli yang telah
ditunjuk selengkap mungkin. Data AM spesifik yang tidak tersedia harus dicatat juga. Untuk
tujuan pengumpulan data identifikasi primer, tempat tinggal dan tempat kerja dari setiap
orang hilang, juga area lainnya dimana orang terduga hilang berada, harus diperlakukan
sebagai tempat kejadian perkara dan dilakukan pencarian bukti yang komprehensif dan
lengkap. Jaminan kualitas langkah harus dipastikan untuk mempertahankan standar dari
data AM yang dibutuhkan untuk perbandingan. (Interpol, 2014)
Hal-hal dibawah ini harus dipertimbangkan oleh tim wawancara AM DVI ketika melakukan
wawancara :
Wawancara harus dimulai sesegera mungkin setelah sanak saudara korban telah resmi
diberitahu mengenai insiden yang terjadi.
Sebelum wawancara, petugas kepolisian mengarahkan tim wawancara AM DVI harus
berusaha keras untuk menghubungi sanak saudara atau teman-teman orang hilang untuk
menjelaskan kepada mereka tentang wawancara yang perlu dilakukan, dan kenapa ia
dibutuhkan serta mengatur waktu dan lokasi.
Jika wawancara tidak dapat dilakukan di rumah sanak saudara atau teman, lokasi lain yang
dipilih adalah area yang dekat dengan publik dan/atau media, dan tempat yang memastikan
individu yang diwawancara merasa privat dan nyaman.
Jika waktu sudah ditetapkan untuk wawancara, tim wawancara AM DVI harus pasti sampai
pada waktu yang ditetapkan, menunjukkan baik profesionalisme dan kesopanan.
Setelah tiba di tempat wawancara, petugas polisi yang mengarahkan tim wawancara AM
DVI harus memperkenalkan setiap anggota tim kepada keluarga dan teman yang hadir. Jika
pengeras suara yang digunakan untuk wawancara telepon, setiap anggota tim wawancara
harus diperkenalkan kepada orang yang diwawancara.
Tim wawancara AM DVI harus memastikan keluarga dan/atau teman mau mengambil peran
dalam wawancara dan bahwa mereka menyadari mereka boleh meminta waktu istirahat
kapanpun dingingkan selama wawancara.
Pewawancara harus memastkan bahwa mereka selalu merujuk pada orang hilang dalam
bentuk sekarang, bukannya lampau.
Saat meminta informasi spesifik terkait orang hilang, pewawancara harus menahan diri
untuk bertanya mengenai hal-hal personal dan intim.
Anggota tim wawancara harus melakukan usaha yang konsisten untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan spesifik yang ditanyakan oleh orang yang diwawancarai dan
memberikan yang terbaik selama wawancara. Saat pertanyaan tidak dapat dijawab, orang
yang diwawancarai harus diberitahukan bahwa informasi tersebut dapat diperoleh jika
mungkin dan diberikan kepada mereka di lain waktu. Tidak ada pertanyaan yang diabaikan.
Petugas harus memastikan untuk mengumpulkan informasi dan material yang dibutuhkan
dalam satu kunjungan jika mungkin untuk menhindari gangguan lebih lanjut. Jumlah
kunjungan harus diusahakan minimal.
Jika lebih dari satu kunjungan dibutuhkan, tim yang sama harus melakukan kunjungan
selanjutnya tersebut.
Informasi berikut dan/atau material harus dikumpulkan sebelum menyimpulkan
wawancara. Jika wawancara dilakukan dengan telepon, petugas polisi yang mengarahkan
tim wawancara AM DVI harus mengatur material yang harus dikumpulkan oleh kepolisian
terdekat dan diteruskan ke Pusat Koordinasi Ante-Mortem DVI.
Setiap dan semua rekam medis dan gigi asli, tabel, catatan terapi, radiografi dan pelindung
mulut, dan lain-lain dari keluarga atau teman.
Foto terakhir yang menunjukkan seluruh wajah, senyum dan/atau gigi, tato, dan lain-lain.
Sampel seka dinding mulut dan darah diambil dari orang tua biologis atau anak dari orang
hilang
Deskripsi dan/atau foto setiap tato atau karakteristik fisik signifikan lainnya.
Setiap benda yang mengandung friction ridge impression dan/atau DNA dari orang hilang.
Izin untuk tes DNA harus diperoleh sebelum mengambil sampel seka dinding mulut atau
darah, sesuai hukum yang berlaku.
Formulir kuning AM INTERPOL DVI atau formulir AM lainnya seperti yang dibutuhkan oleh
koordinator AM DVI harus dilengkapi dan diserahkan kepada Pusat Koordinasi Ante-Mortem
DVI segera setelah wawancara dilakukan.
Tim wawancara AM DVI harus memasukkan nama setiap anggota dan tanda tangan pada
formulir kuning AM DVI. Tim harus mengirim atau mengatur pengiriman materi DNA, rekam
medis atau rekam gigi asli, dan radiografi, juga foto yang diperoleh selama atau setelah
wawancara, kepada Seksi Pendataan AM DVI.
Data harus disimpan dalam amplop atau map untuk mencegah hilangnya material.
Data harus memiliki lembar penutup dimana nama dan jenis kelamin orang hilang
dituliskan. Lembar penutup juga harus mengandung bagian untuk mencatat kemajuan data.
Catatan ante-mortem harus diteruskan ke Pusat AM DVI untuk translasi, transkripsi, dan
input data, disertai dokumenatsi yang pantas (Formulir AM INTERPOL DVI dan identifier).
Catatan AM harus diserahkan kepada petugas dari Pusat AM DVI dan ditanda-tangani oleh
petugas tersebut.
Setiap catatan antemortem yang tidak diproses ke Pusat AM DVI harus dikembalikan ke
sumbernya dimana mereka didapatkan dalam periode waktu yang telah ditetapkan.
(Interpol, 2014)