Anda di halaman 1dari 5

Ancaman di Bidang Sosial Budaya

Ancaman di bidang sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari


dalam dan dari luar. Ancaman dari dalam ditimbulkan oleh isu-isu kemiskinan,
kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Adapun ancaman dari luar timbul
sebagai akibat dari pengaruh negatif globalisasi, contoh kasus ancaman ini di
antaranya adalah sebagai berikut:
a. Munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu mengkonsumsi barang-
barang dari luar negeri.
b. Munculnya sifat hedonisme, yaitu kenikmatan pribadi dianggap sebagai
suatu nilai hidup tertinggi.
c. Adanya sikap individualisme, yaitu sikap selalu mementingkan diri sendiri
serta memandang orang lain itu tidak ada dan tidak bermakna. Sikap
seperti ini dapat menimbulkan ketidakpedulian terhadap orang lain,
misalnya sikap selalu menghardik pengemis, pengamen, dan sebagainya.
d. Munculnya gejala westernisasi, yaitu gaya hidup yang selalu berorientasi
kepada budaya barat tanpa diseleksi terlebih dahulu, seperti meniru model
pakain yang biasa dipakai orang-orang barat yang sebenarnya
bertentangan dengan nilai dan norma-norma yang berlaku, misalnya
memakai rok mini, lelaki memakai anting-anting dan sebagainya.
e. Semakin memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian
dan kesetiakawanan sosial.
f. Semakin lunturnya nilai keagamaan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Dampak dari kasus diatas adalah membuat manusia suka memaksakan diri
untuk mencapai kepuasan dan kenikmatan pribadinya tersebut, meskipun harus
melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Seperti mabuk-mabukan,
pergaulan bebas, foya-foya dan sebagainya.
Strategi yang dapat digunakan dalam menghadapi pengaruh dari luar yang
dapat membahayakan kelangsungan hidup sosial budaya, bangsa Indonesia
berusaha untuk memelihara keseimbangan dan keselarasan fundamental, yaitu
keseimbangan antara manusia dengan alam semesta, manusia dengan masyarakat,
manusia dengan Tuhan, keseimbangan kemajuan lahir dan kesejahteraan batin.
Kesadaran akan perlunya keseimbangan dan keserasian melahirkan toleransi yang
tinggi, sehingga menjadi bangsa yang berbhinneka dan bertekad untuk selalu
hidup bersatu.Untuk mendukung semua itu. Semangat kebangsaan, kepedulian
berbudaya, kemauan menjadi masyarakat global yang berbudaya dan bermartabat,
mengembangkan tanggungjawab, reaktualisasi terwujudnya budaya malu,
keuletan, kemandirian dan hal-hal semacam Itu merupakan fitur-fitur budaya dan
kebudayaan yang perlu terus ditumbuhkembangkan, mulai dari diri sendiri,
lingkungan, sampai pada tatanan nasional.
Jadi untuk mendukung sebuah ketahanan nasional kita harus bisa menjaga
budaya itu dan melestarikan budaya itu sendiri agar tidak punah dan di ambil
negara lain. Misal dengan membuat hak paten atau membuat hak cipta,
mengumumkan kepada dunia bahwa itu hasil karya kita.

