Anda di halaman 1dari 33

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“Laporan Keuangan Pemerintah Daerah”

OLEH KELOMPOK 3 :
Made Widya Susimartini 1807531050
Ni Wayan Lilik Eka Putri 1807531088
Sang Ayu Putu Juniari 1807531108
Putu Guri Nitara 1807531166
Dewa Ayu Yunia Devi 1807531178
Ni Putu Tasya Tirana Charlist 1807531244

FAKULTAS EKONOMI BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB I

11.1 Proses Penyusunan Rencana dan Anggaran Pemerintah Daerah

Tahap pertama adalah perencanaan dan penganggaran daerah. Perencanaan dan


penganggaran daerah merupakan cermin dari efektifitas pengelolaan keuangan daerah yang
baik untuk menunjang keberhasilan desentralisasi fiskal.

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Proses perencanaan dimulai dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang


Daerah (RPJPD) dengan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional. RPJPD merupakan suatu dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk
periode 20 (dua puluh) tahun yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk setiap jangka waktu
5 (lima) tahun. Proses penentuan RPJPD dimulai dengan Pengumpulan data primer dan
sekunder yang dilakukan dengan cara :

A. Proses Analisis SWOT (Strenght, Weaknes, Oportunity, Treats)

B. Proses dan analisis kondisi eksisting SDA, SDM, potensi ekonomi, tingkat

perkembangan osial budaya, kondisi politikm hukum serta tingkat keamanan


dan ketertiban.

C. Proses pengkajian kondisi sektor ekonomi unggulan dalam rangka mendapatkan


peta potensi termasuk potensi PAD & kapasitas ekonomi daerah.

D. Proses pengkajian produk unggulan, potensi, permasalahan dan prospek ke


depan serta konsep pengembangannya.

E. Analisis keterkaitan antar sektor dan produk unggulan agar dapat diperoleh peta
potensi ekonomi daerah.

F. Proses perencanaan pembangunan yang lebih rasional, sistematis, dan dapat


diukur serta formulasi strategi, prioritas dan kebijakan pembangunan dengan
mempertimbangkan azas berkelanjutan dan keterpaduan.
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

RPJMD atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah merupakan


dokumen perencanaan pembangunan daerah dalam jangka waktu selama 5 tahun,
RPJMD berisi penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah dengan
berpedoman pada RPJP Daerah serta memperhatikan RPJM Nasional. ( Pasal 1 Nomer
4 UU Nomer 17 Tahun 2007 tentang “Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025). RPJMD menekankan tentang pentingnya menterjemahkan secara
arif tentang visim misi dan agenda kepala daerah terpilih dalam tujua, sasaran, startegi
dan kebijakan pembangunan yang merespon kebutuhan dan aspirasi masyarakat serta
kesepakatan tentang tolak ukur kinerja untuk mengukur keberhasilan pembangunan
daerah dalam 5 tahun ke depan. Mengacu pada UU 25/2004, penyusunan RPKMD
perlu untuk memenuhi prinsip sebagai berikut:

A. Strategis
RPJMD harus erat kaitannya dengan proses penetapan kearah mana daerah akan
diarahkan pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam 5 tahun
mendatang, bagai mana mencapainnya dan langkah-langkah startefis apa yang perlu
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
B. Demokratis dan partisipatif.

Penyusunan RPJMD perlu dilaksanakan secara transparan, akuntable, dan


melibatkan masyarakat ( Stakeholder) dalam pengambilan keputusan perencanaan
disemua tahapan perencanaan.

C. Politis

Penyusunan RPJMD perlu melibatkan konsultasi dengan kekuatan politik, terutama


kepala daerah terpilih dengan DPRD

D. Perencanaan Bottom-Up.

Aspirasi dan kebutuhan masyarakat perlu untuk diperhatikan dalam penyusunan


RPJMD.

E. Perencanaan Top-Down

Proses penyusunan RPJMD perlu adanya sinergi dengan rencana startegis di


atasnya yaitu RPJPD dan RPJM Nasional
Selain berpacu pada kelima prinsip tadi, penyusunan RPJMD juga perlu melalui beberapa
proses, diantaranya :
A. Proses Identifikasi dan analisis permasalahan-permasalahan actual pembangunan
untuk periode waktu 5 tahun ke depan.
B. Proses identifikasi dan analisis kondisi, potensi SDA, SDM dan berbagai asset baik
tangible assets (hardware) maupun intangible assets (software) yang dimiliki
pemerintah daerah.
C. Proses formulasi kebijakan indikatif (policies formulation) untuk merumuskan arah
dan kebijakan pembangunan dan pengelolaan keuangan daerah untuk 5 tahun
kedepan.
D. Penyusunan arah kebijakan dan kordinasi pembangunan lintas satuan kerja
perangkat daerah untuk 5 tahun ke depan.
E. Perumusan program lintas kewilayahan dalam pemerintah daerah termasuk
kerangka regulasi dan skema awal pendaan yang bersifat infikatif untuk 5 tahun
mendatang.
3. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Setelah RPJMD ditetapkan, pemerintah daerah menyusun Rencana Kerja Pemerintah


Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran dari RPJMD untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah. RKPD adalah Rencana Kerja
Pembangunan Daerah, yaitu dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 tahun.
RKPD disusun UNTUK MENJAMIN keterkaitan dan konsistensi antara Perencanaan,
Penganggaran, Pelaksanaan, pengawasan. RKPD ditetapkan dengan Peraturan Kepala
Daerah. RKPD harus menjadi dasar penyusunan KUA dan PPAS serta LKPj, LPPD,
dan ILPPD.

RKPD Terjemahan:

A. Rancangan penyelesaian ekonomi daerah.

B. Program prioritas pembangunan daerah.

C. Rencana kerja yang terukur, perkiraan dan maju. Penetapan program


prioritas berorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dan
pencapaian keadilan yang berkelanjutan dan berkelanjutan.
4. Kebijakan Umum APBD-Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS)

Kepala daerah berdasarkan RKPD menyusun rancangan kebijakan umum


APBD. Rancangan kebijakan Umum APBD yang telah dibahas kepala daerah bersama
DPRD, selanjutnya disepakati menjadi Kebijakan Umum APBD (KUA). Berdasarkan
kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD
membahas rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS) yang
disampaikan oleh kepala daerah. KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang
pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1
tahun. Kebijakan umum memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi-asumsi dasar
dalam penyusunan RAPBD dan kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah
dan strategi pencapaianya. Sementara itu, Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
atau PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran
yang diberikan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk setiap program
sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)
sebelum disepakati dengan DPRD. Kepala daerah dalam menyusun rancangan KUA
dan rancangan PPAS berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang di
tetap Menteri Dalam Negeri setiap tahun. Pedoman penyusunan APBD memuat antara
lain :

A. Pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah


dengan PEMDA;

B. Prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan

C. Teknis penyusunan APBD

D. Hal-hal khusus lainya

KUA dan PPAS disusun oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang
dipimpin oleh Sekretaris Daerah. Rancangan KUA dan PPAS disampaikan oleh Sekda kepada
Kepala Daerah paling lambat pada minggu pertama bulan Juni. Selanjutnya Kepala Daerah
mengajukan KUA dan PPAS kepada DPRD paling lambat pertengahan Bulan Juni tahun
anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran
berikutnya. Pembahasan KUA dan PPAS dilakukan oleh TAPD bersama panitia anggaran
DPRD dan paling lambat telah disepakati pada akhir bulan juni tahun anggaran berjalan. Hasil
kesepakatan dituangkan dalam nota kesepakatan yang ditanda tangani antara kepala daerah
dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan.

5. Rencana Kerja dan Anggaran- Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKDP)

Kemudian Kepala daerah menerbitkan pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA) SKPD sebagai pedoman kepala SKPD menyusun RKA-SKPD berdasarkan nota
kesepakatan.Proses Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Salah satu dokumen
penganggaran adalah RKA. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) adalah dokumen perencanaan
dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan
SKPD dan K/L serta rencana pembiayaan serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya. RKA
terdiri dari rencana kerja SKPD dan K/L dan anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan
rencana kerja dimaksud. Pada bagian rencana kerja berisikan informasi mengenai visi, misi,
tujuan, kebijakan, program, hasil yang diharapkan, kegiatan, serta output yang diharapkan.
Sedangkan pada bagian anggaran berisikan informasi mengenai biaya untuk masing-masing
program dan kegiatan untuk tahun yang direncanakan yang dirinci menurut jenis belanja,
prakiraan maju untuk tahun berikutnya, serta sumber dan sasaran pendapatan SKPD dan K/L..
Penyusunan RKA-SKPD Berdasarkan nota kesepakatan KUA dan PPA, TAPD menyiapkan
rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagai acuan
kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD. SURAT EDARAN KEPALA DAERAH Tentang
Pedoman Penyusunan RKA-SKPD (Permendagri Nomor 13/2006, Pasal 89). PPA yang
dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut rencana pendapatan dan pembiayaan.
Sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan kinerja SKPD berkenaan sesuai standar
pelayanan minimal yang ditetapkan. Batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD.
Hal-hal lainnya yang perlu mendapat perhatian SKPD terkait dengan prinsip-prinsip
peningkatan efisiensi, efektifitas, transparansi, dana kuntabilitas penyusunan anggaran dalam
rangka pencapaian prestasi kerja. Dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode
rekening APBD, format RKA-SKPD, analisis standar belanja dan standar satuan harga. RKA
sendiri diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun berjalan.

6.Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Setelah RKA-SKPD dibuat, selanjutnya adalah menyusun rencana peraturan daerah tentang
APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD. Rencana peraturan
tersebut akan dievaluasi kemudian ditetapkan oleh kepala daerah menjadi peraturan daerah
tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah ~ Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
keuangan pemerintah daerah di Indonesia yang dikeluarkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Anggaran APBD Tahun depan, mulai
tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
terdiri atas:

A. Anggaran Pendapatan terdiri atas:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain.

2. Dana perimbangan dana untuk hasil, dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi
khusus (DAK)

3. Lain-lain Anggaran yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.

B. Anggaran Belanja

Anggaran belanja adalah anggaran yang digunakan untuk membiayai keperluan


penyelenggaraan tugas pemerintah daerah. Pembiayaan yaitu setiap penerimaan yang
perlu dikembalikan dan / atau dikeluarkan yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang diberikan tahun anggaran berikutnya. Sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang diubah
terakhir kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 ada enam
fungsi APBD yang wajib diterapkan dalam setiap pembuatan APBD yaitu:

1. Fungsi Otorisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Anggaran daerah menjadi dasar untuk pengeluaran dan pengeluaran tahun yang
dibutuhkan. Otorisasi sendiri memiliki arti “pemberian kekuasaan”, hal ini jika
diperlukan dengan APBD, seseorang atau satuan kerja yang ditunjuk untuk
menangani setiap anggaran, pengeluaran, pengeluaran dan pengeluaran yang telah
dianggarkan dalam APBD. Bagi SKPD yang mengaggarkan pendapatan dan telah
ditampung dalam APBD, harus mengupayakan seoptimal mungkin untuk
merealisasikan pendapatan yang menjadi tanggung jawab SKPD tersebut.

2. Fungsi Perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


Anggaran daerah menjadi perizinan bagi manajemen dalam kegiatan-kegiatan
merancanakan pada tahun yang diserahkan. Melaksanakan suatu kegiatan
persetujuan dari awal telah disetujui maka akan disetujui dan bias ditengah
perjalanan pelaksanaannya. Ketika APBD telah menetapkan, menjadi setiap
anggaran penggunan untuk membuat anggaran agar kegiatan yang telah dilakukan
dalam APBD dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3. Fungsi Pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menentukan apakah kegiatan


pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dokumen perda
tentang program APBD dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam satu tahun
anggaran. Terhadap program dan kegiatan yang dianggarkan di dalam APBD
tersebut merupakan persetujuan dan pelaksanaan atas persetujuan pemerintah yang
telah diminta dari pusat untuk daerah yang dibutuhkan untuk keperluan tersebut.

4. Fungsi Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Anggaran daerah harus dialokasikan untuk membuat lapangan kerja /


mengurangi perolehan dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi
dan meningkatkan efisiensi. Seyogyanya, penyusunan program dan kegiatan yang
akan dianggarkan di dalam APBD perlu lebih ditekankan pada kegiatan-kegiatan
yang dapat menghemat tenaga kerja, sehingga pada akhirnya akan signifikan
mengurangi pembelian di daerah yang diperuntukkan.

5. Fungsi Distribusi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kebijakan anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.


Dalam percakapan ini, sering terdengar istilah yang dilontarkan untuk para pakar
atau orang awam bahwa APBD adalah 'uang rakyat'. Jika APBD benar-benar 'uang
rakyat', sudah digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan
seluruh masyarakat di daerah yang dimiliki.

6. Fungsi Stabilisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahAnggaran

Pemerintah daerah menjadi alat untuk memperbaiki dan mengupayakan


keseimbangan fundamental. Dengan fungsi stabilisasi ini, APBD sejatinya dapat
digunakan untuk menciptakan keamanan ekonomi pada tingkat lokal.
Pengimplementasian fungsi stabilisasi dapat melalui kebijakan pengalokasian
belanja subsidi dalam APBD. Alokasi anggaran belanja yang diberikan kepada
lembaga / perusahaan yang memproduksi barang / jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat lokal. Anak perusahaan ini pada dasarnya diberikan untuk bantuan
biaya produksi pada lembaga / perusahaan.

11.2 Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah ( APBD )

A. Pengertian Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah


Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan jangka waktu sejak anggaran
disusun sampai dengan pelaksanaan anggaran di pertangungjawabkan. APBD
merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran
terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. APBD disusun
sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan
daerah.
B. Siklus pengelolaan Keuangan Daerah
Ada lima tahapan kegiatan pokok dalam siklus anggaran, yaitu:
1. Penyusunan Anggaran
2. Pengesahan Anggaran
3. Pelaksanaan Anggaran
4. Pengawasan Anggaran
5. Pertanggungjawaban Anggaran

Pembahasan :

1. Penyusunan RAPBD

RAPBD disusun pada periode sekitar bulan maret sampai dengan September
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan . Proses penyusunan anggaran tidak selalu
mulai pada bulan maret, tergantung pada waktu TAPD ( tim anggaran pemerintah
daerah ) dibentuk. Ada pemerintah daerah yang memulai menyusun anggaran sejak
bulan april atau mei.

