Anda di halaman 1dari 7

BABab I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Bali terletak pada jajaran Bukit Barisan yang sebagian besar wilayahnya
merupakan dataran tinggi, terdapat dua gunungapi aktif yaitu Gunungapi Sinabung dan
Gunungapi Sibayak sehingga daerah Karo rawan terhadap letusan gunungapi. Dengan lahan
yang subur, sebagian besar matapencaharian penduduk adalah pertanian dengan padi,
palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, kopi, tanaman hias dan komoditi lainnya.

Gunungapi Sinabung (2.460 m .dpl.) terletak pada posisi geografis 03° 10’ LU dan
98° 23,5’ BT. Sebelum tanggal 29 Agustus 2010, Gunungapi. Sinabung digolongkan sebagai
gunungapi Tipe B, dikarenakan sejak tahun 1600-an tidak ada catatan mengenai aktivitas
erupsi. Namun, berdasarkan hasil penghitungan umur berdasarkan umur karbon dari
endapan aliran piroklastik dari erupsi Gunungapi Sinabung menunjukkan bahwa kejadian
erupsi terakhir sekitar tahun 800-900 SM yang menghasilkan endapan awan panas/aliran
piroklastik yang menyapu wilayah Guruk Kinayan, Sukameriah, hingga Beras tepu yang
berada dalam radius 3-5 kKm dari kawah. Gunungapi ini memiliki empat buah kawah utama
di bagian puncak dan termasuk gunungapi strato volkano (gunungapi berlapis, berselang-
seling antara leleran lava dan piroklastik pada tiap-tiap periode erupsinya).

Aktivitas terakhir (hingga 26 Agustus 2010) Gunungapi. Sinabung diantaranya


berupa lapangan solfatara dan fumarol, baik di daerah sekitar kawah maupun puncak yang
mengisi bagian lembah, dinding dan dasar kawah lama, maupun disekitar lembah sungai
bagian timur dan tenggara dengan jarak ±lk. 300m (Santoso, M.S. 1992). Pada Tanggal 27
Agustus 2010, pukul 18.15 WIB terjadi letusan freatik yang diikuti hujan abu vulkanik ke
arah timur sampai – tenggara. Pada pada tanggal 29 September 2010 dini hari, tepatnya
pukul 00:10 WIB terjadi peningkatan secara signifikan aktivitas vulkanik Gunungapi.
Sinabung yang ditandai oleh terjadinya erupsi yang disertai lontaran material pijar dari
kKawah dan diikuti hujan abu halus – kasar.
Sejak tanggal 29 Agustus 2010, Gunungapi. Sinabung ditingkatkan tipenya diubah
dari gunungapi tipe B menjadi tipe A dan statusnya dinyatakan AwasAWAS. Pasca status
Awas berlangsung secara berturut-turut kejadian erupsi tanggal 30 Aagustus 2010, 2 kali
kejadian erupsi pada tanggal 3 September 2010 dan 2 kali kejadian pada tanggal 7
September 2010. Dari Kemudian hasil evaluasi pemantauan, sejak tanggal 23 September

I. Draft Rencana Aksi Pascabencana Dampak Gempa Bumi Lombok di Provinsi Bali Tahun
2018Draft Renaksi Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014 I-1
2010 status Gunungapi. Sinabung diturunkan dari AWAS Awas (level IV4) menjadi SIAGA
Siaga (level III3). Dan kemudian kembali diturunkan statusnya dari SSiaga menjadi
WWaspada (level II) pada tanggalL 7 Oktober 2010. Dalam periode erupsi ini, Ggunungapi
Sinabung mengeluarkan produknya berupa abu halus yang dominan kearah ke arah
tTimur lLaut, tTenggara dan bBarat laut yang bersumber dari kKawah sSelatan. Selama
kejadian erupsi tersebut tidak terjadi korban jiwa.
Aktifitas erupsi Gunungapi Sinabung tahun 2013 ditandai oleh peningkatan
kegempaan pada bulan Juli 2013 dan diikuti oleh dua periode kejadian erupsi pada periode
bulan September. Pada tanggal 15 September 2013 terjadi letusan Gunungapi Sinabung
yang melepaskan awan panas, abu vulkanik, serta hujan abu di Sibolangit dan Berastagi
sehingga status Gunungapi Sinabung ditingkatkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga
(Level III), kemudian pada tanggal 29 September 2013 status diturunkan menjadi Waspada,
namun demikian kondisi Gunungapi Sinabung masih fluktuatif.

Memasuki November 2013 terjadi peningkatan aktifitas dengan letusan-letusan


yang semakin menguat, sehingga pada dan periode erupsi bulan Oktober – November 2013.
Sejak tanggal 3 November 2013 Gunungapi. Sinabung telah dinaikkan statusnya dari
wWWaspada menjadi sSSiaga. Pasca peningkatan status Siaga tersebut aktifitas gunungapi
terus meningkat. Selama status Siaga tercatat kejadian erupsi yang terjadi pada 18
November 2013 pukul 07.04 WIB dengan tinggi kolom letusan 8.000 m dan tanggal 19
November 2013 pukul 21.55 WIB dengan tinggi kolom letusan 10.000 m tersebut disertai
suara gemuruh dan terdengar hingga jarak 15 km. Seiring meningkatnya potensi ancaman
maka kembali status aktifitas Gunungapi Sinabung ditingkatkan dari Siaga menjadi Awas
pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 WIB..

Dari keseluruhan kejadian, yang sudah mengalami erupsi ratusan kali yang setiap
erupsi, Gunung Sinabung menghasilkan material erupsi dengan ketinggian kolom erupsi
1.000 -10.000 m dan sebaran abu bahkan sampai ke Kota Medan. Pada tanggal 24
November 2013, hujan batu berukuran maksimal 4 cm, menghujani wilayah Kuta gugung,
Sigarang-garang, Sukanalu dan Kutar Rakyat. Luncuran aliran piroklastik/awan panas
bergerak sejauh 1.500 meter ke arah tenggara dari kawah selatan dan kejadian lahar
menyapu wilayah Desa Suka Meriah dan Guruk Kinayanh.

Rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (dari PVMBG) seluruh
desa-desa didalam radius 5 kKm harus meldilakukan pengungsian ke tempat yang lebih

I. Draft Rencana Aksi Pascabencana Dampak Gempa Bumi Lombok di Provinsi Bali Tahun
2018Draft Renaksi Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014 I-2
aman. Sejak adanya rekomendasi dari PVMBG, maka pada kondisi tanggal 4 Februari 2014
jumlah pengungsian yang berasal penduduk dari 34 desa asal dan menempati 42 titik
pengungsian. Seluruh pengungsi berjumlah 31.739 jiwa atau 9.915 KK. Para pengungsi
adalah penduduk di dalam radius 3 km dan 5 km, serta beberapa desa dari radius di luar 5
km.
Pada tanggal 17 September 2013 terjadi letusan Gunung Sinabung yang melepaskan
awan panas, abu vulkanik, serta hujan abu di Sibolangit dan Berastagi sehingga status
Gunung Sinabung ditingkatkan dari Waspada menjadi Siaga (Level III), selanjutnya pada
tanggal 29 September 2013 status diturunkan menjadi Waspada (Level II), namun demikian
kondisi Gunung Sinabung masih fluktuatif. Memasuki Bulan November 2013 terjadi
peningkatan aktifitas dengan letusan-letusan yang semakin menguat, sehingga pada tanggal
3 November 2013 tepatnya pukul 03.00 status dinaikan kembali menjadi Siaga (Level III),
dan selanjutnya erupsi terjadi pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 dengan status
Gunung Sinabung dinaikan menjadi Awas (Level IV). Hingga memasuki tahun 2014 guguran
lava pijar dan semburan awan panas terus terjadi yang mengakibatkan lebih dari dua puluh
ribu penduduk mengungsi.
Pemerintah Kabupaten Karo menetapkan masa tanggap darurat hingga 15 Februari
2014 yang dinyatakan melalui Surat Keputusan Bupati Karo Nomor
361/032/Bakesbang/2014 tentang Penetapan Perpanjangan Status Tanggap Darurat
Bencana Erupsi Gunungapi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014. Selain mengakibatkan
ribuan pengungsi, bencana erupsi Gunungapi Sinabung juga telah mengakibatkan
kerusakan dan kerugian besar Kabupaten Karo dipada empat kecamatan di Kabupaten Karo
( Naman Teran, Simpang Empat, Payung dan Tiganderket) khususnya di sektor pertanian
(ekonomi).
Dengan memperhatikan dampak yang ditimbulkan akibat bencana erupsi
Gunungapi Sinabung, maka perlu penyesuaian terhadap dokumen perencanaan rehabilitasi
dan rekonstruksi pascabencana erupsi Gunungapi Sinabung yang telah disusun sebelumnya
berdasarkan Keputusan Kepala BNPB No. 253A tahun 2014.
1.2 Maksud dan Tujuan

Dokumen Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Dampak Gempa


Bumi Lombok di Prrovinsi Bali Tahun 2018, disusun sebagai rencana program dan kegiatan
dalam rangka:
a. Membangun kesepahaman dan komitmen antara pemerintah, pemerintah daerah, dunia
usaha, masyarakat, perguruan tinggi/akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat, untuk

I. Draft Rencana Aksi Pascabencana Dampak Gempa Bumi Lombok di Provinsi Bali Tahun
2018Draft Renaksi Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014 I-3
membangun kembali seluruh sendi kehidupan masyarakat yang terkena dampak bencana di
Provinsi Bali;
b. Menyelaraskan seluruh kegiatan perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana
dampak gempa bumi Lombok di Provinsi Bali yang disusun oleh Pemerintah
(Kementerian/Lembaga), Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Bali;
c. Memaduserasikan perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana dampak gempa
bumi Lombok di Provinsi Bali dengan perencanaan jangka menengah, perencanaan tahunan
pemerintah, dan pemerintah daerah;
d. Memberikan gambaran yang jelas kepada pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya
mengenai pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana, sehingga tidak terjadi
tumpang tindih kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi;
e. Mengembangkan sistem dan mekanisme mobilisasi pendanaan dari sumber APBN, APBD dan
sumber lain yang sah secara efektif, efisien, transparan, partisipatif dan akuntabel, sesuai
dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Dengan memperhatikan dampak yang ditimbulkan akibat bencana erupsi Gunung Sinabung,
maka perlu disusun sebuah dokumen perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana
Erupsi Gunung Sinabung, sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Kepala BNPB Nomor 17
Tahun 2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana.
Pelaksanaan rehabilitasi dan rekontruksi wilayah pasca bencana secara komprehensif dan
terpadu, perlu memperhatikan :
Hasil pengkajian kebutuhan pasca bencana;
Penentuan prioritas;
Pengalokasian sumberdaya dan waktu pelaksanaan;
Dokumen rencana kerja pemerintah baik pusat maupun daerah;
Dokumen perencanaan pembangunan terkait lainnya.
1.3 Maksud dan Tujuan

Dokumen Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pascabencana Erupsi


Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Tahun 2014, disusun sebagai rencana program dan
kegiatan dalam rangka:
f. Membangun kesepahaman dan komitmen antara pemerintah, pemerintah daerah, dunia
usaha, masyarakat, perguruan tinggi/akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat, untuk
membangun kembali seluruh sendi kehidupan masyarakat yang terkena dampak bencana di
Kabupaten Karo;
g. Menyelaraskan seluruh kegiatan perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah
pascabencana erupsi Gunung Sinabung yang disusun oleh Pemerintah
(Kementerian/Lembaga), Pemerintah Provinsi Sumatera Utara/Pemerintah Kabupaten Karo;

I. Draft Rencana Aksi Pascabencana Dampak Gempa Bumi Lombok di Provinsi Bali Tahun
2018Draft Renaksi Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014 I-4
h. Memaduserasikan perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pascabencana erupsi
Gunung Sinabung dengan perencanaan jangka menengah, perencanaan tahunan pemerintah,
dan pemerintah kabupaten;
i. Memberikan gambaran yang jelas kepada pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya
mengenai pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana, sehingga tidak terjadi
tumpang tindih kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi;
j. Mengembangkan sistem dan mekanisme mobilisasi pendanaan dari sumber APBN, dan APBD
Kabupaten serta masyarakat secara efektif, efisien, transparan, partisipatif dan akuntabel,
sesuai dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Dokumen Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pascabencana Dampak


Gempa Bumi Lombok di Provinsi Bali Tahun 20142018 bertujuan untuk mewujudkan:
a. Keseragaman pemahaman dan persepsi di antara Pemerintah, dan Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah /Kabupaten/Kota serta unsur-unsur swasta, masyarakat nasional dan daerah,
dan perguruan tinggi agar pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pascabencana
dapat berlangsung dengan baik;
b. Perencanaan program dan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana sesuai
dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
c. Perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan sesuai dan selaras dengan dokumen
perencanaan nasional dan daerah;
d. Perencanaan dan penganggaran yang partisipatif dan konsultatif, yakni program dan
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana yang telah dikonsultasikan dan memuat
masukan dari dan kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders);
e. Kemudahan dalam pemantauan dan pengendalian atas kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi pascabencana;
f. Penggunaan dan pengelolaan sumber dana untuk kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi
pascabencana yang mematuhi prinsip kehati-hatian dan bertanggung jawab.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup Rencana Aksi Relokasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi adalah pemulihan
Wilayah Pascabencana Dampak Gempa Bumi Lombok di Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
dengan mengacu Peraturan Kepala BNPB No.17 tahun 2010 tentang Pedoman Umum
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana dengan ruang lingkup pemulihan meliputi:
a. Tahun 2014 difokuskan bagi masyarakat yang akan direlokasi pada tahap I dan II (2.053 KK)
yang meliputi:
b. Aspek kemanusiaan, antara lain terdiri dari sosial psikologis, pelayanan kesehatan,
pelayanan pendidikan, partisipasi dan peran serta lembaga, organisasi kemasyarakatan,
dunia usaha dan masyarakat serta perguruan tinggi;

I. Draft Rencana Aksi Pascabencana Dampak Gempa Bumi Lombok di Provinsi Bali Tahun
2018Draft Renaksi Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014 I-5
c. Aspek permukiman, terdiri dari relokasi, perbaikan lingkungan daerah bencana, pemberian
bantuan perbaikan rumah masyarakat;
d. Aspek infrastruktur, terdiri dari perbaikan sarana prasarana umum, pembangunan kembali
sarana prasarana umum, peningkatan fungsi pelayanan publik dan peningkatan pelayanan
utama dalam masyarakat;
e. Aspek ekonomi, terdiri dari pemulihan ekonomi, peningkatan kondisi ekonomi, mendorong
peningkatan ekonomi lokal seperti pertanian, peternakan, parawisata, dan perdagangan;
f. Aspek sosial, terdiri dari pemulihan konstruksi sosial, pemulihan kearifan dan tradisi
masyarakat, pemulihan keagamaan dan pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya
masyarakat;
g. Aspek lintas sektor yang antara lain terdiri dari pemulihan dan peningkatan kegiatan yang
meliputi tata pemerintahan, ketertiban, keamanan dan perbankan.

1.5 Sistematika Penulisan

Dokumen Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pascabencana Dampak


Bencana Gempa Bumi Lombok di Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 202018 terdiri dari 6
(enam) bab yaitu :
a. Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang perlunya penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan
rekonstruksi pascabencana erupsi Gunungapi Sinabung dan tindakan penanganan
darurat yang telah dilakukan sebelumnya, maksud dan tujuan yang ingin dicapai, ruang
lingkup pembahasan, serta sistematika penulisan;
b. Bab II Kondisi Umum Wilayah dan Kejadian Bencana
Bab ini menguraikan gambaran singkat atas karakteristik wilayah sebelum kejadian
bencana, yang ditinjau dari kondisi geografi, demografi, sosial, ekonomi, dan
infrastruktur;
c. Bab III Pengkajian Kebutuhan Pemulihan Wilayah Pascabencana
Bab ini menguraikan hasil kajian akibat bencana yang terdiri dari penilaian kerusakan
dan kerugian, penilaian gangguan akses, gangguan fungsi, dan meningkatnya risiko. dan
Hhasil kajian kebutuhan pemulihan termasuk pemulihan kemanusiaan, yang dianalisis
dalam 5 lima sektor, yaitu permukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial, dan lintas sektor.;
d. Bab IV Prinsip dan Kebijakan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Bab ini menguraikan prinsip dasar, kebijakan, ruang lingkup, serta strategi rehabilitasi
dan rekonstruksi;
e. Bab V Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana
Bab ini menguraikan proses perencanaan dan pendanaan, mekanisme pelaksanaan
anggaran, pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi, kelembagaan pelaksanaan

I. Draft Rencana Aksi Pascabencana Dampak Gempa Bumi Lombok di Provinsi Bali Tahun
2018Draft Renaksi Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014 I-6
rehabilitasi dan rekonstruksi, pemantauan dan evaluasi, serta kesinambungan
pemulihan berbasis pengurangan risiko bencana.
f. Bab VI Penutup
Bab ini menjelaskan bahwa Dokumen Rencana Aksi ini merupakan acuan rehabilitasi
dan rekonstruksi yang masih harus dijabarkan lebih lanjut mengenai teknis
pelaksanaannya oleh setiap pihak pelaku rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana
dampak gempa bumi Lombok di Provinsi Bali.

I. Draft Rencana Aksi Pascabencana Dampak Gempa Bumi Lombok di Provinsi Bali Tahun
2018Draft Renaksi Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014 I-7

Anda mungkin juga menyukai