Anda di halaman 1dari 18

Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid

Sediaan Tablet Kloramfenikol

1. DASAR TEORI
1.1. Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan bertakaran, padat, umumnya berbentuk
silindris datar dengan permukaan datar ganda atau cembung ganda. Pada
permukaannya dapat diterakan identitas, takaran, identitas dengan tanda
yang cocok dan cekungan atau tanda cekungan silang untuk memudahkan
pematahannya. Pada suatu tablet dalam pengertian yang sesusai dengan
defnisi diatas, dapat dibuat lapisan obat berikutnya yang dikempa dengan
bantuan peralatan khusus (tablet berlapis banyak, tablet mantel) (Voigt,
1995).
Beberapa unit proses (proses satuan) terlibat dalam pembuatan
tablet, seperti penurunan ukuran partikel, pencampuran, granulasi,
pengeringan, pengempaan, dan penyalutan (tetapi tidak selalu). Berbagai
faktor yang terkait dengan proses ini yang dapat mempengaruhi
keseragaman kandungan, ketersediaan hayati, atau stabilitas sediaan
diantaranya adalah (kurniawan, 2009) :
- Penurunan ukuran partikel
- Pencampuran
- granulasi
- Pengempaan tablet
- Penyalutan

Untuk pembuatan tablet diperlukan zat tambahan berupa :


- Zat pengisi dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet.
- Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat
merekat.
- Zat penghancur, agar tablet dapat hancur dalam perut.
- Zat pelicin, agar tablet tidak lekat pada cetakan.
Dalam pembuatan tablet, zat berkasiat, zat -zat lain kecuali
pelican dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak
dapat mengisi cetakan tablet dengan baik dan mudah mengalir mengisi
cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (Anief, 2012)

1.2. Cara Membuat Granul


Terdapat 2 cara dalam membuat granul, yaitu sebagai berikut
(ansel, 2013) :
1.2.1. Granulasi kering.
Campuran serbuk dimampatkan dalam potongan besar
kemudian dihancurkan atau diperkecil ukuranya menjadi granul.
bahan utama dan bahan tambahan harus mempunyai sifat
kohesif, metode ini digunakan untuk bahan yang tidak dapat
dibuat melalui granulsi basah karena terdegradasi dalam lembab
atau peningkatan suhu yang digunakan untuk pengeringan granul
dalam metode granulasi basah.

1.2.2. Granulasi basah.


Granulasi basah biasanya digunakan untuk tablet kempa.
Serbuk yang dibasahi atau massa lembab diayak menjadi granul,
kemudian dikeringkan. perekatan granulasi dengan pengayakan
kering ditambahkan lubrikan dan pemcampuran
hingga pembentukan tablet dengan kempa

2. TINJAUAN BAHAN AKTF


2.1. Karakteristik fisika kimia
 Kloramfenikol merupakan antibiotik yang diisolasi dari Streptomyces
venezuelae dan sekarang diproduksi sintesis (Mc Evoy. 2004 : 14553).
 Pemerian : hablur halus berbentuk jarum atau lempeng
memanjang putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan. Larutan
praktis netral terhadap lakmus p.stabil dalam larutan pekat (depkes RI.
1995 :189).
 Rumus molekul : C11H12Cl2N2O3
 Berat molekul : 325,13 (FI.IV, 1995 :189)
 Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5
bagian etanol (95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P;sukar larut
dalam kloroform P dan dalam eter. (FI.III, 1979 : 143)
 Stabilitas : Kloramfenikol dalam keadaan kering atau padat
dapat bertahan hingga waktu yang cukup lama dengan merupakan
sediaan pada kondisi yang optimum selama penyimpanan (Mc. Evoy.
2004 : 14554).
 pH : pH stabil kloramfenikol berkisar 4-8, pka 5,5 (Mc.
Evoy. 2004 : 14554).
 Titik lebur : 149 dan 153o C (FI.IV. 1995 :189).
 Inkompabilitas : Ketidakcocokan atau hilangnya aktivitas
telah dilaporkan antara kloramfenikol dan sebagai zat lain. Terutama
konsentrasi obat.

2.2. Bentuk kimia

(Struktur Kimia Kloramfenikol)

2.3. Efek Farmakologi


Kloramfenikol (chloramphenicol) adalah antibiotik yang
digunakan secara luas pada infeksi bakteri. kloramfenikol
(chloramphenicol) adalah antibiotika jenis bakteriostatik dengan
menghambat sintesis protein dengan cara menghambat aktivitas peptidil
transferase dari ribosom bakteri, secara spesifik mengikat residu A2451
dan A2452 dari 23s rRNA subunit ribosom 50s
untuk mencegah terjadinya ikatan peptida. Kloramfenikol sebaiknya
hanya digunakan untuk mengobati Demam typoid dan mengobati
meningitis akibat H.Influenza. Infeksi lain sebaiknya tidak diobati dengan
Kloramfenikol apabila masih ada antimikroba lain yang lebih aman dan
efektif (Gunawan, 2016).

2.4. Data Klinis

Perihal Deskripsi

Kelas Antiinfeksi

Subkelas Antibakteri

Kategori FDA : C

Wanita hamil Kategori TGA : A

Wanita menyusui Tidak disarankan

Anak-anak Apabila perlu dan sesuai aturan

FDA Approved

2.5. Toksistas
Menurut Depkes RI (2009), Toksistas kloramfenikol meningkat
pada neonatus karena metabolisme yang belum sempurna dan tingginya
bioavabilitasnya. Pada neonatus, terutama pada bayi prematur yang
mendapat dosis tinggi/ 200 mg/kg BB dapat timbul sidrom gray, biasanya
antara hari ke 2 sampai hari ke 9 masa terapi. Efek toksik ini diduga
disebabkan oleh sistem konjungasi enzim glukoronil transferase belum
sempurna dan belum terekskresi sempurna di ginjal.
Dalam kutipan Setyabudi (2007), reaksi toksis klormafenkol
selanjutnya dengan manifestasi depresi sumsum tulang belakang, kelainan
ini berhubungan dengan dosis, progesif dan pulih bila obat dihentikan.
Kemudian toksisitas klormafenikol diantaranya supresi sumsum tulang,
grey baby sindrom, neuritis optik pada anak, pertumbuhan kandida di
saluran cerna, dan timbulnya ruam (Kemenkes, 2011).

2.6. Kadar dalam darah


Setelah Klormfenikol diberikan secara oral lalu diserap dengan
cepat kemudian mencapai puncak dalam darah dalam 2 jam. Sebesar 50%
klormafenikol dalam darah terikat dengan albumin. Obat ini
didistribusikan ke berbagai jaringan tubuh.

3. BENTUK SEDIAAN TERPILIH


Bentuk sediaan yang dipilih adalah tablet. Beberapa alasan yang
mendasari pemilihan sediaan tablet adalah sebagai berikut :
a. Tablet merupakan sediaan yang relatif lebih stabil secara fisika kimia
b. Takaran obat/bahan aktif cukup teliti dan serba sama untuk setiap
tablet
c. Dapat menutupi rasa pahit dan kurang enak
d. Dapat dibuat sesuai ukuran dosis yang diperlukan dan viriabilitas
e. kandungan paling rendah.
f. Lebih menguntungkan dalam distribusi, mudah dan murah untuk
dikemas dan dikirim
g. Memungkinkan untuk dibuat tanda pengenal produk pada tablet,
dengan cara membuat permukaan cetak timbul.

4. PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN DOSIS


a. Per Takaran Terkecil
- Dewasa : 2000 mg / hari atau 50 /kg.BB/hari
- Anak-Anak : tidak disarankan
b. Per Kemasan Terkecil
- Dewasa : 2 tablet setiap 6 jam (4 kali dalam sehari)
- Anak-anak : tidak disarankan

5. SPESIFIKASI PRODUK

5.1 Persyaratan Umum Sediaan

Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh sediaan tablet yang


baik, antara lain (Hadisoewignyo, dkk, 2013):
1. Kuat dan tahan akan gesekan yang terjadi pada saat pentabletan,
pengemasan, transportasi, dan penggunaan.
2. Kadar obat harus terpenuhi, sesuai dengan persyaratan yang tercantum
dalam Farmakope Indonesia.
3. Memenuhi uji keseragaman bobot dan kadar zat aktif di dalam tablet.
4. Memenuhi uji ketersediaan hayati. Pada tahap awal, kecepatan dan
banyaknya obat yang dilepaskan dari tablet, dapat ditentukan oleh waktu
hancur tablet.
5. Penampilan yang baik dan menarik, oleh karena itu seringkali
diperlukan bahan pewarna, perasa, dan pengaroma.
6. Dapat mempertahankan sifat-sifatnya, yaitu tablet harus tetap
akseptabel, aman, dan manjur bila digunakan.

5.2 Rencana Spesifikasi Sediaan Berikut rencana spesifikasi sedian tablet


paracetamol yang mau kami buat:

Nama Obat : Kloramfenikol Tablet

Bentuk Sedian : Tablet

Kekuatan : 250 mg

Kategori : Obat Keras


Indikasi : Untuk mengobati Demam typoid dan mengobati meningitis akibat
H.Influenza

Kemasan : Tablet 250 mg x 60 tablet

Dosis : Dewasa : 2000 mg / hari atau 50 /kg.BB/hari

Anak-Anak : tidak disarankan

6. RANCANGAN FORMULA
6.1 Skema/Bagan

6.2 Komponen Penyusun Formula (Matriks/ Tabel)


R/ Kloramfenikol 250mg
Talk 8%
Mg Stearat 2%
Amylum 13.5%
PVP 4%
Avicel pH 101 10%
Ethanol qs
6.3 Pemilihan Bahan Komponen Penyusun Untuk Mencapai Spesifikasi

No Bahan Alasan Pemilihan


1. PVP PVP merupakan pengikat yang baik dalam
larutan air atau alkohol, mempunyai kemampuan
sebagai pengikat kering (Banker and Anderson,
1986). Berdasarkan penelitian Muktamar (2007),
PVP bagus untuk proses penggranulan, hasil
granul lebih cepat kering, memiliki sifat alir yang
baik, sudut diam minimum, menghasilkan fines
lebih sedikit dan daya kompatibilitasnya lebih
baik sehingga dapat menghasilkan tablet yang
lebih bagus.
2. Amylum Penggunaan amylum muchilago sebagai
pengikat pada proses pembuatan tablet akan
mempersulit disolusi zat aktiv dari dalam
granul karena amylum muchilago yang sudah
kering sulit ditembus air, sehingga perlu
ditambahkan Tween 80 (0.05% - 0.15%)
sehingga tablet memiliki waktu hancur lebih
baik.

3. Avicel pH 101 Produk aglomerasi dengan distribusi ukuran


partikel yang besar dan menunjukkan sifat alir
dan kompresibilitas yang baik. Berupa kristal
putih, tak larut dalam air atau asam dan hampir
semua pelarut organik, tidak reaktif, “free
flowing” dan kompresibel, pada kelembaban
tinggi akan melunak tapi bersifat reversible
ketika lingkungan berubah kelembabannya.
(Banker, et. al, 1980).

4. Talk Mempunyai sifat yang lebih unggul


dibandingkan pati dalam
meminimalkan kecenderungan zat
yang melekat pada permukaan puch
5. Mg Stearat 1. Mg stearate mampu mengatasi
kelengketan tablet pada permukaan punch
and die.
2. Efek lubricant pada Mg Stearat lebih tinggi
daripada zat lain.

6.4 Formula Lengkap dengan Kadar Yang Dipilih

Nama zat Fungsi % referensi Referensi % pembuatan

Paracetamol Zat aktif - - 250 mg

Amylum Penghancur 3 – 20 % Handbook 13,5%


(Disintegran) exsipien hal
685

Avicel pH 101 Pengisi 5-10% 10%

PVP Pengikat 0,5-5% Handbook 4%


exsipien hal
611

Mg Stearat Lubricant 0,25 – 5 % Handbook 2%


exsipien hal
404

Talk Glidant 1-10% Handbook 8%


exsipien hal
769

7. PERHITUNGAN CARA PEMBUATAN


7.1 Skala Kecil
Kloramfenikol = 250mg

Amylum 13.5% = 13.5/100 x 400 = 54 mg

PVP 4% = 4/100 x 400 = 16 mg

Avicel pH 101 10% = 10/100 x 400 = 40 mg

Mg Stearate 2% = 2/100 x 400 = 8 mg

Talk 8% =8/100 x 400 = 32 mg

Dalam 1 tablet >>


(Pada setiap pengaambila bahan ditambahkan 10%)

7.2. Skala Besar

Fungsi Nama Persen Formulasi Dalam 1 Dalam 60


tablet tablet

Zat Kloramfenikol 62.5% 250mg 15 gr


Aktif

Pengikat PVP 4% 16mg 0.96 gr

Disintegr Amylum 13.5% 54mg 3.24 gr


an

Pengisi Avicel pH 101 10% 40mg 2.4 gr

Pelincir Mg Stearat 2% 8mg 0.48 gr

Antiader Talk 8% 32mg 1.92 gr


ent

8 CARA EVALUASI

8.1 Evaluasi Granul


A. Kandungan air/ kelembapan (Voigt, 1995).

Mengukur kandungan air dilakukan dengan menggunakan alat infrared


moisture balance. Caranya: ditimbang 5 gram granul dan diletakkan pada piring
timbangan sebelah kiri dan posisi lampu diletakkan pada ketinggian 6 cm

sehingga bisa mencapai suhu 105o C. Perhatikan skala kadar air pada posisi nol,
kemudian lampu dihidupkan. Perhatikan jika granul mulai mengering, skala
kesetimbangan akan berubah. Dengan bantuan knop indikator, skala
kesetimbangan dapat digerakkan agar tercapai kesetimbangan kembali. Bila
indikator kesetimbangan sudah kembali, maka granul benar-benar kering dan
skala dapat dibaca. Atau granul kering ditimbang dan kandungan air dihitung
dengan rumus :

Kandungan air = W1-W2/W1 x 100 %

Dimana: W1 = Berat granul awal (gram)


W2 = Berat granul yang sudah kering (gram)

B. Kecepatan alir (Lachman dkk, 1994; Voigt, 1995).

Ditimbang 30 gram granul dan masukkan ke dalam corong yang bagian


bawahnya ditutup. Pada saat yang bersamaan tutup dibuka dan stopwatch
dihidupkan. Dicatat waktu yang dibutuhkan granul untuk mengalir seluruhnya
dari corong dan dihitung kecepatan alirnya dengan rumus :
Kecepatan alir = Berat Granul (gram)/ waktu (detik)

Tabel 3. Hubungan Kecepatan Alir dengan Sifat Aliran Serbuk (Aulton, 1988).

Kecepatan Alir (g/detik) Sifat Aliran


>10 Sangat baik
4-10 Baik
1,6-4 Sukar
<1,6 Sangat sukar
C. Sudut istirahat (Lachman dkk, 1994; Voigt, 1995).

Ditimbang 30 gram granul dan dimasukkan dalam corong yang bagian


bawahnya ditutup. Kemudian tutup dibuka dan dibiarkan granul mengalir
seluruhnya dari corong dimana granul ditampung menggunakan kertas grafik.
Lalu diukur diameter dasar granul dan tinggi kerucut yang terbentuk dengan
penggaris. Kemudian diukur sudut istirahatnya dengan rumus :
Tg α = h/r

Dimana: α = sudut istirahat


h = tinggi tumpukan granul
r = jari-jari

Tabel 4. Hubungan Sudut Istirahat dengan Sifat Aliran (Aulton, 1988)


Sudut istirahat (Tg α) Sifat aliran
<25 Sangat baik
25-30 Baik
30-40 Cukup
>40 Sangat buruk

D. Bobot jenis nyata (Lachman dkk, 1994; Voigt, 1995).

Ditimbang 30 gram granul (Wo), masukkan dalam gelas ukur 100 mL. dan
diamati volumenya (Vo). Bj nyata dihitung dengan rumus :
Bj nyata =Wo/Vo

E. Bobot jenis mampat (Lachman dkk, 1994; Voigt, 1995).

Ditimbang 30 gram granul (Wo), masukan ke dalam gelas ukur 100 mL dan
diukur volumenya (Vt). Kemudian diletakkan pada alat tap density tester
dengan pengetukan sebanyak 1250 kali dan dicatat volumenya (Vt1). Jika selisih
antara Vt dan Vt1 tidak lebih dari 2 mL, maka dipakai Vt. Bobot jenis mampat
dihitung dengan rumus :
Bj mampat =Wo/ Vt

F. Bobot jenis benar/ sejati (Lachman dkk, 1994; Voigt,1995)

Menggunakan piknometer dan pelarut paraffin. Caranya : ditimbang


piknometer kosong (a) piknometer ditambah paraffin sampai penuh (b).
Piknometer kosong ditambah 2 gram granul,(c), kemudian ditambah paraffin
sampai penuh dan ditimbang kembali (d). Bobot jenis benar dihitung dengan
rumus:
Bj pelarut ( ) =b-a/v piknometer

Bj benar =c-a/ (c-a)+(b-d) x Bj Pelarut

G. Kompresibilitas (Lachman dkk, 1994; Voigt, 1995)

Kompresibilitas =Bj Mampat-Bj Nyata/ Bj Mampat x 100%


Tabel 5. Hubungan Kompresibilitas dengan Sifat Aliran Serbuk (Aulton, 1988)

Kompresibilitas (%) Sifat Aliran

5-15 Sangat baik


12-17 Baik
18-22 Cukup
23-33 Kurang
34-38 Sangat kurang
>38 Sangat buruk

8.2 Evaluasi Tablet


a. Keseragaman Bobot

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode,
yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan
untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih
zat aktif.
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak
berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang
merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan keseragaman
bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa
mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang telah dibuat dari
larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada
etiket dicantumkan cara penyiapan ini.
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet.
Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing – masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata – ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak
mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A
dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata –
rata yang ditetapkan kolom B.
Penyimpanan bobot rata-rata (%)
Bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15 % 30%
26 mg s/d 150 mg 10 % 20 %
151 s/d 300 mg 7,5 % 15 %
Lebih dari 300 mg 5% 10 %

Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keseragaman bobot,


pilih tidak kurang dari 30 satuan, dan lakukan sebagai berikut untuk sediaan yang
dimaksud. Untuk tablet tidak bersalut, timbang saksama 10 tablet, satu per satu,
dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti
yang tertera dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari
masing- masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan
keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10
satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman bobot atau dalam
keseragaman kandungan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera
pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%. Jika 1
satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang tertera pada
etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang
tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar dari 6,0% atau jika
kedua kondisi tidak dipenuhi, lakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan
dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak diluar rentang 85,0% hingga
115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang terletak di luar
rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku
relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%.
b. Uji Kekerasan

Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi
tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan
kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada
saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah
hardness tester. Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan
tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi
keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan
ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan.
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet diantaranya
Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness tester. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan
yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan.
Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan meningkatkan
kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang
lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya
demikian. Pada umumnya tabl`et yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan
antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih
kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih
dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan.
Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan
lebih sulit penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan
tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi
persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan. Uji
kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari tiap batch,
yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet.

Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable adalah 10-20 kg/cm2.
c. Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet

Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur


ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu
pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya
adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam
friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar
dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4
menit.
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu
dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut
selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran
selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai,
keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama.
Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% . Uji kerapuhan
berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan
tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa
tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar
zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang
kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan
mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam
proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet
tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan
(bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua
kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan.
d. Uji Disolusi

Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan


disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan
kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis
alat yang dapat digunakan untuk uji disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol
digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit. Uji kesesuaian
alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator
Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan
disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang
yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang
bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH
5,8. Kemudian lakukan penetapan jumlah parasetamol yang terlarut dengan
mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan baku pembanding parasetamol
BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang maksimum 243 nm.
Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah
yang tertera pada etiket.
e. Waktu Hancur

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur
menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang
terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester,
yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas,
sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet yaitu
sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul. Penambahan
tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan
kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat
penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur
tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak > 15 menit.
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air
dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya
merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung
berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur untuk
tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut
nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh
hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur
dalam medium basa.
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam
masing-masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian
dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari
keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air
bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain
dalam masing- masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera
dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus
hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus
hancur sempurna.

f. Keseragaman Ukuran

Dilakukan pengukuran terhadap 20 tablet : diameter dan tebal tablet


menggunakan jangka sorong.

Hadisoewignyo, dkk, 2013, Sediaan Solida, Pustaka Pelajar, Jogjakarta

Anda mungkin juga menyukai