Secara sempit, konsep sehat dan sakit ditujukan pada ketidakhadiran equilibrum state antara agent, host, dan lingkungan. Konsep tersebut dapat disimplifikasi menjadi satu pemahaman yaitu jika equilibrium state tidak hadir maka disitulah keadaan sakit didapatkan, sebaliknya jika ia hadir maka keadaan sehatlah yang didapatkan. Konsep yang lain secara luas dipahami terpisah antara sehat dan sakit. Sehat suatu keadaan dimana manusia merasa baik baik saja dengan dirinya. Apabila ia merasa ada yang berbeda dengan dirinya disitulah konsep sakit. Konsep ini memandang sebagai sehat- sakit bukan lagi sebuah pembahasan medis namun juga masuk pada koridor sosial. Sehat bukan hanya ketiadaan penyakit namun juga masalah pada kesejahteraan fisik, mental, dan sosial. Sehat adalah sumber daya bagi pemiliknya, daya untuk menjalankan kesehariannya. Sakit adalah kondisi ketika sumber daya tersebut berkurang efektivitasnya. Masa prepatogenesis ODHA (Orang dengan HIV-AIDS) hampir tidak disadari dan cenderung memberikan kerancuan terhadap konsep equilibrium state. Penularan HIV dapat dari hubungan seksual, tranfusi darah, suntik, sampai pada penularan ibu kepada anaknya. Banyaknya port d’entry dari HIV inilah yang membuat kerancuan pada konsep equilibrium state yang telah disebutkan diawal. Tes HIV pada masa inkubasi memberi hasil tes yang negatif. 7 Hari setelah invasi, HIV mulai bermultiplikasi. Hari ke 16 HIV mulai menginisiasi presentasi antigen yang secara imunologi molekuler didahului dengan perlawanan tubuh oleh Interferon suatu protein antivirus. Deteksi HIV baru bisa secara akurat pada minggu ke 4 setelah invasi. Masa penyakit dini dimulai ketika virus ini melakukan sistem pembunuhannya yaitu menyerang sel T Penolong yang notabene akan memberikan informasi ke sel yang terlibat pada adaptive immunity. Reseptor sel T Helper merupakan jenis cluster of differentiation 4 (CD-4). Gejala muncul berupa demam akibat neoplasma seperti pada ODHA dengan sarkoma kaposi sampai pada penurunan berat badan yang derastis. Konsumsi ART dan CD4 membantu regenerasi protein sel Limfosit T (CTL) teruma sel T Penolong yang diserang oleh HIV. Konsumsi rutin ART dan CD4 meningkatkan usia harapan hidup pada penderita HIV-AIDS namun belum bisa menghantikan infeksi HIV. Masa akhir penyakit mungkin saja kronik selama 81 tahun 1 dan setelah itu meninggal dunia.
1May, M., Gompels, M., & Sabin, C. (2015). Life expectancy of HIV-1-positive individuals approaches normal conditional on response to antiretroviral therapy: UK Collaborative HIV Cohort Study. Journal of the International AIDS Society.