OLEH KELOMPOK 3 :
Made Widya Susimartini 1807531050
Ni Wayan Lilik Eka Putri 1807531088
Sang Ayu Putu Juniari 1807531108
Putu Guri Nitara 1807531166
Dewa Ayu Yunia Devi 1807531178
Ni Putu Tasya Tirana Charlist 1807531244
B. Proses dan analisis kondisi eksisting SDA, SDM, potensi ekonomi, tingkat
E. Analisis keterkaitan antar sektor dan produk unggulan agar dapat diperoleh peta
potensi ekonomi daerah.
A. Strategis
RPJMD harus erat kaitannya dengan proses penetapan kearah mana daerah akan
diarahkan pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam 5 tahun
mendatang, bagai mana mencapainnya dan langkah-langkah startefis apa yang perlu
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
B. Demokratis dan partisipatif.
C. Politis
D. Perencanaan Bottom-Up.
E. Perencanaan Top-Down
RKPD Terjemahan:
KUA dan PPAS disusun oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang
dipimpin oleh Sekretaris Daerah. Rancangan KUA dan PPAS disampaikan oleh Sekda kepada
Kepala Daerah paling lambat pada minggu pertama bulan Juni. Selanjutnya Kepala Daerah
mengajukan KUA dan PPAS kepada DPRD paling lambat pertengahan Bulan Juni tahun
anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran
berikutnya. Pembahasan KUA dan PPAS dilakukan oleh TAPD bersama panitia anggaran
DPRD dan paling lambat telah disepakati pada akhir bulan juni tahun anggaran berjalan. Hasil
kesepakatan dituangkan dalam nota kesepakatan yang ditanda tangani antara kepala daerah
dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan.
Kemudian Kepala daerah menerbitkan pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA) SKPD sebagai pedoman kepala SKPD menyusun RKA-SKPD berdasarkan nota
kesepakatan.Proses Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Salah satu dokumen
penganggaran adalah RKA. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) adalah dokumen perencanaan
dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan
SKPD dan K/L serta rencana pembiayaan serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya. RKA
terdiri dari rencana kerja SKPD dan K/L dan anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan
rencana kerja dimaksud. Pada bagian rencana kerja berisikan informasi mengenai visi, misi,
tujuan, kebijakan, program, hasil yang diharapkan, kegiatan, serta output yang diharapkan.
Sedangkan pada bagian anggaran berisikan informasi mengenai biaya untuk masing-masing
program dan kegiatan untuk tahun yang direncanakan yang dirinci menurut jenis belanja,
prakiraan maju untuk tahun berikutnya, serta sumber dan sasaran pendapatan SKPD dan K/L..
Penyusunan RKA-SKPD Berdasarkan nota kesepakatan KUA dan PPA, TAPD menyiapkan
rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagai acuan
kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD. SURAT EDARAN KEPALA DAERAH Tentang
Pedoman Penyusunan RKA-SKPD (Permendagri Nomor 13/2006, Pasal 89). PPA yang
dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut rencana pendapatan dan pembiayaan.
Sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan kinerja SKPD berkenaan sesuai standar
pelayanan minimal yang ditetapkan. Batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD.
Hal-hal lainnya yang perlu mendapat perhatian SKPD terkait dengan prinsip-prinsip
peningkatan efisiensi, efektifitas, transparansi, dana kuntabilitas penyusunan anggaran dalam
rangka pencapaian prestasi kerja. Dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode
rekening APBD, format RKA-SKPD, analisis standar belanja dan standar satuan harga. RKA
sendiri diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun berjalan.
Setelah RKA-SKPD dibuat, selanjutnya adalah menyusun rencana peraturan daerah tentang
APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD. Rencana peraturan
tersebut akan dievaluasi kemudian ditetapkan oleh kepala daerah menjadi peraturan daerah
tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah ~ Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
keuangan pemerintah daerah di Indonesia yang dikeluarkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Anggaran APBD Tahun depan, mulai
tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
terdiri atas:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain.
2. Dana perimbangan dana untuk hasil, dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi
khusus (DAK)
3. Lain-lain Anggaran yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.
B. Anggaran Belanja
Anggaran daerah menjadi dasar untuk pengeluaran dan pengeluaran tahun yang
dibutuhkan. Otorisasi sendiri memiliki arti “pemberian kekuasaan”, hal ini jika
diperlukan dengan APBD, seseorang atau satuan kerja yang ditunjuk untuk
menangani setiap anggaran, pengeluaran, pengeluaran dan pengeluaran yang telah
dianggarkan dalam APBD. Bagi SKPD yang mengaggarkan pendapatan dan telah
ditampung dalam APBD, harus mengupayakan seoptimal mungkin untuk
merealisasikan pendapatan yang menjadi tanggung jawab SKPD tersebut.
Pembahasan :
1. Penyusunan RAPBD
RAPBD disusun pada periode sekitar bulan maret sampai dengan September
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan . Proses penyusunan anggaran tidak selalu
mulai pada bulan maret, tergantung pada waktu TAPD ( tim anggaran pemerintah
daerah ) dibentuk. Ada pemerintah daerah yang memulai menyusun anggaran sejak
bulan april atau mei.
Tim anggaran pemerintah daerah . Adalah tim yang dibentuk dengan keputusan
kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan
serta melaksanakan kebijakan kepala daerah dalam rangka penuyusunan APBD yang
anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat lainya. TAPD
ditetapkan berdasarkan surat keputusan daerah . Struktur TAPD adalah :
1. Ketua
2. Wakil ketua
3. Sekretaris
4. Anggota
Anggota TAPD dapat berasal dari berbagai SKPD sesuai dengan kebutuhan.
Anggota TAPD dapat meliputi asisten-asisten yang ada dilingkungan Sekretariat
daerah. Anggotanya juga dapat meliputi inspektur daerah, kepala SKPD, sekretaris
SKPD , kepala bidang dan bahkan kepala seksi dari SKPD yang diangggap dan sesuai
kebutuhan.
Tugas TAPD meliputi proses penyusunan APBD sejak awal sampai dengan
RAPBD terbentuk. Namun secara rinci tugasnya :
Satuan keja perangkat daerah ( SKPD ) adalah perangkat eksekutif daerah pada
pada pemda selaku pengguna anggran dan pengguna barang. Yaitu meliputi dinas,
badan , secretariat, kantor, kecamatan, kelurahan. Dalam penyusunan APBD, peran
pokok SKPD adalah menyusun RKA ( Rencana kerja anggaran ) untuk SKPD yang
bersangkutan
Pejabat pengelola keuangan daerah adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan
daerah ( SKPKD ) yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan
bertindak sebagai bendahara umum derah. Dalam penyusunan APBD , peran pokok
PPKD adalah membantu sekretaris daerah dalam memimpin TAPD, membahas RKA
yang dibuat SKPD, mengkompilasi RKA SKPD menjadi RAPBD, dan membuat nota
keuangan.
1. Nota kesepakattan
2. Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Tujuan penyusunan KUA
c. Dasar penyusunan KUA
3. Kerangka ekonomi makro daerah
a. Ekonomi makro tahun sebelumnya
b. Prospek ekonomi tahun depan
4. Asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan RAPBD
a. Asumsi dasar dalam APBN
b. Pertumbuhan ekonomi
c. Laju inflasi
d. Pertumbuhan PDRB
e. Asumsi-asumsi lainnnya
5. Kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan
6. Pendapatan daerah
7. Belanja daerah
8. Pembiayaan daerah
9. Penutup
Bagian awal. Dalam latar belakang diuraikan pentingnya KUA dalam proses
sinkronisasi dan perencanaan pembangunan. Tujuan penyusunan KUA adalah
menjabarkan kebijakan pembangunan, yang dituang dalam RKP, acuan dalam
penyusunan PPAS serta meningkatkan koordinasi dalam penyusunan RAPBD.
Tujuan terkadang memiliki prinsip, ada beberapa prinsip penyusunan KUA seperti
ketepatan waktu, keadilan , kepatutan dan peraturan yang lebih tinggi seperti
undang-undang lainnya.
PPAS yang disusun pemerintah daerah dibahas dengan DPRD. Apabila terjadi
kesepakatan , maka dibuat nota kesepakatan.
1. Nota kesepaatan
2. Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Tujuan penyusunan PPAS
c. Dasar penyusunan PPAS
3. Rencana pendapatan daerah
4. Prioritas belanja daerah
5. Plfon anggaran daerah
6. Rencana pembiayaan daerah
7. Penutup
1. Penyusunan KUA
2. Penyusunan PPAS
3. Penyusunan Surat Edaran pedoman penyusunan RKA SKPD
4. Penyusunan RKA SKPD
5. Penyiapan RAPBD
Belanja tidak
langsug
Penerimaan
pembiayaan
Pengeluaran
pembiayaan
2. Pengesahan anggaran
Hasil akhir penyusunan RAPBD adalah selesainya RAPBD disusun. Setelah di susun ,
RAPBD disahkan menjadi APBD. Proses pengesahan RAPBD menjadi APBD terjadi
sekitar bulan Oktober sampai Desember. Pengesahan RAPBD melibatkan:
a. Pihak terkait
b. Dokumen yang dibuat
c. Proses pengesahan
Pihak-pihak yang Terkait dalam Pengesahan RAPBD
Pihak-pihak yang terlibat dalam pengesahan RAPBD relative sama dengan pihak-pihak
yang terlibat dalam proses penyusunan RAPBD, Ada tambahan pihak yang terlibat yaitu
Gubernur/Mandagri dalam melakukan evaluasi terhadap RAPBD. Berikut adalah pihak-
pihak yang terkait dalam pengesahan RAPBD:
Uraian tentang sebagian pihak-pihak yang terkait dalam pengesahan RAPBD sudah
dibahas pada bagian penyusunan RAPBD. Gubernur adalah pimpinan eksekutif di
pemerintah provinsi. Mendagri pembantu presiden yang membawahi Kementrian Dalam
Negeri.
Pada dasarnya tidak ada tambahan dokumen dalam proses pengesahan APBD
dibandingkan dengan dokumen-dokumen dalam proses penyusunannya. Dokumen-
dokumen yang disiapkan dalam proses penyusunan RAPBD adalah dokumen-dokumen
yang digunakan dalam proses pengeahan RAPBD. Dokumen-dokumen tersebut meliputi
RAPBD, Nota keuangan, dan lampiran-lampiran. Lampiran-lampiran tersebut meliputi:
ringkasan APBD, rekapitulasi belanja, daftar jumlah pegawai, daftar piutang daerah, daftar
investasi daerah, daftar penambahan dan pengurangan asset tetap, dan daftar dana
cadangan.
RAPBD dibahas antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Apabila dicapai kesepakatan,
DPRD dan kepala daerah melakukan persetujuan bersama. Pada dasarnya ada enam proses
utama dalam pengesahan APBD, yaitu:
a. Pembahasan RAPBD
Kepala Derah menyerahkan RAPBD, Nota Keuangan, dan lampiran-lampiran
kepada DPRD paling lambat awal bulan Oktober. Pemda dan DPRD membahas
kesesuaian RAPBD, Nota Keuangan dan lampiran-lampiran dengan KUA dan
PPAS. Apabila di capai kesepakatan, Kepala Daerah dan DPRD membuat
Persetujuan bersama RAPBD paling lambat 1 bulan sebelum pelaksanaan APBD.
Berdasarkan persetujuan bersama RAPBD, PPKD menyiapkan Rancangan
Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD. PPKD menyerahkan Rancangan
Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD kepada Kepala Daerah untuk diperiksa
dan diotorisasi.
b. Evaluasi RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD
Evaluasi RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD
dilakukan oleh Gubernur (untuk kabupaten dan kota) dan Mendagri (untuk
provinsi). Kepala Daerah menyerahkan RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala
Daerah Penjabaran APBD kepada Gubernur/Mendagri paling lambat 3 hari kerja
setelah disetujui untuk dievaluasi. Gubernur/Mendagri mengevaluasi kesesuaian
RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD dengan
Permendagri tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah . Gubernur/Mendagri
menyerahkan RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD
yang sudah dievaluasi kepada Kepala Daerah.
c. Penetapan Perda APBD dan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD
Apabila hasil evaluasi Gubernur/Mendagri menunjukkan bahwa RAPBD dan
Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD sesuai dengan Permedagri
tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah, maka di lanjutkan dengan proses
penetapan APBD dan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD. Kepala Derah
menetapkan RAPBD menjadi Perda APBD dan Penjabaran APBD paling lambat
tanggal 31 Desember. Kepala Derah menyerahkan Perda APBD dan Peraturan
Kepala Daerah Penjabaran APBD kepada Gubernur/Mendagri paling lambat 7 hari
setelah ditetapkan.
d. Pembatalan RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD
Ada kemungkinan RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran
APBD tidak dapat diterima dalam proses evaluasi oleh Gubernur/Mendagri. Untuk
itu, Kepala Daerah dan DPRD harus melakukan penyempurnaan yang diperlukan.
Tahapan pembatalan RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran
APBD dilakukan apabila hasil evaluasi Gubernur/Mendagri tidak ditindaklanjuti.
Apabila dalam waktu yang di tentukan tidak ada tindaklanjut evaluasi,
Gubernur/Mendagri mengeluarkan Surat Keputusan Pembatalan RAPBD dan
Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD dan berlakunya pagu
anggaran tahun sebelumnya. Gubernur/Mendagri menyerahkan Surat Keputusan
Pembatalan RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD
dan belakunya pagu anggaran tahun sebelumnya kepada Kepala Daerah.
e. Penyusunan Rancangan Peraturan Kepala Daerah APBD apabila persetujuan
bersama tentang RAPBD tidak dicapai
Ada kemungkinan tidak dicapai persetujuan bersama antara Kepala Daerah dan
DPRD tentang RAPBD yang diajukan. Untuk itu, Kepala Daerah menyusun
Rancangan Peraturan Kepala Daerah APBD. Proses penyusunan Rancangan
Peraturan Kepala Daerah APBD dimulai dari SKPD menyusun ulang RKA SKPD
. SKPD menyerahkan RKA SKPD kepada PPKD sebagai dasar penyusunan
Rancangan Peraturan Kepala Daerah APBD. PPKD menyerahkan RKA SKPD
kepada TAPD untuk dibahas . SKPD dan TAPD melakukan pembahasan RKA
SKPD. TADP menyerahkan RKA SKPD yang sudah dibahas kepada PPKD. PPKD
menyusun Rancangan Peraturan Kepala Daerah APBD. PPKD menyerahkan
Rancangan Peraturan Kepala Daerah APBD kepada Sekretaris Daerah untuk
diperiksa dan disetujui. Sekretaris Daerah meyerahkan Rancangan Peraturan
Kepala Daerah APBD kepada Kepala Daerah untuk diperiksa dan diotorisasi.
f. Penetapan Rancangan Peraturan Kepala Daerah APBD apabila persetujuan bersama
tentang RAPBD tidak dicapai
Apabila tidak dicapai persetujuan bersama, Pemerintah daerah menyusun
Rancangan Peraturan Kepala Daerah APBD. Setelah disusun, Rancangan Peraturan
Kepala Daerah APBD ditetapkan. Kepala Daerah menyerahkan Rancangan
Peraturan Kepala Daerah APBD keepada Gubernur/Mendagri untuk dievaluasi.
Gubernur/Mendagri melakukan evaluasi Rancangan Peraturan Kepala Daerah
APBD. Gubernur/Mendagri mengesahkan Rancangan Peraturan Kepala Daerah
APBD menjadi Peraturan Kepala Daerah APBD. Gubernur/Mendagri menyerahkan
Peraturan Kepala Daerah APBD kepada Kepala Daerah.
3. Pelaksanaan Pendapatan
a. Pihak-pihak terkait
b. Dokumen yang digunakan
c. Proses Pelaksanaan
a. Bendahara Penerimaan
Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan
daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Terkait dengan pelaksanaan pendapatan, Bendahara Penerimaan berperan dalam
menerima dan menyetor uang pendapatan serta menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan pendapatan tersebut.
b. Pengguna Anggaran (PA)
c. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
d. Bendahara Umum Daerah (BUD)
e. Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD)
Uraian tentang Pengguna Anggaran (PA), Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Bendahara
Umum Daerah (BUD), dan Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD) sudah disajikan
dalam pembahasan sebelumnya. Selain pihak pemerintah, pihak lain yang terlibat dalam
pelaksanaan pendapatan meliputi Wajib Pajak Daerah, Wajib Pajak Distribusi Daerah, dan
bank.
a. Penerimaan Pendapatan
Pelaksanaan pendapatan dimulai dari penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKP Daerah) atau SKR Daerah. Pengguna anggaran membuat dan menyerahkan
SKP/SKR Daerah kepada Bendahara Penerimaan dan Wajib Pajak/Wajib Retribusi.
Wajib Pajak/Wajib Retribusi membayar sejumlah uang yang tertera dalam
SKP/SKR Daerah kepada Bendahara Penerimaan. Bendahara penerimaan
memverifikasi jumlah uang yang diterima dengan SKP/SKR Daerah. Bendahara
Penerimaan menerbitkan Surat Tanda Setoran dan Surat Tanda Bukti Pambayaran.
Bendahara Penerimaan menyerahkan STBP kepada Wajib Pajak/Wajib Retribusi.
Bendahara Penerimaan menyetor uang ke bank dan meminta otorisasi Surat Tanda
Setoran dari bank. Bank meneribtkan Nota Kredit dan mengotorisasi STS. Bank
menyerahkan STS yang sudah terotorisasi ke Bendahara Penerimaan dan Nota
Kredit ke Bendahara Umum Daerah.
b. Pembuatan LPJ Penerimaan
Bendahara penerimaa membuat LPJ atas kas yang ia terima. Berdasakan dokumen
SKP daerah , SKR Daerah, STS, STBP, Bendahara Penerimaan mencatat
penerimaan pada BKU penerimaan, Buku Pembantu (Rincian Objek Penerimaan),
dan buku Rekapitulasi Penerimaan Harian. Bendahara Penerimaan menyusun LPJ
penerimaan dengan jenis-jenis buku diatas. Bendahara Penerimaan menyerahkan
LPJ Penerimaan kepada PPK SKPD untuk diverifikasi. PPK SKPD menyerahkan
LPJ Penerimaan kepada PA untuk diotorisasi. Setelah diotorisasi, PA menyerahkan
LPJ Penerimaan kepada BUD untuk disahkan. BUD mengesahkan LPJ Penerimaan
dengan membuat Surat Pengesahan LPJ Penerimaan, setelah itu surat tersebut
diserahkan kembali kepada PA. PA menyerahkan LPJ Penerimaan dan Surat
Pengesahan LPJ Penerimaan kepada Bendahara Penerimaan.
4. Pengawasan APBD
Dalam siklus anggaran tidak ada periode khusus yang dikategorikan sebagai tahapan
pengawasan. Hal ini terjadi karena pengawasan dilakukan pada semua tahapan dalam siklus
anggaran, dapat dikatakan bahwa pengawasan dilakukan sejak RAPBD disusun sampai
dengan APBD diperanggungjawabkan.
Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa kegiatan yang direncanakan dapat
dilaksanakan dengan baik. Pada tahap perencanaan ditetapkan indicator dan target kinerja.
Sepanjang pelaksanaan kegiatan, aparatur pengawasan menilai sejauh mana aktivitas
dilaksanakan dengan baik agar target kinerja tercapai. Aparatur ini juga menilai apakah
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan dipatuhi.
Aparatur Pengawasan memberikan informasi umpan balik tentang tindakan yang perlu
dilakukan apabila terjadi penyimpangan terhadap target, umpan balik ini diperlukan untuk
melanjutkan pelaksanaan kegiatan yang sedang berjalan atau untuk pelaksanaan kegiatan
berikutnya.
Periode pertanggungjawaban APBD tahun tertentu adalah Januari – Juni tahun berikutnya.
APBD dipertangungjawabkan oleh Kepala Daerah kepada DPRD. Pertanggungjawaban
APBD melibatkan:
a. Pihak-pihak terkait
b. Proses penyusunan laporan keuangan dan pertanggungjawaban
Ada 4 proses pokok dalam pertanggungjawaban APBD. Keempat proses pokok tersebut
adalah:
Segera setelah dibuat, PPK SKPD menyerahkan laporan keuangan SKPD kepada
PA untuk diverifikasi dan diotorisasi kemudian PA menyerahkan laporan keuangan
SKPD kepada PPKD melalui Fungsi Akuntansi SKPKD. PPKD menerima laporan
keuangan dari semua SKPD dan mengkompilasinya menjadi laporan keuangan
pemerintah daerah.
Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP berbasis akrual dimaksudkan
untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna
maupun pemeriksa laporan keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi, yaitu bahwa biaya yang
dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh.
Laporan keuangan pemerintah daerah itu sendiri adalah gambaran mengenai kondisi
dan kinerja keuangan entitas tersebut. Salah satu pengguna laporan keuangan pemerintah
daerah adalah pemerintah pusat. Pemerintah pusat berkepentingan dengan laporan keuangan
pemerintah daerah karena pemerintah pusat telah menyerahkan sumber daya keuangan kepada
daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.
Selain empat bentuk unsur laporan keuangan yang dikemukakan di atas, masing-
masing daerah diharuskan menyampaikan informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah,
yaitu laporan keuangan badan usaha milik daerah dan data yang berkaitan dengan kebutuhan
dan potensi ekonomi daerah.
Untuk perlakuan akuntansi keuangan daerah penyusunannya harus mengikuti PSAP yang
telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tanggal 13 juni 2005, yaitu PSAP Nomor 1
sampai dengan Nomor 11, dimana hasil proses akuntansinya adalah:
1) Neraca
2) Laporan Realisasi Anggaran
3) Laporan Arus Kas
4) Laporan Operasional
5) Catatan Atas Laporan Keuangan
TAHUN 2018
%
REALISASI
ANGGARAN REALISASI REALISASI
URAIAN CATATAN THD
TAHUN 2017
ANGGARAN
Pendapatan Negara dan Hibah B.1.
1. Penerimaan Negara Bukan Pajak - 57.278.639 0,00 58.994.642
Jumlah Pendapatan - 57.278.639 0,00 58.994.642
BELANJA NEGARA B.2
Rupiah Murni
1. Belanja Pegawai B.2.1. 18.300.145.000 18.236.123.103 99,65 17.378.462.442
2. Belanja Barang B.2.2. 8.359.526.000 7.497.457.950 89,69 4.685.614.615
3. Belanja Modal B.2.3. 121.000.000 120.585.100 99,66 -
2. NERACA
3. LAPORAN OPERASIONAL
Siregar, Baldric. 2017. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Peraturan Kementrian Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Kementrian Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2011 tentang PEDOMAN
EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD DAN
RANCANGAN PERATURAN KEPALA DAERAH TENTANG PENJABARAN
APBD SERTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN
APBD DAN RANCANGAN PERATURAN KEPALA DAERAH TENTANG
PENJABARAN PERUBAHAN APBD
www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=5747 : diakses tanggal 26 Oktober 2019