Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya, kesehatan gigi dan mulut berhubungan erat dengan kesehatan
tubuh secara umum. Kesehatan tubuh secara umum dapat dikatakan baik jika
tidak terdapat kondisi patologis dalam mulut. Permasalahan yang terjadi pada
rongga mulut dapat bervariasi mulai dari gigi dan mukosa mulut. Pada mukosa
mulut dapat terjadi lesi, penonjolan serta keadaan lainnya yang dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan kita pada umumnya. Maka jika terjadi gangguan
berupa penyakit pada gigi dan mulut contohnya saja lesi mulut, dapat pula
menyebabkan rasa kurang nyaman dan rasa tidak enak yang dirasakan pada
seluruh tubuh.
Lesi merupakan suatu kelainan patologis pada jaringan yang menimbulkan
gejala atau symptom. Lesi terbagi menjadi 2 macam, yaitu Lesi Primer (pertama
kali timbul) dan Lesi Sekunder (timbul setelah lesi primer). Lesi dapat muncul
akibat dari infeksi virus. Pada kasus yang telah diberikan, kami menemukan
adanya sebuah lesi vesicoulcerative pada rongga mulut pasien. Diawali dengan
keluhan pada sariawan pada ujung lidah dan sudut mulut yang terasa sakit yang
disertai gusi berdarah. Selain itu pasien juga menderita demam, malaise, dan
terdapat benjolan kecil-kecil pada kedua pipi sebelah dalam serta sudah pernah
menderita cacar air (Chicken Pox). Dengan data-data anamnesis yang
dikumpulkan, lesi tersebut berkaitan dengan penyakit infeksi virus yaitu
Gingivostomatitis Herpetika Primer.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari ginggivostomatitis Herpetika Primer?
2. Apa etiologi dari ginggivostomatitis Herpetika Primer?
3. Apa gejala dan tanda dari ginggivostomatitis Herpetika Primer?
4. Bagaimana gambaran klinis dari ginggivostomatitis Herpetika Primer ?
5. Apa diagnosa banding dari ginggivostomatitis Herpetika Primer?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari ginggivostomatitis Herpetika Primer ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa definisi dari ginggivostomatitis Herpetika Primer.
2. Untuk mengetahui Apa etiologi dari ginggivostomatitis Herpetika Primer.
3. Untuk mengetahui Apa gejala dan tanda dari ginggivostomatitis Herpetika
Primer.
4. Untuk mengetahui Bagaimana gambaran klinis dari ginggivostomatitis
Herpetika Primer.
5. Untuk mengetahui Apa diagnosa banding dari ginggivostomatitis
Herpetika Primer.
6. Untuk mengetahui Bagaimana penatalaksanaan dari ginggivostomatitis
Herpetika Primer.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Lesi merupakan diskontinuitas jaringan patologis atau traumatik atau kehilangannya fungsi
suatu bagian. Dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam lesi baik itu pada bibir, lidah, maupun
pada mukosa mulut. Gambaran klinis akan dihubungjan dengan riwayat penyakit sehingga dapat di
telusuri diagnosis penyakit. Berdasarkan terjadinya, lesi terbagi menjadi dua yaitu, lesi primer dan lesi
skunder. Erosi, fissur, ulkus dan bekas luka menunjukkan adanya kerusakkan lokal pada jaringan
kutan. Erosi di definisikan sebagai pelepasan lapisan epidermis saja. Erosi sembuh tanpa adanya
pembentukan bekas luka. Ulkus di definisikan sebagai keadaan kehilangannya lapisan epidermis dan
adanya kerusakan pada dermis. Ulkus yang berada pada lapisan kutan masih bisa sembuh tanpa
meninggalkan bekas luka. Bekas luka (scars) adalah kerusakkan permanen pada permukaan kulit
yang terlihat (Regezi dan Sciubba, 1993).
Lesi yang terdapat pada mulut tentunya bermacam-macam, baik lesi
primermaupun lesi sekunder. Vesikel adalah salah satu lesi primer, berbatas tegas
berisi cairan (berupa serum, limfa atau darah), dengan diameter kurang dari 1 cm,
seperti pada herpes simplex, herpes zoster, dan varicella.(Bricket, 1994).
Vesikel adalah penonjolan kecil berisi cairan pada epidermis ( kulit atau
mukosa ) yang berdiameter kurang dari 1 cm. Cairan dari vesikel umumnya terdiri
atas limfe atau serum tetapi juga dapat mengandung darah dan agen penginfeksi.
Selubung epitel yang menyelubungi vesikel pada umumnya tipis , sehingga
menyebabkan terjadinya ulkus dan eschar (borok dipermukaan). vesikel adalah lesi
yang umumnya terjadi karena peradangan akibat infeksi virus seperti herpes simplek,
herpes zoster, cacar air dan cacar. Pada infeksi virus, vesikel penuh mengandung
virus dan sangat menular. ( Langlais, Robert P. , 2013 ).
Lesi vesikubulosa dari suatu penyakit dapat bermanifestasi pada mukosa
mulut dan kulit.Lesi dapat bervariasi berdasarkan frekuensi, tingkat keparahan dan
pengaruh kondisi sistemik.Biasanya lesi vesikubulosa dapat mempunyai karakteristik
yang umum. Vesikel yang muncul pada mukosa mulut biasanya kecil dengan
diameter tidak lebih dari 0,5 cm, tampak singular dan kadang-kadang dalam bentuk
klaster. Vesikel tersebut mudah pecah dan meninggalkan permukaan yang mengalami
ulkus (Sonnis, dkk., 1995).

3
2.1 Definisi
Gingivostomatitis herpetika primer adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan lesi ulserasi pada lidah, bibir, mukosa gingiva, palatum durum dan molle.
Gingivostomatitis herpetika primer merupakan bentuk tersering dari infeksi HSV
tipe 1 pada rongga mulut. Meskipun merupakan penyakit self limiting, infeksi oral
dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada mulut, demam, limfadenopati, dan
kesulitan makan dan minum. Onset Gingivostomatitis herpetika primer terjadi
pada usia anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Puncak kedua terjadi pada usia awal
20 tahun. Kebanyakan infeksi HSV tipe 1 pada anak bersifat asimtomatik atau
ringan sehingga anak dan orang tua tidak menyadarinya. Beberapa penelitian
menyatakan hanya 10-20% anak yang terinfeksi memiliki gejala dan tanda klinis
yang cukup berat. (Langlais, Robert P. 2013).
Gingivostomatitis herpetika primer adalah bentuk tersering dari infeksi HSV
tipe 1 pada rongga mulut yang ditandai dengan lesi ulserasi pada lidah, bibir,
mukosa gingiva, palatum durum dan molle.Gingivostomatitis herpetika primer
umumnya terjadi pada anak kecil dan jarang pada orang dewasa. Dokter gigi
seringkali merupakan dokter pertama yang menerima keluhan karena gejala
klinisnya, sehingga penting bagi dokter gigi dapat mengenali kondisi ini. (Rabon
dan Grace, 2009).
Gingivostomatitis herpetika primer adalah bentuk tersering dari infeksi
HSV tipe 1 pada rongga mulut yang ditandai dengan lesi ulserasi pada lidah, bibir,
mukosa gingiva, palatum durum dan molle. Dokter gigi seringkali merupakan
dokter pertama yang menerima keluhan karena gejala klinisnya, sehingga penting
bagi dokter gigi dapat mengenali kondisi ini (Jaya dan Harijanti, 2009).
Onset gingivostomatitis herpetika primer dilaporkan memiliki 2 puncak.
Terutama terjadi pada masa anak, biasanya pada usia 6 bulan sampai 5 tahun,
puncak kedua terjadi pada usia awal 20 tahun. Kebanyakan infeksi HSV tipe 1
pada anak bersifat asimtomatik atau ringan sehingga anak dan orang tua tidak
menyadarinya. Beberapa penelitian menyatakan hanya 10-20% anak yang
terinfeksi memiliki gejala dan tanda klinis yang cukup berat (Jaya dan Harijanti,
2009).

4
Gingivostomatitis Herpetik Primer Merupakan suatu penyakit akibat infeksi
virus, pada sebagian besar kasus yang ditemukan disebabkan oleh virus herpes
simplek tipe 1 (HSV 1). HSV 1 sering dijumpai pada gingiva apabila menyebar
atau tidak hanya pada gingiva saja disebut herpes simpleks primer. tipe 2 (HSV 2)
juga dapat terjadi dalam rongga mulut <5% kasus. virus yang menular melalui
kontak langsung, penyakit ini lebih bnayak ditemukan pada anak-anak namun
dapat juga terjadi pada dewasa muda. infeksi primer seringkali bersifat subklinis.
sekitar 90% orang dewasa memiliki antibody terhadap HSV 1 sebelum berusia 30
tahun dan membawa virus tersebut dalam bentuk laten.
Setelah terinfeksi, virus tidak mati tetapi tetap berada dalam ganglion
trigeminal merupakan tempat virus tertidur tanpa menimbulkan keluhan dan dapat
kambuh kembali akibat beberapa faktor tertentu dapat berubah menjadi sekunder
dan rekuren, misalnya cahaya matahari, keadaan imun yang lemah, trauma, stress
dan lain-lain. Pada bibir yang disebut Herpes labialis rekuren. Sebelum
mengalami sekunder dan rekuren pasien terlebih dahulu telah mengalami herpes
simpleks primer. pada saat terjadi sekunder dan rekuren pasien tidak dapat
menularkannya dan terjadi tidak pada anak-anak. virus ditemukan dalam saliva
dan vesikel, sebelum menggunakan sarung tangan yg kini telah dilakukan secara
rutin, herpes simpleks dapat menular ke staf kedokteran gigi dan menyebabkan
herpetic whitlow.

2.2 Etiologi
Agen penyebab gingiovostomatitis herpetik primer telah diidentifikasi sebagai
virus herpes simpleks (HSV). HSV adalah virus DNA beruntai ganda dan merupakan
anggota keluarga herpes virus (HHV) yang dikenal sebagai Herpetoviridae (Corella
Sanchez & Reyes Diaz, 1988; Dohvoma, 1994; Gandara-Rey et al., 2004).
Virus ini ada dalam 2 bentuk, HSV-1 (atau HHV1) dan HSV-2 (atau HHV-2).
Sebagian besar infeksi mulut, wajah dan infeksi okular disebabkan oleh HSV-1,
sedangkan HSV-2 merupakan penyebab lesi herpes genetik paling banyak pada
genital dan kutaneous. Kontak oogenital memungkinkan serotipe untuk menyebabkan
lesi oral atau genital. 2 bentuk HSV memiliki struktur yang sama namun berbeda

5
dalam antigenisitasnya, walaupun HSV-2 dikenal sebagai virulensi yang lebih besar
(Chandrasekar, 1999).

2.3 Faktor Predisposisi


Faktor predisposisi ialah sistem imum yang buruk, seringkali menyertai
kondisi infeksi akut seperti pneuomonia, meningitis, influenza, tifus, infeksi
mononukleosis dan kondisi stress. Cara penularan bisa melalui droplet infection
dan kontak langsung. (Jaya dan Harijanti, 2009).

2.4 Patogenesis
HSV menyebar dengan mudah melalui saliva dan sumber infeksi mungkin
seseorang yang secara asimtomatik menularkan virus dalam saliva atau menderita
infeksi kambuhan, seperti herpes labialis. HSV pada mulanya menginfeksi sel
epitel mukosa oral untuk memproduksi lepuh epitel. Setelah sembuh dari infeksi
primer, virus bertahan dalam kondisi laten dalam jaringan saraf dan orofasial
pemeriksaan status antibodi mengungkapkan bahwa lebih dari 60 % populasi
Eropa dan Amerika Selatan terbukti mengalami infeksi HSV pada usia 16 tahun. (
Lewis, Michael A.O, 2015 ).
HSV memiliki hidup yang pendek, pada permukaan eksternal. Infeksi HSV
terjadi jika ada kontak dengan individual yang memiliki virus ini melalui sekresi
salivaatau kulit. Setelah berkontak, virus ini merusak integritas mukosa host dan
berpenetrasi ke sel epitel host dan bereplikasi. Virus yang baru hasil dari replikasi
virus berkontak langsung dengan serabut akhir sensorik dan di alirkan ke ganglion
yang berhubungan (Ajar dkk, 2002). Epitel yang diserang pada fase awal biasanya
adalah sel yang tidak berkeratin pada mukosa oral untuk membentuk ulser
intraepitel. Setelah infeksi primer, virus akan laten in neuron dan jaringan
orofacial lain (Jordan, 2004).

6
2.5 Pemeriksaan
2.5.1 Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan subjektif setidak-tidaknya berkaitan dengan tujuh hal,
yakni identitas pasien, keluhan utama, present illnes, riwayat medik,
riwayat dental, riwayat keluarga, dan riwayat sosial.(Bakar,2012)

B. Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan ekstra oral
Bertujuan untuk melihat penampakan secara umum dari pasien,
misalnya :
- Gaya berjalan,
- Postur,
- Perawakan umum dan sikap,
- Warna kulit,
- konjungtiva,
- Bentuk muka : bengkak, asimetris, parut, sinus, fistula dll
- Lymph node
- Temperatur
- Denyut nadi
- Pernafasan
- Tekanan darah
- Pemeriksaan kepala lainnya : kulit, hidung, mata, rahang, dll.

2. Pemeriksaan intra oral


Pemeriksaan intra oral dilakukan dalam mulut pasien untuk
mengetahui kondisi rongga mulut pasien. Beberapa pemeriksaan yang
dilakukan di dalam rongga mulut pasien diantaranya: Lidah, mukosa
mulut, dasar mulut, palatum, gingiva dan gigi. Kalau ada lesi : lokasi,
bentuk, warna, ukuran dan penaburannya, dll.

7
C. Pemeriksaan penunjang
Untuk lesi-lesi jaringan lunak mulut, pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan antara lain pemeriksaan radiologi, biopsi (eksisi dan
insisi: scalpel, punch, needle, brush, aspirasi), pemeriksaan sitologi,
pemeriksaan mikrobiologi dan pemeriksaan darah (Birnbaum dan Dunne,
2000).

2.6 Gambaran Klinis


Pada Gingivostomatitis herpetika primer mempunyai fase prodromal yang
ditandai dengan malaise dan kelelahan, sakit otot dan kadang sakit tenggorokan.
Pada tahap awal nodus limfe submandibular sering membesar dan sakit. Fase
prodromal ini berlangsung 1-2 hari dan diikuti dengan timbulnya lesi oral dan
kadang sirkumoral. Vesikula kecil berdinding tipis dikelilingi dasar eritematous
yang cenderung berkelompok timbul pada mukosa oral. Vesikula kemudian pecah
dengan cepat dan menimbulkan ulser bulat dangkal. Ulser dapat terjadi pada
semua bagian mukosa mulut. Dengan berkembangnya penyakit, beberapa lesi
bersatu membentuk lesi ireguler yang lebih besar. Lesi ini disertai simptom
demam, anoreksia, limfadenopati dan sakit kepala. Pemeriksaan darah lengkap
menunjukkan leukositosis atau neutropenia yang berhubungan dengan infeksi
virus. (Langlais, Robert P. 2013).
Respon peradangan akut terdapat infeksi HSV Primer biasanya mengikuti
priode inkubasi 2-10 hari. Pasien yang terinfeksi merasakan demam, lemas, dan
gelisah. Daerah fokal peradangan pada gingiva marginal pada awalnya akan
tampak merah seperti api dan edematous. Papila interdental dengan mendadak
akan membengkak dan berdarah jika terkena trauma ringan karena kerapuhan dari
kapiler dan meningkatnya permeabilitas. Dapat terjadi penyebaran peradangan
dari gingiva marginal dan gingiva cekat serta munculnya kelompok vesikel yang
kecil diseluruh mulut. Vesikel akan pecah membentuk ulser kekuningnan dan
secara sendiri-sendiri tampak dikelilingi oleh halo yang berwarna merah. Lesi
yang bedekatan akan bergabung membentuk ulser yang besar pada mukosa bukal
, mukosa labial, gingiva, palatum, lidah, bibir. Erosi yang dangkal pada kulit
perioral dan krusta perdarah dari bibir menjadi tanda khasnya. Sakit kepala,

8
limfadenopati, dan faringitis umumnya akan ditemukan, khusunya pada individu
dewasa muda yang terinfeksi HSV-2. ( Langlais, Robert P. , 2013 ).
Rasa nyeri merupakan masalah signifikan pada pasien yang mengalami
gingiovastomatitis primer. Pengunyahan dan penelanan dapat terganggu,
menimbulkan dehidrasi, dan kenaikan temperature.( Langlais, Robert P. , 2013 ).
Manifestasi yang paling sering dikenali dari infeksi primer tipe I adalah
gingivostomatitis akut yang diikuti oleh malaise, nyeri kepala, demam, dan
perbesaran nodul servikal. Vesikel yang nantinya akan menjadi ulcer, dapat
terlihat menyebar pada bibir dan membran mukosa (Hunter, 2002). Manifestasi
klinis terlihat setelah pemaparan setelah 2-12 hari, rata-rata 4 hari. Vesikel atau
papula (baik yang menimbulkan nyeri atau yang tidak nyeri) yang menjadi vesikel
nampak dengan dasar kemerahan (Trying, 2002).
Lesi yang pertama muncul adalah vesikel yang dapat melibatkan mukosa
oral, namun palatum durum dan dorsal lidah merupakan lokasi yang paling sering
terkena. Vesikel berbentuk kubah dan biasanya berdiameter 2-3mm. Margin
gingiva biasanya bengkak dan kemerahan, dan nodus limfatikus regional
membesar dan terasa lunak. Lesi oral biasanya ada selama satu minggu sampai
sepuluh hari, namun malaise bertahan lama sampai beberapa minggu (Cawson,
2002).

2.7 Penatalaksanaan
Terapi anti virus sistemik diberikan pada pasien imunokompeten.
Pengobatan profilaksis acyclovir diberikan untuk pencegahan dan kekambuhan
infeksi pada pasien imunokompeten.Pengobatan suportif berupa istirahat,
rehidrasi, antipiretik dan analgesik. Untuk infeksi oral, penggunaan antiseptik
misalnya chlorhexidine gluconate atau obat kumur tetrasiklin dapat menurunkan
infeksi sekunder. Obat kumur analgesik akan mengurangi rasa sakit terutama saat
pasien makan. Mencegah kekambuhan dengan cara menghindari faktor pencetus,
mencegah infeksi melalui penyuluhan. Infeksi HSV dapat sembuh sendiri dalam
10-14 hari. (Langlais, Robert P. 2013).
Pasien apabila anak-anak, orang tuanya harus diberi tahu tentang dasar
kondisi ini dan diberi saran betapa infeksiusnya lesi ini. Berikan instruksi untuk

9
membatasi kontak dengan bibir dan mulut untuk memperkecil penyebaran infeksi
ketempat lain. Terapi simtomatik suportif meliputi obat kumur kloroheksidin,
terapi analgesik, diet lunak dan asupan cairan yang cukup. Penggunaan acyclovir
suatu agen antivirus terhadap HSV, harus diberikan untuk kasus yang parah.
Aturan pemberian standar 200 mg acyclovir, baik berupa tablet yang dilarutkan
atau suspensi, lima kali sehari untuk 5 hari. Dosis separonya untuk anak-anak
dibawah 2 tahun.( Lewis, Michael A.O, 2015 ).

10
BAB III
PEMBAHASAN

Dalam menentukan suatu diagnosa dokter gigi perlu melakukan beberapa


prosedur diagnosa, antara lain:
1. Pengambilan data dan pencatatan riwayat pasien (Anamnesis)
2. Pemeriksaan pasien fisik dan labor (Pemeriksaan)
3. Penilaian riwayat dan hasil pemeriksaan (diagnosis)
4. Penilaian resiko medis pasien yang dirawat (prognosis)

3.1 Prosedur diagnosa berdasarkan kasus:


1. Anamnesis
a. Data rutin (identitas pasien)
nama pasien : tidak dicantumkan
alamat : tidak dicantumkan
no. Hp : tidak dicantumkan
umur : 5 tahun
jenis kelamin : tidak dicantumkan
suku : tidak dicantumkan
status perkawinan : tidak dicantumkan
pekerjaan : tidak dicantumkan

b. Riwayat kesehatan/ Riwayat penyakit

keluhan utama : sariawan yg terasa perih sehingga tidak dapat


minum dan makan.
keluhan tambahan : tiga hari sebelumnya pasien demam dan telah
diberikan obat penurun demam.

c. Riwayat penyakit terdahulu


Tidak disebutkan dalam kasus
d. Riwayat keluarga
Tidak disebutkan dalam kasus

11
e. Riwayat sosial pekerjaan
Tidak disebutkan dalam kasus

2. Pemeriksaan Pasien
a. Pemeriksaan fisik
ekstra oral : kelenjar getah bening submandibula kiri dan kanan
teraba dan sakit.
intra oral : ditemukan ulcer multiple di mukosa bukal, labial,
dorsum lidah, palatum durum, dan gingiva.
b. pemeriksaan labor : tidak ada
c. immunologi : tidak ada

Setelah melakukan diskusi kelompok minggu lalu, kelompok kami sepakat


mendiagnosis kasus tersebut.

3.2 Diagnosa
Gingivostomatitis Herpetik Primer.
Gingivostomatitis herpetika primer adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan lesi ulserasi pada lidah, bibir, mukosa gingiva, palatum durum dan
molle. Gingivostomatitis herpetika primer merupakan bentuk tersering dari
infeksi HSV tipe 1 pada rongga mulut. Meskipun merupakan penyakit self
limiting, infeksi oral dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada mulut,
demam, limfadenopati, dan kesulitan makan dan minum. Onset
Gingivostomatitis herpetika primer terjadi pada usia anak usia 6 bulan sampai
5 tahun. Puncak kedua terjadi pada usia awal 20 tahun. Kebanyakan infeksi
HSV tipe 1 pada anak bersifat asimtomatik atau ringan sehingga anak dan
orang tua tidak menyadarinya. Beberapa penelitian menyatakan hanya 10-20%
anak yang terinfeksi memiliki gejala dan tanda klinis yang cukup berat.
(Langlais, Robert P. 2013)

3.3 Gambaran klinis


Pada Gingivostomatitis herpetika primer mempunyai fase prodromal yang
ditandai dengan malaise dan kelelahan, sakit otot dan kadang sakit

12
tenggorokan. Pada tahap awal nodus limfe submandibular sering membesar
dan sakit. Fase prodromal ini berlangsung 1-2 hari dan diikuti dengan
timbulnya lesi oral dan kadang sirkumoral. Vesikula kecil berdinding tipis
dikelilingi dasar eritematous yang cenderung berkelompok timbul pada
mukosa oral. Vesikula kemudian pecah dengan cepat dan menimbulkan ulser
bulat dangkal. Ulser dapat terjadi pada semua bagian mukosa mulut. Dengan
berkembangnya penyakit, beberapa lesi bersatu membentuk lesi ireguler yang
lebih besar. Lesi ini disertai simptom demam, anoreksia, limfadenopati dan
sakit kepala. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan leukositosis atau
neutropenia yang berhubungan dengan infeksi virus. (Langlais, Robert P.
2013).

3.4 Diagnosis Banding

Diagnosis banding gingivostomatitis herpetika primer adalah penyakit


ulseratif oral yaitu candidiasis oral, hand foot and mouth diseasedan stomatitis
apthosa.Gambaran karakteristik dapat digunakan untuk membedakan

13
gingivostomatitis herpetika primer dengan penyakit mulut lain pada anak.
Herpangina mempunyai karakteristik berupa vesikula pada bagian belakang
rongga mulut dan palatum, sepanjang faring yang meradang. Tidak ada hubungan
lesi ekstra oral dengan herpangina. Stomatitis aphthosa dapat rancu dengan lesi
ulserasi herpetik tetapi ulserasi tidak didahului oleh adanya vesikula, dan tidak
ada lesi ekstra oral.
Hand foot and mouth disease terdapat vesikula pada intra oral dan ekstra oral
namun distribusi lesi pada tubuh dapat dibedakan dengan mudah dari
gingivostomatitis herpetika primer. Meskipun Stevens-Johnson Syndrome dan
erythema multiforme juga terjadi lesi oral, manifestasi ekstraoral membedakan
penyakit ini.

3.5 Pengobatan
Terapi anti virus sistemik diberikan pada pasien imunokompeten. Pengobatan
profilaksis acyclovir diberikan untuk pencegahan dan kekambuhan infeksi pada
pasien imunokompeten.Pengobatan suportif berupa istirahat, rehidrasi, antipiretik
dan analgesik. Untuk infeksi oral, penggunaan antiseptik misalnya chlorhexidine
gluconate atau obat kumur tetrasiklin dapat menurunkan infeksi sekunder. Obat
kumur analgesik akan mengurangi rasa sakit terutama saat pasien makan.
Mencegah kekambuhan dengan cara menghindari faktor pencetus, mencegah
infeksi melalui penyuluhan. Infeksi HSV dapat sembuh sendiri dalam 10-14 hari.
(Langlais, Robert P. 2013)

3.6 Komplikasi
Gingivostomatitis herpetika primer merupakan penyakit yang menular,
yang biasanya hilang secara spontan dalam waktu 12-20 hari tanpa
menimbulkan jaringan parut. Komplikasi yang terpaut dengan infeksi primer
mencangkup otoinokulasi dari daerah epidermal yang lain, menimbulkan
keratokonjungtivitis (mata) dan herpetic withlow (jari), infeksi epidermis yang
luas pada pasien atopik, yang disebut erupsi varisela kaporsi, dan infeksi yang
dapat menyebabkan pada pasien imunosuprei. Imunitas terhadap HVS bersifat

14
relatif dan pasien yang pernah terinfeksi virus ini dapat terinfeksi kembali
dengan jalur HSV yang berbeda. (Langlais, Robert P. 2013).

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gingivostomatitis herpetika primer adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan lesi ulserasi pada lidah, bibir, mukosa gingiva, palatum
durum dan molle. Gingivostomatitis herpetika primer merupakan
bentuk tersering dari infeksi HSV tipe 1 pada rongga mulut.
Onset Gingivostomatitis herpetika primer terjadi pada usia anak usia 6
bulan sampai 5 tahun.
Terapi anti virus sistemik diberikan pada pasien imunokompeten.
Pengobatan profilaksis acyclovir diberikan untuk pencegahan dan
kekambuhan infeksi pada pasien imunokompeten.Pengobatan suportif
berupa istirahat, rehidrasi, antipiretik dan analgesik. Untuk infeksi oral,
penggunaan antiseptik misalnya chlorhexidine gluconate atau obat
kumur tetrasiklin dapat menurunkan infeksi sekunder.
Komplikasi yang terpaut dengan infeksi primer mencangkup
otoinokulasi dari daerah epidermal yang lain, menimbulkan
keratokonjungtivitis (mata) dan herpetic withlow (jari), infeksi
epidermis yang luas pada pasien atopik, yang disebut erupsi varisela
kaporsi, dan infeksi yang dapat menyebabkan pada pasien imunosuprei.

16
DAFTAR PUSTAKA

Birnbaum Warren dan Stephen M. D, 2016. Diagnosis Kelainan Dalam Mulut.


Jakarta: EGC.

Corella Sanchez & Reyes Diaz, 1988; Dohvoma, 1994; Gandara-Rey et al., 2004).

Langlais, Robert P. 2013. Atlas berwarna Lesi mulut yang sering ditemukan. Jakarta.
EGC.

Raborn GW, Grace M. Herpes simplex type 1 orofacial infections. Herpes. 2009; 18:
6(1): 1-8.

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Vignette Ikgm
    Vignette Ikgm
    Dokumen12 halaman
    Vignette Ikgm
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • Makalah Imtkg
    Makalah Imtkg
    Dokumen30 halaman
    Makalah Imtkg
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • Vignette Ikgm
    Vignette Ikgm
    Dokumen12 halaman
    Vignette Ikgm
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • Ikga Ilman
    Ikga Ilman
    Dokumen1 halaman
    Ikga Ilman
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • Makalahnya Radio
    Makalahnya Radio
    Dokumen42 halaman
    Makalahnya Radio
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • ILMU MAHKOTA TIRUAN - PPT 1
    ILMU MAHKOTA TIRUAN - PPT 1
    Dokumen404 halaman
    ILMU MAHKOTA TIRUAN - PPT 1
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • G
    G
    Dokumen17 halaman
    G
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • DPH Makalah
    DPH Makalah
    Dokumen23 halaman
    DPH Makalah
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • DPH Makalah
    DPH Makalah
    Dokumen23 halaman
    DPH Makalah
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • Translate Buku Om
    Translate Buku Om
    Dokumen8 halaman
    Translate Buku Om
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • Css Ikga
    Css Ikga
    Dokumen10 halaman
    Css Ikga
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • Translate Buku Om
    Translate Buku Om
    Dokumen8 halaman
    Translate Buku Om
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • Css Ikga
    Css Ikga
    Dokumen10 halaman
    Css Ikga
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • Css Perio
    Css Perio
    Dokumen6 halaman
    Css Perio
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • CSS Om Aika
    CSS Om Aika
    Dokumen8 halaman
    CSS Om Aika
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • DPH Makalah
    DPH Makalah
    Dokumen23 halaman
    DPH Makalah
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • Css Om
    Css Om
    Dokumen27 halaman
    Css Om
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat
  • DPH Makalah
    DPH Makalah
    Dokumen23 halaman
    DPH Makalah
    Aika Gleedina
    Belum ada peringkat