Penyusunan RAPBD melibatkan :

a. Pihak yang terikat


b. Dokumen yang dibuat
c. Proses penyusunan
Pihak –pihak yang terkait dalam penyusunan RAPBD adalah :

a. Tim anggaran pemerintah daerah ( TAPD )


b. Satuan kerja perangkat daerah ( SKPD )
c. Pejabat pengelola keuangan daerah ( PPKD )
d. Sekretariat Daerah ( Setda )
e. Kepala daerah ( kepala daerah )
f. Dewan perwakilan rakyat daerah ( DPRD )

Tim anggaran pemerintah daerah . Adalah tim yang dibentuk dengan keputusan
kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan
serta melaksanakan kebijakan kepala daerah dalam rangka penuyusunan APBD yang
anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat lainya. TAPD
ditetapkan berdasarkan surat keputusan daerah . Struktur TAPD adalah :

1. Ketua
2. Wakil ketua
3. Sekretaris
4. Anggota

Anggota TAPD dapat berasal dari berbagai SKPD sesuai dengan kebutuhan.
Anggota TAPD dapat meliputi asisten-asisten yang ada dilingkungan Sekretariat
daerah. Anggotanya juga dapat meliputi inspektur daerah, kepala SKPD, sekretaris
SKPD , kepala bidang dan bahkan kepala seksi dari SKPD yang diangggap dan sesuai
kebutuhan.

Tugas TAPD meliputi proses penyusunan APBD sejak awal sampai dengan
RAPBD terbentuk. Namun secara rinci tugasnya :

a. Menyusun kebijakan umum APBD ( KUA )


b. Menyiapkan nota kesepakatan KUA
c. Menyusun prioritas dan plafon anggaran sementara ( PPAS )
d. Menyiapkan nota kesepakatan PPAS
e. Menyusun peraturan kepala daerah tentang standar biaya
f. Menyiapkan surat edaran tentang pdoman penyusunan APBD
g. Menyusun rencana kerja dan angggaran (RKA )
h. Menyusun peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD
i. Mnyusun nota keuangan
j. Menyusun peraturan daerah tentang APBD

Satuan keja perangkat daerah ( SKPD ) adalah perangkat eksekutif daerah pada
pada pemda selaku pengguna anggran dan pengguna barang. Yaitu meliputi dinas,
badan , secretariat, kantor, kecamatan, kelurahan. Dalam penyusunan APBD, peran
pokok SKPD adalah menyusun RKA ( Rencana kerja anggaran ) untuk SKPD yang
bersangkutan

Pejabat pengelola keuangan daerah adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan
daerah ( SKPKD ) yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan
bertindak sebagai bendahara umum derah. Dalam penyusunan APBD , peran pokok
PPKD adalah membantu sekretaris daerah dalam memimpin TAPD, membahas RKA
yang dibuat SKPD, mengkompilasi RKA SKPD menjadi RAPBD, dan membuat nota
keuangan.

Secretariat derah adalah bertugas membantu kepala daerah dalam menyusun


kebijakan dan mengkoordir dinas, badan, kantor dan lembaga teknis lain. Secretariat
daerah dipimpin oleh sekretaris daerah. Dalam penyusunan APBD, peran pokoknya
adalah memimpi TAPD dalam menyusun anggaran.

Kepala daerah adalah pemimpin eksekutif pada pemerintah daerah. Nama


pemerintah daerah berbeda tergantung jenis pemerintahannya seperti gubernur
memerintah provinsi dll. Peran pokoknya dalam penyusunan APBD adalah
mengotorisasi dokumen-dokumen penyusunan anggaran.

Dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD ) adalah lebaga legislative pada


pemerintah daerah. Namanya tergantung jenis yang dipimpin seperti dewan provinsi,
dewan kabupaten , dewan kota. Peran pokoknya ialah membahas dan membuat
kesepakatan tentang KUA dan PPAS bersama pemerintah daerah.

Dokumen-dokumen dalam penyusunan RAPBD

a. Kebijakan umum APBD ( KUA)


b. Nota kesepakatan KUA
c. Prioritas dan plafon anggaran sementara ( PPAS )
d. Rencana kerja dan anggaran (RKA )
Kebijakan umum APBD . ialah dokumen yang memuat kebijakan dibidang
pendapatan, belanja dan pembiayaan asumsi yang mendasarinya. KUA digunakan
sebagai dasar penyusunan PPAS dan selanjutnya RKA SKPD. Pada KUA disajikan
nota kesepakatan. KUA yang disusun pemerintah daerah dibahas bersama dengan
DPRD. Setelah KUA dibahas , kepala daerah dan DPRD melakukan kesepakatan dalam
nota kesepakatan tentang KUA. Nota ini menunjukan bahwa KUA tersebut sudah
disepakati antara kepala daerah dan pimpinan DPRD. Nota tersebut ditandatangani oleh
kepala daerah , ketua DPRD dan semua wakil ketua DPRD

Isi pokok KUA

1. Nota kesepakattan
2. Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Tujuan penyusunan KUA
c. Dasar penyusunan KUA
3. Kerangka ekonomi makro daerah
a. Ekonomi makro tahun sebelumnya
b. Prospek ekonomi tahun depan
4. Asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan RAPBD
a. Asumsi dasar dalam APBN
b. Pertumbuhan ekonomi
c. Laju inflasi
d. Pertumbuhan PDRB
e. Asumsi-asumsi lainnnya
5. Kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan
6. Pendapatan daerah
7. Belanja daerah
8. Pembiayaan daerah
9. Penutup

Bagian awal. Dalam latar belakang diuraikan pentingnya KUA dalam proses
sinkronisasi dan perencanaan pembangunan. Tujuan penyusunan KUA adalah
menjabarkan kebijakan pembangunan, yang dituang dalam RKP, acuan dalam
penyusunan PPAS serta meningkatkan koordinasi dalam penyusunan RAPBD.
Tujuan terkadang memiliki prinsip, ada beberapa prinsip penyusunan KUA seperti
ketepatan waktu, keadilan , kepatutan dan peraturan yang lebih tinggi seperti
undang-undang lainnya.

Bagian kedua KUA. Pada subbagian kondisi ekonomi makro tahun


sebelumnya disajikan pertumbuhan ekonomi daerah selama beberapa tahun terakhir
untuk setiap sector. Sector-sektor yang dimaksud meliputi sector primer ( pertanian
dan pertambangan ) dan sector sekunder ( industry pengolahan , listrik/air/gas , dan
konstruksi ) serta sector tersier ( perdagangan , hotel , restoran dll ). Pada sub bagian
kedua diuraikan prospek ekonomi tahun depan untuk setiap sector yang diuraikan
diatas.

Bagian ketiga disajikan asumsi dasar penyusunan APBN bertujuan agar


terjadi sinkronisasi perencanaan. Asumsi dasar APBN yang relevan dikutip
meliputi tingkat suku bunga, pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi. Asumsi lain
misalnya pengangguran , penduduk miskin , subsidi kesehatan dan lainnya.

Bagian ke-empat terkait tentang kebijakan pendapatan bagaimana setiap pos


pendapatan diharapkan akan dianggarkan dan dilaksanakan. Contoh kebijakan
pendapatn adalah intensifikasi dan ekstensifikasi pajak/retribusi daerah,
peningkatan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah lainya dll

Kebijakan belanja ditentukan oleh setiap komponen belanja. Contoh :


kebijakan belanja pegawai terkait honorium bahwa penganggaran honorium
pegawai harus memperhatikan azaz kepatutan dan kewajaran.

Kebijakan pembiayaan meliputi kebijakan penerimaan pembiayaan dan


pengeluaran pembiayaan. Contoh : bahwa besaran dan waktu pencairan dana
cadangan harus disesuaikan dengan peraturan daerah tentang pembentukan dana
cadanngan.

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS ) adalah dalah patokan


maksimal anggaran yang dapat diberikan kepada SKPD untuk setiap program
sebagai acuan dalam penyusunan RKA SKPD sebelum disepakati dengan DPRD.
Makna sementara artinya belum dapat langsung digunakan sebagai dasar
penyusunan RKA SKPD karena baru berupa konsep yang belum disepakati DPRD.

Contoh prioritas pembangunan daerah :


1. Prioritas pendidikan : program wajib belajar 9th
2. Prioritas kesehatan : penurunan tingkat kematian ibu dan anak
3. Prioritas infrastrutur : pembangunnan jalan, jembatan, dan irigasi

Plafon anggaran sementara ditentukan untuk belanja tidak langsung, langsung,


dan total belanja.

PPAS yang disusun pemerintah daerah dibahas dengan DPRD. Apabila terjadi
kesepakatan , maka dibuat nota kesepakatan.

Isi pokok PPAS :

1. Nota kesepaatan
2. Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Tujuan penyusunan PPAS
c. Dasar penyusunan PPAS
3. Rencana pendapatan daerah
4. Prioritas belanja daerah
5. Plfon anggaran daerah
6. Rencana pembiayaan daerah
7. Penutup

Proses Penyusunan RAPBD

Pada dasarnya ada 5 proses utama :

1. Penyusunan KUA
2. Penyusunan PPAS
3. Penyusunan Surat Edaran pedoman penyusunan RKA SKPD
4. Penyusunan RKA SKPD
5. Penyiapan RAPBD

Penyusunan KUA. TAPD menyusun KU berdasar RKPD. Rancangan KUA


diserahkan ke sekretaris daerah untuk diverifikasi dan disetujui. Lalu sekda
menyerahkan rancangan KUA kepada kepala daerah untuk diverifikasi dan diotorisasi.
Lalu kepala daerah menyerahkan kepada DPRD untuk dibahas ( penyerahannya paling
lambat pertengahan juni. Dan apabila terjadi kesepakatan maka dibuat nota
kesepakatan, serta hasil kesepakatannya dituangkan dalam nota kesepakatan tentang
KUA ( paling lambat dibuat awal bulan juli ).

Penyusunan PPAS. TAPD menyusun PPAS berdasar RKPD dan KUA.


Rancangan PPAS diserahkan ke sekretaris daerah, dan nanti diserahkan ke kepala
daerah dan oleh kepala daerah diserahkan ke DPRD dan dibahas ( diserahkan paling
lambat pertengahan juli). Apabila terjadi kesepakatan maka dibuat nota kesepakatan.
Hasilnya dituangkan dalam nota kesepakatan tentang PPAS ( paling lambat akhir bulan
juli ).

Penyusunan Surat Edaran pedoman penyusunan RKA SKPD. TAPD


menyerahkan rancanga SE pedoman penyusunan RKA SKPD kepada sekretis daerah
dan nanti diserahkan ke kepala daerah dan oleh kepala daerah diserahkan ke DPRD dan
dibahas ( diserahkan paling lambat awal bulan agustus). Apabila terjadi kesepakatan
maka dibuat nota kesepakatan. Dan kemudian sekretaris daerah melakukan penyebaran
kepada semua SKPD.

Penyusunan RKA SKPD. SKPD menyusun RKA SKPD 1 untuk anggaran


pendapatan, RKA SKPD 2.1 untuk anggran belanja tidak langsung. RKA SKPD 2.2.1
untuk rincian belanja langsung, RKA SKPD 2.2 untuk rekapitulasi rencana biaya
langsung, 3.1 untuk anggaran penerimaan pembiayaan , 3.2 untuk anggaran
pengeluaran biaya. Ringkasan semua RKA dimuat dalam RKA SKPD tentang anggaran
pendapatan , belanja , dan pembiayaan
RKA SKPD 2.1

Belanja tidak
langsug

RKA SKPD2.2.1 RKA SKPD 2.2 RKA SKPD

Rincian belanja Rekap belanja Ringkasan anggaran


langsung langsung

RKA SKPD 3.1

Penerimaan
pembiayaan

RKA SKPD 3.2

Pengeluaran
pembiayaan

2. Pengesahan anggaran

Hasil akhir penyusunan RAPBD adalah selesainya RAPBD disusun. Setelah di susun ,
RAPBD disahkan menjadi APBD. Proses pengesahan RAPBD menjadi APBD terjadi
sekitar bulan Oktober sampai Desember. Pengesahan RAPBD melibatkan:

a. Pihak terkait
b. Dokumen yang dibuat
c. Proses pengesahan
Pihak-pihak yang Terkait dalam Pengesahan RAPBD

Pihak-pihak yang terlibat dalam pengesahan RAPBD relative sama dengan pihak-pihak
yang terlibat dalam proses penyusunan RAPBD, Ada tambahan pihak yang terlibat yaitu
Gubernur/Mandagri dalam melakukan evaluasi terhadap RAPBD. Berikut adalah pihak-
pihak yang terkait dalam pengesahan RAPBD:

a. Tim Anggaran pemerintah Daerah (TAPD)


b. Satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
c. Pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD)
d. Sekretariat daerah (Setda)
e. Kepala daerah
f. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
g. Gubernur/Mendagri

Uraian tentang sebagian pihak-pihak yang terkait dalam pengesahan RAPBD sudah
dibahas pada bagian penyusunan RAPBD. Gubernur adalah pimpinan eksekutif di
pemerintah provinsi. Mendagri pembantu presiden yang membawahi Kementrian Dalam
Negeri.

Dokumen-dokumen dalam Pengesahan RAPBD

Pada dasarnya tidak ada tambahan dokumen dalam proses pengesahan APBD
dibandingkan dengan dokumen-dokumen dalam proses penyusunannya. Dokumen-
dokumen yang disiapkan dalam proses penyusunan RAPBD adalah dokumen-dokumen
yang digunakan dalam proses pengeahan RAPBD. Dokumen-dokumen tersebut meliputi
RAPBD, Nota keuangan, dan lampiran-lampiran. Lampiran-lampiran tersebut meliputi:
ringkasan APBD, rekapitulasi belanja, daftar jumlah pegawai, daftar piutang daerah, daftar
investasi daerah, daftar penambahan dan pengurangan asset tetap, dan daftar dana
cadangan.

Proses Pengsahan RAPBD

RAPBD dibahas antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Apabila dicapai kesepakatan,
DPRD dan kepala daerah melakukan persetujuan bersama. Pada dasarnya ada enam proses
utama dalam pengesahan APBD, yaitu:

a. Pembahasan RAPBD
Kepala Derah menyerahkan RAPBD, Nota Keuangan, dan lampiran-lampiran
kepada DPRD paling lambat awal bulan Oktober. Pemda dan DPRD membahas
kesesuaian RAPBD, Nota Keuangan dan lampiran-lampiran dengan KUA dan
PPAS. Apabila di capai kesepakatan, Kepala Daerah dan DPRD membuat
Persetujuan bersama RAPBD paling lambat 1 bulan sebelum pelaksanaan APBD.
Berdasarkan persetujuan bersama RAPBD, PPKD menyiapkan Rancangan
Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD. PPKD menyerahkan Rancangan
Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD kepada Kepala Daerah untuk diperiksa
dan diotorisasi.
b. Evaluasi RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD
Evaluasi RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD
dilakukan oleh Gubernur (untuk kabupaten dan kota) dan Mendagri (untuk
provinsi). Kepala Daerah menyerahkan RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala
Daerah Penjabaran APBD kepada Gubernur/Mendagri paling lambat 3 hari kerja
setelah disetujui untuk dievaluasi. Gubernur/Mendagri mengevaluasi kesesuaian
RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD dengan
Permendagri tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah . Gubernur/Mendagri
menyerahkan RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD
yang sudah dievaluasi kepada Kepala Daerah.
c. Penetapan Perda APBD dan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD
Apabila hasil evaluasi Gubernur/Mendagri menunjukkan bahwa RAPBD dan
Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD sesuai dengan Permedagri
tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah, maka di lanjutkan dengan proses
penetapan APBD dan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD. Kepala Derah
menetapkan RAPBD menjadi Perda APBD dan Penjabaran APBD paling lambat
tanggal 31 Desember. Kepala Derah menyerahkan Perda APBD dan Peraturan
Kepala Daerah Penjabaran APBD kepada Gubernur/Mendagri paling lambat 7 hari
setelah ditetapkan.
d. Pembatalan RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD
Ada kemungkinan RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran
APBD tidak dapat diterima dalam proses evaluasi oleh Gubernur/Mendagri. Untuk
itu, Kepala Daerah dan DPRD harus melakukan penyempurnaan yang diperlukan.
Tahapan pembatalan RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran
APBD dilakukan apabila hasil evaluasi Gubernur/Mendagri tidak ditindaklanjuti.
Apabila dalam waktu yang di tentukan tidak ada tindaklanjut evaluasi,
Gubernur/Mendagri mengeluarkan Surat Keputusan Pembatalan RAPBD dan
Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD dan berlakunya pagu
anggaran tahun sebelumnya. Gubernur/Mendagri menyerahkan Surat Keputusan
Pembatalan RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Penjabaran APBD
dan belakunya pagu anggaran tahun sebelumnya kepada Kepala Daerah.
e. Penyusunan Rancangan Peraturan Kepala Daerah APBD apabila persetujuan
bersama tentang RAPBD tidak dicapai
Ada kemungkinan tidak dicapai persetujuan bersama antara Kepala Daerah dan
DPRD tentang RAPBD yang diajukan. Untuk itu, Kepala Daerah menyusun
Rancangan Peraturan Kepala Daerah APBD. Proses penyusunan Rancangan
Peraturan Kepala Daerah APBD dimulai dari SKPD menyusun ulang RKA SKPD
. SKPD menyerahkan RKA SKPD kepada PPKD sebagai dasar penyusunan
Rancangan Peraturan Kepala Daerah APBD. PPKD menyerahkan RKA SKPD
kepada TAPD untuk dibahas . SKPD dan TAPD melakukan pembahasan RKA
SKPD. TADP menyerahkan RKA SKPD yang sudah dibahas kepada PPKD. PPKD
menyusun Rancangan Peraturan Kepala Daerah APBD. PPKD menyerahkan
Rancangan Peraturan Kepala Daerah APBD kepada Sekretaris Daerah untuk
diperiksa dan disetujui. Sekretaris Daerah meyerahkan Rancangan Peraturan
Kepala Daerah APBD kepada Kepala Daerah untuk diperiksa dan diotorisasi.
f. Penetapan Rancangan Peraturan Kepala Daerah APBD apabila persetujuan bersama
tentang RAPBD tidak dicapai
Apabila tidak dicapai persetujuan bersama, Pemerintah daerah menyusun
Rancangan Peraturan Kepala Daerah APBD. Setelah disusun, Rancangan Peraturan
Kepala Daerah APBD ditetapkan. Kepala Daerah menyerahkan Rancangan
Peraturan Kepala Daerah APBD keepada Gubernur/Mendagri untuk dievaluasi.
Gubernur/Mendagri melakukan evaluasi Rancangan Peraturan Kepala Daerah
APBD. Gubernur/Mendagri mengesahkan Rancangan Peraturan Kepala Daerah
APBD menjadi Peraturan Kepala Daerah APBD. Gubernur/Mendagri menyerahkan
Peraturan Kepala Daerah APBD kepada Kepala Daerah.
3. Pelaksanaan Pendapatan

Periode pelaksanaan pendapatan bersamaan dengan periode pelaksanaan belanja, yaitu


sejak tanggal 1 Januari sampai 31 Desember. Pelaksanaan pendapatan melibatkan:

a. Pihak-pihak terkait
b. Dokumen yang digunakan
c. Proses Pelaksanaan

Pihak-pihak yang terkait dalam Pelaksanaan Pendapatan

Pihak-pihak utama aparatur pemerintah yang terlibat dalam pelaksanaan pendapatan


adalah:

a. Bendahara Penerimaan
Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan
daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Terkait dengan pelaksanaan pendapatan, Bendahara Penerimaan berperan dalam
menerima dan menyetor uang pendapatan serta menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan pendapatan tersebut.
b. Pengguna Anggaran (PA)
c. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
d. Bendahara Umum Daerah (BUD)
e. Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD)

Uraian tentang Pengguna Anggaran (PA), Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Bendahara
Umum Daerah (BUD), dan Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD) sudah disajikan
dalam pembahasan sebelumnya. Selain pihak pemerintah, pihak lain yang terlibat dalam
pelaksanaan pendapatan meliputi Wajib Pajak Daerah, Wajib Pajak Distribusi Daerah, dan
bank.

Dokumen-Dokumen dalam Pelaksanaan Pendapatan

Dokumen-dokumen yang digunakan dalam pelaksanaan pendapatan adalah:

a. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP Daerah)


Merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak
yang terutang. Pajak Daerah adalah kontribuasi wajib kepada daerah yang terurang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
b. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKR Daerah)
Adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnyajumlah pokok retribusi
yang terutang.
c. Surat Tanda Setoran (STS)
Adalah surat yang digunakan oleh Bendahara Penerimaan untuk menyetor
penerimaan daerah ke kas daerah di bank. Pada STS ditulis nama dan nomor
rekening bank tujuan, jumlah uang yang dsetor, dan rincian penerimaan berupa
kode rekening, objek penerimaan, dan jumlah penerimaan.
d. Surat Tanda Bukti Pambayaran (STPB)
Adalah surat yang digunakan oleh Bendahara Penerimaan untuk menunjukkan
bahwa sudah terjadi pembayaran oleh pihak ketiga. STPB dibuat oleh Bendahara
Penerimaan, dan juga ditandatangani oleh penyetor atau pembayar.

Proses Pelaksanaan Pendapatan

Ada dua proses utama dalam pelaksanaan pendapatan, yaitu:

a. Penerimaan Pendapatan
Pelaksanaan pendapatan dimulai dari penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKP Daerah) atau SKR Daerah. Pengguna anggaran membuat dan menyerahkan
SKP/SKR Daerah kepada Bendahara Penerimaan dan Wajib Pajak/Wajib Retribusi.
Wajib Pajak/Wajib Retribusi membayar sejumlah uang yang tertera dalam
SKP/SKR Daerah kepada Bendahara Penerimaan. Bendahara penerimaan
memverifikasi jumlah uang yang diterima dengan SKP/SKR Daerah. Bendahara
Penerimaan menerbitkan Surat Tanda Setoran dan Surat Tanda Bukti Pambayaran.
Bendahara Penerimaan menyerahkan STBP kepada Wajib Pajak/Wajib Retribusi.
Bendahara Penerimaan menyetor uang ke bank dan meminta otorisasi Surat Tanda
Setoran dari bank. Bank meneribtkan Nota Kredit dan mengotorisasi STS. Bank
menyerahkan STS yang sudah terotorisasi ke Bendahara Penerimaan dan Nota
Kredit ke Bendahara Umum Daerah.
b. Pembuatan LPJ Penerimaan
Bendahara penerimaa membuat LPJ atas kas yang ia terima. Berdasakan dokumen
SKP daerah , SKR Daerah, STS, STBP, Bendahara Penerimaan mencatat
penerimaan pada BKU penerimaan, Buku Pembantu (Rincian Objek Penerimaan),
dan buku Rekapitulasi Penerimaan Harian. Bendahara Penerimaan menyusun LPJ
penerimaan dengan jenis-jenis buku diatas. Bendahara Penerimaan menyerahkan
LPJ Penerimaan kepada PPK SKPD untuk diverifikasi. PPK SKPD menyerahkan
LPJ Penerimaan kepada PA untuk diotorisasi. Setelah diotorisasi, PA menyerahkan
LPJ Penerimaan kepada BUD untuk disahkan. BUD mengesahkan LPJ Penerimaan
dengan membuat Surat Pengesahan LPJ Penerimaan, setelah itu surat tersebut
diserahkan kembali kepada PA. PA menyerahkan LPJ Penerimaan dan Surat
Pengesahan LPJ Penerimaan kepada Bendahara Penerimaan.
4. Pengawasan APBD

Dalam siklus anggaran tidak ada periode khusus yang dikategorikan sebagai tahapan
pengawasan. Hal ini terjadi karena pengawasan dilakukan pada semua tahapan dalam siklus
anggaran, dapat dikatakan bahwa pengawasan dilakukan sejak RAPBD disusun sampai
dengan APBD diperanggungjawabkan.

Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa kegiatan yang direncanakan dapat
dilaksanakan dengan baik. Pada tahap perencanaan ditetapkan indicator dan target kinerja.
Sepanjang pelaksanaan kegiatan, aparatur pengawasan menilai sejauh mana aktivitas
dilaksanakan dengan baik agar target kinerja tercapai. Aparatur ini juga menilai apakah
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan dipatuhi.
Aparatur Pengawasan memberikan informasi umpan balik tentang tindakan yang perlu
dilakukan apabila terjadi penyimpangan terhadap target, umpan balik ini diperlukan untuk
melanjutkan pelaksanaan kegiatan yang sedang berjalan atau untuk pelaksanaan kegiatan
berikutnya.

Ada beberapa jenis pengawasan, jenis pengawasan tersebut dapat dibedakan


berdasarkan berbagai kategori berikut ini:

a. Jenis pengawasan berdasarkan independensi pengawasan:


 Pengawasan Internal
Pengawasan yang dilakukan oleh aparatur pengawasan yang berada dalam
lingkungan organisasi yang diawasi. Contohnya pengawasan yang
dilakukan oleh BPKP dan Inspektorat Wilayah.
 Pengasawan Eksternal
Pengawasan yang dilakukan oleh aparatur pengawasan yang berada diluar
lingkungan organisasi yang diawasi. Pengawasan eksternal berada pada
posisi yang independen terhadap organisasi yang diawasi. Bagi pemerintah
pusat dan pemerintah daerah, BPK adalah lembaga independen. Contoh
lembaga yang melakukan pengawasan eksternal adalah BPKP, yang
melakukan pengawasan terhadap Kementerian/Lembaga Negara, SKPD,
serta pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara keseluruhan.
b. Jenis pengawasan berdasarkan waktu pengawasan:
 Pengawasan Preventif
Pengawasan yang dilaksanakan sebelum kegiatan di lakukan untuk
mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan, biasanya
disebut juga sebagai pengawasan terhadap perencanaan kegiatan. Instrumen
pengawasan preventif dalam penyusunan RAPBD adalah KUA dan PPAS.
Sedangkan dalam pelaksanaan belanja dan pendapatan instrumen
pengawasan preventifnya adalah Peraturan Daerah.
 Pengawasan Represif
Pengawasan yang dilakukan setelah kegiatan dilakukan. Pengawasan ini
bertujuan untuk mebandingkan apa yang telah terjadi dengan apa yang
seharusnya terjadi. Contohnya adalah penelitian apakah pelaksanaan belanja
sesuai dengan ketentuan pelaksanaan belanja.
c. Jenis pengawasan berdasarkan subjek pengawasan, yaitu:
 Pengawasan Melekat
Pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung. Contohnya Kepala
SKPD mengawasi PPK SKPD untuk mebuat SPM.
 Pengawasan Fungsional
Pengawasan yang dilakukan oleh lembaga yang tugas pokoknya adalah
melakukan pengawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh Inspektoran
Wilayah, BPKP dan BPK adalah contohnya.
 Pengawasan Masyarakat
Pengawasan yang yang dilakukan terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
Pengawasan masyarakat termasuk dalam bentuk control social terhadap
pemerintah.
 Pengawasan Legislatif
Pengawasan yang dilakukan oleh lembaga legislative. Lembaga legislative
ini meliputi DPR dan DPRD yang melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan oleh eksekutif.
d. Jenis Pengawasan berdasarkan jarak pengawasan
 Pengawasan Pasif
Pengawasan yang dilakukan oleh terhadap laporan pertanggungjawaban
yang diberikan. Pengawasan pasif disebut juga pengawasan dari jauh karena
pengawas tidak langsung meninjau langsung pelaksanaan kegiatan.
Contohnya BUD meneliti LPJ beserta bukti pendukungnya, BUD tidak
terlibat langsung dalam pengawasan ketika kegiatan dilakukan.
 Pengawasan Aktif
Pengawasan yang dilakukan terhadap kegiatan yang sedang dilakukan.
Disebut juga pengawasan dari dekat karena pengawas meninjau langsung
saat pelaksanaan kegiatan. Contohnya Kepala SKPD melakukan peninjauan
pelaksanaan kegiatan yang sedang dilakukan.
5. Petanggungjawaban APBD

Periode pertanggungjawaban APBD tahun tertentu adalah Januari – Juni tahun berikutnya.
APBD dipertangungjawabkan oleh Kepala Daerah kepada DPRD. Pertanggungjawaban
APBD melibatkan:

a. Pihak-pihak terkait
b. Proses penyusunan laporan keuangan dan pertanggungjawaban

Pihak-pihak terkait dalam pertanggungjawaban APBD

a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK SKPD)


b. Pengguna Anggaran (PA)
c. Fungsi Akuntansi SKPKD
d. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
e. Sekretaris Daerah
f. Kepala Daerah
g. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
h. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Fungsi akutansi SKPKD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan
pada SKPKD. Sedangkan BPK merupakan lembaga independen yang berfungsi untuk
mengaudit laporan keuangan pemerintah.