Ancaman Bidang Budaya


Malaysia Klaim Tari Pendet Bali
Analisa kasus
Tari pendet dari Bali merupakan salah satu dari kebudayaan khas Nusantara yang
menjadi Identitas bangsa Indonesia.Tari Pendet sudah menjadi tarian upacara
keagamaan di Bali selama ratusan tahun dan kini telah menjadi tarian selamat
datang khas Bali.
Kasus pengklaiman budaya sudah tidak terdengar asing lagi. Berita-berita
yang memuat berbagai kasus pengklaiman sudah banyak dipublikasikan. Mulai
dari pengklaiman budaya, makanan, bahkan lagu daerah. Dari kumpulan berita
mengenai kasus pengklaiman ini, pelakunya kebanyakan adalah negara tetangga
Indonesia, yaitu negara Malaysia. Kasus ini membahas tentang pengklaiman tari
Pendet dari Bali. Ini terjadi karena Malaysia memasang Tari Pendet dalam iklan
visit year. Dalam berita tersebut, Malaysia tidak hanya mengklaim tari Pendet
saja, Malaysia juga pernah ketahuan mengklaim Angklung, Reog Ponorogo,
Batik, Hombo Batu, dan Tari Folaya. Analisis kasus ini selebihnya akan
membahas mengenai kebudayaan khas secara menyeluruh (tidak hanya tari Pendet
dari Bali).
Sebenarnya, mengapa bangsa Indonesia sering kehilangan budaya
khasnya? Hal ini terjadi karena kita Bangsa Indonesia, memiliki budaya yang
bagus, namun tidak ada yang menjaga, melindungi, dan melestarikannya, hanya
dibiarkan begitu saja. Banyak budaya Indonesia yang satu -- satunya di seluruh
dunia. Dan ada banyak negara selain Indonesia yang sering melihatnya dan
tertarik, maka negara itu pasti ingin segera memilikinya apalagi tahu jika warga
negara Indonesia sendiri tidak menjaga budayanya. Lantas kita sebagai pemilik
budaya apakah kita tidak merasa kesal jika budaya kita diambil oleh negara lain ?
Lantas salah siapa ? Apakah ini salah negara yang telah mengambil budaya kita?
Bukan ! Ini sepenuhnya adalah salah kita sebagai warga negara Indonesia yang
tidak memperdulikan budayanya sendiri.
Salah kita sebagai generasi muda tidak memeluk erat budaya khasnya.
Generasi muda era globalisasi sibuk mencari berita idol luar negeri. Program TV
sibuk menayangkan drama-drama luar negeri (India, Turki, Korea, Thailand,
Tiongkok, Jepang). Jika ada acara ulang tahun saluran TV, mereka mengundang
tamu spesial nan terkenal dari luar negeri.
Kita paham, pemerintah sibuk mengurus prokernya yang banyak dan
sangat sayang jika ditinggalkan. Kemungkinan juga pemerintah sempat melirik
dan mengurus pengklaiman. Namun menurut kita, tindakan pemerintah serba
lambat. Mereka mengurusnya jika hanya kasus pengklaiman telah dipublikasikan.
Dalam hal ini, yang dikhawatirkan adalah generasi muda. Kenapa hanya generasi
muda yang dikhawatirkan? Karena generasi muda adalah agen perubahan negara
untuk ke depannya. Kalau bukan kita, siapa lagi?
Jika kita kehilangan budaya dan ciri khasnya, apalah daya bangsa kita.
Kita sebagai manusia saja memiliki ciri khas sendiri. Kalau ciri khas kita hilang,
nanti kita bukan lagi menjadi diri kita sendiri.
Bagaimana jika negara kita kehilangan ciri khasnya? Tentunya bukan lagi
dikenal sebagai bangsa Indonesia. Orang-orang di luar negara Indonesia mungkin
akan sulit mendeskripsikan negara kita. Jika ada ciri khasnya, mungkin jika orang
luar negeri membicarakan negara kita pasti langsung mengetahuinya.
Dalam hal ini, kami memberi beberapa saran untuk meningkatkan
kesadaran menjaga ciri khas negara Indonesia.
Yang pertama, saran untuk pemerintah. Kami menyarankan, pemerintah
menambah program ekstrakurikuler wajib yang mempelajari budaya khas daerah
masing-masing di sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah
Menengah Atas. Mengapa demikian? Karena pencengkokan kesukaan budaya
khas harus dilakukan sejak dini agar terbiasa. Jika kita terbiasa mempelajari
budaya, maka lama kelamaan, dijamin akan cinta terhadap budaya khas
daerahnya.
Yang kedua, saran untuk saluran TV. Kami menyarankan, saluran TV
