Anda di halaman 1dari 8

PENYAKIT JANTUNG KORONER

Epidemiologi

Menurut Riskesdas RI tahun 2018, prevalensi penyakit jantung mencapai 1,5%, berarti di
antara 67 orang terdapat satu orang yang menderita penyakit jantung. Umumnya, penyakit
jantung dialami oleh dewasa muda hingga lanjut usia.
Definisi

Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan
suplai darah yang disebabkan adanya penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah
koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah (aterosklerosis) (Kemenkes, 2018).

Health Promotion

promosi kesehatan yang dilakukan adalah memberi penyuluhan tentang pengetahuan


kesehatan khususnya penyakit jantung koroner, olahraga secara teratur, menyeimbangkan
asupan gizi dalam tubuh, melakukan pemeriksaan secara berkala dan pengetahuan Secara
garis genetis tentang riwayat penyakit (Depkes RI, 2007).

1. Edukasi kesehatan (Penyuluhan) bahaya PJK


2. Edukasi faktor risiko / Pengenalan Faktor Risiko
 Bahwa proses aterosklerosis sudah berlangsung bahkan sejak dalam kandungan
ibu. Proses tersebut akan terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia.
Apabila tidak dilakukan intervensi, misal Intervensi Obesitas, melalui pola hidup
sehat, maka akan berkembang suatu manifestasi PJK di masa dewasa.
a. Faktor risiko yang dapat diubah (modified risk factor)
 Dislipidemia (LDL, HDL)
 Merokok
 Hipertensi
 DM, Sindrom Metabolik
 Kurang Aktivitas Fisik
b. Faktor risiko yang tidak dapat diubah (unmodified risk factor)
 Usia Lanjut
 Jenis Kelamin Laki-Laki
 Herediter
3. Periodic Selective Exam
a. Cek Tekanan Darah
b. Cek Profil Lipid
c. Cek Gula Darah

Specific Protection

Bagi yang beresiko tinggi terhadap penyakit jantung diharapkan untuk bisa menghindari hal-
hal yang bisa meninggalkan kebiasaan kebiasaan seperti merokok tidak mengkonsumsi
alkohol menjaga kadar kolesterol tekanan darah dan diabetes di bawah kontrol dengan sering
berkonsultasi dengan dokter (Depkes RI, 2007).

1. Healthy Life Style


 Tidak Merokok dan meminum alkohol (Tobacco and Alcohol Cessation)
 Aktivitas yang aktif (No Sedentary Life)
2. Gizi dan Pola Makan Sehat
 Diet Rendah lemak trans dan jenuh
 Konsumsi asam lemak omega 3, buah, sayur segar, dan kacang-kacangan.
 Konsumsi antioksidan: flavanoid teh hijau dan minyak olive.
Lima langkah menurunkan risiko serangan jantung berikutnya (AHA, 2019):

1. Konsumsi obat secara teratur.


2. Lakukan konsultasi dokter secara berkala.
3. Berpartisipasi dalam rehabilitasi jantung (cardiac rehabilitation).
4. Kontrol faktor risiko.
5. Dapatkan dukungan.

Early Diagnosis and Prompt Treatment

upaya menemukan penderita dengan melakukan survei pada kelompok beresiko dan
melakukan pelaporan. Dalam survei yang dilakukan dapat melakukan pemeriksaan untuk
mendiagnosis penderita.

Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis aterosklerosis yaitu (Soeharto, 2001):
 ABI (ankle brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki
dan lengan
 Pemeriksaan Doopler didaerah yang terkena
 Skening ultrasonik duplex
 Ct scan didaerah yang terkena
 Arteriografi resonasi magnetik
 IVUS(intravaskular ultrasound)

Pengobatan bisa dilakukan dengan memberikan obat-obatan untuk untuk menurunkan kadar
lemak dan kolesterol dalam darah (contohnya colestyramine, kolestipol, asam nikotinat,
gemfibrozil, probukol, lovastatin). Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti koagulan
bisa diberikan untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah (Soeharto, 2004).
Apabila ditemukan tanda-tanda seperti di atas, segeralah menemui dokter umum untuk
dilakukan pemeriksaan lanjutan atau lakukan kontrol bersama dokter spesialis jantung bila
Anda pernah mengalami serangan jantung sebelumnya.

Disability Limitation

Pembatasan kecacatan adalah suatu bagian dari 5 levels of prevention yang berfokus pada
upaya pencegahan terjadinya komplikasi.

Pada Penyakit Jantung Koroner (PJK), Disability Limitation yang dilakukan adalah berupa
pencegahan agar plak aterosklerotik tidak menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah
koroner yang dapat menimbulkan komplikasi berupa serangan jantung maupun gagal jantung.

Cara Disability Limitation yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Pengobatan adekuat
 Terapi antiplatelet dengan aspirin dosis rendah (75-100 mg) diindikasikan
tanpa henti
 Statin dosis tinggi perlu diberikan atau dilanjutkan segera setelah pasien
masuk rumah sakit bila tidak ada indikasi kontra atau riwayat intoleransi,
tanpa memandang nilai kolesterol inisial
 Aspilet 1 x 80
 Simvastatin 1x20 mg/Atorvastatin 1x20mg / Rosuvastatin1x10 mg
 Terapi sesuai dengan faktor risiko yang didapatkan

2. Mencegah Komplikasi
a. Intervensi Koroner Perkutan (PCI – Percutaneous Coronary Intervention)
b. Operasi Pintas Koroner
 Prosedur bedah pintas kornerr untuk mengatasi angina pektoris dan mencegah
kematian akibat PJK.
c. Enarterektomi
d. Pembedahan bypass
e. Thrombolytic
f. Penggunaan Angiography

Rehabilitation

Rehabilitasi dilakukan untuk mengembalikan pasien yang telah pulih ke lingkungannya


seperti sedia kala. Pelayanan rehabilitasi jantung biasanya tersedia di rumah sakit atau klinik
jantung.

Indikasi rehabilitasi jantung (Simon dkk, 2018):

- Coronary artery bypass grafting


- Infark miokard dalam 12 bulan terakhir
- Pemasangan PCI (percutaneous coronary intervention) atau PCA (percutaneous
coronary angioplasty)
- Stable angina kronik
- Operasi katup jantung
- Gagal jantung dengan NYHA II-IV, fraksi LVE ≤ 35%, dan kondisi stabil dengan
obat-obatan dalam 6 minggu terakhir
- Transplantasi jantung dan/atau paru-paru
- Penyakit arteri perifer

Fase Rehabilitasi (Radi, 2009):

- Fase I adalah upaya yang segera dilakukan disaat pasien masih dalam masa
perawatan, tujuan utama fase ini adalah mengurangi atau menghilangkan efek buruk
dari ‘dekondisi’ akibat tirah baring lama, melakukan edukasi dini dan agar pasien
mampu melakukan aktifitas hariannya secara mandiri dan aman.
- Fase II, yang dilakukan segera setelah pasien keluar dari RS, merupakan program
intervensi untuk mengembalikan fungsi pasien seoptimal mungkin, segera mengontrol
faktor risiko, edukasi dan konseling tambahan mengenai gaya hidup sehat.
- Fase III dan IV merupakan fase pemeliharaan, dimana diharapkan pasien tersebut
telah mampu melakukan program rehabilitasi secara mandiri, aman, dan
mempertahankan pola hidup sehat untuk selamanya, dibantu atau bersama-sama
keluarga dan masyarakat sekitarnya.
- Sejak 1994, American Heart Association (AHA) mendeklarasikan bahwa rehabilitasi
jantung tidak terbatas hanya pada program latihan fisik saja, tetapi harus mencakup
upaya-upaya multidisiplin yang bertujuan untuk mengurangi atau mengontrol faktor
risiko yang dapat dimodifikasi.

Kesimpulan
Bagilah informasi ini, beritahu keluarga atau kerabat yang memiliki faktor risiko terkena
penyakit jantung koroner, segera bawa orang dengan tanda-tanda penyakit jantung ke
dokter/rumah sakit terdekat, beri dukungan fisik dan mental kepada penderita, dan ajak
mereka menerapkan pola hidup ramah jantung.

Daftar Pustaka

American Heart Association. 2019. What is Cardiac Rehabilitation?. Tersedia


https://www.heart.org/en/health-topics/heart-attack/heart-attack-tools-and-resources
diakses 24 November 2019.
Depkes RI. 2007. Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Fang, Jing, Cecily Luncheon, Carma Ayala, Erika Odom, dan Fleetwood Loustalot. 2017.
Awareness of Heart Attack Symptoms and Response Among Adults — United States,
2008, 2014, and 2017. Tersedia
https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/68/wr/mm6805a2.html diakses 24 November
2019.
Firdaus, I., A.U. Rahajoe, A. F. Yahya, et al.,, Eds.: Indonesian Heart Association, (2016).
PERKI, 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Centra
Communications.
Radi, Basuni, Andang H. Joesoef, dan Dede Kusmana. 2009. Rehabilitasi Kardiovaskular di
Indonesia dalam Jurnal Kardiologi Indonesia Vol.30 No.2:43-45 ISSN 0126/3773.
Kemenkes. 2018. Apa Itu penyakit Jantung Koroner?. Tersedia
www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-dan-
pembuluh-darah-/apa-itu-penyakit-jantung-koroner diakses 25 Oktober 2019.
Kemenkes. 2018. Hasil Riskesdas Utama 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II.
VI. Jakarta: InternaPublishing; 2017:1428-1493.
Simon, Margo, Kaitlyn Korn, Leslie Cho, Gordon G. Blackburn, dan Chad Raymond. 2018.
Cardiac Rehabilitation: A Class 1 Recommendation dalam Cleveland Clinic Journal of
Medicine vol. 85 No.7:551-558. Tersedia
https://www.mdedge.com/ccjm/article/168894/cardiology/cardiac-rehabilitation-class-
1-recommendation diakses 24 Oktober 2019.
Soeharto, Iman. 2001. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Soeharto, Iman. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak dan
Kolesterol. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai