1. DASAR TEORI
1.1. Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan bertakaran, padat, umumnya berbentuk
silindris datar dengan permukaan datar ganda atau cembung ganda. Pada
permukaannya dapat diterakan identitas, takaran, identitas dengan tanda
yang cocok dan cekungan atau tanda cekungan silang untuk memudahkan
pematahannya. Pada suatu tablet dalam pengertian yang sesusai dengan
defnisi diatas, dapat dibuat lapisan obat berikutnya yang dikempa dengan
bantuan peralatan khusus (tablet berlapis banyak, tablet mantel) (Voigt,
1995).
Beberapa unit proses (proses satuan) terlibat dalam pembuatan
tablet, seperti penurunan ukuran partikel, pencampuran, granulasi,
pengeringan, pengempaan, dan penyalutan (tetapi tidak selalu). Berbagai
faktor yang terkait dengan proses ini yang dapat mempengaruhi
keseragaman kandungan, ketersediaan hayati, atau stabilitas sediaan
diantaranya adalah (kurniawan, 2009) :
- Penurunan ukuran partikel
- Pencampuran
- granulasi
- Pengempaan tablet
- Penyalutan
Perihal Deskripsi
Kelas Antiinfeksi
Subkelas Antibakteri
Kategori FDA : C
FDA Approved
2.5. Toksistas
Menurut Depkes RI (2009), Toksistas kloramfenikol meningkat
pada neonatus karena metabolisme yang belum sempurna dan tingginya
bioavabilitasnya. Pada neonatus, terutama pada bayi prematur yang
mendapat dosis tinggi/ 200 mg/kg BB dapat timbul sidrom gray, biasanya
antara hari ke 2 sampai hari ke 9 masa terapi. Efek toksik ini diduga
disebabkan oleh sistem konjungasi enzim glukoronil transferase belum
sempurna dan belum terekskresi sempurna di ginjal.
Dalam kutipan Setyabudi (2007), reaksi toksis klormafenkol
selanjutnya dengan manifestasi depresi sumsum tulang belakang, kelainan
ini berhubungan dengan dosis, progesif dan pulih bila obat dihentikan.
Kemudian toksisitas klormafenikol diantaranya supresi sumsum tulang,
grey baby sindrom, neuritis optik pada anak, pertumbuhan kandida di
saluran cerna, dan timbulnya ruam (Kemenkes, 2011).
5. SPESIFIKASI PRODUK
Kekuatan : 250 mg
6. RANCANGAN FORMULA
6.1 Skema/Bagan
8 CARA EVALUASI
sehingga bisa mencapai suhu 105o C. Perhatikan skala kadar air pada posisi nol,
kemudian lampu dihidupkan. Perhatikan jika granul mulai mengering, skala
kesetimbangan akan berubah. Dengan bantuan knop indikator, skala
kesetimbangan dapat digerakkan agar tercapai kesetimbangan kembali. Bila
indikator kesetimbangan sudah kembali, maka granul benar-benar kering dan
skala dapat dibaca. Atau granul kering ditimbang dan kandungan air dihitung
dengan rumus :
Tabel 3. Hubungan Kecepatan Alir dengan Sifat Aliran Serbuk (Aulton, 1988).
Ditimbang 30 gram granul (Wo), masukkan dalam gelas ukur 100 mL. dan
diamati volumenya (Vo). Bj nyata dihitung dengan rumus :
Bj nyata =Wo/Vo
Ditimbang 30 gram granul (Wo), masukan ke dalam gelas ukur 100 mL dan
diukur volumenya (Vt). Kemudian diletakkan pada alat tap density tester
dengan pengetukan sebanyak 1250 kali dan dicatat volumenya (Vt1). Jika selisih
antara Vt dan Vt1 tidak lebih dari 2 mL, maka dipakai Vt. Bobot jenis mampat
dihitung dengan rumus :
Bj mampat =Wo/ Vt
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode,
yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan
untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih
zat aktif.
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak
berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang
merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan keseragaman
bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa
mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang telah dibuat dari
larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada
etiket dicantumkan cara penyiapan ini.
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet.
Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing – masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata – ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak
mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A
dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata –
rata yang ditetapkan kolom B.
Penyimpanan bobot rata-rata (%)
Bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15 % 30%
26 mg s/d 150 mg 10 % 20 %
151 s/d 300 mg 7,5 % 15 %
Lebih dari 300 mg 5% 10 %
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi
tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan
kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada
saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah
hardness tester. Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan
tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi
keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan
ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan.
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet diantaranya
Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness tester. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan
yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan.
Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan meningkatkan
kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang
lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya
demikian. Pada umumnya tabl`et yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan
antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih
kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih
dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan.
Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan
lebih sulit penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan
tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi
persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan. Uji
kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari tiap batch,
yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet.
Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable adalah 10-20 kg/cm2.
c. Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur
menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang
terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester,
yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas,
sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet yaitu
sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul. Penambahan
tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan
kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat
penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur
tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak > 15 menit.
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air
dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya
merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung
berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur untuk
tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut
nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh
hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur
dalam medium basa.
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam
masing-masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian
dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari
keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air
bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain
dalam masing- masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera
dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus
hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus
hancur sempurna.
f. Keseragaman Ukuran