sebaiknya memberi tayangan-tayangan yang berasal dari Indonesia. Misalkan, jika
saluran TV sedang merayakan ulang tahun, tolong mengutamakan dan
mengadakan banyak pertunjukkan budaya khas Nusantara.
Jangan didominasikan oleh Band. Karena pengaruh program TV pada
saluran TV saat ini sangat besar. Juga, diharapkan untuk membuat sinetron yang
berkualitas agar masyarakat Indonesia berpaling dari drama luar negeri dan
tentunya program TV dibumbui dengan adat, budaya dan ciri khas Nusantara.
Yang ketiga, untuk generasi muda. Kami menyarakan untuk generasi
muda seperti kita membuka hati untuk mencintai budaya khas Nusantara dan juga
ikut berpartisipasi melakukan pelestarian dan perlindungan budaya khas daerah-
nusantara. Memang, jika menonton pertunjukkan budaya khas daerah kita sangat
kagum. Namun, cinta kita (generasi muda) tidak sampai sejauh bisa melindungi.
Cinta kita hanya sesaat dan hanya geram jika mendengar kabar budaya
kita diklaim negara lain. Selebihnya, kita hanya cuek. Hal ini sendiri juga tidaklah
mudah. Karena tidak semua manusia dilahirkan dengan bakat yang sama. Tetapi
setidaknya, kita harus mengakui adanya budaya khas daerah dan nusantara.
Yang keempat, jadilah sebagai penyebar kebudayaan khas Nusantara.
Dalam hal ini, zaman globalisasi menjadi keuntungan tersendiri karena adanya
media sosial. Media sosial menjadi peran penting untuk mengenalkan dan
menyebarluaskan kebudayaan khas Nusantara. Karena dengan begitu, seluruh
dunia setidaknya pernah mendengar atau mengetahui dan mengenal kebudayaan
khas Nusantara. Cobalah untuk peduli karena peduli dan cinta kepada kebudayaan
khas dilakukan bertahap (butuh proses).
Pada dasarnya, kebudayaan bukan hanya milik daerah tertentu, dan orang-
orang tertentu. Tetapi kebudayaan itu milik semua manusia yang tinggal di
Indonesia dan memiliki darah Indonesia. Milik Kami, Indonesia.
Yang kedua, saran untuk saluran TV. Kami menyarankan, saluran TV
sebaiknya memberi tayangan-tayangan yang berasal dari Indonesia. Misalkan, jika
saluran TV sedang merayakan ulang tahun, tolong mengutamakan dan
mengadakan banyak pertunjukkan budaya khas Nusantara.
Jangan didominasikan oleh Band. Karena pengaruh program TV pada
saluran TV saat ini sangat besar. Juga, diharapkan untuk membuat sinetron yang
berkualitas agar masyarakat Indonesia berpaling dari drama luar negeri dan
tentunya program TV dibumbui dengan adat, budaya dan ciri khas Nusantara.
Yang ketiga, untuk generasi muda. Kami menyarakan untuk generasi
muda seperti kita membuka hati untuk mencintai budaya khas Nusantara dan juga
ikut berpartisipasi melakukan pelestarian dan perlindungan budaya khas daerah-
nusantara. Memang, jika menonton pertunjukkan budaya khas daerah kita sangat
kagum. Namun, cinta kita (generasi muda) tidak sampai sejauh bisa melindungi.
Cinta kita hanya sesaat dan hanya geram jika mendengar kabar budaya
kita diklaim negara lain. Selebihnya, kita hanya cuek. Hal ini sendiri juga tidaklah
mudah. Karena tidak semua manusia dilahirkan dengan bakat yang sama. Tetapi
setidaknya, kita harus mengakui adanya budaya khas daerah dan nusantara.
Yang keempat, jadilah sebagai penyebar kebudayaan khas Nusantara.
Dalam hal ini, zaman globalisasi menjadi keuntungan tersendiri karena adanya
media sosial. Media sosial menjadi peran penting untuk mengenalkan dan
menyebarluaskan kebudayaan khas Nusantara. Karena dengan begitu, seluruh
dunia setidaknya pernah mendengar atau mengetahui dan mengenal kebudayaan
khas Nusantara. Cobalah untuk peduli karena peduli dan cinta kepada kebudayaan
khas dilakukan bertahap (butuh proses).
Pada dasarnya, kebudayaan bukan hanya milik daerah tertentu, dan orang-
orang tertentu. Tetapi kebudayaan itu milik semua manusia yang tinggal di
Indonesia dan memiliki darah Indonesia. Milik Kami, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai