Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO), kedokteran keluarga merupakan suatu
spesialisasi medis yang berfokus dalam menyediakan perawatan secara komprehensif terhadap
individu dan keluarga dari aspek biomedis, perilaku dan ilmu kemasyarakatan. Dokter keluarga
adalah seorang dokter yang terlatih secara khusus dalam menyediakan pelayanan kesehatan
untuk semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, maupun jenis masalah kesehatan.
Seorang dokter keluarga menyediakan layanan primer untuk seluruh anggota keluarga dalam
komunitas mereka dengan menangani masalah fisik, psikologis, dan sosial. [WHO, 2003]
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih sama dengan dari 140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih sama dengan dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Tekanan
darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis
hipertensi. [PERKI, 2015]
WHO tahun 2018 menyatakan bahwa sebanyak 1,13 juta orang memiliki hipertensi,
dimana 1 dari 5 wanita mengalami hipertensi sedangkan 1 dari 4 laki-laki mengalami
hipertensi. Di Asia Selatan hipertensi merupakan faktor risiko penyebab kematian utama.
Prevalensi hipertensi dan prehipertensi secara keseluruhan ditemukan masing-masing 27% dan
29,6%. Hipertensi bervariasi antara studi yang dilakukan, berkisar antara 13,6% hingga 47,9%
dan ditemukan lebih tinggi dalam studi yang dilakukan di daerah perkotaan daripada di daerah
pedesaan. Prevalensi hipertensi dari penelitian terbaru adalah: Bangladesh: 17,9%; Bhutan:
23,9%; India: 31,4%; Maladewa: 31,5%; Nepal: 33,8%; Pakistan: 25%; dan Sri Lanka: 20,9%.
Delapan dari sembilan belas penelitian dengan informasi mengenai prevalensi hipertensi pada
kedua jenis kelamin menunjukkan bahwa prevalensi lebih tinggi di antara wanita daripada pria.
Berdasarkan studi meta analisa menunjukkan bahwa jenis kelamin (pria: rasio odds [OR] 1,19;
95% interval kepercayaan [CI]: 1,02, 1,37), obesitas (OR 2,3; 95% CI: 1,87, 2,78), dan obesitas
sentral (OR 2,16; 95% CI: 1,37, 2,95) dikaitkan dengan hipertensi.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 di Indonesia menunjukkan adanya
peningkatan prevalensi penyakit tiadak menular jika dibandingkan dengan Riskesdas tahun
2013, dimana salah satu penyakit tidak menular ini adalah hipertensi. Menurut Riskesdas,
prevalensi hipertensi meningkat dari 25,8 % menjadi 34,1% Riskesdas juga menyatakan bahwa
peningkatan prevalensi penyakit tidak menular ini berkaitan dengan pola hidup yaitu merokok,
konsumsi minuman beralkohol, kurangnya aktivitas fisik, dan kurangnya konsumsi buah dan
sayur. [Riskesdas, 2018]
Menurut data dari Puskesmas Meruya Utara, hipertensi termasuk dalam 10 penyakit
terbanyak di Kelurahan Meruya Utara. Data dari Puskesmas Meruya Utara menyatakan
prevalensi hipertensi sebanyak __ pada tahun 2017, sedangkan pada tahun 2018 terjadi
peningkatan prevalensi hipertensi, yaitu
Hal ini juga terjadi pada salah satu pasien bernama Tn. X berusia 60 tahun. Tn. X
menderita hipertensi sejak 4 tahun. Pengobatan sudah berjalan selama 3 tahun namun tidak ada
perbaikan dari pengukuran tekanan darah. Hal ini menarik dilakukan kunjungan kasus dokter
keluarga untuk melihat hal apa yang dapat dilakukan untuk mencapai target tekanan darah yang
terkontrol Tn. X sehingga mencegah terjadinya komplikasi di kemudian hari.

1.2 Perumusan Masalah


1.2.1 Pernyataan Masalah
Tidak terkontrolnya tekanan darah pada Tn. X.

1.2.2 Pertanyaan Masalah


1. Apa faktor risiko terjadinya hipertensi pada Tn. X ?
2. Apa faktor-faktor internal dan eksternal yang menyebabkan tekanan darah Tn, X tidak
terkontrol berdasarkan pendekatan Mandala of Health ?
3. Apa alternatif jalan keluar yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah Tn. X ?

1.3 Tujuan
1.3.2 Tujuan Umum
Terkontrolnya tekanan darah Tn. X untuk mencegah komplikasi
1.3.3 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada Tn. X
2. Diketahuinya faktor – faktor internal dan eksternal yang menyebabkan tidak
terkontrolnya tekanan darah Tn. X berdasarkan pendekatan Mandala of Health
3. Diketahuinya alternatif jalan keluar yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalh Tn.
X

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kedokteran Keluarga

Kedokteran keluarga adalah suatu spesialisasi dalam bidang medis yang berfokus
dalam perawatan secara komprehensif kepada individu dan keluarga dalam aspek
biomedis, perilaku, dan ilmu masyarakat. [WHO, 2003] Kedokteran keluarga
bertujuan untuk mengintegrasikan dan mempersonalisasikan perawatan kesehatan
untuk pasien. Perawatan model ini berpusat pada pasien dimana pasien dapat
menerima layanan dalam konteks hubungan yang berkelanjutan dengan dokter
keluarga. [AAFP, 2016]
Dokter keluarga merupakan dokter yang terlatih dalam memberikan
perawatan medis untuk semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan
masalah kesehatan yang dialami. Selain terhadap individu, dokter keluarga juga
memberikan layanan primer pada seluruh anggota keluarga dalam komunitas. Disini
diterapkan pendekatan humanistik terhadap seluruh anggota keluarga dimana
perawatan tidak hanya berfokus pada penyakit saja namun juga pada peningkatan
kualitas hidup anggota keluarga. [AAFP, 2016]

2.1.1 Prinsip Kedokteran Keluarga

Menurut World Health Organization (WHO) dan World Organization of Family


Doctors (WONCA), terdapat 9 prinsip kedokteran keluarga, yaitu : [McWhinney
and Freeman, 1989]
1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif

2. Pelayanan yang kontinu

3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan

4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif

5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya

6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan


tempat tinggalnya
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hokum

8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan


9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu

Menurut M. Jawad Hashim, terdapat 5 prinsip kedokteran keluarga, antara lain:


[Hashim, 2016]
1. Perawatan penuh kasih sayang yang artinya menghormati dan memberikan suatu
sikap yang peduli terhadap pasien dan keluarga pasien. Sikap ini diekspresikan
sebagai empati dimana dokter mencoba mengerti arti penyakit tersebut untuk
pasien. Komunikasi antar dokter dan pasien bersifat patient-centred.
2. Pendekatan secara holistik. Pendekatan ini bukan hanya melihat penyakit yang
diderita oleh pasien, namun melihat kehidupan pasien secara menyeluruh.
Dokter keluarga menilai faktor-faktor seperti usia pasien, kelemahan, penyakit
penyerta, dan kualitas hidup dalam menentukan keputusan medis.
3. Kontinuitas hubungan. Hubungan yang bekelanjutan antara dokter keluarga dan
pasien akan membangun suatu hubungan yang dilandasi atas kepercayaan dan
tanggung jawab. Hubungan interpersonal ini berkembang seiring berjalannya
waktu dengan kunjungan berulang ke dokter yang sama.
4. Perhatian reflektif yang berarti dokter keluarga sadar akan pikiran dan emosi
pribadi pasien. Dokter memberikan sebuah rasa kehadiran, keingintahuan, dan
perhatian terhadap pasien. Perhatian reflektif ini memungkinkan dokter untuk
mendengarkan pasien dengan penuh perhatian dan bertindak dengan kasih
sayang, kompetensi, dan wawasan.
5. Belajar sepanjang hayat. Pembelajaran seumur hidup mengacu pada proses
berkelanjutan dalam mengembangkan pribadi dan profesionalisme. Pencarian
pengetahuan ini meningkatkan keterampilan klinis dan kompetensi profesional.

Sedangkan menurut Masahito Jimbo, prinsip kedokteran keluarga antara lain : [Jimbo,
2003]
1. Akses untuk perawatan. Akses perawatan merupakan sesuatu yang penting
karena dokter keluarga merupakan suatu sarana bagi pasien untuk masuk ke
dalam sistem perawatan kesehatan. Dokter keluarga merupakan dokter kontak
pertama dalam sebagian besar situasi dan sebagai penyedia awal perawatan
medis.
2. Kontinuitas perawatan. Merupakan satu dari dua prinsip yang paling penting
dalam kedokteran keluarga selain perawatan secara holistik.

3. Perawatan secara holistik. Dokter keluarga mengevaluasi kebutuhan kesehatan


pasien secara menyeluruh dan menyediakan perawatan yang mencakupi 1
bidang kesehatan atau lebih. Perawatan ini memfokuskan pada pencegahan dan
penyuluhan kesehatan.
4. Koordinasi perawatan. Dokter keluarga dapat merujuk pasien kepada dokter
dengan keahlian lain jika terdapat indikasi.
5. Perawatan kontekstual. Kebutuhan pasien yang berbeda di berbagai wilayah
membutuhkan konten praktik dokter keluarga yang berbeda-beda. Perawatan
secara kontekstual membutuhkan dokter keluarga menggunakan pengetahuannya
tentang karakteristik unik pasien, keluarga, dan masyarakat untuk merawat
pasien secara keseluruhan.
2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi
Hipertensi merupakan kondisi medis jangka panjang yang didefinisikan oleh adanya
peningkatan tekanan darah yang terjadi terus-menerus. dikatakan hipertensi bila memiliki
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada
pemeriksaan yang berulang. [PERKI 2015] Hipertensi sering tidak terdeteksi sampai terjadi
komplikasi. Maka dari itu hipertensi disebut juga “silent killer”. Peningkatan tekanan darah
yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat menjadi faktor resiko utama bagi
penyakit arteri koroner, stroke, gagal jantung, penyakit pembuluh darah perifer, kehilangan
pengelihatan dan penyakit ginjal kronis. [ SKRIPSI THITA]

2.2.2 Epidemiologi
Menurut World Health Organization (WHO)
Menurut Kementrian Kesehatan yang dibahas dalam “Manajemen Program Pencegahan dan
Pengendalian Hipertensi dan Perhitungan Pencapaian SPM Hipertensi” didapatkan prevalensi
tekanan darah tinggi dari mulai usia 18 tahun terdapat peningkatan dari tahun 2007, 2013, dan
2016 berturut-turut sebesar 31,7%, 25,8%, dan 32,4%.

2.2.3 Klasifikasi
2.2.4 Patofisiologi
2.2.5 Faktor Risiko
2.2.6 Diagnosis
2.2.7 Tatalaksana

Anda mungkin juga menyukai