Proses Pertenggungjawaban APBD

Ada 4 proses pokok dalam pertanggungjawaban APBD. Keempat proses pokok tersebut
adalah:

a. Penyusunan laporan keuangan SKPD


Pencatatan pada SKPD dilakukan oleh PPK SKPD. PKK SKPD menggunakan
dokumen-dokumen transaksi untuk pencatatan. Dokumen-dokumen transaksi
tersebut meliputi bukti penerimaankas dan LPJ pnerimanaa, bukti pengeluaran kas
dan LPJ pengeluaran, serta bukti transaksi selain kas. Penerimaan kas dicatat pada
jurnal penerimaan kas. Pengeluaran kas dicatat pada jurnal pengeluaran kas.
Transaksi selain penerimaan dan pengeluaran kas dijurnal pada jurnal umum.
Setelahh semua transaksi dijurnal, PPK SKPD memposting jurnal ke buku besar.
Selanjutnya PPK SKPD membuat neraca saldo berdasarkan saldo-saldo pada buku
besar. Selain itu, PPK SKPD mengidentifikasi data penyesuaian dan membuat
jurnal penyesuaian. Neraca saldo dan jurnal penyesuaian digunakan oleh PPK
SKPD sebagai dasar untuk membuat neraca lajur. Berdasarkan neraca lajur yang
sudah dibuat, PPK SKPD menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan SKPD
meliputi:
1. Laporan realisasi anggaran
2. Laporan operasional
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Neraca
5. Catatan atas laporan keuangan

Segera setelah dibuat, PPK SKPD menyerahkan laporan keuangan SKPD kepada
PA untuk diverifikasi dan diotorisasi kemudian PA menyerahkan laporan keuangan
SKPD kepada PPKD melalui Fungsi Akuntansi SKPKD. PPKD menerima laporan
keuangan dari semua SKPD dan mengkompilasinya menjadi laporan keuangan
pemerintah daerah.

b. Penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah


BUD mencatat semua penerimaan dan pengeluaran kas. Penerimaan dan
pengeluaran diklarifikasi ke dalam empat bagian, yaitu arus kas aktivitas operasi,
arus kas aktivitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan, dan arus kas aktivitas non-
anggaran. Berdasarkan data-data penerimaan dan pengeluaran kas, BUD menyusun
laporan Arus Kas.
BUD menyerahkan laporan arus kas kepada Fungsi Akuntansi SKPKD. Fungsi
Akuntansi SKPKD melakukan pencatatan atas transaksi yang terjadi pada SKPKD,
khususnya transaksi non kas yang ada, misalnya transaksi asset selain kas dan
transaksi utang. Fungsi Akuntansi SKPKD menyusun laporan keuangan SKPKD
meliputi laporan realisasi anggaran, laporan operasional, laporan perubahan
ekuitas, neraca, dan catatan atas laporan keuangan. Pada proses selanjutnya Fungsi
Akuntansi SKPKD mengkonsolidasi semua laporan keuangan tersebut menjadi
laporan ekuangan pemerintah daerah. Adapunn laporan keuangan pemerintah
daerah yang disusun adalah:
 Laporan realisasi anggaran
 Laporan perubahan saldo anggaran lebih
 Laporan operasioal
 Laporan perubahan ekuitas
 Laporan arus kas
 Neraca
 Catatan atas laporan keuangan

Selain laporan keuangan Pemerintah Daerah, Fungsi Akuntansi SKPKD juga


meminta laporan keuangan dari BUMD. Fungsi Akuntansi SKPKD menyerahkan
laporan keuangan Pemerintah Daerah dan Laporan keuangan BUMD kepada PPKD
untuk diverifikasi. Selanjutnya PPKD menyerahkan laporan keuangan Pemerintah
Daerah dan Laporan keuangan BUMD kepada sekretaris daerah utuk diverifikasi
dan disetujui. Selanjutnya sekretaris daerah menyerahkan laporan keuangan
Pemerintah Daerah dan laporan keuangan BUMD kepada Kepala Daerah untuk
diotorisasi.

c. Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


Setelah diotorisasi, Kepala Daerah menyerahkan laporan keuangan Pemerintah
Daerah kepada BPK untuk diaudit. Pemerintah Daerah menyerangkan laporan
keuangan kepada BPK paling lambat tiga (3) bulan setelah akhir tahun anggaran.
BPK memiliki kesempatan untuk mengaudit laporan keuangan pemerintah daerah
paling lama dua bulan. Setelah diaudit, BPK menyerahkan laporan keuangan
pemerintah daerah dan laporan hasil pemeriksaan (LHP) kepada Kepala Daerah.
Selanjutnya Kepala Daerah menyerahkan laporan keuangan pemerintah daerah dan
LHP kepada fungsi akuntansi SKPKD. Fungsi akuntansi SKPKD melakukan
penyesuaian yang diperlukan dan membuat tanggapan terhadap LHP. Fungsi
Akuntansi SKPKD menyerahkan kembali laporan keuangan pemerintah daerah
yang sudah disesuaikan.
d. Pembahasan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Kepala daerah menyerahkan laporan keuangan pemerintah daerah, Laporan keuangan


BUMD, dan Rancangan Peraturan Daerah Pertanggungjawaban APBD kepada DPRD.
Selanjutnya DPRD melakukan pembahasan, proses pembahasan ini dilakukan dalam jangka
waktu satu bulan. Setelah tercapai kesepakatan bersama, Rancangan Peraturan Daerah
Pertanggungjawaban APBD ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Pertanggungjawaban APBD
dan selanjutnya laporan keuangan Pemerintah Daerah siap untuk dipublikasi.

11.3 Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Setiap entitas, termasuk pemerintah daerah, wajib menyusun laporan keuangan.


Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) memberikan gambaran mengenai kondisi dan
kinerja keuangan entitas tersebut. Pada dasarnya LKPI) merupakan bentuk
pertanggungjawaban atas penggunaan dana publik (APBD).

Terlebih Pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD
disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP).

Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP berbasis akrual dimaksudkan
untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna
maupun pemeriksa laporan keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi, yaitu bahwa biaya yang
dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh.

Laporan keuangan pemerintah daerah itu sendiri adalah gambaran mengenai kondisi
dan kinerja keuangan entitas tersebut. Salah satu pengguna laporan keuangan pemerintah
daerah adalah pemerintah pusat. Pemerintah pusat berkepentingan dengan laporan keuangan
pemerintah daerah karena pemerintah pusat telah menyerahkan sumber daya keuangan kepada
daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.

Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

1. Laporan Realisasi APBD (LRA)


2. Neraca
3. Laporan Arus Kas (LAK)
4. Catatan Atas Laporan Keuangan (komite standar akuntasi pemerintah pusat dan
daerah).

Selain empat bentuk unsur laporan keuangan yang dikemukakan di atas, masing-
masing daerah diharuskan menyampaikan informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah,
yaitu laporan keuangan badan usaha milik daerah dan data yang berkaitan dengan kebutuhan
dan potensi ekonomi daerah.

Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

1. Pemerintahan daerah (internal)


2. Pemerintahan daerah (eksternal) seperti:
a. DPRD
b. Badan pengawas keuangan
c. Investor, kreditur, dan donator
d. Analis ekonomi dan pemerhati pemda
e. Pemerintahan provinsi
f. Pemerintah pusat
g. Masyarakat

SA-PPKD sebagai pengguna anggaran (entitas akuntansi) yang akan menghasilkan


laporan keuangan PPKD yang terdiri dari LRA PPKD, Neraca PPKD, dan CaLK PPKD.

SA-Konsolidator sebagai wakil pemda (entitas pelaporan) yang akan mencatat


transaksi resiprokal antara SKPD dan PPKD (selaku BUD) dan melakukan proses konsolidasi
lapkeu (lapkeu dari seluruh SKPD dan PPKD menjadi lapkeu pemda yang terdiri dari Laporan
Realisai APBD (LRA), Neraca Pemda, LAK, dan CaLK Pemda).

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah


Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era Desentralisasi, maka
pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah (Provinsi ataupun Kabupaten),
kemudian daerah-daerah tersebut menyampaikan laporannya ke Pemerintah Pusat.

Oleh pemerintah pusat dibuatkan menjadi Laporan Konsolidasi yang merupakan


Laporan Keuangan Pemerintah RI. Akuntansi keuangan daerah adalah suatu sistem informasi
pengidentifikasian, pencatatan, pengklasifikasian, mengikhtisarkan dan mengkomunikasikan
kegiatan suatu daerah berupa pelaporan untuk pengambilan keputusan.

