Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

TERAPI BERMAIN PADA ANAK PRA SEKOLAH

DI RUMAH SAKIT Prof Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Oleh :

Ahmad Rizki Kurniawan, S.kep (113119048)

Krishna Gilang Permana, S.kep (113119053)

Khorida Mutia, S.kep (113119037)

Ista Ziatiningrum, S.kep (113119024)

Winda Sagita Wiradhika, S.kep (113119045)

PROGRAM PROFESI NERS

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


TERAPI BERMAIN DENGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH

KONSEP BERMAIN PADA ANAK


A. Definisi Bermain

Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam


dirinya yang tidak disadari. (Wholey and Wong, 1991)

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan


untuk memperoleh kesenangan. (Foster, 1989)

Jadi, Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela


untuk memperoleh kesenangan. Bermain adalah cerminan kemampuan fisik,
intelektual, emosional, dan sosial. Aktivitas bermain merupakan suatu kegiatan
yang menyenangkan bagi anak, meskipun hal tersebut tidak menghasilkan
komidatas tertentu misalnya keuntungan finansial (uang). Anak bebas
mengekspresikan rasa takut, cemas, gembira, atau perasaan lainnya, sehingga
dengan memberikan kebebasan bermain, orang tua dapat mengetahui suasana
hati anaknya.

Bermain merupakan bentuk infantil dari kemampuan orang dewasa


untuk menghadapi berbagai macam pengalaman dengan cara menciptakan
model situasi tertentu dan berusaha untuk menguasainya melalui eksperimen
dan perencanaan. Dengan demikian, bermain pada anak dapat disamakan
dengan bekerja pada orang dewasa, karena keduanya samasama melakukan
suatu aktivitas. Misalnya, ketika dalam bermain anak mendapat peran sebagai
orang tua dan anak, maka aka nada pembagian tugas mengenai siapa yang
memerankan ibu, bapak, dan anak.

Selain untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, aktivitas


bermain tidak dapat dipisahkan dari masa anak-anak juga karena bermain akan
menstimulasi mental yang merupakan cikal bakal dari proses belajar pada anak
untuk pengembangan. kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas,
agama, kepribadian, moral, etika, dan sebagainya.
B. Fungsi Bermain pada Anak
Terdapat beberapa fungsi bermain menurut Wong (1995), yaitu meliputi:

1. Perkembangan sensori motorik,


2. Perkembangan intelektual / kognitif,
3. Mengembangkan kreativitas anak,
4. Merupakan media sosialisasi anak,
5. Media kesadaran diri,
6. Perkembangan moral,
7. Sebagai alat komunikasi, dan
8. Terapi.

C. Prinsip– Prinsip Dalam Aktivitas Bermain


Pada dasarnya, aktivitas bermain pada anak tidak hanya menggunakan
alat permainan saja. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua
terhadap anaknya, seperti sentuhan, bercanda, belaian, dan lainnya merupakan
aktivitas yang menyenangkan bagi anak, terutama pada tahun pertama
kehidupannya. Soetjiningsih (1995) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang
perlu diperthatikan agar aktivitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif
sebagaiberikut :
1. Memerlukan ekstra energi karena bermain memerlukan energi yang
memadai.
2. Perlu waktu yang cukup sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal.
3. Alat permaian yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak.
4. Penyediaan ruang untuk bermain sesuai dengan kebutuhan anak.
5. Pengetahuan yang cukup akan cara bermain.
6. Teman bermain untuk anak
D. Alat Permainan Edukatif (APE)
Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangna anak sesuai usia dan tingkat
perkembangannya dan yang berguna untuk pengembangan aspek fisik, bahasa,
kognitif, dan soaial anak (Soetjiningsih, 1995).
Untuk memberikan stimulus untuk berbagai aspek perkembangan,
maka diperlukan alat permainan yang bervariasi. Permainan yang monoton
membuat anak merasa bosan atau jenuh. Dengan aktivitas bermain yang
bervariasi diharapkan ada keseimbangan antara bermain aktif dan bermain
pasif.
Bermain aktif merupakan aktivitas bermain yang membuat anak
memperoleh kesenangan dan yang dilakukan sendiri, misalnya dengan:
1. Mengamati atau menyelidiki (exploratory play), misalnya memeriksa,
memperhatikan, mencium, menekan, dan kadang berusaha membongkar
alat permainan.
2. Membangun (construction play), misalnya berusaha untuk menyusun
balok-balok menjadi bentik rumah, mobil, dan lain-lain.
3. Bermain peran (dramatic play), misalnya bermain sandiwara, rumah-
rumahan dan boneka.
4. Bermain bola voli, sepak bola, dan lain–lain.
Sedangkan, bermain pasif merupakan suatu hiburan atau kesenangan
yang diperoleh dari orang lain. Dalam hal ini, anak berperan pasif dan melihat
atau mendengar saja, misalnya, melihat gambar, mendengarkan cerita,
menonton TV, dan lain-lain.
Anak yang melakukan aktivitas bermain, baik aktif maupun pasif
hendaknya didampingi orang tua agar anak memperoleh penjelasan mengenai
hal-hal yang belum diketahuinya dan dapat mendekatkan hubungan antara
orang tua dengan anak. Agar orang tua dapat memberikan alat permainan yang
edukatif pada anaknya, syarat-syarat berikut perlu diperhatikan:
1. Keamanan alat permainan
2. Ukuran dan berat mainan
3. Desain yang sederhana namun mempunyai maksud dan tujuan yang jelas
sebagai alat bermain yang edukatif
4. Fungsi APE yang jelas yaitu untuk menstimulasi perkembangan anak.
5. Variasi APE
6. Universal yaitu APE mempunyai prinsip yang bisa dimengerti oleh semua
orang
7. Tidak mudah rusak, mudah didapat, dan terjangkau oleh masyarakat luas.
E. Jenis Permainan untuk Anak Balita
Dalam melaksanakan aktivitas bermain pada anak, usia dan tingkat
perkembangan anak selalu harus dipertimbangkan, mengingat bahwa alat
permaianan yang digunakan merupakan salah satu alat untuk menstimulasi
perkembangannya.
1. Masa toddler (1–3 tahun)
Pada masa ini anak cenderung untuk melekat pada satu macam
mainan yang dapat diperlakukan sesuka anak tersebut. Tujuan bermain
pada usia toddler adalah :
a. Mengembangkan keterampilan bahasa.
b. Melatih motorik halus dan kasar.
c. Mengembangkan kecerdasan (mengenal warna, berhitung).
d. Melatih daya imajinasi.
e. Menyalurkan perasaan anak.

Contoh permainan dan aktivitas:

a. Kotak–kotak yang dapat diisi dan dikosongkan.


b. Permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Balok–balok, bola, mobil–mobilan, dan boneka.
d. Buku–buku yang bergambar untuk dibaca.
e. Kertas–kertas untuk dicoret–coret.
f. Objek yang teksturnya berbeda; lempung, pasir, busa sabun, cat
kuku yang tidak berbahaya.
g. Mewarnai dengan menggunakan krayon/ pensil warna.
h. Puzzles yang besar.
2. Masa prasekolah (3–5 tahun)
Pada masa ini, inisiatif anak mulai berkembang dan anak ingin
mengetahui lebih banyak lagi mengenai hal-hal di sekitarnya. Anak mulai
berfantasi dan mempelajari model keluarga atau bermain peran, seperti
peran guru, ibu, dan lain-lain. Dalam bermain anak hendaknya memiliki
teman, dan pada masa ini, bermain mempunyai tujuan berikut:
a. Mengembangkan kemampuan berbahasa, berhitung serta
menyamakan dan membedakan.
b. Mewarnai dengan menggunakan krayon/ pensil warna.
c. Menumbuhkan sportivitas, kreativitas dan kepercayaan diri.
d. Memperkenalkan ilmu pengetahuan, suasana gotong-royong, dan
kompetisi.
e. Mengembangkan koordinasi motorik, sosialisasi, dan kemampuan
untuk mengendalikan emosi.
Contoh permainan dan aktivitas:
a. Buku bacaan.
b. Bahan–bahan yang dapat dibuatkan bangunan dan diciptakannya.
c. Bahan–bahan yang dapat diwarnai dan digambar.
d. Bahan yang lempung, cat kuku, pasir yang dibuat bangunan atau
membuat adonan.
e. Memotong, alat pukulan yang lempung.
f. Boneka, bahan–bahan mainan seperti: binatang dan lain-lain.
g. Mengenakan pakaian.
h. Musik yang ada suara lagunya, papan tulis sederhana seperti menulis
di papan magnet, kartu game.
i. Video game, acara TV yang sesuai dengan usia.
Bermain di Rumah Sakit
Walaupun anak mengalami sakit dan/atau dirawat, tugas
perkembangan tidaklah berhenti. Tujuan bermain di rumah sakit pada
prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase tumbuh kembang secara
optimal, mengembangkan kreativitas anak, dan anak dapat beradaptasi
secara lebih efektif terhadap stress. Prinsip bermain di rumah sakit:
a. Tidak banyak mengeluarkan energi, diberikan secara singkat dan
sederhana.
b. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
c. Kelompok usia yang sebaya.
d. Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan.
e. Melibatkan orang tua atau keluarga.
Keuntungan bermain di rumah sakit:
a. Meningkatkan hubungan perawat klien dan juga sebagai alat
komunikasi.
b. Memulihkan rasa mandiri.
c. Dapat mengekspresikan rasa tertekan.
d. Permainan terapeutik dapat meningkatkan penguasaan pengalaman
yang terapeutik.
e. Permainan kompetisi dapat menurunkan steress.
f. Membina tingkah laku positif di rumah sakit.
SAP TERAPI BERMAIN
PADA ANAK USIA TODDLER

I. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam permainan tebak warna menggunakan
balon, mewarnai dan bernyanyi bersama, tujuannya adalah untuk
merangsang perkembangan anak–anak sesuai dengan tingkat usia dan
tingkat kemampuannya.

B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam melakukan permainan puzzle ini yaitu:
1. Untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak (dalam
membedakan warna)
2. Untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak (dalam
berkomunikasi, mewarnai)
3. Untuk mengembangkan kemampuan komunikasi anak (anak dapat
berkomunikasi dengan perawat)
4. Untuk mengembangkan kemampuan sosialisai pada anak
5. Untuk memenuhi rasa emosional anak

II. KRITERIA ANAK (SASARAN)


Anak yang menjadi target atau sasaran dalam permainan ini adalah usia
toddler (1–5 tahun) dan kooperatif baik
1. Nama Pasien :An.I
Jenis kelamin :Laki-laki
Umur :3 tahun
Dx Medis :
2. Nama Pasien :An.I
Jenis kelamin :Perempuan
Umur :4 tahun
Dx.Medis :
3. Nama Pasien :An.R
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur :4 tahun
Dx.Medis :
4. Nama Pasien :An.A
Jenis Kelamin :Laki-laki
Umur :5 ta
Dx Medis :
5. Nama Pasien :An.N
Jenis Kelamin :Perempuan
Umur :5 tahun
Dx Medis :

III. URAIAN KEGIATAN


A. Hari, tanggal : Rabu, 30 Oktober 2019
B. Pukul : 11.00 WIB
C. Tempat/lokasi : Ruang bermain Aster
D. Pengorganisasian
1. Penanggung jawab :Ahmad Rizki Kurniawan
2. Moderator :Ista Ziatiningrum
3. Observer :Winda Sagita W
4. Pemimpin bermain :Khorida Mutia
5. Fasilitator :Khrisna Gilang P

E. Durasi kegiatan : 35 menit dengan rincian:


1. Persiapan : 5 menit
2. Pelaksanaan : 20 menit
3. Penutup : 10 menit
F. Alat–alat yang diperlukan :
1. Kertas bergambar
2. Alat mewarnai
3. Jam/pengukur waktu

G. Metode kegiatan :
1. Memberikan stimulasi/contoh pada
anak sebelum memulai permainan
2. Diskusi dan tanya jawab

H. Mekanisme kegiatan :Difasilitasi oleh fasilitator dan dilaksanakan


berdasarkan aturan permainan yang telah
ditentukan.

I. Setting tempat (gambar / denah ruangan)

Keterangan :
J.
: Pemimpin bermain
K.
: Moderator

: Observer
L.
: Fasilitator:
: Anak

: Penanggung jawab

IV. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta terapi bermain terdari dari 5 orang
b. Mahasiswa bertugas sesuai dengan fungsi peran yang terdapat di
perorganisasian
c. Ruang bermain : Ruang bermain Aster
d. Alat bermain :1. Kertas bergambar

2. Alat mewarnai

3. Jam/pengukur waktu

2. Evaluasi Proses
a. Selama proses berlangsung anak dapat mengikuti seluruh kegiatan.
b. Selama proses kegiatan berlangsung anak berperan aktif dalam
kegiatan.
c. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
d. Alat bisa digunakan sesuai dengan fungsinya
3. Evaluasi Hasil
a. Anak dapat bekerja sama dengan baik, sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan
b. Anak dapat mengembangkan kemampuan motorik halus (dalam
berkomunikasi, mewarnai, membedakan)
c. Anak dapat mengembangkan kemampuan komunikasi (anak dapat
berkomunikasi dengan perawat)
d. Anak dapat mengembangkan kemampuan sosialisai
e. Aanak dapat memenuhi rasa emosional
V. ATURAN PERMAINAN

a. Siapkan alat–alat.
b. Dekatkan pada anak–anak.
c. Ajarkan cara permainannya
d. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dan memberikan
tepuk tangan serta memberikan hadiah setelah selesai permainan.
e. Memotivasi bagi anggota yang kurang aktif

VI. Daftar Referensi


Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan
Bidan). Jakarta: Salemba Medika.
Suriadi, SKp, MSN dan Yuliani, Rita, Skp, M.Psi. 2006. Asuhan Keperawatan
pada Anak. Jakarta: PT. Percetakan Penebar Swadaya
Dari internet:

Rozalia, Apriani. 2012. Pre-planning. Diunduh dari: http://rozaliaapriani-


amond.blogspot.com/2012/02/pre-planning.html. Diunduh tanggal
7 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai