Anda di halaman 1dari 35

1

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Sectio caesarea adalah tindakan operasi paling konservasif. Indikasi tindakan
operasi obsetric dipertimbangkan dengan melihat adanya indikasi pada ibu,
indikasi pada janin, indikasi profilaks dan indikasi vital ( Manuaba, 2004 ). Sectio
caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2009).

Gambar 1 Insisi Sectio Caesarea

Sectio caesarea adalah kelahiran janin melalui jalur abdominal ( laparatomi )


yang memerlukan insisi dalam uterus ( histerotomi ) ( Errol R. Norwitz, 2007).
Pre eklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dngan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema
pada kehamilan 20 minggu atau lebih ( Asri Hidayat, 2009).

Jadi dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Sectio


Caesarea dengan indikasi Preeklampsia adalah Masa setelah proses pengeluaran
janin yang dapat hidup di luar kandungan dari dalam uterus ke dunia luar dengan
menggunakan insisi pada perut dan karena adanya hipertensi, edema, dan
proteinuria.

2. Etiologi
Indikasi sectio caesarea (Cuningham, F Garry, 2005)
a. Riwayat sectio caesarea
Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi untuk
melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri. Resiko ruptur
uteri meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien dengan
jaringan perut melintang yang terbatas disegmen uterus bawah , kemungknan
mengalami robekan jaringan parut simtomatik pada kehamilan berikutnya.
Wanita yang mengalami ruptur uteri beresiko mengalami kekambuhan ,
sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan persalinan
pervaginam tetapi dengan beresiko ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu
dan janin.
b. Distosia persalinan
Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya
kemajuan persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat disproporsi
antara bagian presentasi janin dan jalan lahir, kelainan persalinan terdiri dari
1) Ekspulsi (kelainan gaya dorong)
Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik(disfungsi
uterus) dan kurangnya upaya otot volunter selama persalinan kala dua.
2) Panggul sempit
3) Kelainan presentasi, posisi janin.
4) Gawat janin
Keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan keadaan janin, jika
penentuan waktu sectio caesarea terlambat, kelainan neurologis seperti
cerebral palsy dapat dihindari dengan waktu yang tepat untuk sectio
caesarea.
5) Letak sungsang
Janin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali
pusat dan terperangkapnya kepala apabila dilahirkan pervaginam
dibandingkan dengan janin presentasi kepala.
6) CPD (Chepalo Pelvic Disproportion)
CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran
lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara alami.
7) Pre-Eklamsi
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.Setelah
perdarahan dan infeksi, Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
3

8) Ketuban pecah dini (KPD)


KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi impart. Sebagian besar KPD adalah hamil
aterm diatas 37 minggu.
9) Bayi Kembar (Gemili)
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi tinggidari pada
kelahiran 1 bayi.Selain itu bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang.Sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
10) Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya hambatan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor, dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
3. Manifestasi Kilnis
Ada beberapa hal tanda dan gejala post sectio caesarea
a. Pusing
b. Mual muntah
c. Nyeri di sekitar luka operasi
d. Adanya luka bekas operasi
e. Peristaltik usus menurun (Sarwono, 2005)
4. Patofisiologi
Ovum dibuahi oleh sperma, ovum yang telah dibuahi membelah diisi sambil
bergerak menuju rahim kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya
bersarang diruang rahim disebut implantasi. Setelah janin bertambah dalam
rahim dan cukup bulan akan menuju jalan lahir. Apabila kelainan letak janin,
kehamilan yang melewati dari taksiran persalinan dan keadaan ibu yang
bermasalah selama hamil maka persalinan normal sulit untuk dilakukan, hal ini
di indikasikan kelahiran secara sectio caesarea.
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di
atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu preeklamsi berat, distorsi kepala panggul, disfungsi
uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk
janin adalah gawat janin. Setelah dilakukan sectio caesarea ibu akan mengalami
adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat
kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oksitosin yang tidak
adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan
perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap
janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam
keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa
mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri
berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap
nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja
otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran
pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang
menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat
beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu
motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi (Doenges, Sarwono, 2009, Errol R. Norwitz, 2007).
5. Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan, diantaranya (Smeltzer, 2001)
a. Darah rutin
b. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa
c. USG abdomen
d. Gula darah sewaktu
6. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Kaji ulang prinsip keperawatan pasca bedah
2) Jika masih terdapat perdarahan lakukan masase uterus,
3) Berikan perawatan luka post op operasi secara intensif (Sarwono, 2009)
5

b. Medis
1) Obat pencegah kembung
Digunakan untuk mencegah perut kembung dan memperlancar saluran
pencernaan, alinamin F, prostikmin, perimperan.
2) Antibiotik dan antiinflamasi
a) Amfisin 2 gr IV setiap 6 jam
b) Metronidazol 500 ml IV setiap 24 jam
7. Komplikasi
Komplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan
komplikasi setiap prosedur pembedahan utama. Kompikasi sectio caesarea
(Hecker, 2001)
a. Perdarahan
Perdarahan primer kemungkinan terjadi akibat kegagalan mencapai
hemostasis ditempat insisi rahim atau akibat atonia uteri, yang dapat terjadi
setelah pemanjangan masa persalinan.
b. Sepsis sesudah pembedahan
Frekuensi dan komplikasi ini jauh lebih besar bila sectio caesarea dilakukan
selama persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim. Antibiotik
profilaksis selama 24 jam diberikan untuk mengurangi sepsis.
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan , agama, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, MR , diagnosa medik, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, tanggal operasi, serta penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri atau tidak nyaman dari berbagai sumber
misalnya trauma bedah/ insisi, nyeri distensi kantung kemih meliputi
keluhan atau berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat
ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
2) Riwayat kesehaatan dahulu
Didapatkan data klien pernah riwayat sc sebelumnya, tekanan darah
tinggi, panggul ibu sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi penyakit
yang lain dapat mempengaruhi penyakit sekarang, apakah pasien pernah
mengalami penyakit yang sama.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga ada yang mengalami riwayat SC dengan indikasi letak sungsang,
panggul sempit, dan sudah riwayat SC sebelumnya atau penyakit yang lain.
d. Riwayat menstruasi
Kaji menarche, siklus haid, lama haid, ganti duk, masalah dalam menstruasi
e. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang
Pada saat dikaji klien melahirkan pada kehamilan ke berapa, lama masa
kehamilan, dan kelainan selama hamil, kaji tanggal persalinan, jenis
persalinan, penyulit persalinan, keadaan anak, apgar score dan lain-lain
f. Riwayat nifas
1) Dikaji tinggi fundus uteri
2) Lochea
a) Lochea rubra terdiri dari sebagian besar darah, dan robekan
tropoblastik
b) Lochea serosa terdiri dari darah yang sudah tua ( coklat ), banyak
serum.Jaringan sampai kuning cair 3 sampai 10 hari.
c) Lochea alba terus ada hingga kira-kira 2-6 minggu setelah persalinan.
Kekuningan berisi selaput lendir leucocye dan kuman yang telah
mati.Jumlah lochea digambarkan seperti sangat sedikit, moderat dan
berat.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital.
(1) Kepala
(a) Rambut : rambut dapat bersih atau kotor, warna bervariasi
sesuia dengan ras, rambut rontok atau tidak.
(b) Mata : penglihatan baik/ tidak, kongjungtiva anemis/tidak,
sklera ikterik/tidak.
(c) Hidung : hidung simetris / tidak, bersih/tidak, secret ada/tidak,
ada pembengkakan/tidak.
(d) Telinga : ganggua pendengaran/tidak, adanya serumen / tidak,
simetris atau tidak.
(e) Mulut : kebersihan mulut, mukosa bibir dan kebersihan gigi
7

