Portofolio Luka Bakar Singkat
Portofolio Luka Bakar Singkat
LUKA BAKAR
Disusun oleh :
dr. Medio Yoga Pratama
Pembimbing :
dr. Evi Novita
dr. Wahyuni Indayani B
Konsulen :
dr. Abd. Rahman, Sp.B , M.Kes
0
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui :
Pembimbing Pembimbing
Konsulen
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayat-NYA lah akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas portofoliot ini tepat
waktu. Penulisan portofolio ini disusun untuk memenuhi syarat program internsip.
Saya sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan portofolio ini, maka
dari itu saya harapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.
Semoga portofolio ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan terus
berkembang sesuai perkembangannya.
Sekian terimakasih.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
Penanganan dan perawatan luka bakar sampai saat ini masih memerlukan
perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan bagi kita, karena
sampai saat ini angka morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi. Di Amerika
dilaporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah
kematian sekitar 5-6 ribu kematian/tahun. Di indonesia sampai saat ini belum ada
laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian
yang diakibatkannya. 1
Di unit luka bakar RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada tahun
1998 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat, dengan angka
kematian 37,38%. Di unit Luka bakar RSU Dr. Soetomo surabaya jumlah kasus
yang dirawat selama satu tahun (Januari 2000 sampai Desember 2000) sebanyak
106 kasus atau 48,4% dari seluruh penderita bedah plastik yang dirawat yaitu
sebanyak 219, jumlah kematian akibat luka bakar sebanyak 28 penderita atau
sekitar 26,41% dari seluruh penderita luka bakar yang dirawat, kematian
umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar
yang disertai cedera pada saluran nafas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama
perawatan. 1
3
BAB II
PRESENTASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Usia : 32 tahun
Alamat : Pasangkayu, Mamuju Utara
Agama : Islam
Pekerjaan : Penjual bakso
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Masuk RS : Rabu, 19 Agustus 2015 pukul 18.06 WITA
ANAMNESIS
Keluhan utama
Punggung atas dan bawah, paha kanan dan kiri bagian belakang terkena air panas
Kurang lebih 30 menit sebelum masuk RS.
Riwayat penyakit sekarang
30 menit SMRS, pasien sedang berjualan bakso naik motor, karena jalanan jelek
tiba tiba motor pasien jatuh dan kuah bakso yang dibawa pasien tumpah kemudian
mengenai tubuh pasien. Pasien dibawa ke RS oleh keluarga pasien. Pasien sadar
setelah kejadian (+), mual (-), Muntah (-).
4
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran compos mentis
Primary survey
A : Bebas, bulu hidung tidak terbakar
B : Spontan, frekuensi nafas 20x/menit, reguler, kedalaman cukup
C : Akral hangat, CRT < 2”, tekanan darah 170/120 mmHg, frekuensi nadi
100x/menit, suhu 37 C
D : GCS 15, E4M6V5
Secondary survey
Kepala&wajah: deformitas (-), tampak bula pada sisi kiri wajah, bibir edema (-)
Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Leher : pembesaran KGB (-)
THT : sekret (-)
Dada : simetris dalam diam dan pergerakan normal
Jantung : BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : datar, lemas, NT (-), tdk teraba massa, BU (+) normal, H/L ttb
Ekstremitas : lihat status lokalis
Status lokalis
Kepala dan leher :0%
Trunkus anterior :0%
Trunkus posterior : 18 %
Esktremitas atas kanan :0%
Ekstremitas atas kiri :0%
Ekstremitas bawah kanan : 7%
Ekstremitas bawah kiri :5%
Genitalia :0%+
Total : 30 %
PEMERIKSAAN PENUNJANG
5
RUTIN
Hemoglobin : 15,4 g/dL
Hematokrit : 36,4 %
Leukosit : 6900/L
Trombosit : 325.000/L
DIAGNOSIS KERJA
Luka bakar grade II A-B 30%
TATALAKSANA
- O2 4 lpm sungkup
- Konsul Bedah
- Pro rawat ICU evaluasi Tanda vital
- Kebutuhan cairan 4 x 75 x 30 = 9.000 cc (RL)
8 jam = 4.500 cc ± 500 cc/ jam
16 jam = 4.500 cc ± 300 cc/ jam
- Inj. Ceftriaxone 1gr/ 12 jam (Skin Test)
- Inj. Ketorolac 30mg/ 8 jam
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
- GV + rawat luka bakar dengan burnazine dan kasa NACl 0,9%
- Jika masih kesakitan drip tramadol exstra
- Pasang kateter
PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanactionam : Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
6
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan
morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus
sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut. 1
Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung
maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi
pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari,
listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis
besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api
a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka,
dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat
membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami
memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik
cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan
berupa cedera kontak.
b. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda
panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang
mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat
rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan
semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan
ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan
berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya
menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit
sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan
keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang
menandai permukaan cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator
mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang
tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi
7
inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas
distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang
menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan
luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi. 1
8
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan
luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan
mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24
jam.
Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan
basah.
Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara
spontan kurang dari 3 minggu.
b. Derajat II dalam (Deep)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar
keringat,kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.
Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak
berwarna merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera
karena variasi suplay darah dermis (daerah yang berwarna putih
mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama
sekali, daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih
ada beberapa aliran darah ).
Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu.
3. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan lebih dalam, tidak
dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna putih
dan pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah dibandingkan kulit
sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis yang dikenal sebagai
scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung –
ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan atau kematian. Penyembuhan
terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
4. Luka bakar derajat IV
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis,
organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar
berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit
9
sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang dikenal
scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung
syaraf sensorik mengalami kerusakan dan kematian. penyembuhannya
terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa luka.2
10
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan
kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda,
dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak. 2,3
11
Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka
bakar, yaitu:
1. Fase awal, fase akut, fase syok
Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada
saluran nafas yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan
adanya eskar melingkar di dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan
gangguan sirkulasi seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok
hipovolemia.
2. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS)
dan sepsis. Hal ini merupakan dampak dan atau perkembangan masalah
yang timbul pada fase pertama dan masalah yang bermula dari kerusakan
jaringan (luka dan sepsis luka)
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi
jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti
parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat
kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang
hebat dan berlangsung lama
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
12
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan:
1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
2. Urinalisis
3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
4. Analisis gas darah
5. Radiologi – jika ada indikasi ARDS
6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan
MODS
13
dilakukan transfer pasien adalah mempertahankan ventilasi adekuat, dan jika
diindikasikan, melepas dari eskar yang mengkonstriksi.2,3
14
i. Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki
kompliansi paru.5
15
3. Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya
dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak
sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT).
Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60%
karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili
usus. Dengan demikian diharapkan pemberian nutrisi sejak awal dapat
membantu mencegah terjadinya SIRS dan MODS.5
16
J. PROGNOSIS
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam
dan luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga
penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan
kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan. Penyulit
juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka bakar
antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut
hipertrofik dan kontraktur.2
17
DAFTAR PUSTAKA
18