Akuntansi keuangan daerah terdiri atas:

1. Akuntansi keuangan pemerintahan Provinsi,


2. Akuntansi keuangan pemerintahan Kabupaten.

Untuk perlakuan akuntansi keuangan daerah penyusunannya harus mengikuti PSAP yang
telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tanggal 13 juni 2005, yaitu PSAP Nomor 1
sampai dengan Nomor 11, dimana hasil proses akuntansinya adalah:

1) Neraca
2) Laporan Realisasi Anggaran
3) Laporan Arus Kas
4) Laporan Operasional
5) Catatan Atas Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

1. Laporan Realisasi Anggaran

KANTOR PERWAKILAN BPKP PROVINSI


BALI

LAPORAN REALISASI ANGGARAN


UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31
DESEMBER 2018 DAN 31 DESEMBER 2017

TAHUN 2018
%
REALISASI
ANGGARAN REALISASI REALISASI
URAIAN CATATAN THD
TAHUN 2017
ANGGARAN
Pendapatan Negara dan Hibah B.1.
1. Penerimaan Negara Bukan Pajak - 57.278.639 0,00 58.994.642
Jumlah Pendapatan - 57.278.639 0,00 58.994.642
BELANJA NEGARA B.2
Rupiah Murni
1. Belanja Pegawai B.2.1. 18.300.145.000 18.236.123.103 99,65 17.378.462.442
2. Belanja Barang B.2.2. 8.359.526.000 7.497.457.950 89,69 4.685.614.615
3. Belanja Modal B.2.3. 121.000.000 120.585.100 99,66 -

Jumlah Belanja 26.780.671.000 25.854.166.153 96,54 22.064.077.057

2. NERACA

KANTOR PERWAKILAN BPKP PROVINSI


BALI
NERACA
PER 31 DESEMBER 2018 DAN 31
DESEMBER 2017
NAMA PERKIRAAN CATATAN 31 DES. 2018 31 DES. 2017
ASET LANCAR C.1
▪ Belanja Dibayar Dimuka (Prepaid) C.1.1 6.575.211 12.818.290
▪ Persediaan C.1.2 365.195.526 356.018.181
JUMLAH ASET LANCAR 371.770.737 368.836.471
ASET TETAP C.2
▪ Tanah C.2.1 299.797.300.000 299.797.300.000
▪ Peralatan dan Mesin C.2.2 6.494.232.387 5.215.966.263
▪ Gedung dan Bangunan C.2.3 15.726.910.000 15.726.910.000
▪ Jalan, Irigasi dan Jaringan C.2.4 8.345.000 8.345.000
▪ Aset Tetap Lainnya C.2.5 111.399.806 111.399.806
▪ Akumulasi Penyusutan C.2.6 (6.253.498.233) (5.250.631.568)
JUMLAH ASET TETAP 315.884.688.960 315.609.289.501
ASET LAINNYA C.3
▪ Aset Tak Berujud C.3.1 75.411.000 -
▪ Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aset Lainnya C.3.2 (9.426.375) -
JUMLAH ASET LAINNYA 65.984.625 -
JUMLAH ASET 316.322.444.322 315.978.125.972
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK C.4
▪ Utang Kepada Pihak Ketiga C.4.1 19.949.981 21.339.919
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 19.949.981 21.339.919
JUMLAH KEWAJIBAN 19.949.981 21.339.919
EKUITAS C.5
▪ Ekuitas C.5.1 316.302.494.341 315.956.786.053
JUMLAH EKUITAS 316.302.494.341 315.956.786.053
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 316.322.444.322 315.978.125.972

3. LAPORAN OPERASIONAL

KANTOR PERWAKILAN BPKP PROVINSI BALI


LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2018 DAN 31
DESEMBER 2017

NAMA PERKIRAAN CATATAN 31 DES. 2018 31 DES. 2017


KEGIATAN OPERASIONAL D.1
PENDAPATAN OPERASIONAL D.1.1
▪ Pendapatan Negara Bukan Pajak D.1.1.1 55.804.253 55.369.042
Jumlah Pendapatan Operasional (D.1.1.1) D.1.1 55.804.253 55.369.042
BEBAN OPERASIONAL D.1.2
▪ Beban Pegawai D.1.2.1 18.235.076.899 17.376.174.702
▪ Beban Persediaan D.1.2.2 370.083.279 345.136.146
▪ Beban Barang dan Jasa D.1.2.3 1.888.404.527 1.334.314.529
▪ Beban Pemeliharaan D.1.2.4 786.026.066 825.958.694
▪ Beban Perjalanan Dinas D.1.2.5 4.451.662.000 2.212.655.000
▪ Beban Penyusutan dan Amortisasi D.1.2.6 1.001.387.945 788.079.026
Jumlah Beban Operasional (D.1.2.1 s.d D.1.2.6) D.1.2 26.732.640.716 22.882.318.097
Surplus/(Defisit) dari Kegiatan Operasional (D.1.1-D.1.2) D.1 (26.676.836.463) (22.826.949.055)
KEGIATAN NON OPERASIONAL D.2
SURPLUS/(DEFISIT) DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL LAINNYA D.2.
▪ Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional Lainnya D.2.1 8.153.217 8.130.992
▪ Beban dari Kegiatan Non Operasional Lainnya D.2.2 4.682.909 2.655.620

Jumlah Surplus/(Defisit) dari Kegiatan Non Operasional


Lainnya (D.2.1) D.2.1 3.470.308 5.475.372
Surplus/(Defisit) dari Kegiatan Non Operasional (D.2.1) D.2.1 3.470.308 5.475.372
SURPLUS /(DEFISIT) - LO (D.1 + D.2) (26.673.366.155) (22.821.473.683)
4. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

KANTOR PERWAKILAN BPKP PROVINSI BALI


LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2018 DAN 31
DESEMBER 2017

NAMA PERKIRAAN CATATAN 31 DES. 2018 31 DES. 2017


EKUITAS AWAL E.1 315.956.786.053 52.164.203.655
SURPLUS/(DEFISIT) - LO E.2 (26.673.366.155) (22.821.473.683)
KOREKSI YANG MENAMBAH/MENGURANGI NILAI
E.3
EKUITAS
▪ Selisih Revaluasi Aset Tetap E.3.1 - 264.608.973.666
▪ Penyesuaian Nilai Aset Tetap Non Revaluasi E.3.2 - -
Jumlah Koreksi Yang Menambah/Mengurangi Nilai
E.3 - 264.608.973.666
Ekuitas
TRANSAKSI ANTAR ENTITAS E.4
▪ Ditagihkan ke Entitas Lain E.4.1 25.854.166.153 22.064.077.057
▪ Diterima ke Entitas Lain E.4.2 (57.278.639) (58.994.642)
▪ Transfer Masuk E.4.3 685.966.929 -
▪ Pengesahan Hibah Langsung E.4.4 536.220.000 -
Jumlah Transaksi Antar Entitas 27.019.074.443 22.005.082.415
KENAIKAN/(PENURUNAN) EKUITAS (E.2+E.3+E.4) 345.708.288 263.792.582.398
EKUITAS AKHIR (E.1+E.2+E.3+E.4) E.5 316.302.494.341 315.956.786.053
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Baldric. 2017. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Peraturan Kementrian Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Kementrian Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2011 tentang PEDOMAN
EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD DAN
RANCANGAN PERATURAN KEPALA DAERAH TENTANG PENJABARAN
APBD SERTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN
APBD DAN RANCANGAN PERATURAN KEPALA DAERAH TENTANG
PENJABARAN PERUBAHAN APBD
www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=5747 : diakses tanggal 26 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai