untuk menyisihkan suspended solid yang bertujuan untuk mengurangi padatan tersuspensi
(koloid). Sedimentasi merupakan salah satu unit pengolahan pada air baku ataupun air limbah
agar air dapat digunakan sebagai air proses atau dapat dibuang ke lingkungan karena telah berada
dalam rentang baku mutu sehingga tidak akan mencemari lingkungan.
Proses sedimentasi kali ini menggunakan air kran yang telah dicampur dengan tepung
dengan konsentrasi 1000 ppm menjadi air keruh atau memiliki padatan tersuspensi. Selain itu,
pada proses ini terdapat peralatan pendukung yaitu bak koagulasi dan bak flokulasi. Koloid
memiliki gaya elektrostatis (gaya tolak) dan gaya Van Der Walls (gaya tarik) yang di dalamnya
menghasilkan gaya tolak yang lebih besar daripada gaya tariknya yang mengakibatkan koloid
bersifat stabil dan tidak dapat mengendap dengan sendirinya. Untuk mengendapkan partikel
koloid dibutuhkan zat kimia bernama koagulan yang bertujuan mendestabilisasi muatan partikel
koloid untuk membentuk fine floks melalui proses koagulasi. Koagulan yang digunakan ialah
PAC (Poly Aluminium Chloride) 60 ppm. Menurut Eaglebrook Inc (1999) dalam Yuliati (2006),
PAC merupakan koagulan anorganik yang tersusun dari polimer makromolekul dengan
kelebihan seperti memiliki tingkat adsorpsi yang kuat, mempunyai kekuatan lekat, tingkat
pembentukan flok-flok tinggi walau dengan dosis kecil, memiliki tingkat sedimentasi yang cepat,
cakupan penggunaannya luas, merupakan agen penjernih air yang memiliki efisiensi tinggi, cepat
dalam proses, aman, dan konsumsinya cukup pada konsentrasi rendah.
Proses flokulasi ditujukan untuk menjaring fine flok menjadi flok yang lebih besar lagi
sehingga dapat diendapkan dengan menggunakan flokulan. Dosis flokulan ialah 0.125 ppm.
Peralatan pendukung pada proses koagulasi dan flokulasi ialah agitator yang berfungsi untuk
mempercepat reaksi atau tumbukan antara koagulan atau flokulan dengan partikel koloid.
Kecepatan agitator koagulan lebih cepat dibandingkan kecepatan agitator flokulan. Hal tersebut
dikarenakan apabila kecepatan agitator flokulan besar akan mengahancurkan flok-flok besar
yang terbentuk sehingga lebih sulit untuk diendapkan
Nilai kekeruhan dari proses pengolahan air dapat menjadi parameter untuk mengetahui
padatan tersuspensi (terigu) yang terendapkan. Semakin kecil nilai kekeruhan maka semakin
banyak padatan tersuspensi yang di endapkan. Pada waktu 2 menit, nilai kekeruhan berkurang
sangat drastis, hal ini menandakan bahwa laju proses pengendapan berjalan dengan cepat dan
proses koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi berjalan dengan baik. Dari menit ke 2-12 nilai
kekeruhan terus mengalami penurunan dengan ditandai kenaikan penurunan kekeruhannya.
Menurut merieanna (2013) karakteristik pengendapan dalam proses sedimentasi salah
satunya dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel yang cenderung memiliki sedikit muatan
listrik. Pengujian daya hantar listrik untuk mengetahui keadaan muatan listrik pada larutan,
selain itu penambahan koagulan dapat mempengaruhi nilai daya hantar listrik.
Pada awal percobaan memiliki nilai DHL sektar 15,97 µS/cm, namun pada menit ke 2
nilai TDS mengalami peningkatan menjadi 16,55 μS/cm hal karena adanya zat flokulan yang
dapat mempengaruhi nilai DHL.Pada akhir proses nilai DHL yang didapatkan 19,7 μS/cm. hal
ini membuktikan bahwa penambahan flokulan dapat mempengaruhi nilai DHL.
Berdasarkan percobaan dan pengujian parameter seperti nilai kekeruhan, DHL dan pH
percobaan sedimentasi berjalan dengan baik berdasarkan nilai kekeruhan yang menurun dari
38,9 NTU menjadi 12,24 NTU. Untuk nilai pH sendiri berada pada rentang 7,10 - 7,25 tidak
mengalami perubahan selama proses hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Bambang (2016)
bahwa penggunaan PAC tidak seginifikan menurunkan pH sehingga peralatan proses
sedimentasi dan kondisi proses dalam rentang kondisi yang baik.