Laporan Kepaniteraan Prostodonsia
Laporan Kepaniteraan Prostodonsia
Disusun oleh :
MUFIDANA AZIS
10/298842/KG/08654
Dosen Pembimbing :
YOGYAKARTA
2015
1
I. PENDAHULUAN
2
5. Menyebarkan tekanan fungsi ke seluruh gigi, sehingga menguntungkan
jaringan pendukungnya.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan dibedakan menurut banyaknya gigi yang hilang terdiri dari gigi
tiruan lengkap dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan sebagian dibedakan menjadi
gigi tiruan sebagian lepasan dan gigi tiruan sebagian cekat. Gigi tiruan cekat
(GTC) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang dan
tidak dapat dilepas oleh pasiennya sendiri maupun dokter gigi karena dipasangkan
secara permanen pada gigi asli yang merupakan pendukung utama dari restorasi
(Shilingburg dkk., 1997). Indikasi GTC adalah (Ewing, 1959) :
1. Pasien berusia 20-50 th. Hal ini untuk mengantisipasi pulpa yang masih
tinggi dan perforasi.
2. Mempunyai struktur gigi yang sehat
3. Hygiene mulut baik
4. Mengganti gigi yang terbatas (1-4 gigi)
5. Kondisi ridge dalam batas normal
6. Jaringan pendukung alveolar baik
7. Perkembangan gigi baik
8. Gigi abutment mampu menerima tekanan pontic
9. Oklusi dan jaringan periodonsium baik
10. Untuk pasien yang menuntut penampilan
11. Kesehatan umum dan sosial indikasi baik
12. Sebaiknya gigi abutment paralel
13. Sedapat mungkin gigi abutment vital
14. Tidak mempunyai kebiasaan buruk
Kontra indikasinya adalah (Ewing, 1959):
1. Pasien terlalu muda atau tua
2. Struktur gigi terlalu lunak
3. Kebersihan mulut jelek
4. Gigi yang harus diganti banyak
5. Kondisi daerah tak bergigi mengalami resorbsi eksisi
6. Alveolus pendukung gigi kurang dari 2/3 akar gigi
7. Gigi abutment abnormal dan jaringan periodonsium tidak sehat
8. Oklusi abnormal
4
9. Kesehatan umum jelek
10. Tidak terjalin kooperasi dari pasien dan operator
11. Mempunyai kebiasaan buruk
12. Gigi hipersensitif walaupun sudah dianestestesi
Bagian-bagian dari GTC adalah (Shillingburg, 1997):
1. Pontic/dummy, yaitu bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang
dan memperbaiki fungsinya. Salah satu sifat yang sangat penting adalah
reability, yaitu ketahanan cairan di dalam mulut (suasana di dalam mulut).
Facing pontic diharapkan selalu menempel pada bangunan logam pontic.
Facing pontic dapat dibuat dari akrilik atau porselin.
2. Connector/joint, yaitu bagian GTC yang menghubungkan retainer dan pontic.
Connector dapat berupa hubungan antara retainer dengan pontic atau retainer-
retainer. Hubungan pontic dengan retainer dapat merupakan perlekatan kaku
(rigid) atau yang tidak kaku (non rigid) sebagai stress breaker (alat penyerap
daya untuk mengurangi beban yang harus diterima abutment).
3. Retainer, yaitu bagian GTC yang merupakan bangunan logam tuang yang
disemen atau dilekatkan pada gigi penyangga untuk menahan atau membantu
suatu pontic. Retainer ini menghubungkan bridge dengan abutment. Fungsi
retainer adalah untuk menjaga agar GTC tetap pada tempatnya.
4. Abutment, yaitu mahkota gigi asli yang telah dipreparasi untuk penempatan
retainer dan mendukung bridge. Abutment harus merupakan gigi yang sudah
erupsi penuh agar retainer tidak terangkat, akibatnya timbul daerah yang tidak
tertutup oleh retainer sehingga mudah terjadi karies.
Syarat-syarat gigi abutment:
-Harus terdapat permukaan akar yang besar dan fungsional. Permukaan
akar diliputi jaringan periodontium yang sehat.
-Penyangga akar fungsional harus memenuhi perbandingan total gigi,
setidaknya ½ dari gigi memiliki permukaan akar yang fungsional. Namun
dapat juga dilakukan indikasi untuk jembatan dengan perbandingan yang
kurang menguntungkan, asal periodontium sehat dan dipelihara
kesehatannya.
5
-Unsur penyangga harus mempunyai kedudukan tertentu terhadap lengkung
gigi dan satu sama lain, supaya dapat dipreparasi untuk jembatan. Hal ini
umumnya mungkin, bila sudut yang dibentuk oleh poros unsur-unsur gigi
satu sama lain adalah lebih kecil dari 300.
-Untuk dapat menahan pembebanan dari jembatan, unsur penyangga harus
kuat. Lebih baik dipakai gigi yang vital, walaupun gigi yang nonvital bila
cukup diperkuat dapat juga dipakai.
(Kayser dkk., 1984)
Gigi pasien yang akan digunakan sebagai abutment perlu dievaluasi
secara cermat. Gigi abutment harus kuat melawan tekanan yang diterima dari
area gigi yang hilang, abutment harus tidak mudah bergerak. Gigi yang telah
dirawat endodontik dapat menjadi abutment asal gigi tersebut kuat dalam
menghantarkan tekanan yang diterima, serta jaringan pendukung dari
abutment harus sehat dan bebas dari peradangan (Lovely, 2006).
Gigi abutment perlu dievaluasi mengenai perbandingan mahkota dan
akar gigi, konfigurasi akar, area permukaan periodontal, dan tes vitalitas. Gigi
dapat dijadikan abutment bila memenuhi hukum Ante yang mengatakan
bahwa gigi yang dapat menjadi abutment bila memiliki luas area peri-
cemental sama atau lebih luas dari area peri-cemental gigi yang hilang
(Lovely, 2006).
Tabel 1. Area permukaan akar gigi abutment (mm2)
Luas permukaan gigi Persentase area permukaan
abutment (mm2) area dalam satu kuadran
Maksila
Caninus 273 14
6
Mandibula
Caninus 268 15
(Rosenstiel, 2001).
Perbandingan mahkota-akar yang optimum adalah 2:3, atau minimal
memiliki perbandingan 1:1. Jika struktur mahkota kurang, pembuatan core
build up atau pemanjangan mahkota dibutuhkan untuk mencapai
perbandingan mahkota akar yang memadai (Lovely, 2006).
Beberapa macam bentuk pontic Menurut Mc Cord, dkk (2003)
bentuk/desain pontik adalah
1.Ridge Lap pontic
Pontik ini menutupi aspek labial linger dan cocok untuk gigi rahang atas.
(Soratur, 2006). Pontik seperti ini sulit dirawat dan sering menyebabkan
inflamasi jaringan yang berkontak (Nallaswamy, 2003)
7
Modified Ridge Lap
3.Hygienic Pontic
Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak sama sekali dengan linggir
alveolus sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik dengan linggir
alveolus (1-3 mm), dan permukaan dasar pontik cembung dalam segala
aspek. Tujuan pembuatan dasar pontik ini adalah agar sisa-sisa makanan
dapat dengan mudah dibersihkan. Adanya bentuk pontik yang demikian
mengakibatkan kekurangan dalam hal estetis sehingga hanya diindikasikan
untuk pontik posterior rahang bawah(Arifin, 2000).
Hygienic Pontic
4.Conical Pontic
Pontik ini hampir sama dengan hygienic pontic tetapi pada jenis ini ada
bagian yang bersinggungan dengan edentulous ridge. Pontik ini memiliki
permukaan jaringan yang konveks dan berkontak pada jaringan pada satu titik
tanpa tekanan. Pontik ini sangat mudah dibersihkan. Kekurangan dari pontik
tipe ini adalah estetik yang jelek karena embrasur lebar sehingga
diindikasikan untuk pengganti gigi molar (Nallaswamy, 2003).
8
Konektor merupakan penghubung antara gigi abutment dengan pontic.
Tipe GTC menurut konektornya, antara lain (Allan dan Foreman, 1986):
1. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid. Dapat digunakan untuk gigi
posterior dan anterior.
2. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid dan konektor lain
bersifat non rigid. Dapat digunakan untuk gigi posterior dan anterior.
3. Spring bridge : pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan palatal bar.
Digunakan pada kasus diastema/space yang mengutamakan estetis.
Keuntungan spring bridge jika digunakan untuk gigi yang diastem adalah (1)
konektor tidak tampak sehingga faktor estetis tidak terabaikan, (2) ukuran gigi
geligi tetap tampak alami.
4. Cantilever bridge : satu ujung bridge melekat secara kaku pada retainer sedang
ujung lainnya bebas/menggantung.
5. Compound bridge : adalah kombinasi dua atau lebih dari tipe bridge.
Tipe – tipe retainer antara lain (Shillingburg, 1997):
1. Tipe dalam dentin (intra coronal retainer )
Preparasi dan badan retainer sebagian besar ada di dalam dentin atau di
dalam mahkota gigi. Contoh : tumpatan MOD.
9
3. Tipe dalam akar (intraradicular)
Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di dalam saluran akar.
Contoh : mahkota pasak inti.
10
b. Shoulder/berpundak; bentuk ini dibuat pada gigi pegangan dengan retainer
tanpa kekuatan tepi, sehingga pada tepi retainer tersebut mempunyai ketebalan
(contoh pada resin akrilik mahkota jaket).
11
c. Milindungi gusi daerah servikal dan migrasi
d. Memelihara estetis
3. Membuat model kerja
4. Pemendaman dan penuangan logam kerangka GTC.
5. Pembuatan facing akrilik / porselain.
6. Pemilihan jenis pontic.
12
III. LAPORAN KASUS
A. Identifikasi
Nama : Melissa Sumarwati
Umur : 22 th
Jenis kelamin : Wanita
Alamat : Piton CT 8D, Klebengan, Yogyakarta
Pekerjaan : Mahasiswa
Bangsa : Indonesia
No. Kartu : 147571
Tanggal Pemeriksaan : 17 Maret 2015
B. Anamnesa
Pemeriksaan Subyektif
Motivasi : Pasien datang ke klinik atas keinginan sendiri untuk membuatkan
gigi palsu yang tidak bisa dilepas pada gigi belakang kiri bawah
CC : Merasa terganggu ketika makan karena ada gigi yang telah
dicabut.
PI : Tidak ada keluhan sakit.
PDH : Pernah mencabutkan gigi geraham kiri bawah 5 tahun yang lalu
tanpa komplikasi.
Pernah mencabutkan gigi geraham kanan bawah 5 bulan yang
lalu tanpa komplikasi
PMH : Memiliki riwayat penyakit maag dan tidak alergi terhadap obat.
Tidak pernah mondok di rumah sakit.
FH : Ayah : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
Ibu : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
Pemeriksaan Obyektif
a. Umum : Jasmani : sehat.
Rohani : kooperatif dan komunikatif.
b. Lokal : EO : wajah : simetris, t.a.k.
pipi : simetris, t.a.k.
13
bibir : simetris, t.a.k.
lnn : tidak teraba.
IO : Mukosa : normal, t.a.k.
Gingiva : normal, t.a.k.
Lidah : normal, t.a.k.
Palatum : normal, t.a.k.
Formula gigi
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
X X
C. Desain
Klasifikasi daerah tidak bergigi
RA: -
Rahang bawah : Kennedy klas III atau Applegate Kennedy Klas VI modifikasi 1P
D. Pemeriksaan rö foto
Tidak ada area radiolusen di sekitar daerah yang tidak bergigi dan tidak ada
kelainan disekitar gigi 45 dan 47 yang akan dijadikan gigi abutment. Jaringan
periodontal sehat.
E. Diagnosis
Diagnosis: Kehilangan gigi 36 dan 46 pada rahang bawah (ICD-10-CM
K08.409)
A. Rencana Perawatan
- Pembuatan gigi tiruan cekat gigi 46
- Kontrol
14
IV. RENCANA PERAWATAN
Kunjungan I
1. Anamnesis serta memberi penjelasan kepada pasien tentang jalannya
perawatan dalam pembuatan gigi tiruan cekat
2. Persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuat gigi tiruan cekat, meliputi
perawatan periodontal yaitu scaling
3. Evaluasi Rö foto untuk mengetahui kondisi gigi abutment dan jaringan
periodontalnya.
4. Indikasi dan mencetak study model RA dan RB dengan :
sendok cetak : perforated stock tray no. 2 untuk rahang bawah dan no.2
untuk rahang atas
bahan cetak : alginat (irreversible hydrocolloid)
metode mencetak : mukostatik
6,8 mm 10,5 mm
15
Rencana preparasi gigi:
Pengurangan 45 :
Oklusal : 1,5 – 2 mm
Bukal : 0,5 – 1 mm
Lingual : 0,5 – 1 mm
Proksimal : Mesial : 1 – 1,5 mm
Distal : 1 – 1,5 mm
Pengurangan 47 :
Oklusal : 1,5 – 2 mm
Bukal : 0,5 – 1 mm
Lingual : 0,5 – 1 mm
Proksimal : Mesial : 1 – 1,5 mm
Distal : 1 – 1,5 mm
1.Gigi abutment
2.Pontic
3.Rigid Connector
4.Retainer (full veneer crown, dengan veneer logam berlapis porselen)
16
tersebut dikirim ke laboratorium untuk diproses menjadi mahkota sementara
gigi tiruan cekat 3 unit dari self curing acrilic sewarna gigi.
Kunjungan II
Preparasi gigi abutment 45 dan 47 untuk retainer. Pontic pada daerah
edentulous ridge dari gigi 46 yg telah dicabut atau disebut juga GTC tiga unit
bridge. Retainer pada gigi 45 dan gigi 47 dibuat full crown dengan porcelain
fused to metal, retainer pada gigi tersebut dipreparasi dengan menggunakan bur
kecepatan tinggi (high speed bur).
Sebelum dilakukan preparasi, gigi abutment diseparasi pada gingiva
margin dengan benang yang sudah dibasahi adrenalin. Kemudian dilakukan
anestesi infiltrasi lingual dan bukal pada gigi yang akan dipreparasi. Anestesi
infiltrasi dilakukan pada gigi-gigi tersebut untuk mengurasi rasa nyeri yang
mungkin timbul akibat preparasi yang akan dilakukan.
17
Bagian bukal dikurangi sebanyak 0,7 mm dan lingual dikurangi sebanyak
1,2 mm (bagian lingual dikurangi lebih banyak karena giginya rotasi)
Finish line berbentuk chamfer
c. Pengurangan bagian proksimal
Menggunakan tapered diamond (diameter terkecil)
Preparasi diusahakan sejajar / parallel anatara dinding proksimal sebelah
mesial dan distal, atau sedikit konvergen ke arah oklusal sebesar ± 50
Pengurangan bagian mesial dan distal sebanyak 1,5 mm
Finish line berbentuk chamfer
Pengurangan sudut-sudut aksial
Tumpulkan sudut-sudut aksial yang ada dengan bur fisur kerucut terutama pada
daerah gingiva margin.
Untuk sudut-sudut aksial yang mudah dijangkau dapat menggunakan bur intan
fisur.
18
Bagian oklusal dikurangi sebanyak 1,5 mm sesuai bentuk anatomi
permukaan oklusal (tonjol bukal sedikit lebih banyak daripada tonjol
lingual)
Pembuatan bevel pada tonjol fungsional (tonjol bukal) menggunakan
round end tapered diamond dengan cara memposisikan bur pada sudut 450
terhadap dinding aksial di buko oklusal line angle
19
Pengurangan sudut-sudut aksial
Tumpulkan sudut-sudut aksial yang ada dengan bur fisur kerucut terutama pada
daerah gingiva margin.
Pengurangan dapat menggunakan round end bur
20
Pembuatan jembatan sementara
Pembuatan jembatan sementara
- Sebelum gigi dipreparasi, pada area gigi yang hilang dibuatkan mahkota
dengan malam inley.
- Lalu dibuat cetakan negatif dari alginate dari kuadran rahang dimana gigi
tersebut berada. Kemudian dibuat cetakan positifnya.
- Setelah gigi abutmentnya dipreparasi lalu dicetak mengguanakan alginat
kemudian dibuat cetakan positifnya.
- Cetakan positif dari gigi yang belum dipreparasi dibuat kembali cetakan
negatinya dengan menggunakan alginat.
- Lalu menuangkan self cured acrylic pada kuadran gigi yang dibuatkan
model malamnya, kemudian cetakan positif gigi setelah dipreparasi
dimasukkan ke dalam cetakan negatif gigi yang ada model malamnya
tersebut, ditunggu sampai mengeras. Setelah mengeras lalu dilepaskan dan
dipaskan pada gigi pasien.
- Jembatan sementara akrilik ini dilekatkan dengan semen oksida seng
eugenol (ZOE) atau semen Fletcher.
21
menyebabkan perpindahan tempat atau gaya horizontal. Stabilisasi terlihat
dalam keadaan berfungsi, misal pada mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi
tiruan dengan cara menekan bagian gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan
tidak boleh menunjukkan pergerakan pada saat tes ini.
Oklusi
Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral dan anteroposterior.
Caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas
dan bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah
itu kertas artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada
keadaan normal terlihat warna yang tersebar secara merata pada permukaan
gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka terjadi
traumatik oklusi oleh karena itu dilakukan pengurangan pada gigi yang
bersangkutan dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini
dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi
2. Setelah gigi tiruan cekat pas pada tempatnya dilakukan pemasangan sementara
dengan freegenol. Cara pemasangan gigi tiruan cekat sama seperti cara
penyemenan mahkota sementara gigi tiruan cekat 3 unit.
22
Kunjungan IV (Insersi)
Dilakukan pemeriksaan pada pasien apakah mempunyai keluhan, apakah
ada peradangan pada jaringan sekitarnya. Pasien diingatkan apakah ketika makan,
makanan mengalir atau tidak. Apabila tidak ada keluhan, maka dapat dilakukan
penyemenan permanen dengan menggunakan semen ionomer kaca tipe I. Cara
penyemenan permanen gigi tiruan cekat:
1. Gigi tiruan cekat 3 unit dibersihkan, disterilkan lalu dikeringkan . Gigi yang
akan dipasangi gigi tiruan cekat juga dikeringkan. Daerah sekitar gigi yang
akan dipasangi GTC diisolasi dengna cotton roll.
2. Semen SIK tipe I diaduk dengan spatula plastik dengan gerakan melipat
hingga didapatkan konsistensi yang agak encer (dapat ditarik ke atas tanpa
putus 2,5 cm), kemudian dioleskan pada gigi yang dipreparasi dan bagian
dalam GTC 3 unit.
3. Gigi tiruan cekat 3 unit dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas
diletakkan di atasnya kemudian pasien disuruh oklusi selama beberapa menit.
Sisa-sisa semen /eksesnya dibersihkan.
4. Pemeriksaan retensi, stabilisasi, dan oklusi (dengan articulating paper).
5. Pasien diinstruksikan untuk menjada kebersihan mulutnya dan diminta untuk
tidak makan atau menggigit makanan yang keras dulu. Bila ada keluhan rasa
sakit segera kembali untuk dikontrol.
Kunjungan V
Pasien kontrol dengan melakukan pemeriksaan subjektif dan objektif.
1. Pemeriksaan subjektif, ditanyakan apakah ada keluhan setelah gigi tiruan
cekat dipasang dan dipakai.
2. Pemeriksaan objektif, dilihat keadaan jaringan mulut dan jaringan lunak di
daerah sekitar gigi tiruan cekat apakah ada peradangan atau tidak. Retensi,
stabilisasi, dan oklusi gigi tiruan cekat juga diperiksa.
23
V. DISKUSI
Bentuk pontik yang digunakan pada kasus ini adalah hygienic pontic,
pontik ini tidak menempel pada edentulous ridge (menggantung pada permukaan
gingiva). Hal ini untuk memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi makanan
sehingga self cleansing tetap terjaga.
Gigi Tiruan Cekat pada kasus ini terdiri dari 2 retainer dan 1 pontik yang
dihubungkan secara rigid oleh konektor sehingga termasuk GTC tipe fixed-fixed
bridge. Bahan yang digunakan dalam pembuatan GTC ini adalah porcelain fused
to metal. Metal yang digunakan di sini biasanya adalah alloy nickel-chromium.
Warna gigi yang dipilih sesuai shade guide adalah A3 yang dibandingkan sesuai
warna gusi asli di sebelahnya.
24
25
VI. PROGNOSA
26
DAFTAR PUSTAKA
Allan, D.N. dan Foreman, P.C., 1986, Crown and Bridge Prostodontics: an
illustrated handbook, Wright, California
Ewing, E.J., 1959, Fixed Partial Prosthesis, 2nd ed., Lea and Febinger,
Philadelphia.
Johntson, J.F., 1960, Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontics, WB
Saunders, Philadelpia.
Kayser, A. F., Plasmans, P. J., Snoek, P. A., 1984, Geligi yang rusak dan
perawatannya dengan cara mahkota dan jembatan, Binacipta.
Martanto, P., 1985, Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan Jembatan, edisi 2,
Penerbit Alumni, Bandung.
Shillingburg, H.T., 1997, Fundamental of Fixed Prosthetics, 3rd ed., Quintessence
Pub. Co., Hanover Park.
27
28