Anda di halaman 1dari 8

PENGELOLAAN LIMBAH B3 MEDIS RUMAH SAKIT

Oleh: Idkha Anggraini Pramesti


Abstrak
Peningkatan jumlah rumah sakit khusus di Surabaya berbanding lurus dengan jumlah limbah B3
medis yang dihasilkan setiap hari. Surabaya Timur merupakan objek penelitian ini karena
terdapat rumah sakit khusus meliputi Rumah Sakit Bersalin (RSB), Rumah Sakit Jiwa (RSJ),
Rumah Sakit Bedah, serta Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM). Data timbulan dan komposisi
limbah B3 medis diperoleh dengan pengukuran langsung di lima titik sampel. Timbulan limbah
B3 medis rata-rata tiap pasien perhari RSB, RS. Bedah, RSGM, RSJ berturut-turut adalah 0,102
kg/org.hari, 0,994 kg/org.hari, 1,66 kg/org.hari, 0,032 kg/org.hari, 0,006 kg/org.hari. Komposisi
terbesar dari keseluruhan rumah sakit khusus adalah limbah infeksius. Pengelolaan limbah B3
medis meliputi reduksi, pemilahan, pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan. Pengelolaan
yang dilakukan rumah sakit khusus dibutuhkan perbaikan dan kesesuaian dengan peraturan yang
berlaku.
Alur pengumpulan limbah B3 medis yaitu menuju rumah sakit umum (RSU. Dr. Soetomo dan
RSU. Haji) yang dapat melakukan mitra pengolahan limbah B3 medis dengan cara memenuhi
biaya yang ditawarkan. Sedangkan khusus untuk limbah radiologi berupa fixer dilakukan
pemanfaatan oleh pihak lain.
Kata kunci: limbah B3 medis, rumah sakit khusus, Surabaya Timur

I. Pendahuluan
Dalam upaya pembangunan pelayanan kesehatan, banyak berdiri rumah sakit khusus ibu dan
anak maupun rumah sakit bersalin untuk menangani permasalahan tingkat kesehatan
maasyarakat. Berbagai macam jenis limbah yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. Limbah
tersebut terdiri atas limbah medis dan non medis (Altin et al., 2004). Berdasarkan survey dari
Kementerian Kesehatan, jumlah rumah sakit khusus milik pemerintah maupun swasta dalam
kurun waktu tahun 2005-2009 terjadi peningkatan dari 273 unit menjadi 321 unit rumah sakit
khusus. Kota Surabaya merupakan salah satu kota besar yang memiliki banyak rumah sakit
khusus seperti Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA), Rumah Sakit Bersalin (RSB), Rumah Sakit
Mata, Rumah Sakit Jiwa (RSJ), Rumah Sakit Bedah, Rumah Sakit Onkologi, Rumah Sakit Gigi
dan Mulut. Sampah yang dihasilkan dari aktifitas rumah sakit menjadi permasalahan yang serius.
Berbagai macam efek yang merugikan terhadap lingkungan atau manusia apabila kontak
langsung maupun tidak langsung. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan yaitu tipus, kolera, AIDS,
dan virus hepatitis B (El-Salam, 2009). Di negara berkembang limbah medis belum mendapat
perhatian yang cukup. Limbah medis masih ditangani dan dibuang bersama dengan limbah
domestik atau dengan menggunakan insenerator dalam skala kecil untuk menangani limbah
medis (El-Salam, 2009). Rendahnya tentang pengetahuan dan tata cara pengelolaan yang baik
limbah medis maka dibutuhkan suatu penelitian yang dapat menjabarkan berbagai efek
merugikan dari limbah medis serta diperlukan pedoman tentang tata cara pengelolaan limbah
medis agar dapat mengurangi efek yang merugikan terhadap lingkungan.

II. Tinjauan Pustaka


Limbah bahan berbahaya dan beracun memiliki beragam definisi di setiap negara.
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 18 tahun 1999, limbah bahan berbahaya dan beracun
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun
yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkugan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lain.

Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 menjelaskan secara singkat klasifikasi B3 sebagai
berikut:
1. Explosive (mudah meledak) adalah bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25°C, 760
mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
2. Toxic (beracun) akan menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam
tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
3. Corrosive (korosif) mempunyai sifat sebagai berikut: Menyebabkan iritasi (terbakar) pada
kulit Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja 12,5 untuk B3 bersifat 2
untuk B3 bersifat asam dan atau pH  Mempunyai pH  basa.
4. Irritant (bersifat iritasi) merupakan padatan maupun cairan yang bila terjadi kontak secara
langsung dan apabila terus menerus kontak dengan kulit atau selaput lendir dapat
menyebabkan peradangan
5. Chronic toxic (toksik kronis):
 Carcinogenic (karsinogen) yaitu sifat bahan penyebab sel kanker
 Teratogenic yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
 pertumbuhan embrio
 Mutagenic yaitu sifat bahan yang dapat menyebabkan perubahan kromosom yang dapat
merubah genetika.

Berdasarkan Kepmenkes No.1204 tahun 2004, pengertian limbah medis padat yaitu limbah padat
yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.

Menurut Damanhuri, 2009 limbah dari pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kategori utama, yaitu:
 Limbah umum: sejenis limbah yang tidak membutuhkan penanganan spesial atau tidak
membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.
 Limbah patologis: terdiri dari jaringan-jaringan, organ, bagian tubuh, plasenta, bangkai
binatang, darah dan cairan tubuh.
 Limbah radioaktif: dapat berfase padat, cair maupun gas yang terkontaminasi dengan
radionuklisida dan dihasilkan dari analisis in-vitro terhadap organ tubuh dalam pelacakan
atau lokalisasi tumor, maupun dihasilkan dari prosedur therapetis.
 Limbah kimiawi: dapat berupa padatan, cairan maupun gas
 Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious): mengandung mikroorganisme
 patogen yang dilihat dari konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akan
dapat menimbulkan penyakit.
 Benda-benda tajam digunakan dalam kegiatan rumah sakit
 Benda tajam terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi atau bahan
sitotoksik.
 Limbah farmasi (obat-obatan): produk-produk kefarmasian, obat-obatan dan bahan
kimiawi.
 Limbah sitotoksik: bahan yang terkontaminasi obat sitotoksik selama peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang
atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis
penyakit. Rumah sakit khusus menghasilkan limbah B3 medis dari kegiatan pelayanan kepada
pasien. Limbah B3 medis dibutuhkan pengelolaan secara benar meliputi pemberian simbol dan
label, pengemasan, penyimpanan, pengumpulan, dan pengangkutan. Hal tersebut penting untuk
menghindari terjadinya pencemaran lingkungan sekitar.

III. Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dengan cara mengumpulkan data sekunder yang berasal dari
instansi yang berkaitan serta data primer yang berasal dari penelitian langsung rumah sakit
khusus di Surabaya Timur. Rumah Sakit yang menjadi objek penelitian yaitu RSB. Pura Raharja,
RSB. Putri, RS. Bedah Surabaya, RSGM. Unair dan RSJ. Menur. Penelitian dengan cara survey
melakukan perhitungan langsung timbulan dan komposisi dari limbah B3 medis serta
pengamatan pengelolaan limbah B3 medis.

IV. Analisis Dan Pembahasan


Timbulan yang dihasilkan oleh RSB,RS. Bedah, RSGM, RSJ rata-rata setiap harinya yaitu
1,610-5,398 kg/hari, 6,650kg/hari, 0,810 kg/hari, 6,756 kg/hari.
Komposisi yang dihasilkan oleh rumah sakit khusus terdiri dari:
a. Limbah Infeksius: Underpad, kassa, selang infus, selang kateter.
b. Limbah Toksik farmasi: ampul anestesi, botol obat botol infus plastik dan kaca,.
c. Limbah Toksik Kimia: desinfektan
d. Limbah Infeksius benda tajam: jarum suntik, jarum jahit.
e. Limbah Patologi: darah, organ tubuh (dalam jumlah yang sedikit sehingga dimasukkan dalam
limbah infeksius).
f. Limbah radiologi: fixer dan developer.
Pengelolaan yang telah dilakukan oleh rumah sakit khusus di Surabaya Timur yaitu:
a. Reduksi Seluruh rumah sakit khusus meliputi RSB. Pura Raharja, RSB. Putri, RS. Bedah
Surabaya, RSGM. Unair, RSJ.
b. Menur telah melakukan upaya reduksi sesuai dengan Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004.
Upaya reduksi tersebut meliputi:
a) Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membelinya.
b) Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
c) Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi.
d) Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan
perawatan dan kebersihan.
e) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah
bahan berbahaya dan beracun.
f) Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan
g) Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari
kadaluarsa.

8. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan 5


c. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh distributor.
d. bPemilahan dan Pewadahan Pemilahan yang telah dilakukan yaitu memilah menjadi 2
jenis yaitu limbah benda tajam dan lmbah non tajam. Sedangkan pewadahan yang
dilakukan yaitu menggunakan container HDPE untuk limbah non tajam dan Jurigen
untuk limbah benda tajam.
e. Pengumpulan Pengumpulan dilakukan setiap hari dengan frekuensi pengumpulan 1-2
kali dalam 1 hari. Pengumpulan dengan menggunakan cara manual tanpa troli dan
menggunakan troli pengumpul tanpa simbol.
f. Pengolahan Setempat Pengolahan setempat dilakukan oleh pihak rumah sakit yang
memiliki incinerator atau furnace dengan suhu rata-rata kurang dari 1000°C. Rumah sakit
khusus yang memiliki dan menggunakan incinerator dengan suhu >1000°C hanya RSJ.
Menur.
g. Pengangkutan Pengangkutan dilakukan oleh pihak rumah sakit khusus apabila tidak dapat
mengolah limbah B3 medis sendiri. Pengangkutan menuju Rumah Sakit Umum yaitu
RSU. Dr. Soetomo dan RSU. Haji. Kendaraan pengangkut yang digunakan yaitu becak,
sepeda motor, dan pick-up dengan penutup terpal. Frekuensi pengangkutan berbeda-beda
yaitu 1-2 kali dalam seminggu hingga 1 kali dalam sebulan.

V. Kesimpulan Dan Saran


Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
a. Timbulan yang dihasilkan oleh rumah sakit khusus rata-rata yaitu
a) Rumah Sakit Bersalin yaitu 0,102 kg/org.hari dan 0,994 kg/org.hari bergantung
dengan jumlah pasien yang melakukan operasi dan rawat inap.
b) Rumah Sakit Bedah yaitu 1,66 kg/org.hari.
c) Rumah Sakit Gigi dan Mulut yaitu 0,032 kg/org.hari. d. Rumah Sakit Jiwa yaitu
0,006 kg/org.hari. Komposisi limbah B3 medis dari keseluruhan jenis rumah sakit
khusus adalah sama yaitu limbah infeksius, limbah infeksius benda tajam, limbah
toksik farmasi, limbah patologi dan limbah radiologi. Komposisi terbesar yang
dihasilkan oleh rumah sakit khusus yaitu limbah infeksius.
b. Pengelolaan limbah B3 medis yang telah diterapkan oleh rumah sakit khusus di
wilayah Surabaya timur yaitu
a) Reduksi: Semua rumah sakit melakukan upaya reduksi sesuai dengan
Kepmenkes No. 1204 tahun 2004
b) Pemilahan dan pewadahan: Sebagian besar rumah sakit khusus melakukan
pemilahan berdasarkan limbah benda tajam dan limbah non tajam. Sedangkan
pewadahan menggunakan kontainer HDPE dilapisi plastik di bagian dalam.
c) Pengolahan Setempat: 3 (Tiga) rumah sakit khusus melakukan pengolahan
setempat dengan menggunakan pemanasan/ insinerator dan 2 (dua) rumah sakit
khusus menyerahkan limbah B3 medis kepada pihak lain untuk melakukan
pengolahan.
d) Pengangkutan: Hanya 3 (tiga) rumah sakit khusus yang melakukan
pengangkutan kepada pihak mitra dengan menggunakan kendaraan pengangkut
seperti becak, sepeda motor dan mobil pick up.
c. Rekomendasi pengelolaan limbah B3 medis untuk setiap rumah sakit khusus yaitu:
a) Pemilahan: Pemilahan dibedakan menjadi 5 jenis yaitu limbah infeksius, limbah
infeksius benda tajam, limbah toksik farmasi, limbah toksik kimia, limbah
patologi dan limbah radiologi.
b) Pewadahan: Warna kontainer harus sesuai dengan karakteristiknya, dilengkapi
simbol dan label, kontainer harus kuat dan tertutup rapat.
c) Pengumpulan dan penyimpanan: Harus menggunakan troli atau kontainer kuat
dan tertutup, petugas harus menggunakan APD, Waktu penyimpanan < 24jam,
lokasi pengumpulan berjarak >300m dari fasilitas umum. d. Pengolahan
setempat: insinerasi dengan suhu>1000˚C, Terdapat tulisan “berbahaya” terbaca
jarak 10 m, tinggi cerobong harus lebih tinggi dari bangunan sekitarnya.
d) Pengangkutan: Kendaraan pengangkut yaitu mobil box tertutup, Petugas
pengangkut menggunakan APD, Pengangkutan dilengkapi surat pengangkutan
limbah B3 medis.
d. Alur pengumpulan limbah B3 medis yaitu menuju RSU. Dr. Soetomo dan RSU. Haji
untuk diolah menggunakan insinerator serta pihak lain yang memanfaatkan limbah
radiologi (fixer).

VI. Daftar Pustaka


Altin,S., A. Altin, B. Elevli, O.Cerit. 2002. Determination of Hospital Waste Composition
and Disposal Methods:a Case Study. Turkey:Polish Journal of Environmental Studies. 12.
251-255 Damanhuri, E. 2009. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Bandung: FTSL
ITB Departemen Pekerjaan Umum.1995. SNI 19-3964-1995 tentang metoda Pengambilan
dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Badan Standarisasi
Nasional, Jakarta, Indonesia 7 El-Salam, M. M. A. 2009. Hospital Waste Management in El-
Beheira Governorate, Egypt. Journal of Environmental Management. 91. 618-629 Kemenkes
RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Kepala Bapedal. 1999. Keputusan Kepala Bapedal No. 68 Tahun 1999 tentang
Tata Cara Memperoleh Izin Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan,
Pengolahan, dan Penimbunan Akhir Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Kepala Bapedal.
1998b. Keputusan Kepala Bapedal 03/BAPEDAL/01/1998 tentang Program Kendali B3
Kepala Bapedal. 1995a. Keputusan Kepala Bapedal 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 Kepala Bapedal.
1995b. Keputusan Kepala Bapedal 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3
Kepala Bapedal. 1995c. Keputusan Kepala Bapedal 03/BAPEDAL/09/1995 tentang
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3 Kepala Bapedal. 1995d. Keputusan Kepala
Bapedal 04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Penimbunan Hasil Pengolahan,
Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi Penimbunan Limbah B3 Kepala Bapedal.
1995e. Keputusan Kepala Bapedal 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2009. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menteri Kesehatan. 2010. Keputusan
Menteri Kesehatan No. 340 Tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Menteri Kesehatan.
2004. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit Menteri Lingkungan Hidup. 2009a. Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 19 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Menteri Lingkungan Hidup. 2009b. Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah Menteri Lingkungan Hidup. 2008.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Mu¨hlich, M., M. Scherrer, dan F.D. Daschner. 2003. Comparison of
infectious waste management in European hospitals. Germany: Journal of Hospital Infection.
55. 260-268 Pemerintah. 2001. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Pemerintah. 1999a. Peraturan Pemerintah No.18
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Pemerintah. 1999b.
Peraturan Pemerintah No.85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.
18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Susanti,
Yollanda. 2007. Limbah Bahan-bahan Prosesing di Laboratorium Radiologi Dental. Medan:
FKG

Anda mungkin juga menyukai