(2) Leher
Adanya pembengkakan kelenjer tyroid/tidak, warna kulit leher.
(3) Thorax
(a) Payudara : ASI ada/tidak, puting susu menonjol/tidak
(b) Paru- paru :
I : simetris kiri kanan/ tidak
P: teraba massa / tidak
P: perkusi diatas lapang paru biasanya normal
A : suara nafas biasanya normal ( vesikuler )
(c) Jantung
I: ictus cordis terlihat/tidak
P: ictus cordis terba/tidak
P: suara ketuk jantung
A: reguler, adakah bunyi tambahan tidak
(d) Abdomen
I: abdomen mungkin masih besar atau menonjol, terdapat luka
operasi tertutup perban
A: bising usus
P: nyeri pada luka operasi, TFU di umbilicus setelah janin
lahir
P: difan muskuler pertahanan otot
(e) Genetalia
Lihat keadaaan perineum bersih/tidak, jumlah dan warna
lochea post sc hari ke3 biasanya warna lochea rubra, dan
berapa kali ganti duk.
(f) Ekstremitas
Post sc dapat terjadi kelemahan sebagai dampak anestesi yang
mendefresikan sistem saraf pada muskulosskletal sehingga
menurunkan yonus otot.
g. Data Sosial Ekonomi
Sectio caeserae dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dengan
berbagai indikasi.
h. Data Spiritual
Pasien dengan post SC sulit melaksanaakan ibadah karena kondisi kelemahan
setelah SC.
i. Data Psikologis
Pasien biasanya dalam keadaan labil, cemas akan keadaan seksualitasnya dan
harga diri pasien terganggu. (Mitayani,2011)
(1) Bounding (Ikatan emosional seseornag dengan orang lain) :dinilai
dengan menggunakan score (3-12)
(2) Taking in
(a) Berorientasi pada diri sendiri
(b) Takut ketergantungan yang meningkat
(3) Taking Hold
Apakah ada rasa tertarik pada bayi
(4) Letting Go
Apakah bias melakukan perawatan mandiri
(5) Post partum blues
(6) After pain
(7) Pengetahuan ibu tentang kebutuhan seksual \
(8) Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda komplikasi (perdarahan setelah
melahirkan)
j. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium : pemeriksaan Hb dan leukosit, biasanya pasien dengan
post sc akan mengalami kekurangan darah dan peningkatn leukosit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan
post op SC.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post op
c. Cemas berhubungan dengan krisis situasi
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
penyakit
e. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
f. Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan
tekanan darah
g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi
9

h. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik


i. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan keterbatasan
pengetahuan ibu.
j. Resiko terhadap perubahan menjadi orang tua b/d kurangnya dukungan dari
orang terdekat, tidak tersedianya model peran.
k. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan,
proses persalinan dan kelahiran melelahkan.

( doegoes marylin, 2001 )


WOC Hamil 42 minggu (cukupbulan)
a.
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan

1. Gangguan rasa Tujuan : melaporkan 1. Tentukan karakteristik dan lokasi 1. Klien mungkin tidak secara verbal

nyaman ( nyeri ) nyeri hilang ketidaaknyamanan. Perhatikan melaporkan nyeri dan

berhubungan dengan Kriteria Hasil : isyarat verbal dan non verbal ketidaknyamanan secara langsung.

trauma pembedahan - Klien tampak seperti meringis, kaku dan gerakan Membedakan karakteristik khusus dari

post op SC. rileks melindungi atau terbatas. nyeri membantu membedakan nyeri

- Klien tampak pasca operasi daari terjadinya


mampu istirahat
komplikasi.

2. Meningkatkan pemecahan masalah,


membantu mengurangi nyeri berkenaan
2. Berikan informasi dan petunjuk dengan ansietas dan ketakutan karena
antisipasi mengenai penyebab ketidaktahuan dan
ketidaknyamanan dan intervensi

45

45
yang tepat. memberikan rasa control.

3. Pada banyak klien, nyeri dapat

menyebabkan gelisah serta TD dan

nadi meningkat. Analgesic dapat

3. Evaluasi tekanan darah (TD) dan menurunkan Tekanan Darah

nadi: perhatikan perubahan prilaku

(bedakan antara kegelisahan

karena kehilangan darah 4. Selama 12 jam pertama pascapartum,


kontrafksi uterus kuat dn teratur, dan
berlebihan dan arena nyeri) ini berlanjut selama 2-3 hari
berikutnya, meskipun frekuensi dan
intensitasnya dikurangi. Factor-factor
yang memperberat nyeri penyerta
4. Perhatikan nyeri tekan uterus dan
meliputi mulitipara, overdistensi
adanya/ karakteristik nyeri uterus, menyusui, dan pemberian

penyerta: perhatikan infuse

oksitosin pasca operasi.

46
preparat ergot dan ksitosin.

5. Merilekskan otot, dan mengalihkan

perhatian dari sensasi nyeri.

Meningkatkan kenyamanan dan

menurunkan distraksi tidak

menyenangkan, meningkatkan rasa

sejahtera.

5. Ubah posisi klien, kurangi


rangsangan yang berbahaya, dan
berikan gosokan punggung.
Anjurkan penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi dan 6. Nafas dalam meningkatkan upaya
distraksi. Seperti dipelajari pada pernapasan. Pembebatan menurunkan
kelas melahirkan anak . anjurkan regangan dan ketegangan area insisi
dan mengurangi nyeri dan
ketidaknyamanan berkenaan dengan

47
keberadaan dan partisipasi gerakan atot abdomen. Batuk

pasangan bila tepat. diindikasikan bila sekresi atau ronki

6. Lakukan latihan nafas dalam dan terdengar.

batuk dengan menggunakan 7. Meningkatkan kenyamanan yang

prosedur-prosedur pembebatan memperbaiki status psikologis dan

dengan tepat, 30 menit setelah meningkatkan mobilitas. Penggunaan

pemberian analgesic obat yang bijaksana memungkinkan

ibu yang menyusui menikmati dalam

memberikan makan tanpa efek-efek

samping pada bayi.

8. Analgesia yang di kontrol pasien

Kolaborasi memberikan penghilangan nyeri cepat

7. Berikan analgesic setiap 3-4 jam, tanpa efek samping/oversedasi.


berlanjut dari rute IV /
intramuslular sampai ke rute oral.

48
Berikan obat pada klien yang

menyusui 48-60 menit sebelum

menyusui.

8. Tinjau ulang / pantau penggunan

analgesia yang dikontrol pasien

(PCA) sesuai indikasi.

2. Resiko infeksi Tujuan : tidak 1. Kaji tanda tanda vital ( tekanan 1. Menetapkan data dasar klien, terjadinya
peradangan dapat diketahui dari
berhubungan dengan terjadinya infeksi darah, nadi, suhu, dan pernafasan penyimpangan tanda – tanda vital
terutama peningkatan suhu tubuh
trauma jaringan / luka )
post op
Kriteria hasil:

49
-bebas dari infeksi 2. Diteksi awal dalam menentukan

2. Kaji adanya tanda-tanda infeksi ( tindakan lanjutan yang tepat dari tanda

rubor, calor, dubor, tumor, – tanda infeksi

kerusakan fungsi jaringan)

3. Mencegah dehidrasi memaksimalkan

volume sirkulasi dan aliran urin.

3. Dorong masukan cairan oral dan Protein dan vitamin c diperlukan untuk

diet tinggi protein, vitamin c, dan pembentukan kolagen : besi diperlukan

besi. untuk sintesis Hb

4. Membantu mencegah atau membatasi

penyebaran infeksi

4. Anjurkan dan gunakan teknik

50
mencuci tangan dengan cermat dan

pembuangan pengalas

kotoran, pembalut erineal, dan 5. Perawatan luka dapat mempercepat

linen terkontaminasi dengan tepat. penyembuhan luka dan mengurangi

Diskusikan dengan klien resiko infeksi

pentingnya kelanjutan 6. Dengan keadaan luka yang kering dan

tindakantindakan ini setelah bersih dapat mengurangi resiko

pulang. terjadinya infeksi

5. Lakukan perawatan luka dan ganti 7. Perlu untuk mematikan organisme

balutan

6. Anjurkan klien untuk tetap

menjaga luka tetap kering dan

bersih

51
7. Berikan antibiotic khusus untuk

proses infeksi yang teridentifikasi.

3. Ansietas berhubungan Tujuan: melaporkan 1. Dorong keberadaan / partisipasi 1. memberikan dukungan emosional:

dengan krisis situasi bahwa ansietas sudah dari pasangan dapat mendorong pengungkapan

menurun masalah.

Kriteria hasil: 2. Tentukan tingkat ansietas klien 2. Kelahiran sesar mungkin dipandang

-klien rileks, dapat tidur / dan sumber dari asalah. Mendorong sebagai suau kegagalan daam hidup oleh
istirahat dengan benar.
klien pasangaan untuk klien / pasangan dan hal tersebut dapat

mengungkapkan kebutuhan dan memiliki dampak negative dalam proses


harapan yang tidak terpenuhi.
Memberikan informasi sehubungan ikatan / menjadi orang tua .
dengan normalnya perasaan tersebut.

3. membantu menfasilitasi adaptasi


yang

52
3. Bantu klien/ pasangan dalm positif terhadap peran baru : mengurangi

mengidentifikasi mekanisme koping perasaan ansietas.

yang lazim dn perkembangan

strategi koping baru jikadibutuhkan. 4. Khayalan yang disebabkan


oleh
4. Berikan informasi yang akurat
kurangnya informasi atau
tentang keadaan klien / bayi
kesalahpahaman dapat meningkatkan

tingkat ansietas.

5. Mengurangi ansietas yang


5. Mulai kontak antara klien / mungkin berhubungan dengan
penanganan bayi, takut terhadap sesuatu
pasangan dengan bayi sesegera
yang tidak diketahui, dan menganggap
hal yang buruk berkenaan dengan
mungkin, jika bayi dibawa ke
keadaan bayi.
neonatal intensive care unit ( NICU ).
Bentuk jalur komunikasi antara staf
perawatan dan klien / pasangan.

53
4. Kurang pengetahuan 1. Kaji kesiapan dan motivasi klien 1. Periode pasca partum dapat menjadi

berhubungan dengan untuk belajar. Bantu klien / pasangan pengalaman positif bila kesempatan

tidak mengena sumber dalam mengidentifikasi penyuluhan diberikan untuk membantu

informasi penyakit kebutuhankebutuhan mengembangkan pertumbuhan

ibu,maturasi, dan komperensi. Namun,

klien membutuhkan waktu untuk

bergerak dari fase “mengambil” sampai

fase “ menahan” yang penerimaan dan

kesiapannya ditingkatkan dan ia secara

emosi dan fisik siap untuk memepelajari

informasi baru untuk mempelajari

informasi baru untuk memudahkan

penguasaan peran barunya. Pada hari ke

2 atau ke 3 pascapartum, klien biasanya

54
menerima penyuluhan.

2. Membantu menjamin

kelengkapan informasi yang diterima

orangtua dari staf dan menurunkan

konfusi klien yang disebabkan oleh

diseminasi nasihat atau informasi yang

2. Berikan rencana penyuluhan menimbulkan konflik.

tertulis dengan menggunakan format

yang standarisasi atau 3. Membantu klien mengenali


perubahan normal dari respon-respon
ceklis,dokumentasi informasi yang abnormal yang mungkin memerlukan
tindakantindakan. Status emosionallien
diberikan dan respon klien. mungkin kadang-kadang labil pada waktu
ini dan sering dipengaruhi oleh
kesejahteraan fisik. Antisipasi perubahan
ini dapat

55
3. Berikan informasi yang menurunkan stress berkenaan dengan

berhubungan dengan perubahan transisi periode ini yang memerlukan

fisiologis dan psikologis yang normal pembelajaran peran baru dan

berkenaan dengan kelahiran sesar dan pelaksanaan tanggung jawab baru.

kebutuhan berkenaan dengan periode 4. Klien yang telah menjalani

pascapartum kelahiran sesarea memerlukan bantuan

lebih banyak bila pertama kali dirumah

daripada klien yang mengalami kelahiran

per vagina. Tangga dan penggunaan

ayunan rendah atau keranjang dapat

menyebabkan kesulitan untuk klien pasca

operasi.

5. Evakuasi pascapartum untuk klien


yang telah menjalani kelahiran sesarea

56
4. Diskusikan rencana-rencana untuk mungkin dijadwalkan minggu Karena
ketiga

penatalaksanaan dirumah : daripada minggu keenam

membantu pekerjaan rumah, susunan peningkatan resiko infeksi.

fisik rumah,pengaturan tidur bayi.

5. Berikan atau kuatkan informasi

yang berhubungan dengan

pemeriksaan pascapartum lanjutan.

5. Konstipasi Tujuan : Eliminasi 1. Auskultasi terhadap adanya bising 1. Menentukan kesiapan terhadap
berhubungan dengan usus pada keempat kuadran setiap 4 pemberian makan per oral, dan
Klien

57
penurunan tonus otot Lancar jam setelah kelahiran sesarea. kemungkinan terjadinya komplikasi mis

Kriteria Hasil: ileus. Biasanya, bising usus tidak

- Bising usus terdengar pada hari pertama setelah

kembali normal prosedur pembedahan, terdengar samar

- Pola pada hari ke 2 dan aktif pada hari ketiga.


komunikasi kembali
normal 2. Menandakan pembentukan gas dan

2. Palpasi abdomen, perhatikan akumulasi atau kemungkinan ileus

distensi atau ketidaknyamanan paralitik

3. Makanan kasar dan meningkatkan

3. Anjurkan cairan oral yang cairan yang menghasilkan bulk,


adekuat bila masukan oral sudah
mulai kembali. Anjurkan merangsang eliminasi dan mencegah
peningkatan diet makanan kasar daan
buah-buahan konstipasi defekasi.

58
dan sayurandan bijinya. 4. Latihan kaki mengencangkan otot-

4. Anjurkan latihan kaki dan otot abdomen dan memperbaiki mobilitas

pengencangan abdominal, tingkatkan abdomen. Ambulasi progresif setelh 24

ambulasi dini jam meningkatkan peristaltic dan

pengeluaran gas, dan menghilangkan atau

mncegah nyeri karena gas.

5. Membantu dalam menciptakan

kembali pola evakuasi normal dan

meningkatkan kemandirian.

5. Identifikasi aktifitas- 6. Memudahkan kemampuan


aktifitas
untukambulasi : namun, narkotik, bila
dimana klien dapat
digunakan, dapat menurunkan aktifitas
menggunakannnya dirumah untuk
usus.
merangsang kerja usus.
7.Melunakkan feses, merangsang
6. KolaborasiBerikan analgesic
30

59
menit sebelum ambulasi peristaltic dan membantu

mengembalikan fungsi usus.

7. Beikan pelunak feses atau katartik

ringan.

6. Resiko terjadinya Tujuan:menurunkan 1.Tinjau ulang catan prenatal daan 1. Adanya faktor-faktor resiko seperti

cidera berhubungan faktor-faktorresiko dan intra partal terhadap faktor-faktor kelelahan miometrial, distensi uterus

dengan fungsi perlindungan diri yang mempredisposisikan klien pada berlebihan, stimulasi oksitosin lam, atau

biokimia atau regulasi kriteria hasil: komplikasi.catat kadar HB dan tromboflebitis prenatal memungkinkan

-klien bebas kehilangan darah operatif. klien lebih rentan terhadap komplikasi
dari komplikasi
pascaoperasi.

2. Tekanan darah yang tinggi dapat


menandakan terjadinya atau berlanjutnya

60
2.Pantau TD,nadi,dan suhu.catat hipertensi memerlukan magnesium sulfat

kulit dingin, basah: nadi lemah dan (MgSO4) atau pengobatan anti

halus : perubahan prilaku : hipersensitif lain.

pelambatan pengisian kapiler : atau Hipotensi dan tacikardi dapat


menunjukan dehidrasi dan hipovolemi
sianosis. tetapi mungkin tidak terjadi sampai
volume darah sirkulasi telah menurun
sampai 35%-50%, dimana tanda
vasokontriksi mungkin terlihatLuka
beah pireksia dapat menandakan
infeksi. 3. Luka bedah dengan drain
dapat membasahi balutan : namun
rembesan biasanya tidak terlihat dan
dapat menunjukan terjadinya
komplikasi.

61
3. Inspeksi balutan terhadap 4. Aliran lochea seharusnya tidak

pendarahan berlebihan. Catat tanggal banyak atau mengandung bekuan :

drainase pada balutan beritahu dokter fundus harus tetap berkontraksi dengan

bila rembesan berlanjut. kuat pada umbiliku. Tonjolan uterus

mengakibatkan peningkatan aliran dan

kehilangan darah.

4. Perhatikan karakter dan 5. Fungsi ginjal adalah indek kunci

jumlah aliran lokhea dan dari volume darah sirkulasi. Bila

konsistgensi fundus. haluaran menurun berat jenis meningkat

dan sebaliknya. Urin

6. Meningkatkan aliran balik vena,


mencegah stasis/ penumpukan pada
ekremitas bawah, menurunkan resiko

62
5. Pantau masukan cairan dan flebitis.

haluaran urin perhatikan penampilan

warna, konsistensi dan berat jenis

urin.

6. Anjurkan latihan
kaki/pergelangan kaki dan ambulasi
dini.

7. Proses keluarga Tujuan : tidak 1. Anjurkan dan gunakan teknik 1. Membantu mencegah atau membatasi
mencuci tangan dengan cermat dan
berhubungan dengan terjadinya infeksi pembuangan pengalas kotoran, penyebaran infeksi
pembalut erineal, dan linen
perkembangan transisi terkontaminasi dengan tepat.
Diskusikan dengan klien pentingnya
Kriteria hasil:
kelanjutan tindakan-tindakan ini
-bebas dari infeksi

63
setelah pulang.

2.Tinjau ulang Hb/Ht prenatal : 2. Anemia, diabetes dan persalinan yang

perhatikan adanya kondisi yang lama sebelum kelahiran sesar

mempredisposisikan klien pada meningkatkan resiko infeksi dan

infeksi pasca operasi pelambatan penyembuhan.

3.Mencegah dehidrasi memaksimalkan

3. Dorong masukan caian oral dan volume sirkulasi dan aliran urin. Protein

diet tinggi protein, vitamin c, dan dan vitamin c diperlukan untuk

besi. pembentukan kolagen : besi diperlukan

untuk sintesis Hb

4.Demam setelah pasca operasi hari


ketiga., leukositosis dan tacikardia
menunjukan infeksi peningkatan suhu
sampai mengindikasikan infeksi.
4.Kaji suhu, nadi dan jumah sel darah
putih

64
Peningkatan sampai 380C dalam waktu 24

jam pertama sangat mengindikasikan

infeksi, peningkatan sampai 380C pada

hari kedua dalam 10 hari pertama pasca

partum adalah bermakna.

5. Membantu menghilangkan media

pertumbuhan bakteri : meningkatkan

hygine

6. Bakterimia lebih sering pada klien

yang mengalami pecah ketuban selam 6


5. Berikan perawatan perineal jam atau lebih lama dari pada klien yang
dan kateter dan penggantian pengalas ketubannya tetap utuh sebelum kelahiran

sering. sesarea.
6. Dapatkan kultur darah, vagina, 7. Perlu untuk mematikan organisme
dan

65
urin bila infeksi dicurigai.

7. Berikan antibiotic khusus untuk

proses infeksi yang teridentifikasi.

66
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M E. 2000, RencanaAsuhanKeperawatanPedomanUntukPerencanaan


Dan PendokumentasianPerawatanPasien. Jakarta : EGC Doengoes
, M .2001. RencanaPerawatanMaternitas / Bayi .Jakarta : EGC
F. Gary Cunningham .2005 Obstrerti Williamsalihbahasa: Huriawati Hartono.
Jakarta. EGC
Hidayat, Asri. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika
Hollingworth, Tony. 2011. Diagnosis Banding Dalam Obstetri Dan Ginekologi.
Jakarta : EGC http://andhrey.blogspot.com/2014/05/asuhan-keperawaatan-
sc.html
https://wayanpuja.wordpress.com/2011/06/25/askep-pasien-dengan-post-
operasiseksio-sesaria/
Norwitz, Errol. 2007. At A Glace Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta : Erlangga
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai