Anda di halaman 1dari 4

Traumatic Brain Injury

EDH SDH SAH


Patofisiologi/MOI Akumulasi darah diantara tulang dan Perdarahan subdural adalah Terjadi karena ruptur aneurisma salah
duramater. perdarahan antara duramater dan satu arteri di dasar otak dan adanya
Trauma kepala dengan tekanan tinggi arachnoid, yang biasanya meliputi malformasi arteriovenosa (MAV).
yang cukup menyebabkan fraktur pada perdarahan vena. Terbagi atas 3 1. Aneurisme sekuler (berry), yaitu
tulang cranium sehingga terjadi ruptur bagian yaitu: terjadi pada titik bifurkasio arteri
pada pembuluh darah dibawahnya. • Akut (0-2 hari) intrakranial, dengan lokasi tersering
Tekanan tinggi yang terjadi pada • Sub-akut (2 – 14 hari) pada arteri communicans ant
perdarahan tersebut menyebabkan • Kronis (lebih dari 14 hari) 2. Aneurisma fusiformis, terjadi pada
terpisahnya duramater dengan tulang. segmen intracranial arteri karotis
Paling sering terjadi fraktur di os temporal interna, trunkus utama arteri serebri
dan rupture arteri meningeal media. media, dan arteri basilaris
3. Aneurisma mikotik, yang terjadi pada
arteri kecil di otak.
Gejala Klinis/ Sakit kepala Mengantuk, koma, dilatasi pupil 1. Nyeri kepala hebat dan mendadak
Anamnesis Mual/ muntah dengan kelemahan ekstremitas 2. Hilangnya kesadaran
Kejang kontralateral dan bilateral, 3. Fotofobia
Defisit neurologi fokal. perubahan progresif stupor menjadi 4. Meningismus
koma 5. Mual dan muntah
Pemeriksaan Fisik Bradikardia dan atau hipertensi  Sakit kepala parah 1. Refleks Babinski positif bilateral
Fraktur tengkorak, hematoma, atau  Pusing
laserasi  Mual dan muntah
Cerebrospinal fluid (CSF) otorrhea atau  Bicara melantur
rhinorrhea  Disorientasi (mengantuk,
Hemotympanum kebingungan, linglung)
Ketidakstabilan kolom vertebral  Perubahan perilaku
Perubahan tingkat kesadaran
 Kejang
Anisokor
Cedera saraf wajah
Kelemahan ekstremitas
Defisit neurologis fokal
Pemeriksaan Darah lengkap CT Scan / MRI 1. CT Scan
Penunjang Untuk memantau infeksi dan menilai Pada pemeriksaan MRI, SDH 2. Pungsi Lumbal
hematokrit dan trombosit untuk risiko akut akan memberikan gambaran 3. Cerebral Angiografi
perdarahan lebih lanjut. isointense hingga hipointense 4. CT Angiografi
terhadap substansia grisea pada 5. MRI
PT atau aPTT T1, hipointense terhadap
Untuk mengidentifikasi diathesis substansia grisea pada T2, dan
perdarahan. hiperintense pada FLAIR.

Kimia darah
Untuk mengetahui gangguan metabolik
yang dapat mempersulit perjalanan klinis.

Skrining toksikologi dan alkohol


Untuk mengidentifikasi penyebab trauma
kepala dan pengawasan terhadap gejala
withdrawal.

Pemeriksaan radiografi yang berguna


untuk melihat kelainan tulang tengkorak,
tulang servikal, dan otak meliputi.
CT Scan

MRI
Penatalaksanaan Stabilisasi airway, breathing, dan Penatalaksanaan subdural 1. Pendekatan ABC pada resusitasi
circulation, immobilisasi tulang belakang. hematoma akut ditujukan pada kardiopulmoner
Persiapan operasi dengan pemasangan IV hematoma itu sendiri dan 2. Pengelolaan hipertensi. Prinsipnya
line untuk mempertahankan euvolemia kerusakan parenkim yang harus berhati-hati karena dapat
dan adekuat tekakan perfusi cerebral. menyertai. Jika pembedahan memperberat
Pasien dengan peningkatan TIK terbuka untuk mengangkat derajat iskemia serebri yang terjadi.
sebaiknya diberikan osmotic diuretic dan hematoma diperlukan, jaringan Terapi yang dipilih menggunakan agen
hiperventilasi (16-20 pernapasan/menit otak yang memar juga perlu antihipertensi yang bekerja cepat
dan volume tidal 10-12 ml/kg) dan sudut dipotong. Saat pembedahan, (calcium channel blocker intravena).
kepala dengan bed 30 derajat. duraplasty mungkin perlu 3. Keseimbangan cairan dan elektrolit.
dilakukan, dan lempeng tengkorak 4. Penanganan nyeri kepala. Nyeri
mungkin perlu dikeluarkan kepala yang sangat hebat terjadi pada
daripada dikembalikan ke posisi pasien dengan
awalny perdarahan subarachnoid. Penanganan
nyeri kepala dapat bertahap dari ringan
(paracetamol sampai kodein) hingga
berat (injeksi morfin).

Anda mungkin juga menyukai