Anda di halaman 1dari 14

BAB II

KONDISI UMUM WILAYAH DAN KEJADIAN BENCANA

2.1. Gambaran Umum Kabupaten Karo


Dataran tinggi Karo adalah sebuah dataran tinggi luas di Sumatera Utara, hampir semua
dataran tinggi ini termasuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Karo. Dataran tinggi Karo
juga merupakan dataran tinggi terluas di Indonesia. Letaknya dekat dengan pesisir timur
Sumatera Utara menyebabkan dataran tinggi berhawa sejuk ini menjadi sebuah daerah tujuan
wisata selain Danau Toba yang relatif lebih jauh dari Medan. Gunungapi Sinabung bersama
Gunungapi Sibayak adalah dua gunung berapi aktif di dataran tinggi Karo dan menjadi puncak
tertinggi di Provinsi Sumatera Utara. Terkait dengan kejadian erupsi Gunungapi Sinabung pada
tanggal 15 September 2013, banjir lahar hujan 12 April 2015 dan peningkatan status Awas
Gunungapi Sinabung sejak 2 Juni 2015 sampai tersusunnya dokumen ini, akan diuraikan kondisi
umum sebelum bencana dari daerah terdampak bencana.

2.1.1. Kondisi Fisik


Gunungapi Sinabung (2.460 m dpl) terletak di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo,
Sumatera Utara, Indonesia. Setelah 400 tahun dalam keadaan stabil (semenjak 1605), Gunungapi
Sinabung aktif kembali pada tahun 1975-1976 dengan erupsi-erupsi kecil. Erupsi besar terjadi
pada tanggal 29 Agustus 2010 dimana status Gunungapi naik menjadi Awas (level IV) dan
mengakibatkan 12.000 jiwa mengungsi. Sejak tanggal 23 September 2010 statusnya diturunkan
menjadi Siaga (level III), dan kembali diturunkan menjadi Waspada (level II) pada tanggal 7
Oktober 2010.
Pada tanggal 15 September 2013 Gunungapi Sinabung kembali meletus dan statusnya
meningkat menjadi Siaga (level III). Sejak tanggal 2 Juni 2015 hingga dokumen ini tersusun
statusnya naik menjadi Awas (level IV).
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dan merupakan
Daerah Hulu Sungai. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 km² atau 212.725 ha atau
2,97 persen dari luas Provinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak diantara 2°50’–3°19’
Lintang Utara dan 97°55’–98°38’ Bujur Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah:
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang;

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir;

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun;

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Aceh).


Dalam hal penggunaan lahan, komposisi terbesar di sekitar Gunungapi Sinabung adalah untuk
pertanian, baik berupa pertanian sawah maupun non-sawah.

Rencana Aksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung Tahun 2015-2017 II -1


2.1.2. Kependudukan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo (2014), jumlah penduduk pada
tahun 2013 sebesar 363.755 jiwa yang mendiami wilayah seluas 2.127,25 km². Kepadatan
penduduk diperkirakan sebesar 171 jiwa/km² dan laju pertumbuhan penduduk Karo tahun
2010-2013 adalah sebesar 1,17 persen per tahun.

Tabel 2.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk


Menurut Kecamatan Tahun 2013

Kecamatan Luas Wilayah Penduduk Kepadatan


(Km2) Penduduk/Km2

Mardingding 267,11 17 684 66,20


Laubaleng 252,60 18 359 72,68
Tigabinanga 160,38 20 626 128,61
Juhar 218,56 13 726 62,80
Munte 125,64 20 404 162,40
Kutabuluh 195,70 10 972 56,07
Payung 47,24 11 232 237,76
Tiganderket 86,76 13 659 157,43
Simpang Empat 93,48 19 707 210,82
Naman Teran 87,82 13 263 151,02
Merdeka 44,17 13 794 312,29
Kabanjahe 44,65 66 635 1 469,99
Berastagi 30,50 44 091 1 445,61
Tigapanah 186,84 30 388 162,64
Dolat Rayat 32,25 8 599 266,64
Merek 125,51 18 712 149,09
Barusjahe 128,04 22 904 178,88
Jumlah 2,127,25 363,755 171.00
Sumber: BPS Kabupaten Karo, 2014

Pada tahun 2013 jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibanding perempuan, dengan
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 180.535 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 183.220
jiwa, sehingga sex rasio sebesar 98,53.
Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Karo umumnya dari sektor agraris atau pertanian
dan ada juga dari sektor peternakan. Pertanian meliputi tanaman pangan, sayur, dan buah.
Peternakan biasanya dikelola sebagai pekerjaan sampingan namun ada juga peternakan besar di
Kabupaten Karo (Mbal-Mbal Petarum). Hasil peternakan berupa ayam, lembu, kambing, babi, dan
kerbau.
Kondisi Infrastruktur/Sarana Prasarana Umum

2.1.2.1. Permukiman
Rumah adalah aset terbesar yang dimiliki sebuah keluarga, hal ini menjadikan keterikatan
lebih tinggi terhadap tempat tinggal. Rasa keterikatan kepada aset ini bisa memotivasi

Rencana Aksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung Tahun 2015-2017 II -2


masyarakat untuk menolak ketika dihimbau untuk meninggalkan atau memindahkan diri dari
daerah rawan ancaman bahaya.
Kondisi perumahan di zona ancaman letusan Sinabung sebagian besar berupa
bangunan permanen, terutama di desa-desa terdampak langsung (dalam wilayah Kecamatan
Namanteran, Mardinding, Payung, Simpang Empat dan Tiganderket) di Kabupaten Karo, sehingga
nilai kerusakan dan kerugian akibat erupsi Gunungapi Sinabung di sektor perumahan sangat
besar. Data itu belum termasuk Kecamatan Berastagi yang berada di wilayah tenggara dari
Gunung Sinabung, yang cukup sering mendapat limpahan debu vulkanik yang menyebabkan
keroposnya seng atap rumah akibat zat sulfat.

2.1.2.2. Transportasi dan Perhubungan


Jalan adalah prasarana pengangkutan yang penting untuk mendorong kegiatan
perekonomian. Jalan yang baik akan mempermudah mobilitas penduduk dan memperlancar lalu
lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Moda transportasi paling umum di wilayah
Gunungapi Sinabung adalah transportasi darat.
Panjang jalan di Kabupaten Karo tahun 2012 tercatat 1.421,34 km, dengan rincian jalan
negara sepanjang 167,69 km, jalan provinsi sepanjang 35,50 km, dan jalan kabupaten sepanjang
1.218,15 km. Kondisi jalan negara dan provinsi terpelihara dengan baik, jalan kabupaten hanya
sepanjang 731,13 km yang sudah diaspal, sisanya jalan berbatu sepanjang 225,52 km, dan jalan
tanah sepanjang 261,50 km. Sedangkan jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dan
ibukota kecamatan hanya 417,21 km saja yang kondisinya baik.
Untuk transportasi udara, bandara terdekat adalah bandar udara Kuala Namu yang terletak di
Kabupaten Deli Serdang. Bandar udara tersebut melayani jalur penerbangan komersial domestik
dan internasional dari Singapura, Kuala Lumpur dan lain sebagainya. Akibat erupsi Gunungapi
Sinabung, bandar udara Kuala Namu sempat terhambat dan terpaksa membatalkan penerbangan.

2.1.3. Energi
Pada tahun 2011, rata-rata 96,9% rumah tangga di wilayah Kabupaten Karo adalah
pengguna listrik dari PLN. Angka pelanggan PLN terendah terdapat di Kecamatan Tiganderket,
pelanggan yang mendapatkan listrik dari PLN hanya sebesar 75.4% rumah tangga, masih ada
24.6% rumah tangga yang belum mendapatkan listrik dari PLN maupun sumber lain/non PLN.

2.1.4. Pos dan Telekomunikasi


Pembangunan Pos dan Telekomunikasi merupakan suatu keharusan untuk menyongsong
era teknologi informasi. Jaringan telepon telah sampai hampir ke seluruh kecamatan, demikian
juga kantor pos sudah ada di beberapa kecamatan. Ini tentu memudahkan masyarakat untuk
berkomunikasi baik melalui telepon ataupun surat.

Rencana Aksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung Tahun 2015-2017 II -3


2.1.5. Pendidikan
Pada tahun 2013 terdapat sejumlah 294 unit SD/MI dengan 2.038 kelas, tenaga pengajar
sejumlah 3.143 orang, dan 68.646 orang siswa. Ditingkat SMP/MTs terdapat 72 unit sekolah
dengan 663 ruang kelas, tenaga pengajar sejumlah 1.384 orang dan 20.451 orang siswa. Pada
tingkat SMU/SMK/MA terdapat 40 unit sekolah dengan tenaga pengajar sejumlah 1.132 orang,
dan 14.871 orang siswa. Di tingkat akademi/perguruan tinggi terdapat 5 PT/akademi, 3.373
mahasiswa dan 172 dosen.

Gambar 2.1
Jumlah Siswa Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Karo Tahun 2011, 2012, 2013
Sumber: Karo Dalam Angka 2014 - BPS Kab. Karo

Kesehatan

Ketersediaan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor untuk perbaikan kualitas
hidup. Pada tahun 2013 jumlah rumah sakit di Kabupaten Karo sebanyak 5 unit berada di
Kecamatan Kabanjahe sebanyak 3 unit dan Berastagi sebanyak 2 unit. Pada kecamatan lainnya
hanya terdapat sarana kesehatan berupa Puskesmas, Puskesmas pembantu dan rumah bersalin.
Di Kabupaten Karo terdapat 19 unit Puskesmas, 201 Puskesmas Pembantu, 53 unit Balai
Pengobatan Umum dan 324 unit Posyandu. Ketersediaan tenaga medis di Kabupaten Karo
sebanyak 83 dokter umum, 18 dokter spesialis, dan 32 dokter gigi. Selain itu terdapat 70 dokter
umum/PTT dan 22 dokter gigi PTT yang bertugas di desa-desa.

2.1.6. Agama
Beribadah merupakan suatu kebutuhan rohani bagi setiap umat beragama. Mayoritas
penduduk di Kabupaten Karo menganut agama Nasrani (Kristen Protestan, Katolik), hal ini
tergambar dari banyaknya rumah ibadah berupa gereja di daerah ini. Pada tahun 2012, tercatat
sebanyak 408 unit Gereja Protestan dan 121 unit Gereja Katolik, jumlah ini belum termasuk

Rencana Aksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung Tahun 2015-2017 II -4


gereja lainnya seperti: GSRI, Bethel, dan lain-lain. Sedangkan masjid tercatat sebanyak 195 unit,
data ini sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama Kabupaten Karo.

2.1.7. Pariwisata
Daerah sekitar Gunungapi Sinabung adalah daerah berhawa dingin yang kaya dengan
objek wisata, khususnya objek wisata alam pemandian air panas di Kecamatan Payung dan Desa
Semangat (Sidebuk-debuk, Gunung Sibayak), dan danau alam di Dusun Lau Kawar. Selain itu di
Kota Kabanjahe juga terletak museum Batiren Purba dan situs wihara terbesar se-Asia Tenggara
(Kecamatan Tongkoh).
Industri pariwisata di wilayah Gunungapi Sinabung didukung dengan keberadaan
berbagai sarana penginapan berupa hotel-hotel pariwisata internasional, juga terdapat ratusan
fasilitas penginapan skala kecil seperti losmen dan homestay, yang terpusat di kawasan
Kecamatan Berastagi dan Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo.
Kondisi Sosial Budaya
Suku Karo adalah suku yang mendiami dataran tinggi dan dataran rendah di Sumatera
Utara. Kota yang terkenal di wilayah ini adalah Berastagi dan Kabanjahe. Berastagi merupakan
salah satu kota turis di Sumatera Utara yang sangat terkenal dengan produk pertaniannya yang
unggul. Mayoritas suku Karo bermukim di daerah pegunungan, tepatnya di daerah Gunungapi
Sinabung dan Gunungapi Sibayak yang sering disebut sebagai "Taneh Karo Simalem".
Setiap orang dalam Suku Karo terikat oleh sistem adat yang disebut dengan merga silima,
rakut si telu dan tutur si waluh. Jadi dimanapun mereka berada pasti memiliki marga, dan jalan
persaudaraan tersendiri. Penduduk Kabupaten Karo adalah masyarakat yang dinamis dan
patriotis serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Esa. Masyarakat Karo berpegang kuat kepada adat
istiadat yang luhur, hal tersebut merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses
pembangunan. Dalam kehidupan masyarakat Karo, idaman dan harapan (sura-sura pusuh
peraten) yang ingin diwujudkan adalah pencapaian tiga hal pokok yang disebut Tuah, Sangap, dan
Mejuah-juah.
Tuah berarti menerima berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, mendapat keturunan, banyak
kawan dan sahabat, cerdas, gigih, disiplin dan menjaga kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan hidup untuk generasi yang akan datang. Sangap berarti mendapat rejeki,
kemakmuran bagi pribadi, bagi anggota keluarga, bagi masyarakat serta bagi generasi yang akan
datang. Mejuah-juah berarti sehat sejahtera lahir batin, aman, damai, bersemangat serta
keseimbangan dan keselarasan antara manusia dan manusia, antara manusia dan lingkungan, dan
antara manusia dengan Tuhannya. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan satu sama lain.
Beberapa tradisi yang sampai saat ini masih tetap eksis dan terjaga kelangsungannya di
Kabupaten Karo adalah Kerja Tahun (merdang merdem). Kerja Tahun merupakan kegiatan rutin
setiap tahun yang biasanya dilaksanakan setelah acara menanam padi di sawah selesai. Perayaan
tersebut merupakan bagian dari ucapan syukur kepada Sang Pencipta karena kegiatan menanam

Rencana Aksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung Tahun 2015-2017 II -5


padi telah selesai. Teriring doa agar tanaman padi tersebut diberkati sehingga bebas dari hama
dan menghasilkan panen yang berlimpah. Setiap kecamatan di Tanah Karo merayakan Kerja
Tahun (merdang merdem) pada bulan yang berbeda.
Industri dan Perdagangan
Usaha industri di daerah sekitar Gunungapi Sinabung berkembang cukup baik, demikian
juga dengan kegiatan perdagangan. Walaupun tidak ada desa yang mata pencaharian utamanya
berasal dari sektor industri, namun kecamatan-kecamatan di sekitar Sinabung juga memiliki
berbagai jenis industri. Industri yang paling besar adalah industri makanan, pengolahan kayu dan
pariwisata.

2.1.8. Kondisi Ekonomi

2.1.8.1. Keuangan Daerah


Realisasi Penerimaan Daerah Kabupaten Karo tahun 2013 tercatat sebesar Rp813 miliar.
Sedangkan pengeluaran untuk belanja operasional sebesar Rp656,25 miliar yang digunakan
untuk belanja pegawai, belanja barang/jasa dan lain-lain. Pengeluaran untuk Belanja Modal
sebesar Rp490,79 miliar. Total pengeluaran tahun 2013 sebesar Rp1.147,03 miliar.

2.1.8.2. Harga – Harga


Badan Pusat Statistik memantau perkembangan harga barang dan jasa secara berkala,
terutama komoditi bahan pokok dan bangunan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS, terdapat
kenaikan harga dari tahun 2012 ke 2013. Harga beras dari Rp9.988 pada tahun 2012 menjadi
Rp10.422 per kilogram pada tahun 2013. Minyak tanah juga mengalami kenaikan dari Rp9.708
per liter untuk tahun 2012 menjadi Rp10.000 pada tahun 2013.

2.1.8.3. Pendapatan Regional


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator tingkat
kesejahteraan suatu daerah, PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan.
Berdasarkan harga berlaku, nilai PDRB Kabupaten Karo pada tahun 2013 sebesar Rp9.550,52
miliar. Dibandingkan dengan PDRB tahun 2012 yang nilainya sebesar Rp8.512,71 miliar, pada
tahun 2013 terjadi kenaikan sebesar Rp1.037,82 miliar atau meningkat sebesar 12,19 persen.
Untuk harga konstan, dengan menggunakan harga dasar tahun 2000 PDRB Kabupaten Karo juga
mengalami kenaikan dari Rp3.816,81 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp3.996,81 miliar pada
tahun 2013.

Rencana Aksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung Tahun 2015-2017 II -6


Gambar 2.2
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo 2004 – 2013 (Miliar Rp)
Sumber: Karo Dalam Angka 2014 - BPS Kab. Karo
Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Sinabung
PVMBG telah menetapkan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunungapi Sinabung dibagi dalam tiga
tingkat kerawanan sebagai berikut:
1. Kawasan Rawan Bencana III (KRB III)
KRB III adalah kawasan yang terletak dalam radius 0-2 km dari puncak Gunungapi Sinabung, dan
dinyatakan dekat dengan sumber bahaya. Kawasan ini sangat berpotensi terlanda awan
panas, aliran lava, guguran batu, lontaran batu (pijar) berdiameter lebih besar dari 6 cm, dan
hujan abu lebat. Oleh karena tingkat kerawanannya yang tinggi maka kawasan ini tidak
diperkenankan sebagai lokasi hunian tetap.KRB III ini berada dalam Sinabung. Kawasan ini
sangat i 6 cm dan hujan abu lebat. Pada lembah-lembah kawasan ini berrlanda aliran lava,
awan panas, guguran lava dan
2. Kawasan Rawan Bencana II (KRB II)
KRB II adalah kawasan ring tengah yang berada dalam radius 2-5 km dari puncak Gunungapi
Sinabung. KRB II ini juga berpotensi terkena lontaran batu pijar yang berdiameter antara 2-6
cm, hujan abu lebat, awan panas, aliran lava, dan guguran lava-lava serta gas beracun.
Berhubung Gunungapi Sinabung sampai rencana aksi ini disusun masih sering beraktivitas,
maka masyarakat yang berada dalam KRB II diharuskan mengungsi apabila terjadi
peningkatan kegiatan gunungapi sesuai dengan saran dari PVMBG sampai bencana ini
dinyatakan aman kembali. Pernyataan harus mengungsi, tetap tinggal ditempat, dan atau
keadaan sudah aman kembali, ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Rencana Aksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung Tahun 2015-2017 II -7


3. Kawasan Rawan Bencana I (KRB I)
KRB I adalah kawasan yang berada dalam radius 5-7 km dari puncak gunungapi. Kawasan ini
juga diperkirakan akan berpotensi terlanda hujan abu dan kemungkinan dapat tertimpa
material batu pijar berdiameter lebih kecil dari 2 cm, dan tidak tertutup kemungkinan dapat
terkena perluasan awan panas dan aliran lava lahar. Beberapa lembah dan sungai yang
berada dalam ring Kawasan Rawan Bencana I juga dimungkinkan terlanda lahar hujan.
Kawasan ini pada peta di bawah ditunjukkan oleh krsiran warna K

KRB III: Sangat berpotensi terancam awan panas, gas beracun, guguran lava, aliran lava, dan berpotensi sangat terancam
lontaran batu pijar (diameter > 6cm)
KRB II: Berpotensi terancam awan panas, gas beracun, guguran lava, aliran lava, dan berpotensi sangat terancam lontaran
batu pijar (diameter 2-6 cm)
KRB I: Berpotensi terlanda lahar hujan dan perluasan awan panas, terancam hujan abu, material pijar (diameter <2 cm)

Gambar 2.3
Peta Kawasan Rawan Bencana

Kronologis Status Gunungapi Sinabung


Gunungapi Sinabung yang terletak di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara meletus
pada hari Minggu, tanggal 15 September 2013 pukul 02.51 WIB dan ditingkatkan statusnya dari
Waspada (level II) menjadi Siaga (level III). Letusan tersebut memuntahkan abu vulkanik dan
batu kecil yang melanda beberapa desa sekitarnya. Asap tebal hitam yang membawa abu vulkanik
keluar dari kawah Gunungapi Sinabung. Dari parameter kegunungapian yang dipantau Pos
Gunungapi Sinabung tercatat 255 gempa vulkanik, 16 kali gempa hembusan, 5 kali gempa
tektonik lokal, 24 kali gempa tektonik jauh, dan tremor 15 mm. Di Berastagi debu tebal
memenuhi atap warga dan jalur transportasi. Dalam bencana erupsi ini menyebabkan 14.998
orang yang berasal dari sekitar lereng gunung harus mengungsi ke tempat aman dalam radius 3-7
km dari Gunungapi Sinabung.

Rencana Aksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung Tahun 2015-2017 II -8


Pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 WIB status aktivitas Gunungapi Sinabung
dinaikkan menjadi Awas (level IV), mengakibatkan lebih dari dua puluh ribu jiwa mengungsi.
Berdasarkan laporan PVMBG pada tanggal 1 Februari 2014 pukul 10.30 WIB terjadi erupsi
dengan tinggi kolom asap 2.000 m, luncuran awan panas sejauh 4.500 m ke arah Selatan-
Tenggara, arah angin Barat Daya-Selatan, dan lama gempa erupsi 66 detik. Akibat erupsi
Gunungapi Sinabung menyebabkan korban meninggal dunia 16 jiwa, dan 1 orang terluka terkena
awan panas. PVMBG merekomendasikan agar seluruh desa dalam radius 5 km harus mengungsi
ke tempat yang lebih aman. Sebanyak 31.739 jiwa atau 9.915 KK yang berasal dari 34 desa
mengungsi dan menempati 42 titik pengungsian.

Peta Sebaran Lokasi Pengungsian dan


Jumlah Korban Akibat Awan Panas

Gambar 2.4
Peta Sebaran Lokasi Pengungsian dan Jumlah Korban Akibat Awan Panas

Pada akhir Januari 2014 PVMBG menyatakan tidak ada peningkatan dan ancaman yang
signifikan dari erupsi Gunungapi Sinabung dalam radius 5 km sehingga terhitung 31 Januari 2014
pukul 14.00 WIB, pengungsi yang tinggal di luar radius 5 km dari puncak Gunungapi Sinabung,
kecuali Desa Kutatengah dapat dipulangkan ke rumahnya. Adanya rekomendasi ini maka
pengungsi yang berasal dari 16 desa di luar radius 5 km dipulangkan. Saat itu pengungsi yang
berasal dari 32 desa berjumlah 30.117 jiwa (9.388 KK) berada di 42 titik pengungsian.

Rencana Aksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung Tahun 2015-2017 II -9


Aktivitas erupsi dan luncuran awan panas Gunungapi Sinabung masih terus berfluktuatif,
bahkan semakin meningkat aktivitasnya sehingga dinaikkan statusnya menjadi Awas (level IV)
pada Selasa, 2 Juni 2015 pukul 23.00 WIB. Ditingkatkannya status Awas disertai dengan
bertambahnya area yang harus dikosongkan yaitu 7 km di sisi Tenggara dan Selatan dari puncak
kawah Sinabung. Pada Sabtu, 13 Juni 2015 terjadi erupsi Gunungapi Sinabung sebanyak 6 kali ke
arah Tenggara sejauh 3 km dengan tinggi kolom 1-2 km. Pada Selasa, 17 Juni 2015 terjadi 120 kali
guguran, 4 kali luncuran awan panas sepanjang 2-3 km ke sisi Timur-Tenggara dan Selatan, 2 kali
luncuran lava pijar 1,5 km ke Tenggara dan 2 km ke Selatan, tremor menerus serta semua
parameter seismisitas masih tinggi. Pada Rabu, 18 Juni 2015 terjadi 1 kali awan panas guguran
dari puncak dengan jarak luncur sejauh 2,5 km ke Tenggara, dan guguran lava pijar dari puncak
sejauh 700-1.500 meter ke Tenggara, tremor menerus. Potensi erupsi susulan masih tinggi. Data
BNPB per tanggal 15 Juni 2015 tercatat pengungsi sebanyak 10.714 jiwa (2.882 KK) tersebar di
10 pos penampungan.
Analisis dan Rekomendasi PVMBG

Sehubungan dengan Gunungapi Sinabung dalam tingkat aktivitas Awas (Level IV), maka
pada tanggal 21 Juni 2015 PVMBG merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:

1. Masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km dari


puncak.
2. Masyarakat dalam jarak 7 km untuk sektor Selatan-Tenggara Gunungapi Sinabung, yang
berada di bukaan lembah yang berpotensi terlanda awan panas yaitu yang tinggal di:
Pasarpinter Gurukinayan-simpang Sibintun/Perjumaan Batukejan, jembatan Lau Benuken
Tigapancur, Desa Tigapancur-Pejumaan Tigabogor, Desa Pintubesi, dan Desa Jeraya agar
dievakuasi ke lokasi yang aman dan tidak melakukan aktivitas di sektor tersebut.
3. Masyarakat di dalam jarak 6 km untuk sektor Tenggara-Timur Gunungapi Sinabung yang
berada di bukaan lembah yang berpotensi terlanda aliran awan panas yaitu yang tinggal di
Desa Kutatengah agar dievakuasi ke lokasi yang aman.
4. Masyarakat yang berada di luar sektor Selatan–Tenggara dan Tenggara–Timur tetapi berada
di dalam KRB III berpotensi terkena hujan abu lebat dan lontaran material vulkanik, yaitu
yang berada di desa Sukanalu, Sigarang-garang, Kutarakyat, Kutagugung, Lau Kawar dan
Mardinding, agar dievakuasi ke lokasi yang aman.
5. Masyarakat yang tinggal di dalam radius 3 km, yaitu Desa Sukameriah di Kecamatan Payung
serta Desa Bekerah dan Desa Simacem di Kecamatan Naman Teran, agar direlokasi.
6. Masyarakat yang tinggal di luar radius 3 km dari kawah Gunungapi Sinabung, yaitu: 4 Desa
dan 1 Dusun yang tersebar dalam 3 Kecamatan yaitu: Kecamatan Payung (Desa
Gurukinayan); Kecamatan Naman Teran (Desa Kutatonggal), Kecamatan Simpang Empat
(Desa Berastepu, Dusun Sibintun dan Desa Gamber), agar direlokasi.

Rencana Aksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung Tahun 2015-2017 II -10


7. Masyarakat dihimbau memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak
kesehatan dari abu vulkanik. Mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap
rumah dari abu vulkanik yang lebat agar tidak roboh.
8. Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunungapi
Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar.
9. Masyarakat di sekitar Gunungapi Sinabung diharap tenang tidak terpancing isu-isu tentang
erupsi Gunungapi Sinabung, dan agar senantiasa mengikuti arahan dari Pemerintah
Kabupaten Karo/Muspida Karo yang senantiasa mendapat laporan tentang aktivitas
Gunungapi Sinabung.
10. Pemerintah Daerah agar menyiapkan sarana komunikasi seluruh perangkat kerjanya,
melakukan sosialisasi kepada masyarakat berkaitan daerah-daerah bahaya yang masih
terancam, serta menambahkan/memperbaiki jalur evakuasi, sehingga mempermudah
mengantisipasi ancaman bahaya erupsi jika tiba-tiba terjadi situasi yang membuat panik
masyarakat.
Berdasarkan hal itu, maka diharapkan agar rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi
yang dibuat dapat mempertimbangkan beberapa hal seperti:
 Merelokasi tiga desa radius 3 km (Desa Bekerah, Simacem, dan Sukameriah);
 Merelokasi empat desa radius 5 km di Selatan dan Tenggara Gunungapi Sinabung, yaitu
Desa Gamber, Berastepu, Kutatonggal, Gurukinayan;
 Mempertimbangkan potensi relokasi untuk Desa Sukanalu dan Sigarang-garang yang akan
diakibatkan jalur lava baru yang terbentuk di sisi tenggara Bukit Uruk Tuhan;
 Mempertimbangkan kajian relokasi terhadap Desa Perbaji, dikarenakan munculnya aliran
lahar hujan menuju desa tersebut; dan
 Mempertimbangkan potensi relokasi untuk Desa Jeraya, Desa Kuta Tengah, Desa Pintu Besi,
dan Desa Tiga Pancur.

Penanganan Darurat

2.1.9. Gambaran Umum Situasi Pengungsi


Data BNPB per tanggal 15 Juni 2015 menunjukkan jumlah pengungsi sebanyak
10.768 jiwa (2.882 KK) tersebar di 10 pos penampungan. Pengungsi berasal dari Desa
Jeraya, Kuta Tengah, Sigarang Garang, Mardingding, Kuta Gugung, Kuta Rayat, Gurukinayan,
Tiga Pancur, Pintu Besi, Sukanalu, Berastepu, dan Dusun Lau Kawar. Pengungsi bukan hanya
berasal dari desa sisi tenggara-selatan dari puncak kawah, tetapi desa-desa di sisi utara,
timur dan barat daya pun mengungsi. Kebutuhan dasar pengungsi seperti makanan, lauk
pauk, makanan bayi, tenda pengungsi, selimut, kesehatan, pendidikan, sanitasi, masker,
tikar, matras, tanki air, pakaian, logistik untuk kebutuhan dapur, dan psikolog untuk trauma

Rencana Aksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung Tahun 2015-2017 II -11


healing serta kebutuhan lainnya diupayakan tercukupi sesuai dengan auran pelayanan
pengungsi. Sebaran pengungsi disajikan pada Tabel 2.1

Tabel 2.2 Pebaran Pengungsi (per 3015 Okber154)


No Pos Penampung KK Jiwa

1 Gd. Serbaguna GBKP Kabanjahe 135 454


2 Jambur Lau Buah Batu 315 882
3 Paroki Gereja Katolik Kabanjahe 297 974
4 Gd. Serbaguna KNPI Kabanjahe 181 756
5 Jambur Sempajaya 412 1.462
6 udang Jeruk Surbakt 182 660
7 Jambur Tongkoh dan Tahura 666 2782
8 Jambur Korpri 296 1.200
9 Jambur Tanjung Mbelang 265 948
10 GPDI Ndokum Siroga 133 650
Jumlah 2.882 10.768

Selain pengungsi yang berada di 10 titik pengungsian tersebut, terdapat juga


sebanyak 2.053 KK yang tinggal di hunian sementara (huntara) yang disediakan oleh BNPB
melalui bantuan sewa rumah selama satu tahun, bantuan sewa lahan pertanian selama satu
tahun, dan jaminan hidup untuk 2 bulan. Bantuan diserahkan langsung oleh BPBD Karo kepada
pengungsi yang berasal dari Desa Sukameriah (128 KK), Desa Bekerah (112 KK), Desa Simacem
(130 KK), Desa Kuta Tonggal (109 KK), Desa Berastepu (611 KK), Desa Gamber (185 KK), dan
Desa Gurukinayan (778 KK) yang akan direlokasi ke Desa Siosar, Kecamatan Merek.

Upaya Penanganan Darurat


Dalam merespon bencana erupsi Gunungapi Sinabung, beberapa upaya penanganan
darurat yang telah dilakukan antara lain pembagian jatah hidup, pendirian posko evakuasi
darurat untuk menampung pengungsi, pemenuhan kebutuhan dasar bantuan cash for work untuk
pengungsi, penyaluran dana sewa rumah dan lahan pertanian, penggantian seng atap rumah yang
rusak, pembersihan/penyiraman debu vulkanik di atap rumah, jalan, dan tanaman pertanian,
bantuan peralatan pertanian dan pertukangan, pembagian bibit pertanian serta penyaluran
layanan kesehatan. Selain untuk penanganan darurat, BNPB membangun jalan ke lokasi relokasi,
land clearing, dan pembangunan rumah di Siosar. Sejak 15 September 2013 hingga 22 Juni 2015
bantuan BNPB melalui Dana Siap Pakai telah disalurkan sebesar Rp150,24 miliar.
Kementerian/Lembaga yang terlibat dalam upaya penanganan darurat erupsi Gunungapi
Sinabung antara lain Kemenko PMK, BNPB, Kemen PU-Pera, Kemensos, Kemenkes, Kemen ESDM,

Rencana Aksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung Tahun 2015-2017 II -12


Kementan, Kemendikbud, Kemenkop&UKM, Kemen LHK, TNI/Polri, OJK, Kemendagri, Basarnas,
Kemenparekraf dan BMKG.

Rencana Aksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung Tahun 2015-2017 II -13


Rencana Aksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung Tahun 2015-2017 II -14

Anda mungkin juga menyukai