Anda di halaman 1dari 8

Era Industri 4.

0: Peluang dan Tantangan


Pendidikan Indonesia

Subtema: Pendidikan
Era Industri 4.0: Peluang dan Tantangan Pendidikan Indonesia
Setiap individu atau masyarakat pasti mengalami perubahan secara terus-
menerus. Individu maupun anggota kelompok masyarakat bergerak secara dinamis
dikarenakan memiliki pemikiran dan kemampuan yang senantiasa berkembang dari
waktu ke waktu. Hal itu menyebabkan dunia terus bergerak dan berkembang seiring
kemampuan manusia mencapai potensinya. Perubahan yang terjadi dapat bersifat
gradual, dapat juga bersifat sistematis. Suatu perubahan yang paling nyata pada saat
ini adalah globalisasi. Terjadi Interaksi pada level individu, komunitas masyarakat,
hingga bangsa dengan bangsa terjadi secara cepat. Manusia satu dan lainnya
terhubung hanya disekat oleh batas maya. Pada dasarnya, perubahan senantiasa
memberikan suatu tanda sekaligus jejak dalam kehidupan manusia. Perubahan
dalam sejarah kehidupan manusia ditandai dengan banyak hal, salah satunya ialah
perubahan era industri.
Revolusi Industri
Europian Parliamentary Research Service dalam Davies (2015) bahwa
revolusi industri sejauh ini terjadi empat kali. Revolusi industri pertama terjadi di
Inggris pada tahun 1784 ditandai dengan adanya penemuan mesin uap mulai
menggantikan tenaga manusia dalam pekerjaan mereka. Revolusi industri yang
kedua berlangsung pada akhir abad 19 ditandai dengan penemuan mesin-mesin
produksi tenaga listrik sehingga memungkinkan aktivitas produksi massal.
Teknologi komputer mulai digunakan untuk otomasi manufaktur menandai revolusi
industri ketiga pada tahun 1970. Perkembangan industri saat ini mengarah pada
gagasan untuk mengintegrasikan seluruh teknologi yang berhasil dikembangkan
seperti teknologi sensor, interkoneksi, dan analisis. Gagasan tersebut yang disebut
sebagai revolusi industri 4.0. Angka empat pada istilah Industri 4.0 merujuk pada
revolusi yang ke empat. Industri 4.0 merupakan fenomena yang unik bila
dibandingkan dengan tiga revolusi industri sebelumnya. Industri 4.0 diumumkan
secara apriori karena peristiwa nyatanya belum terjadi dan masih dalam bentuk
gagasan (Drath dan Horch, 2014). Istilah Industri 4.0 secara resmi lahir di Jerman
saat diadakan Hannover Fair pada tahun 2011 (Kagermann et al, 2011). Negara
Jerman memiliki kepentingan yang besar terkait hal ini karena Industri 4.0 menjadi
bagian dari kebijakan rencana pembangunannya yang disebut High-Tech Strategy
2020.
Industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang
ditopang oleh empat faktor. Pertama: peningkatan volume data, kekuatan
komputasi, dan konektivitas. Kedua: munculnya analisis, kemampuan, dan
kecerdasan bisnis. Ketiga, terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan
mesin. Kemudian keempat, perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik,
seperti robotika dan 3D printing (Lee et al, 2013). Prinsip dasar industri 4.0 ialah
penggabungan mesin, alur kerja, dan sistem dengan menerapkan jaringan cerdas di
sepanjang rantai dan proses produksi untuk mengendalikan satu sama lain secara
mandiri (Lifter dan Tschiener, 2013). Terdapat empat desain prinsip industri 4.0.
Pertama, interkoneksi (sambungan) yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor,
dan orang untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of
Things (IoT) atau Internet of People (IoP). Prinsip ini membutuhkan kolaborasi,
keamanan, dan standar. Kedua, transparansi informasi merupakan kemampuan
sistem informasi untuk menciptakan salinan virtual dunia fisik dengan memperkaya
model digital dengan data sensor termasuk analisis data dan penyediaan informasi.
Ketiga, bantuan teknis yang meliputi: (a) kemampuan sistem bantuan untuk
mendukung manusia dengan menggabungkan dan mengevaluasi informasi secara
sadar untuk membuat keputusan yang tepat dan memecahkan masalah mendesak
dalam waktu singkat; (b) kemampuan sistem untuk mendukung manusia dengan
melakukan berbagai tugas yang tidak menyenangkan, terlalu melelahkan, atau tidak
aman; (c) meliputi bantuan visual dan fisik. Keempat, keputusan terdesentralisasi
yang merupakan kemampuan sistem fisik maya untuk membuat keputusan sendiri
dan menjalankan tugas seefektif mungkin (Hermann et al, 2016).
Industri 4.0 menawarkan teknologi produksi massal yang fleksibel
(Kagermann et al, 2013). Mesin akan beroperasi berkoordinasi dengan manusia
atau secara independen (Sung, 2017). Industri 4.0 merupakan sebuah pendekatan
untuk mengontrol proses produksi dengan melakukan sinkronisasi waktu dengan
melakukan penyatuan dan penyesuaian produksi (Kohler & Weisz, 2016).
Selanjutnya, industri 4.0 digunakan pada tiga faktor yang saling terkait. Pertama,
digitalisasi dan interaksi ekonomi dengan teknik sederhana menuju jaringan
ekonomi dengan teknik kompleks. Kedua, digitalisasi produk dan layanan. Ketiga,
model pasar baru (Zesulka et al, 2016). Industri 4.0 juga disebut sebagai kompas
digital yang memungkinkan kolaborasi manusia dengan robot, kontrol dan kendali
jarak jauh, manajemen kinerja digital serta otomasi pengetahuan kerja (Baur dan
Wee, 2015).
Tantangan Revolusi Digital dan Era Disrupsi Teknologi
Revolusi digital dan era disrupsi teknologi merupakan istilah lain dari
industri 4.0. Disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan
otomatisasi pencatatan di semua bidang. Industri 4.0 disebut sebagai era disrupsi
teknologi dikarenakan otomatisasi dan konektivitas pada sebuah bidang akan
membuat pergerakan dunia industri dan persaingan kerja menjadi tidak linear. Salah
satu karakteristik unik dari industri 4.0 adalah artificial intelligence atau kecerdasan
buatan (Tjandrawinata, 2016). Salah satu bentuk implementasi artificial
intellegence adalah penggunaan robot untuk menggantikan tenaga manusia
sehingga lebih efektif, dan efisien. Teknologi dan pendekatan baru tersebut
menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologi secara fundamental yang akan
mengubah pola hidup dan interaksi manusia (Tjandrawinata, 2016).
Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi mengubah cara sebagian besar
aspek kehidupan manusia pada konteks skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan
transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya. Oleh sebab itu manusia harus
memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat.
Seluruh elemen masyarakat diharuskan terlibat dalam menghadapi era revolusi
industri 4.0 agar tantangan industri 4.0 dapat dikelola dengan baik. Wolter
mengidentifikasi tantangan industri pada aspek masalah keamanan teknologi
informasi. Selain itu keandalan dan stabilitas mesin produksi dihadapkan pada
kurangnya keterampilan yang memadai. Masalah selanjutnya hadir justru dari
keengganan untuk berubah oleh para pemangku kepentingan. Sehingga semakin
banyak masyarakat kehilangan pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi
(Sung, 2017).
Tantangan di atas perlu dijawab terutama pada aspek pendidikan, terlebih
indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030-2040, yaitu
penduduk dengan usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan penduduk non
produktif. Jumlah penduduk usia produktif diperkirakan mencapai 64% dari total
penduduk Indonesia yang diperkirakan mencapai 297 juta jiwa. Oleh sebab itu,
banyaknya penduduk dengan usia produktif harus diikuti oleh peningkatan kualitas,
baik dari sisi pendidikan, keterampilan, dan kemampuan bersaing di pasar tenaga
kerja.
Peluang dan Masa Depan Pendidikan Indonesia
Menjawab tantangan industri 4.0 pada sistem pendidikan membutuhkan
gerakan kebaruan untuk merespon era industri 4.0. Salah satu gerakan tersebut
adalah gerakan literasi baru. Prioritas gerakan literasi baru daintaranya literasi
digital, literasi teknologi, literasi manusia (Aoun, 2017). Literasi tersebut diprediksi
dapat melahirkan keterampilan yang sangat dibutuhkan di masa depan atau di era
industri 4.0. Literasi digital diarahkan pada tujuan peningkatan kemampuan
membaca, menganalisis, dan menggunakan informasi di dunia digital, literasi
teknologi bertujuan untuk memberikan pemahaman pada cara kerja mesin dan
aplikasi teknologi, dan literasi manusia diarahkan pada peningkatan kemampuan
berkomunikasi dan penguasaan ilmu desain (Aoun, 2017). Literasi baru yang
diberikan diharapkan menciptakan lulusan yang kompetitif dengan
menyempurnakan gerakan literasi lama yang hanya fokus pada peningkatan
kemampuan membaca, menulis, dan matematika.
Gerakan literasi baru dapat diintegrasi dengan melakukan penyesuaian
kurikulum dan sistem pembelajaran sebagai respon terhadap era industri 4.0. Aspek
pembelajaran yang perlu dikembangkan untuk sekolah adalah pembelajaran abad
21 yang berorientasi pada gaya hidup digital, alat berpikir, penelitian pembelajaran
dan cara kerja pengetahuan (Trillling dan Fadel, 2009). Pembelajaran abad 21 harus
selalu menyesuaikan dengan perubahan agar dapat memenuhi memenuhi
keterampilan abad 21. Keterampilan tersebut adalah pembelajaran dan
keterampilan inovasi meliputi penguasan pengetahuan dan keterampilan yang
beraneka ragam, pembelajaran dan inovasi, berpikir kritis dan penyelesaian
masalah, komunikasi dan kolaborasi, dan kreatifitas dan inovasi. Kemudian,
keterampilan literasi digital meliputi literasi informasi, literasi media, dan literasi
ICT. Selanjutnya, karir dan kecakapan hidup meliputi fleksibilitas dan
adaptabilitas, inisiatif, interaksi sosial dan budaya, produktifitas dan akuntabilitas,
dan kepemimpinan dan tanggung jawab (Trilling & Fadel, 2009).
Industri 4.0 secara mendasar mengubah cara beraktivitas manusia yang
memengaruhi seluruh aspek kehidupannya. Industri 4.0 membutuhkan sumber daya
manusia yang memiliki keterampilan dalam literasi digital, literasi teknologi, dan
literasi manusia. Pengaruh positif industri 4.0 berupa efektifitas dan efisiensi
sumber daya dan biaya produksi meskipun berdampak pada pengurangan lapangan
pekerjaan Sehingga, dunia pendidikan harus membekali ketiga literasi tersebut
melalui revitalisasi chronosystem yang meliputi sistem pembelajaran, satuan
pendidikan, peserta didik, dan pendidik dan tenaga kependidikan.
Daftar Pustaka
Aoun, J.E. (2017). Robot-proof: higher education in the age of artificial
intelligence. US: MIT Press.
Baur, C. & Wee, D. (2015). Manufacturing's Next Act? McKinsey &
Company.
Davies, R. (2015). Industry 4.0 Digitalisation for productivity and growth.
http://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/BRI
E/2015/568337/EPRS_BRI(2015)568337_EN.pdf, Diunduh pada 5 April 2019.
Drath, R., & Horch, A. (2014). Industrie 4.0: Hit or hype?[industry forum].
IEEE industrial electronics magazine, 8(2), pp. 56-58.
Hermann, M., Pentek, T., & Otto, B. (2016). Design Principles for Industrie
4.0 Scenarios. Presented at the 49th Hawaiian International Conference on Systems
Science.
Kagermann, H., Lukas, W.D., & Wahlster, W. (2011). Industrie 4.0: Mit
dem Internet der Dinge auf dem Weg zur 4. industriellen Revolution.
http://www.vdinachrichten.com/Technik-Gesellschaft/Industrie-40Mit-Internet-
Dinge-Weg-4-industriellen-Revolution, Diakses pada 5 April 2019.
Kohler, D, & Weisz, J.D. (2016). Industry 4.0: the challenges of the
transforming manufacturing. Germany: BPIFrance.

Lee, J., Lapira, E., Bagheri, B., Kao, H., (2013). Recent Advances and
Trends in Predictive Manufacturing Systems in Big Data Environment. Manuf.
Lett. 1 (1), 38–41.

Liffler, M., & Tschiesner, A. (2013). The Internet of Things and the Future
of Manufacturing. McKinsey & Company.

Sung, T.K. (2017). Industri 4.0: a Korea perspective. Technological


Forecasting and Social Change Journal, 1-6.

Tjandrawina, R.R. (2016). Industri 4.0: Revolusi industri abad ini dan
pengaruhnya pada bidang kesehatan dan bioteknologi. Jurnal Medicinus, Vol 29,
Nomor 1, Edisi April.

Trilling, B & Fadel, C. (2009). 21st-century skills: learning for life in our
times. US: Jossey-Bass A Wiley Imprint.

Zezulka, F., Marcon, P., Vesely, I., & Sajdl, O. (2016). Industry 4.0–An
Introduction in the phenomenon. IFAC-PapersOnLine, Vol. 49, Issue. 25, pp. 8-12.
Nama Lengkap = ‘Ilma Alfianarrochmah
Alamat = Perum Puri Tanjung Intan no 38 blok vi Rt/Rw 005/007
Jalan Sulawesi, Gunung Simping, Cilacap Tengah. (1)
Wisma Wijaya Kusuma Rt/Rw 001/014 Dsn Candirejo,
Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogykarta. (2)
Email = Alfianarrochmahilma@gmail.com
No Telf Aktif = 082138640390
No WhatsApp = 082138640390
Instagram = Ilmaalfiana

Anda mungkin juga menyukai