Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

A. LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (2014, dalam Kemenkes, 2016),
Remaja merupakan penduduk usia 10-19 tahun. Remaja mengalami perubahan
ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat baik segi fisik, emosi,
kognitif dan sosial. Remaja berusaha melepas ketergantungan kepada orang tua dan
berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui orang dewasa.
Kondisi ni menyebabkan terjadinya proses perubahan pola pikir remaja yang ingin
mengetahui hal-hal baru sehingga timbul keinginan untuk mencoba hal baru. Hal
tersebut menyebabkan remaja memiliki tahap perkembangan sosial.

Menurut Havighrust (1961 dalam Malahayati 2010), remaja memiliki tugas


perkembangan. Remaja memiliki keinginan untuk mencapai hubungan yang lebih
matang dan teman sebaya, keinginan mencapai mencapai peran sosial sebagai pria
dan wanita, menerima keadaan fisik dengan menggunakannya secara efektif.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2013), remaja memiliki perilaku,


baik perilaku yang sesuai maupun perilaku yang menyimpang . Perilaku remaja
dikatakan seuai apabila remaja tersebut memiliki identitas yang sehat dibangun atas
keberhasilan remaja melewati tiga tahap psikososial pertama dan dapat
mengidentifikasi diri. Remaja dalam kondisi yang sesuai jika mereka dapat
mempertanggungjawabkan perbuatan mereka yang dijadikan sebagai dasar
pembentukan jati diri positif pada diri remaja. Remaja dikatakan menyimpang
apabila berperilaku yang mengundang resiko dikarenakan berhubungan dengan
dinamika fobia balik, rasa takut dianggap hal yang dinilai rendah , perlu menegaskan
identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan teman sebaya. Kondisi
aman dan menyimpang pada remaja membuat remaja membentuk suatu fase
pencarian jati diri mereka.

Menurut Wahyuni dan Adiyanti (2010) Masa remaja merupakan periode


kehidupan yang penuh dengan dinamika, karena pada masa remaja terjadi
perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini merupakan masa
transisi dan remaja cenderung memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya kenakalan
dan kekerasan baik sebagai korban maupun sebagai pelaku. Lemahnya emosi
seseorang akan berdampak pada pada terjadinya masalah dikalangan remaja,
misalnya bullying yang sekarang kembali mencuat di media. Budaya bullying masih
terus terjadi di kalangan peserta didik (kusuma, 2015).

Harga diri merupakan salah satu faktor psikologis yang penting dengan
mempengaruhi faktor-faktor lainnya. Harga diri adalah salah satu komponen yang
lebih spesifik dari konsep diri, yang melibatkan unsure evaluasi atau penilaian
terhadap diri. Konsep diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang paling
penting. Konsep diri adalah kerangka kognitif yang mengorganisir bagaimana kita
mengetahui diri kita dan bagaimana kita memproses informasi-informasi yang
relevan dengan diri. Konsep diri termasuk harga diri merupakan aspek penting
dalam berfungsinya manusia, sebagian karena manusia memang sangat
memperhatikan berbagai hal tentang diri, termasuk siapa dirinya, bagaimana citra
yang ditampilkan pada orang lain, dan lain-lain.

Harga diri memiliki peran yang penting . Individu yang memiliki harga
diri yang tinggi berarti memandang dirinya secara positif. Individu dengan harga
diri yang tinggi sadar akan kelebihan –kelebihan tersebut lebih penting dari pada
kelemahannya. Sebaliknya individu dengan harga diri rendah cenderung
memandang dirinya secara negative dan terfokus pada kelemahan dirinya.

Harga diri rendah adalah peraaan tidak berharga , tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang yang negative terhadap terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri, selalu cemas dan takut ,
merasa sensitive , cenderung marah. Hal ini membuat seseorang menghindari
sosialisasi . Harga diri seseorang sangat dipengaruhi oleh individu itu sendiri,
lingkungan, keluarga lingkungan sekolah, masyarakat dan beberapa pengalaman
individu.

Menurut Manjilala (2012), Fase pencarian jati diri remaja dimulai usia remaja 11
sampai dengan 13 tahun. Fase ini menyebabkan remaja memiliki kebingungan peran
dan memliki ketidakmampuan memantapkan dirinya pada sebuah identitas (Erikson,
2010). Pencarian jati diri remaja ditandai dengan berusaha menunjukkan identitas
dirinya,muncul perasaan canggung bertemu dengan seseorang, konflik dengan orang
tua, memiliki perasaan bebas dan tidak mau diatur. Remaja pada fase pencarian jati
diri lebih suka berkelompok, dan kejam dalam mengeluarkan anggota yang berbeda
baik dalam hal latar belakang, selera. Fase ini menyebabkan remaja dalam kondisi
yang cukup rentan.

Bullying merupakan salah satu tindakan perilaku agresif yang disengaja dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok oran secara berulang-ulang dan dari waktu ke
waktu terhadap seorang korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya dengan
mudah ( Soetjipto, 2012 ).

Dampak jangka panjang pada korban bullying adalah merasa cemas yang
berkelanjutan, penyesuaian sosial yang buruk, ingin pindah atau bahkan putus
sekolah, sulit berkonsetrasi di kelas dan timbul rasa takut (Sar, 2010). Sedangkan
dampak dari korban bullying secara fisik biasa mengalami pusing , mual muntah,
jantung berdebar, nafsu makan menurun, dan demam. Secara psikologis korban
bullying biasanya mengalami murung, trauma, gelisah, cemas, harga diri rendah,
isolasi sosial, depresi dan bahkan sampai muncul pemikiran untuk bunuh diri
(Desirre, 2013).

Data yang diperoleh dari National Center for Educational Statistic of America pada
tahun 2013, didapatkan bahwa 27,8% siswa melakukan bullying selama disekolah
(Megan Mier Foundation, 2014 ) Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
menyebutkan dari tahun 2011 sampai agustus 2014 tercatat 1.480 kasus bullying
yang terjadi di sekolah (KPAI,2014). Sementara di Aceh jumlah kasus bullying
secara khusus tidakdi sebutkan, namun kasus kekerasan terhadap anak dari bulan
Januari sampai dengan Desember 2014 terdapat 25 kasus dengan rincian :kekerasan
pada anak dalam kasus kekerasan Dalam Rumah Tanga (KDRT) sebanyak 5 kasus,
kekerasan fisik terhadap anak (Pemukulan) 2 kasus, kekerasan seksual terhadap
anak 7 kasus,eksploitasi anak sebanyak 5 kasus, anak terkait narkoba 2 kasus,
trafficking anak perempuan dibawah umur 2 kasus, dan anak yang berada disekolah
sebanyak 2 kasus (PPKB,2014).
Data Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melalui hotline service
dan penganduan ke KPAI memperlihatkan,pada tahun 2007 dilaporkan 555 kasus
kekerasan terhadap anak, 11,8 persennya dilakukan oleh guru. Pada tahun 2008, dari
86 kasus kekerasan yang dilaporkan , 39 persennya dilakukan oleh guru.

Kasus bullying d indonesia seringkali terjadi di institusi pendidikan. Hal ini


dibuktikan dengan data dari Komisi Perlindungan Anak, tahun 2011 menjadi tahun
dengan tingkat kasus bullying tertinggi di lingkungan sekolah yaitu sebanyak 339
kasus kekerasan dan 82 diantaranya meninggal dunia (Komnas PA,2011).

Maraknya kasus-kasus kekerasan seperti diatas merupakan bagian dari kasus


bullying disekolah. Kasus bullying merupakan permasalahan yang sudah mendunia,
tidak hanya menjadi permasalahan di Indonesia saja tetapi juga di Negara-negara
maju seperti Amerika Serikat dan Jepang.

Menurut Komisi Perlindungan Anak , Indonesia merupakan Negara dengan kasus


Bullying di sekolah yang paling banyak pelaporan masyarakat ke komisi
perlindungan anak. KPAI mencatat 369 pelaporan terkait masaalah tersebut. 25%
dari jumlah tersebut merupakan pelaporan dibidang pendidikan yaitu sebanyak
1.480 kasus. Kasus yang dilaporkan hanya sebagian kecil dari kasus yang terjadi,
tidak sedikit tindak kekerasan terhadap anak yang tidak dilaporkan.(Setyawan,
2015).

Bullying merupakan salah satu tindakan perilaku agresif yang disengaja dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok oran secara berulang-ulang dan dari waktu ke
waktu terhadap seorang korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya dengan
mudah ( Soetjipto, 2012 )

Dampak jangka panjang pada korban bullying adalah merasa cemas yang
berkelanjutan, penyesuaian sosial yang buruk, ingin pindah atau bahkan putus
sekolah, sulit berkonsetrasi di kelas dan timbul rasa takut (Sar, 2010). Sedangkan
dampak dari korban bullying secara fisik biasa mengalami pusing , mual muntah,
jantung berdebar, nafsu makan menurun, dan demam. Secara psikologis korban
bullying biasanya mengalami murung, trauma, gelisah, cemas, harga diri rendah,
isolasi sosial, depresi dan bahkan sampai muncul pemikiran untuk bunuh diri
(Desirre, 2013).

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Harga Diri dengan perilaku Bullying Siswa kelas VII
SMP Muhammadiyah.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui perilaku bullying pada remaja
b.

Anda mungkin juga menyukai