Anda di halaman 1dari 81

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2016 DAN CAPAIAN


KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1. Gambaran Umum Daerah


2.1.1. Aspek Geografi
Sebagai Provinsi Kepulauan dan dipisahkan dengan lautan pada setiap
wilayah dan pulau, sudah tentu Provinsi Maluku memiliki Pulau dan lautan yang
banyak dan luas. Secara geografis wilayah kepulauan Maluku memiliki luas
712.479,69 Km2, dimana sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dengan
luas 658.331,52 Km2, sementara luas daratannya hanya sebesar 54.158 Km2. Dengan
karakteristik yang dimiliki tentunya membuat provinsi Maluku memiliki banyak
pulau yakni sebanyak 1.340 pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai
11.000 Km.

Gambar. 2.1. Peta Administrasi Provinsi Maluku

Secara administratif lewat undang-undang Republik Indonesia nomor 32


tahun 2008 Maluku ditetapkan dengan jumlah daerah otonom sebanyak 11
kabupaten/kota. Luas wilayah, jumlah kecamatan dan desa berfariatif, yang secara
keseluruhan dapat diperlihatkan pada tabel berikut ini.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 1


Tahun 2018
Tabel 2.1. Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2015

Jumlah
No Kabupaten / Kota
Kecamatan Desa Kelurahan
1 Kabupaten Maluku Tengah 18 165 6
2 Kabupaten Maluku Tenggara 11 189 2
3 Kabupaten Maluku Tenggara Barat 10 78 1
4 Kabupaten Buru 10 82 -
5 Kabupaten Seram Bagian Timur 15 160 -
6 Kabupaten Seram Bagian Barat 11 92 -
7 Kepulauan Aru 10 117 2
8 Kabupaten Maluku Barat Daya 17 117 -
9 Kabupaten Buru Selatan 6 79 -
10 Kota Ambon 5 30 20
11 Kota Tual 5 26 3
MALUKU 118 1135 34
Sumber : Biro Pemerintahan Setda Maluku 2016

Sebagai wilayah kepulauan, maka sudah tentu Provinsi Maluku


diperhadapkan dengan tantangan yang cukup besar dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. pemerataan pembangunan, infrastruktur yang memadai,
tingkat kemiskinan, pendidikan dan kesehatan adalah tantangan pembangunan dan
sangat diperlukan startegi untuk dapat menyelesaikan sekelompok permasalahan.
Salah satu strategi atau langkah yang dipakai oleh pemerintah dalam menyelasaikan
masalah pembangunan yang dihadapi adalah melakukan perbaikan dalam
pendekatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Untuk itu pendekatan yang
coba digagas oleh pemerintah adalah pendekatan pembangunan yang didasarkan
pada konsep Gugus Pulau. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Nomor
16 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku Tahun 2013-
2033, terdapat 12 Gugus Pulau di Provinsi Maluku, yaitu :
1. Gugus Pulau I meliputi wilayah Pulau Buru;
2. Gugus Pulau II meliputi Wilayah Seram Barat;
3. Gugus Pulau III meliputi Wilayah Seram Utara;
4. Gugus Pulau IV meliputi Wilayah Seram Timur;
5. Gugus Pulau V meliputi Wilayah Seram Selatan;
6. Gugus Pulau VI meliputi Wilayah Kepulauan Banda, P.Teon, P.Nila dan P.Serua;
7. Gugus Pulau VII meliputi Wilayah Pulau Ambon dan PP. Lease;
8. Gugus Pulau VIII meliputi Wilayah Kepulauan Kei;
9. Gugus Pulau IX meliputi Wilayah Kepulauan Aru;
10. Gugus Pulau X meliputi Wilayah Kepulauan Tanimbar;

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 2


Tahun 2018
11. Gugus Pulau XI meliputi Wilayah Kepulauan Babar, Leti, Moa, Lakor dan Damer;
12. Gugus Pulau XII meliputi Wilayah Pulau-Pulau Terselatan dan Pulau Wetar.

2.1.2. Letak dan Kondisi Geografis Provinsi Maluku

Provinsi Maluku terletak diantara 2o30’-9o Lintang Selatan dan 124o-136o


Bujur Timur, dengan batas-batas administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan : Laut Seram
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Lautan Indonesia dan Laut Arafura
Sebelah Timur berbatasan dengan : Pulau Papua
Sebelah Barat berbatasan dengan : Laut Sulawesi.
Kondisi geografis Provinsi Maluku, keseluruhan wilayah adalah wilayah
darat dan lautyang meliputi pulau-pulau besar dan kecil. Pulau terbesar adalah
Pulau Seram (18.625 Km²), Pulau Buru (9.000 Km²), Pulau Yamdena (5.085 Km²)
dan Pulau Wetar (3.624 Km²).
Terdapat 4 (empat) gunung di Provinsi Maluku dimana gunung tertinggi
adalah Gunung Binaya dengan ketinggian 3.055 meter di atas permukaan laut.
Gunung tersebut berada di Pulau Seram. Gunung tertinggi kedua adalah Gunung
Kapala Madan yang berada di Pulau Buru, Kabupaten Buru dengan ketinggian 2.429
meter di atas permukaan laut. Selanjutnya adalah Gunung Salahutu yang berada di
Pulau Ambon dengan ketinggian 1.036 meter di atas permukaan laut.

2.1.3. Topografi Kepulauan Maluku


Kondisi topografi Kepulauan Maluku meliputi dataran rendah, berbukit dan
gunung. Wilayah kabupaten/kota dengan topografi dataran rendah yakni Maluku
Tenggara Barat, Maluku Tenggara, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, Seram
Bagian Timur dan Buru serta Buru Selatan. Pada Tabel 2.2 dapat dilihat rincian luas
wilayah dataran pada masing-masing kabupaten.

Tabel 2.2.
Kondisi Dataran Rendah Di Provinsi Maluku 2012
Dataran
No Kabupaten/Kota Luas (Ha) Lokasi
Rendah
1 Maluku Tenggara Barat Tanimbar 1.100 Pulau Tanimbar
2 Kepulauan Aru Dataran Aru 1.200 Kepulauan Aru
3 Seram Bagian Timur Masiwang 5.000 Pulau Seram
4 Maluku Tengah Seran Selatan 4.000 Pulau Seram

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 3


Tahun 2018
Dataran
No Kabupaten/Kota Luas (Ha) Lokasi
Rendah
Pasahari 40.000 Pulau Seram
5 Seram Bagian Barat Dataran Kawa 10.000 Pulau Seram
Eti 600 Pulau Seram
Kairatu 1.300 Pulau Seram
6 Buru dan Buru Selatan Waeapo 14.000 Pulau Buru
Wai Kating 1.500 Pulau Buru
Wai Kumu 1.250 Pulau Buru
Wai Mala 1.250 Pulau Buru
Rana 1.250 Pulau Buru
Samalagi 1.000 Pulau Buru
Wai Lo 500 Pulau Buru
Jumlah 83.950 -
Sumber : RTRW Provinsi Maluku 2013-2033

2.2. Penggunaan Lahan


Luas Kawasan Hutan di Provinsi Maluku berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor : 871/Menhut-II/2013 tanggal 6 Desember 2013 skala
1:250.000 adalah seluas 3.919.701 Ha, yang terdiri dari Hutan Konservasi seluas
429.543 Ha (10,96%), Hutan Lindung 627.503 Ha (16,01%), Hutan Produksi
Terbatas 894.153 Ha (22,81%), Hutan Produksi Tetap 641.603 Ha (16,37%) dan
Hutan Produksi Konversi 1.326.899 Ha (33,85%).Sedangkan areal penggunaan lain
seluas 1.498.799 Ha. Rincian kawasan hutan menurut kabupaten/kota di Provinsi
Maluku diperlihatkan pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.3.
Luas Kawasan Hutan Di Provinsi Maluku Tahun 2014
Hutan Hutan Hutan
Hutan Hutan
Luas Produksi Produksi Produksi
Kabupaten / Kota Lindung Konservasi Ket.
Hutan Terbatas Tetap Konversi
(HL) (HK)
(HPT) (HP) (HPK)
Kota Ambon 9.597 9.597 - - - - Luas
Daratan=
Maluku Tengah 619.192 134.367 175.743 179.947 28.522 100.614 5.415.500 Ha
Buru 427.434 108.169 6.849 109.960 106.835 95.621
Buru Selatan 345.143 73.260 - 101.497 90.799 79.588 APL =
1.498.799 Ha
Maluku Tenggara 47.144 6.439 18.017 2.399 2.966 17.323
Kota Tual 11.840 9.257 - 987 - 1.596
Maluku Tenggara Barat 419.559 13.012 77.197 78.167 112.385 138.799
Maluku Barat Daya 334.808 34.774 51.168 4.584 71.262 173.021
Seram Bagian Barat 414.449 124.493 32.251 156.087 9.810 91.808
Seram Bagian Timur 512.646 107.880 1.216 260.525 24.757 118.269
Kepulauan Aru 777.887 6.254 67.103 - 194.269 510.261
MALUKU 3.919.701 627.503 429.543 894.153 641.603 1.326.899
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Maluku 2014

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 4


Tahun 2018
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase luas kawasan hutan yang
terbesar berada pada Kabupaten Aru dengan luas 777.887 Ha dan luas kawasan
hutan terkecil berada pada Kota Ambon dengan luas 9.597 Ha.
Luasan kawasan hutan terbesar adalah Kawasan Hutan Produksi Konversi
(HPK) sebesar 1.326.899 Ha atau 34% dari luas Kawasan Hutan, 38% Hutan
Produksi Konversi berada di Kabupaten Kepualuan Aru atau seluas 510.261 Ha.
Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Provinsi Maluku sebesar 894.153 atau
23% dari Luas Kawasan Hutan. 29,31% HPT berada di Kabupaten Seram Bagian
Timur atau seluas 260.525 Ha. Luas Hutan Produksi Tetap di Provinsi Maluku
tercatat sebesar 641.603 ha atau 16% dari Luas Kawasan Hutan. Dari luasan Hutan
Produksi Tetap 30% berada di Kepulauan Aru atau seluas 194.269 Ha.
Dari luas kawasan hutan tersebut telah memenuhi luas minimum
sebagaimana yang dipersyaratkan (minimum 30% luas daratan). Dengan luasan
tersebut diharapkan akan memberikan perlindungan dan pengamanan kepada
masyarakat baik dari segi konservasi, lindung dan produksi.

2.3. Potensi Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah Provinsi Maluku diarahkan dengan mengacu pada


Rencana Tata Ruang baik Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Maluku guna membangun Maluku
sebagai Provinsi Kepulauan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
berbasis pada perikanan (budidaya dan tangkap), pertanian (perkebunan rempah-
rempah), pariwisata (pariwisata bahari, sejarah dan budaya) dan pertambangan
untuk peningkatan perekonomian wilayah melalui pengembangan sistem
keterkaitan kepentingan nasional berbasis mitigasi bencana. Rencana struktur
ruang Provinsi Maluku dilakukan dengan menggunakan pendekatan Laut Pulau,
Gugus Pulau dan Pintu Jamak (Multi Gate) yang diarahkan untuk meningkatkan
interkoneksi antara kawasan perkotaan baik antara Pusat Kegiatan Nasional
dengan Pusat Kegiatan Wilayah maupun dengan Pusat Kegiatan Lokal yang
didukung oleh peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
transportasi, telekomunikasi, energi dan sumber daya air secara terpadu di setiap
Gugus Pulau.
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) mengamanatkan kebijakan dan strategi
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 5
Tahun 2018
penataan ruang wilayah nasional yang diwujudkan dalam kebijakan dan strategi
pengembangan struktur ruang, pola ruang nasional dan kawasan strategis nasional
yang mengatur pemanfaatan ruang di wilayah Provinsi Maluku. Rencana struktur
ruang wilayah nasional di Provinsi Maluku meliputi sistem perkotaan nasional,
sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi nasional, sistem
jaringan telekomunikasi nasional dan sistem jaringan sumber daya air. Sedangkan
rencana pola ruang di Provinsi Maluku mencakup kawasan lindung nasional, dan
kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional serta kawasan strategis
nasional.
Tabel 2.4.
Sistem Perkotaan Nasional di Provinsi Maluku
Pusat
Pusat Kegiatan
Kegiatan Pusat Kegiatan Wilayah
No Kabupaten/Kota Strategis Nasional
Nasional (PKW)
(PKSN)
(PKN)
1 Maluku Tenggara Barat - - Saumlaki
2 Maluku Barat Daya - Tiakur dan Wonreli Ilwaki
3 Maluku Tenggara - Langgur -
4 Maluku Tengah - Masohi dan Wahai -
5 Buru - Namlea -
Kepala Madang dan
6 Buru Selatan - -
Namrole
7 Kep. Aru - - Dobo
Kairatu dan Dataran
8 Seram Bagian Barat - -
Honipopu
Werinama, Bula dan
9 Seram Bagian Timur - -
Dataran Hunimua
10 Ambon Ambon - -
11 Tual - Tual -
Sumber : RTRW Provinsi Maluku 2013-2033

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Provinsi Maluku yang tersebar di 11


Kabupaten/Kota, yaitu Yamtel, Namsela, Tubyal, Waenetat, Ilath, Waplau,
Airbuaya, Sawa, Wamlana, Kubalahin, Basalele, Kayeli, Teluk Bara, Leksula,
Waisama, Wailua, Biloro, Elfule, Fena Fafan, Taniwel, Waisala, Hunitetu, Latu,
Kamal, Luhu, Tomalehu Timur, Dan Uwen Pantai, Amahai, Banda Naira, Sahulau,
Saparua, Pelauw, Hila, Ameth, Laimu, Tehoru, Tulehu, Kobisonta, Makariki, Geser,
Kilalir, Atiahu, Wermaf Kampung Baru, Weiketam Baru, Tamher Timur, Air Kasar,
Kilmuri, Pulau Panjang, Miran, Elat, Weduar, Holath, Ohoira, Rumat, Larat, Adaut,
Lorulung, Seira, Romean, Wunlah, Alusi Kelaan, Adodo Molo, Tutukembong, Weet,
Wulur, Tepa, Letwurung, Serwaru, Lelang, Jerol, Benjina, Marlasi, Batulei, Koijabi,
Longgar, Meror.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 6


Tahun 2018
Tabel 2.5.
Sistem Arahan Sistem Jaringan Struktur Ruang
Wilayah Nasional Di Provinsi Maluku
Sistem Jaringan
Sistem Jaringan Transportasi Sistem Jaringan Sumber
No. Kabupaten/Kota Telekomunikasi
Nasional Daya Air
Nasional
1. Maluku Tengah - Jaringan Jalan Nasional Arteri - Jaringan Terestrial WS Strategis Pulau Ambon-
Primer - Jaringan Satelit Seram
- Jaringan Jalan Strategis
Nasional
2. Maluku Tenggara - Jaringan Jalan Nasional Arteri - Jaringan Terestrial WS Strategis Nasional
Primer - Jaringan Satelit Kepulauan Kei-Aru
- Jaringan Jalan Strategis
Nasional
3. Maluku Tenggara - Jaringan Jalan Nasional Arteri - Jaringan Terestrial WS Strategis Nasional
Barat Primer - Jaringan Satelit Yamdena-Wetar
- Jaringan Jalan Strategis
Nasional
- Pelabuhan Nasional
- Bandar Udara Tersier
4. Buru - Jaringan Jalan Nasional Arteri - Jaringan Terestrial WS Strategi Nasional Pulau
Primer - Jaringan Satelit Buru
- Jaringan Jalan Strategis
Nasional
5. Seram Bagian - Jaringan Jalan Nasional Arteri - Jaringan Terestrial WS Strategis Nasional Pulau
Timur Primer - Jaringan Satelit Ambon-Seram
- Jaringan Jalan Strategis
Nasional
6. Seram Bagian - Jaringan Jalan Nasional Arteri - Jaringan Terestrial WS Strategis Nasional Pulau
Barat Primer - Jaringan Satelit Ambon-Seram
- Jaringan Jalan Strategis
Nasional
7. Kepulauan Aru - Jaringan Jalan Nasional Arteri - Jaringan Terestrial WS Strategis Nasional
Primer - Jaringan Satelit Kepulauan Kei-Aru
- Jaringan Jalan Strategis
Nasional
8. Maluku Barat - Jaringan Jalan Nasional Arteri - Jaringan Terestrial WS Strategis Nasional
Daya Primer - Jaringan Satelit Kepulauan Yamdena-Wetar
- Jaringan Jalan Strategis
Nasional
9. Buru Selatan - Jaringan Jalan Nasional Arteri - Jaringan Terestrial WS Strategis Nasional Pulau
Primer - Jaringan Satelit Buru
- Jaringan Jalan Strategis
Nasional
10. Ambon - Jaringan Jalan Nasional Arteri - Jaringan Terestrial WS Strategis Nasional Pulau
Primer - Jaringan Satelit Ambon-Seram
- Jaringan Jalan Kolektor Primer
- Jaringan Jalan Strategis
Nasional
- Pelabuhan Internasional
- Bandar Udara Tersier
11. Tual - Jaringan Jalan Nasional Arteri - Jaringan Terestrial WS Strategis Nasional
Primer - Jaringan Satelit Kepulauan Kei-Aru
- Jaringan Jalan Strategis
Nasional
Sumber : RTRWN Tahun 2008, RTRW Tahun 2013-2033 Provinsi Maluku

Strategi pengembangan struktur ruang nasional diarahkan untuk


meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh
wilayah nasional. Sebagai upaya mewujudkan strategi pengembangan wilayah
nasional, Provinsi Maluku mengemban peran sebagai Provinsi Kepulauan dan
Lumbung Ikan Nasional didukung oleh keberadaan jaringan jalan arteri primer,
jaringan jalan kolektor primer, jaringan jalan strategis nasional dan jaringan jalan
kolektor primer. Dua jaringan transportasi di Provinsi Maluku juga didukung oleh
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 7
Tahun 2018
jaringan transportasi laut, pengembangan jaringan telekomunikasi berupa jaringan
terestrial dan jaringan satelit serta peningkatan kualitas jaringan sumber daya air
melalui ketersediaan air baku yang bersumber dari Satuan Wilayah Sungai (SWS)
yang merupakan WS strategis nasional di Maluku.

Tabel 2.6.
Sistem Arahan Pola Ruang Wilayah Nasional Di Provinsi Maluku
Kabupaten/ Kawasan Lindung Kawasan Budidaya
No Kawasan Strategis Nasional
Kota Nasional Strategis Nasional

1 Maluku - Cagar Alam Tanjung - Kawasan Seram - Kawasan Pengembangan


Tengah Sial (Pertanian, kehutanan, Ekonomi Terpadu Seram
- Cagar Alam Laut Banda perkebunan, perikanan, - Kawasan Laut Banda
- Taman Nasional pariwisata)
Manusela - Kawasan Andalan Laut
- Taman Wisata Alam Banda (Perikanan,
Laut Pulau Pombo pertambangan,
- Taman Wisata Alam pariwisata)
Laut Banda
2 Maluku - Cagar Alam Daab - Kawasan Kei sampai Aru,
Tenggara Pulau Wetar-Pulau
Tanimbar (Perikanan,
pertanian, kehutanan,
perkebunan, industri)
3 Maluku - Suaka Margasatwa - Kawasan Kei sampai Aru Kawasan Perbatasan Laut RI
Tenggara Tanimbar Pulau Wetar-Pulau
Barat - Cagar Alam Pulau Tanimbar (Perikanan,
Nuswotar pertanian, kehutanan,
- Cagar Alam Pulau Larat perkebunan, industri)
- Cagar Alam Tafermaar - Kawasan Andalan Laut
Arafura dan Sekitarnya
(Perikanan laut,
pertambangan,
pariwisata)

4 Buru - Cagar Alam Masbait - Kawasan Buru


- Cagar Alam Masarete (Perkebunan, perikanan,
pertanian, pariwisata)
5 Seram Bagian Kawasan Seram Kawasan Pengembangan
Timur (Pertanian, kehutanan, Ekonomi Terpadu Seram
perkebunan, perikanan,
pariwisata)
6 Seram Bagian - Suaka Margasatwa Laut Kawasan Seram Kawasan Pengembangan
Barat Pulau Kassa (Pertanian, kehutanan, Ekonomi Terpadu Seram
- Cagar Alam Gunung perkebunan, perikanan,
Sahuwai pariwisata)
- Taman Wisata Alam
Laut Pulau Kassa
- Taman Wisata Alam
Laut Pulau Marsegu
dan Sekitarnya
7 Kepulauan - Suaka Margasatwa - Kawasan Kei Sampai Aru Kawasan Perbatasan Laut RI
Aru Pulau Baun Pulau Wetar-Pulau
- Cagar Alam Laut Tanimbar (Perikanan,
Kepulauan Aru pertanian, kehutanan,
Tenggara perkebunan, industri)
- Suaka Margasatwa
Pulau Kobror
8 Maluku - Cagar Alam Bekau - Kawasan Kei Kawasan Perbatasan
Barat Daya Huhun Sampai Aru Pulau Laut RI
Wetar-Pulau
Tanimbar
(Perikanan,
pertanian,
kehutanan,
perkebunan dan
industri)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 8


Tahun 2018
Kabupaten/ Kawasan Lindung Kawasan Budidaya
No Kawasan Strategis Nasional
Kota Nasional Strategis Nasional

9 Buru - Kawasan Buru


Selatan (Perkebunan,
perikanan,
pertanian,
pariwisata)
10 Ambon - - -
11 Tual - Kawasan Kei
sampai Aru Pulau
Wetar-Pulau
Tanimbar
(Perikanan,
pertanian,
kehutanan,
perkebunan dan
industri)
Sumber : RTRWN Tahun 2008, RTRW Tahun 2013-2033 Provinsi Maluku

Kebijakan pengembangan kawasan budidaya di Provinsi Maluku


diarahkan dengan melakukan pengembangan kawasan budidaya unggulan yang
memiliki nilai strategis. Kawasan perikanan dan pertanian yang diarahkan sebagai
kawasan pengembangan budidaya komoditas unggulan berupa kawasan perikanan
budidaya dan perikanan tangkap serta pertanian tanaman pangan, peternakan,
perkebunan, pengembangan komoditas pertanian dengan pengembangan kawasan
potensial pertanian, tanaman pangan, komoditas padi dan sagu, kawasan
berpotensi perkebunan cengkeh, pala, kelapa, kakao, pohon kayu putih, jambu
mete, kopi, dan vanili. Sektor unggulan pertanian diarahkan pada kabupaten/kota
yang meliputi Kabupaten Buru, Kabupaten Buru Selatan, Kabupaten Seram Bagian
Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten
Maluku Tenggara, Kota Tual, Kota Ambon, Kepulauan Aru, Kabupaten Maluku
Tenggara Barat, dan Kabupaten Maluku Barat Daya. Pengembangan komoditas
perikanan dengan pengembangan kawasan berpotensi perikanan budidaya dan
pengembangan kawasan berpotensi perikanan tangkap dan Kawasan
Pengembangan Pariwisata diarahkan pada 11 Kabupaten/Kota.
Pengembangan kawasan strategis Provinsi dengan sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi berupa kawasan pertanian, kawasan pengembangan
budidaya komoditas perkebunan unggulan, kawasan pengembangan pariwisata
dan kawasan pengembangan komoditas perikanan diarahkan dengan
meningkatkan dukungan ketersediaan dan kehandalan serta daya jangkau
infrastruktur wilayah melalui peningkatan kapasitas jalan, penyediaan jaringan

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 9


Tahun 2018
prasarana dan sarana transportasi, peningkatan kualitas dan cakupan pengelolaan
sumber daya air dan peningkatan ketersediaan infrastruktur energi sehingga peran
dan fungsi Provinsi Maluku sebagai Provinsi Kepulauan dan sebagai Lumbung Ikan
Nasional dapat terwujud. Kawasan yang berpotensi untuk diarahkan sebagai
pengembangan komoditas pertambangan meliputi pengembangan kawasan
pertambangan komoditas mineral Mangan dan Nikel diarahkan pada Kabupaten
Maluku Tengah dan pengembangan kawasan pertambangan minyak bumi
diarahkan pada Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Kabupaten Maluku Barat
Daya. Pengembangan kawasan pariwisata diharapkan dapat mendukung
pertumbuhan dan penciptaan lapangan pekerjaan yang bermuara pada
peningkatan ragam sumber dan volume pendapatan masyarakat lokal yang
diharapkan tidak menurunkan kualitas lingkungan dan terganggunya habitat
berbagai flora dan fauna.

2.4. Wilayah Rawan Bencana

Maluku memiliki kekhususan dalam hal kerawanan bencana. Beberapa


fakta menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
(1). Kepulauan Maluku ditinjau dari aspek tektonik, berada pada pertemuan tiga
lempeng bumi yakni lempeng Eurasia yang meliputi antara lain Pulau Seram,
Buru, Ambon dan pulau-pulau sekitarnya yang bergerak relatif ke arah
tenggara, berinteraksi dengan lempeng Hindia, Australia yang relatif
bergerak ke arah Utara dengan kecepatan 10 cm/tahun dan lempeng Pasifik
yang bergerak relatif ke arah barat dengan kecepatan 12 cm/tahun, zona
pertemuan antara ketiga lempeng tersebut membentuk palung yang
mempunyai kedalaman sekitar 4.500-7.000 Meter yang dikenal dengan nama
Zona Tumbukan atau Zona Subduksi, akibat dari benturan tersebut
terbentuklah patahan-patahan (sesar) yang berpotensi menimbulkan
ancaman bencana alam seperti Gempa Bumi, Tsunami, Tanah Longsor,
Letusan Gunung Api dan bencana lainnya.
(2). Secara klimatologis wilayah Provinsi Maluku memiliki pola musim yang
berbeda di setiap daerah. Pulau Ambon, Lease, Banda dan Seram hampir
memiliki pola musim yang sama, dimana musim hujan terjadi pada bulan
April sampai dengan September dengan puncak curah hujan terjadi pada
bulan Juni sampai dengan bulan Agustus. Sedangkan musim kemarau terjadi
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 10
Tahun 2018
pada bulan Oktober sampai dengan bulan Maret. Wilayah Pulau Buru, Tual,
Saumlaki dan Geser hampir memiliki pola musim yang sama yakni musim
hujan terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dan musim
kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan September. Dari
perbedaan pola musim yang terjadi di wilayah Provinsi Maluku maka untuk
setiap daerah tentunya memiliki potensi bencana sesuai dengan
karakteristik daerah masing-masing seperti banjir, tanah longsor, angin
puting beliung, gelombang pasang, abrasi dan lain-lain yang dapat
menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, sarana dan prasarana
fisik, maupun penderitaan manusia yang pada akhirnya akan menghambat
pelaksanaan pembangunan di Provinsi Maluku
(3). Daerah rawan bencana di Provinsi Maluku meliputi 11 Kabupaten/Kota
yakni Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan Kei, Kepulauan Lease,
Kepulauan Banda, Pulau Seram, Pulau Ambon, Kawasan Pulau Buru dan
sekitarnya, kawasan Pulau Wetar dan sekitarnya serta jenis ancaman yang
berbeda seperti Banjir, Tanah Longsor, Badai dan Angin Topan, Angin Puting
Beliung, Gempa Bumi dan Tsunami, Letusan Gunung Berapi, Gelombang
Pasang, Abrasi, Epidemi dan Wabah penyakit, Kemarau dan Kekeringan,
Banjir Rob, Kebakaran Hutan, Banjir Bandang dan Kecelakaan Laut.

Tabel 2.7.
Jenis Bencana Di Provinsi Maluku Tahun 2012 – 2015
Jumlah Kejadian
Jenis Bencana
2012 2013 2014 2015 Total
Banjir dan Tanah 3 78
72 3 86
Longsor
Kecelakaan
16 12 12 42 82
Transportasi Laut
Angin Puting Beliung 39 3 3 21 66
Konflik Sosial 18 - 3 3 24
Gempa Bumi 980 1 1 28 1.010
Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Maluku Tahun 2016

2.5. Demografis
2.5.1. Penduduk
Negara Indonesia termasuk salah satu Negara yang memiliki kepadatan
penduduk yang tinggi. Setiap wilayah memiliki tingkat kepadatan penduduk serta
struktur penduduk yang berbeda pula. Struktur penduduk disuatu wilayah meliputi
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 11
Tahun 2018
jumlah,persebaran dan komposisi penduduk.Struktur penduduk di suatu wilayah
tersebut selalu mengalami perubahan dari waktu kewaktu dikarenakan proses
demografi yaitu kelahiran,kematian dan migrasi.Oleh karena struktur penduduk
yang dinamis atau senantiasa mengalami perubahan dari waktu kewaktu maka
perlu sekali untuk mengetahui komposisi penduduk disuatu wilayah, hal ini
dikarenakan komposisi penduduk dapat memberikan gambaran mengenai
pengelompokan penduduk berdasarkan pegelompokkan kriteria tertentu.
Melalui komposisi penduduk akan diperoleh berbagai data mengenai
penduduk menurut jenis kelamin dan pengelompokkan umur. Demikian nantinya
akan dapat diketahui kelompok umur produktif dan tidak produktif, sehingga hal ini
akan memudahkan pemerintah disuatu untuk meramalkan kebijakan apa yang akan
diambil ketika melakukan pembangunan.
Di Provinsi Maluku masalah kependukan menjadi salah satu masalah yang
akan terus dibenahi dan terus dievalusai oleh Pemerintah Daerah, sebab dengan ini
maka Pemeritah Daerah akan menemukan berbagai solusi atau kebijakan yang
nantinya menjadi rujukan untuk memperkirakan jumlah SDM atau tenaga kerja yang
dapat diserap dalam kegiatan pembangunan, sedangkan sebagai output
pembangunan, data jumlah dan struktur penduduk digunakan untuk menentukan
beberapa kelompok sasaran (target groups) pembangunan, misalnya balita,
penduduk usia sekolah, penduduk miskin, dan lansia.
Untuk menetukan kelompok sasaran pembangunan yang ditetapkan
berdasarkan umur, maka salah satu jenis data yang digunakan adalah data mengenai
demografis penduduk atau juga disebut dengan komposisi penduduk menurut umur
atau kelompok umur. Pada Tabel 2.8, selama selang waktu 5 tahun yakni 2010 –
2016 menunjukan bahwa Jumlah penduduk pada Provinsi Maluku mengalami
peningkatan dari 1.686.469 jiwa pada tahun 2015 menjadi 1.715.548 jiwa pada
tahun 2016 atau meningkat sekitar 1,7 % .

Tabel 2.8
Jumlah Penduduk Maluku Menurut Jenis Kelamin, 2010-2016
Jumlah Penduduk
Tahun Total
Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
2010 778.317 763.586 1.541.903

2011 792.703 777.954 1.570.657

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 12


Tahun 2018
2012 807.146 792.359 1.599.505

2013 821.611 806.802 1.628.413

2014 836.111 821.298 1.657.409

2015 850.637 835.832 1.686.469

2016 865.168 850.380 1.715.548

Sumber: BPS Provinsi Maluku, 2017

Jumlah Penduduk berdasarkan Kabupate/Kota pada 2016 seperti disajikan


dalam tabel 2.9 berikut menunjukkan bahwa sebaran penduduk sebagian besar
terkonsentrasi di 3 (tiga) kabupaten/kota, yaitu Kota Ambon sebesar 427.934 jiwa,
Kabupaten Maluku Tengah sebesar 370.527 jiwa, dan Kabupaten Seram Bagian
Barat sebesar 170.023 jiwa.

Tabel 2.9
Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 - 2016
Kode Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 2016

8101 Maluku Tenggara Barat 109.768 108.665 109.589 110.425 111.083

8102 Maluku Tenggara 100.154 98.073 98.474 98.684 99.086

8103 Maluku Tengah 375.393 367.177 368.29 369.315 370.527

8104 Buru 115.004 120.181 124.022 127.908 131.773


8105 Kepulauan Aru 88.132 88.739 89.995 91.277 92.578
8106 Seram Bagian Barat 171.129 168.134 168.829 169.481 170.023
8107 Seram Bagian Timur 103.89 104.902 106.698 108.406 110.024
8108 Maluku Barat Daya 72.981 71.707 72.01 72.284 72.504
8109 Buru Selatan 56.368 57.188 58.197 59.289 60.327
8171 Kota Ambon 354.464 379.615 395.423 411.617 427.934
8172 Kota Tual 61.503 64.032 65.882 67.783 69.689
TOTAL 1.608.786 1.628.413 1.657.409 1.686.469 1.715.548

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017

Dari aspek struktur umur menunjukkan bahwa penduduk Maluku masih


tergolong penduduk “muda” sebagaimana disajikan dalam tabel 2.10. Kondisi ini
tercermin dari proporsi penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun masih cukup
tinggi yakni sebesar 35,34% pada tahun 2010 dan sedikit mengalami penurunan
menjadi 33,88% pada tahun 2015.
Proporsi penduduk usia tidak produktif kelompok umur 0-14 dan >65 tahun
menunjukkan angka beban ketergantungan. Pada tahun 2010 angka beban
ketergantungan sebesar 65,28, artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 13
Tahun 2018
harus menanggung sekitar 65 penduduk usia tidak produktif. Pada tahun 2015,
angka beban ketergantungan mengalami penuruan menjadi 61,07 yang artinya
setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 61 penduduk
usia tidak produktif.

Tabel 2.10.
Komposisi Penduduk dan Angka Beban Ketergantungan
di Provinsi Maluku, Tahun 2010-2015
Angka Beban
Tahun 0-14 Tahun 15-64 Tahun ≥65 Tahun
Ketergantungan
(1) (2) (3) (4) (5)
2010 35,34 60,50 4,16 65,28

2011 36,66 59,60 3,74 67,77

2012 36,65 59,26 4,09 68,76

2013 36,86 59,06 4,08 69,33

2014 34,97 61,03 4,00 63,85

2015 33,88 62,09 4,04 61,07


Sumber: BPS Provinsi Maluku, 2016

2.6. Aspek Kesejahteraan Masyarakat


2.6.1. Pertumbuhan Ekonomi/PDRB
PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran
dan struktur ekonomi, sedang PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk
mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Dalam tabel 2.11
berikut diketahui bahwa Perekonomian Provinsi Maluku berdasarkan PDRB atas
dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun dasar 2010 Triwulan I tahun
2016 sebesar 8,8 trilyun rupiah dan meningkat pada periode yang sama di tahun
2017 yakni sebesat 9,52 trilyun rupiah.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 14


Tahun 2018
Tabel 2.11
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010,
Triwulan I Tahun 2017 dan Triwulan I - IV Tahun 2016 (Rp. Juta)

Sumber : BPS
P Provinsi Maluku, 2017
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

Pada tabel 2.12 berikut terlihat perekonomian Maluku triwulan I tahun 2017
tumbuh sebesar 6,19 persen jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada
tahu sebelumnya. pertumbuhan terjadi pada seluruh kategori. informasi dan
komunikasi merupakan kategori yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar
9,97 persen, diikuti oleh kategori pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 8,72
persen dan kategori Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobi-Sepeda Motor
sebesar 8,29 persen.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 15


Tahun 2018
Tabel 2.12
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010
Triwulan II – IV Tahun 2016 dan Triwulan I Tahun 2017 (Persen)

Sumber : BPS Provinsi Maluku, 2017

Apabila dibandingkan pertriwulan antara tahun 2016 dan 2017 (y-on-y),


Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan I Tahun 2016mengalami
pertumbuhan yang sama dibandingkan dengan triwulan I tahun 2017. Pertumbuhan
ekonomi Provinsi Maluku pada Triwulan Itahun 2017 terhadap Triwulan I tahun
2016 sebesar 6,19 persen.
Kinerja perekonomian daerah Provinsi Maluku selama pada tahun 2016
sampai dengan triwulan I tahun 2017 seperti tercantum dalam tabel 2.13 berikut
menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Produk Domestik Regional Bruto
Provinsi Maluku atas dasar harga konstan pada triwulan I tahun 2016 sebesar 6,30
trilyun rupiah telah meningkat menjadi 6,69 trilyun rupiah pada triwulan I
tahun 2017.
Sektor Pertanian, kehutanan dan perikanan memiliki PDRB tertinggi pada
Triwulan I tahun 2017. PDRB Pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan IV
tahun 2016 sebesar 1,60 trilyun rupiah meningkat menjadi 1,63 trilyun rupiah pada
triwulan I tahun 2017, sementara untuk kategori lainnya yang turut memberi andil

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 16


Tahun 2018
pada PDRB Provinsi Maluku sebagian besar mengalami penurunan dari Triwulan IV
tahun 2016 sampai pada Triwulan I tahun 2017.
Tabel 2.13
PDRB Atas Dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010
Triwulan I Tahun 2017 dan Triwulan I – IV Tahun 2016 (Rp.Juta)

Sumber : BPS Provinsi Maluku, 2017

Meskipun Perekonomian Daerah terus mengalami peningkatan selama


periode 2011 - 2016, namun laju pertumbuhannya berfluktuasi. Pertumbuhan
ekonomi Maluku pada tahun 2011 mencapai 6,5 persen, dan mengalami penurunan
pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 kemudian mengalami peningkatan
pada tahun 2014. Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan
bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 5,44 persen tahun 2015 menjadi
5,76 persen pada tahun 2016. Laju pertumbuhan ekonomi maluku pada umumnya
bersifat fluktuatif karena pengaruh dampak global atau secara nasional dari imbas
turunya harga rupiah atau melemahnya haraga rupiah terhadap dolar.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 17


Tahun 2018
Gambar 2.2
Laju Pertumbuhan Ekonomi Maluku dan Indonesia
tahun 2010 –2015
9
8 7.81
6.5 6.7
7 6.2 5.78 5.76
6 5.44
6.06
5 5.14 5.2 5.02
4.79
4
3
2
1
0
2011 2012 2013 2014 2015 *2016
Indonesia 6.06 7.81 5.14 5.2 4.79 5.02
Maluku 6.5 6.2 5.78 6.7 5.44 5.76

Sumber : BPS Provinsi Maluku, 2016

2.6.2. Perkembagan Inflasi Daerah


Pencapaian inflasi tahunan Provinsi Maluku pada triwulan IV-2016 tercatat
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2016,
inflasi Maluku tercatat 3,26 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan laju
inflasi pada triwulan sebelumnya yaitu 2,90% (yoy) (Tabel 2.14). Pencapaian
tersebut masih lebih rendah dibandingkan target inflasi tahun 2016 berdasarkan
roadmap pengendalian inflasi yang disusun oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah
(TPID) Provinsi Maluku yaitu 5,5persen ± 1persen, dan juga lebih rendah
dibandingkan realisasi inflasi tahun sebelumnya yaitu 6,15 persen (yoy).
Namun apabila dilihat secara nasional pencapaian tersebut masih berada
jauh diatas inflasi nasional yang sebesar 3.02persen (yoy). Meskipun melambat,
pencapaian inflasi Maluku masih relative tinggi dibanding provinsi lain di Kawasan
Timur Indonesia (KTI) maupun inflasi nasional. Inflasi Maluku yang sebesar 3,26
persen (yoy), tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi KTI yang hanya sebesar 2,90
persen (yoy), sedangkan tingkat inflasi terendah yakni provinsi Sulawesi Utara
sebesar 0,35 persen (yoy).

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 18


Tahun 2018
Tabel 2.14
Perkembangan Inflasi Provinsi di Kawasan KTI
Tahun 2016

Sumber : KEKR BI (Februari 2017) Tahun 2017

2.6.3. Indeks Gini


Salah satu indikator untuk mengukur ketimpangan pendapatan adalah
koefisien Gini (Gini Ratio) Nilai dari Indeks Gini berkisar dari 0 sampai 1. Semakin
mendekati 0 dikatakan bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran antar kelompok
pengeluaran semakin rendah, sebaliknya semakin mendekati 1 dikatakan bahwa
tingkat ketimpangan pengeluaran antar kelompok pengeluaran semakin tinggi.
Berdasarkan kriteria tingkat ketimpangan pendapatan penduduk yang
dikeluarkan oleh Bank Duniatersebut, terlihat selama periode 2008-2015 tingkat
ketimpangan pendapatan (dengan pendekatan pengeluaran) penduduk Maluku
tergolong sedang. Hal ini tampak dari persentase pengeluaran pada kelompok 40
persen terendah pada tahun 2015 adalah 21,45 persen, naik dari tahun sebelumnya
yaitu 19,83 persen.
Demikian pula halnya dengan Indeks Gini. Pada tahun 2013 Indeks Gini
tercatat sebesar 0,37, kemudian pada tahun 2014 menjadi 0,33 dan meningkat
menjadi 0,34 pada tahun 2015 yang mengindikasikan adanya ketimpangan
pengeluaran penduduk yang lebih besar pada tahun 2015 dibandingkan tahun
sebelumnya dimana pada tahun 2013 dan tahun 2014 indeks gini menunjukan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 19
Tahun 2018
kecenderungan mengalami penurunan. Indeks Gini tersebut masih jauh berada
dibawah angka 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat ketimpangan
pengeluran antar kelompok pengeluaran tergolong sedang, namun menunjukan
kecenderungan meningkat.
Tabel. 2.15.
Distribusi Pembagian Pengeluaran Per Kapita dan Indeks Gini
di Provinsi Maluku Tahun 2012 – 2015
Distribusi
2012 2013 2014 2015
Pengeluaran Perkapita
40% Rendah 18,13 22,89 19,83 21,45
40% Menengah 41,45 44,97 39,41 37,62
20% Tinggi 31,78 32,14 40,76 40,93
Indeks Gini 0,38 0,37 0,33 0,34
Sumber : BPS Provinsi Maluku (Inkesra 2016)

2.6.4. Penduduk di Atas Garis Kemiskinan


Dengan 1.340 pulau yang mengandung berbagai macam sumber daya alam
serta laut yang memiliki 26,5% potensi perikanan Indonesia. Maluku memliki
potensi pengembangan ekonomi yang sangat tinggi. Namun demikian, Provinsi
Maluku masih dihantui tingkat kemiskinan yang sangat tinggi, yaitu sebesar 19,26%
dari total penduduk. hal ini berarti 1 dari 5 penduduk Maluku masih tergolong
miskin. Dibanding dengan provinsi lainnya, tingkat kemiskinan Maluku relative
cukup tinggi, yaitu menduduki peringkat keempat dari seluruh provinsi di Indonesia
(Gambar 2.3).
Gambar 2.3
Perbandingan Tingkat Kemiskinan Antar Provinsi pada September 2016

Pada tahun 2015 jumlah penduduk miskin Provinsi Maluku mengalami


kenaikan

Sumber : KEKR BI, Tahun 2017

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 20


Tahun 2018
Jika dilihat lebih lanjut, kemiskinan antar daerah di Provinsi Maluku juga
terlihat timpang. pada September 2016, tercatat sebesar 83,65 persen dari seluruh
penduduk miskin berada di area pedesaan. Tingkat kemiskinan di daerah pedesaan
dan perkotaan juga tercatat jauh berbeda, yaitu sebesar 26,88 persen terhadap total
penduduk di pedesaan dibanding 7,86 persen di perkotaan. Ketimpangan
kesejahteraan di Maluku juga terlihat antar kota/kabupaten, dengan tingkat
kemiskinan Kota Ambon yang hanya sebesar 4,23 persen, sementara tingkat
kemiskinan di kabupaten lainnya masih berada di atas 15 persen (Gambar 2.4).

Gambar 2.4
Grafik Perbandingan Kemiskinan Antar Kab/Kota Maluku dan
Perkembangan Kemiskinan Pedesaan dan perkotaan Maluku

Prioritas pembangunan Provinsi Maluku pada tahun 2017 salah satunya


adalah

Sumber: KEKR BI, Tahun 2017

Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan


Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan
dikategorikan sebagai penduduk miskin. Garis kemiskinan berguna sebagai
perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat miskin dan
mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program
peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran untuk menanggulangi
kemiskinan.
Sampai dengan tahun 2016 Garis kemiksinan di Provinsi Maluku naik
sebesar 4,78 persen yaitu dari Rp. 405.279 per kapita per bulan pada pada tahun
2015 menjadi Rp. 424.656 per kapita per bulan pada tahun 2016. Apablia dilihat
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 21
Tahun 2018
menurut kompenen pada Garis Kemiskinan yang terdiri dari Garis Kemiskinan
Makanan dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan maka kontribusi yang paling
besar pada kompenen ini adalah peranana komuditai makan jauh lebih besar dari
bukan makanan. Pada tahun 2016 sumbangan GKM terhadap GK adalah sebesar
76,39 persen. Masih besarnya porsi makanan dalam struktur pengeluaran
penduduk adalah kareteristik dari penduduk miskin, yaitu pengahasilan
penduduk lebih banyak digunakan untuk kebutuhan paling dasar seperti
makanan dan minuman dari pada diperhunakan untuk hal yang lain.

Tabel 2.16
Garis Kemiskinan Provinsi Maluku Tahun 2016
GARIS KEMISKINAN (Rp/Kapita/Bulan)
TAHUN
Kota Desa Jumlah
2013 358.068 339.446 346.599
2014 369.738 355. 478 361.022
2015 404.929 405. 502 405.279
2016 424.788 423.698 424.656
Sumber : BPS Provinsi Maluku, 2017

Tingkat kemiskinan penduduk miskin sampai dengan tahun 2016


menunjukan trend yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Apabil
dibandingkan antara tahun 2015 dan 2016 terjadi penurunan presentase
kemiskinan sebesar 0.10 poin. Dalam empat tahun terakhir presentase penduduk
yang rata-rata pengeluaran per bulannya dibawah Garis Kemiskinan atau yang
disebut sebagai penduduk miskin berkurang sebanyak 2,52 poin, sementara dari
segi jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 14,98 ribu jiwa.

Gambar 2.5
Trend Kemiskinan Provinsi Maluku
Tahun 2012 – 2016

Sumber : BPS Provinsi Maluku, 2017

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 22


Tahun 2018
2.6.5. Indeks Pembangunan Manusia
2.6.5.1. Perkembangan Pembangunan Manusia Maluku
Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama tahun 1990,
pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan
yang dimiliki oleh manusia. Diantara banyak pilihan tersebut, pilihan yang
terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan,
dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat
hidup secara layak.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan
manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran
kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi
tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang
layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait
banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan
hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan
gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk
mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli
masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata
besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili
capaian pembangunan untuk hidup layak.
Pembangunan manusia di Indonesia terus mengalami kemajuan yang
ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indonesia. Pada tahun 2016, IPM Indonesia telah mencapai 70,18. Angka ini
meningkat sebesar 0,63 poin dibandingkan dengan IPM Indonesia pada tahun
2015 yang sebesar 69,55. Pada tahun 2016, status pembangunan manusia di
Indonesia meningkat dari “sedang” menjadi “tinggi”. IPM Indonesia pada tahun
2016 tumbuh sebesar 0,91 persen dibandingkan tahun 2015. Secara umum,
pembangunan manusia Indonesia terus mengalami peningkatan selama periode
2012 hingga 2016. IPM Indonesia meningkat dari 67,70 Persen pada tahun 2012
menjadi 70,18 pada tahu 2016. Selama periode tersebut, IPM Indonesia rata-rata
tumbuh 0,91 persen per tahun. Selama periode 2012 hingga 2016, IPM Indonesia
menunjukkan kemajuan besar. Saat ini, pembangunan manusia Indonesia telah
berstatus “tinggi”, sementara selama periode sebelumnya tahun 2012 hingga
2015 pembangunan manusia hanya berstatus “sedang”.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 23
Tahun 2018
Provinsi Maluku sejak tahun 2012 cenderung mengalami peningkatan
sebagaimana disajikan dalam Grafik 2.1 berikut diketahui bahwa IPM Provinsi
Maluku pada tahun 2012 sebesar 65,43 persen dan menjadi 67,60 pada tahun
2016. Kenaikan IPM ini tentunya didorong dari kenaikan kompenen lainya dalam
IPM seperti indikator harapan hidup, harapan dan rata-rata lama sekolah dan
pengeluaran riil perkapita. Meskipun demikian, nilai IPM Provinsi Maluku masih
berada dibawah nilai IPM Nasional. Pada tahun 2016, pembangunan manusia di
Maluku masih berstatus “sedang”, masih sama dengan tahun 2015. IPM Maluku
pada tahun 2016 tumbuh sebesar 0,81 persen dibandingkan tahun 2015.
Meskipun selama periode 2012 hingga 2016 IPM Maluku menunjukkan kemajuan
yang besar, status pembangunan manusia Maluku masih stagnan. Hingga saat ini,
pembangunan mansia tetap berstatus “sedang” sejak tahun 2012.

Gambar 2.6
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku tahun
2012–2016
71
70.18
70 69.55
68.9
69 68.31
68 67.7 67.6
67.05
67 66.74 Indon
66.09 esia
66 65.43
65
64
63
2012 2013 2014 2015 2016
Sumber: BPS Provinsi Maluku, 2017

Apabila IPM Provinsi diletakan dengan sejajar pada IPM Nasional, IPM
Provinsi Maluku selama periode 2012-2016 juga memiliki kecendrungan yang
sama yakni mengalami peningkatan. Tentunya kencendrungan ini akan terus
dipertahankan dan diperbaiki pada tahun-tahun berikutnya sehingga IPM yang
dimiliki oleh Provinsi Maluku akan mampu memberikan kontribusi yang
signifikan pada pembangunan di daerah.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 24


Tahun 2018
2.2.2.2 Disparitas Pembangunan Manusia

Kenaikan IPM Provinsi Maluku dari tahun ke tahun sudah tentunya


menunjukan hal yang positif bagi perkembangan pembangunan di daerah. Akan
tetapi apabila dilihat dari segi pencapaian setiap Kabupaten/Kota yang dimiliki
terlihat masih tingginya disparitas antar daerah. Pada tahun 2014, ketimpangan
tersebut masih terjadi. Pencapaian IPM 2014 untuk Kota Ambon adalah 79,09
sementara Maluku Barat Daya naik tipis menjadi 58,09. Selisih di antara keduanya
bertambah jauh menjadi 21. Walaupun IPM Maluku Barat Daya telah meningkat,
namun hanya sedikit, yaitu 2,34 poin saja. Ketimpangan ini mengindikasikan
pembangunan manusia di Maluku belum merata. Terlepas Kabupaten Maluku
Barat Daya masih berstatus sebagai kabupaten “muda”, pembangunan manusia
selayaknya sudah menjadi prioritas dalam tujuan pembangunan berkelanjutan ke
depannya.
Tabel 2.17
IPM Kabupaten/Kota dan Maluku, 2015
Kabupaten/Kota IPM Peringkat Daerah
(1) (2) (3)
Kabupaten Maluku Tenggara Barat 60,26 9
Kabupaten Maluku Tenggara 63,35 5
Kabupaten Maluku Tengah 68,85 2
Kabupaten Kepulauan Aru 60,50 8
Kabupaten Buru 65,75 3
Kabupaten Seram Bagian Barat 63,05 6
Kabupaten Seram Bagian Timur 60,27 10
Kabupaten Maluku Barat Daya 58,64 11
Kabupaten Buru Selatan 61,48 7
Kota Ambon 79,30 1
Kota Tual 65,20 4
Maluku 67,05 24 (Nasional)
Sumber : BPS Provinsi Maluku, 2016

Disadari memang tidak mudah untuk meningkatkan komponen IPM seperti


angka harapan hidup, dan rata-rata lama sekolah karena harapan hidup sangat
tergantung dari angka kematian dalam periode tertentu. Dalam jangka waktu satu

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 25


Tahun 2018
tahun angka harapan hidup kenaikannya tidak akan melebihi 1 poin, itupun jika
diasumsikan tidak ada kematian. Sementara itu, rata-rata lama sekolah tergantung
dari partisipasi sekolah untuk semua umur. Jadi, yang paling memungkinkan untuk
mempercepat laju IPM adalah dengan meningkatkan kemampuan daya beli
penduduk. Dari kondisi ini maka sekalilagi pembangunan manusia sangat
membutuhkan political will yang kuat dari segenap pimpinan daerah baik legislatif
maupun eksekutif.

2.7. Aspek Pelayanan Umum


2.7.1. Fokus Pendidikan dan Kebudayaan

Aspek pendidikan sampai saat ini menjadi salah satu indikator penting bagi
sebuah negara, khususnya Indonesia. Pendidikan yang baik, dengan pelaksanaan
yang benar, dan berkualitas tentunya akan memberikan dampak yang luar biasa
besarnya bagi pembangunan.
Pendidikan merupakan bahan baku yang mampu melahirkan generasi -
generasi terdidik untuk mencapai pemberdayaan manusia yang optimal dan
berkelanjutan. Tanpa pendidikan, tentu sebuah negara akan dikatakan kurang maju
dan kurang berkembang. Oleh karena itu, perlunya membangun pendidikan menjadi
sebuah urgensi yang hendaknya segera ditangani secara intensif dan
berkesinambungan.
Indikator yang dipakai untuk menilai keberhasilan pembangunan
pendidikan antara lain meliputi : Angka melek huruf, Angka pendidikan yang
ditamatkan, Angka rata-rata lama sekolah, Angka partisipasi murni, Angka
partisipasi kasar.

2.7.1.1. Angka Melek Huruf (AMH) dan Tingkat Pendidikan

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan pendidikan adalah tingkat


melek huruf yang mengindikasikan kemampuan penduduk untuk dapat membaca
dan menulis. Dalam hal ini angka melek huruf merupakan persentase penduduk
usia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis serta mengerti sebuah
kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari.
Secara umum AMH penduduk di Maluku 15 tahun ke atas pada tahun 2010
– 2016 mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 AMH Provinsi Maluku tercatat
97,79 persen meningkat menjadi 100 persen pada tahun 2016. Hal ini
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 26
Tahun 2018
menunjukan bahwa Angka Melek Huruf di Maluku tidak lagi menjadi
permasalahan karena telah mencapai 100 persen (Tabel 2.18).
Tabel 2.18.
Angka Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin
di Provinsi Maluku Tahun 2010 – 2016

Jenis Kelamin 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Laki-laki 98,34 97,60 97,48 93,35 98,78 99,21 99,78

Perempuan 97,25 96,27 98,70 98,25 97,56 89,43 98,91

Total 97,79 96,94 97,84 99,50 99,63 99,99 100


Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku, 2017

Gambaran mengenai peningkatan sumber daya manusia dapat dilihat dari


kualitas tingkat pendidikan penduduk usia 10 tahun keatas seperti disajikan dalam
tabel 2.19 berikut. Penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun 2016 yang sudah
menamatkan sekolah pada jenjang Sekolah Dasar (SD) meningkat yaitu dari 25,96
persen pada tahun 2015 menjadi 38,47 persen pada tahun 2016. Demikian juga
untuk jenjang pendidikan SMP mengalami peningkatan yaitu dari 17,48 persen pada
tahun 2015 naik menjadi 17,48 persen pada tahun 2016 dan jenjang Sekolah
Menengah 15,15 persen pada tahun 2015 naik menjadi 29,26 persen di tahun 2016.
Sementara itu untuk, persentase penduduk yang berusia 10 tahun ke atas yang
tidak/belum pernah sekolah dan belum menamatkan Sekolah Dasar mengalami
perbaikan yakni 17,23 persen 2015 menjadi 1,11 persen pada tahun 2016.

Tabel 2.19.
Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan
di Provinsi Maluku Tahun 2015 dan 2016

Tingkat 2015 2016


Pendidikan L P L+P L P L+P
(1) (8) (8) (8)
Tidak Sekolah/Belum Tamat SD 16.62 16.62 16.62 0.53 0.57 1.11
Sekolah Dasar 25.45 25.45 25.45 17.92 20.55 38.47
SMP 17.44 17.44 17.44 13.95 15.31 29.26
Sekolah Menengah Atas 32.89 32.89 32.89 16.63 16.01 32.64
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku, 2016

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 27


Tahun 2018
2.7.1.2. Rata-rata lama sekolah

Berdasarkan tabel 2.20 berikut, diketahui bahwa rata-rata lama sekolah


penduduk usia 15 tahun ke atas pada Provinsi Maluku semenjak tahun 2011 masih
berada dalam kategori yang baik. Dengan kondisi atau kategori baik ini
mengindikasikan bahwa intervensi pemerintah dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan di daerah yang salah satunya dengan program Wajib Belajar 9
Tahun telah berhasil dalam pelaksanaanya. Seperti terlihat pada tabel berikut
deiketahui bahwa rata-rata lama sekolah untuk penduduk usia 15 tahun keatas
pada tahun 2011 mencapai 8,6 tahun dan sampai pada tahun 2016 sedikit
meningkat menjadi 8,9 tahun. Apabila dilihat dari jenis kelamin berdasarkan tabel
diketahui bahwa Rata-rata lama sekolah penduduk laki-laki maupun perempuan
juga dalam kegori yang sama. Rata-rata lama sekolah laki-laki pada 8,8 tahun pada
tahun 2011 menjadi 9,2 tahun pada tahun 2016 dan untuk perempuan rata-rata
lama sekolah pada tahun 2011 sebesar 8,4 tahun menjadi 8,6 tahun pada tahun
2016. secara sederhana dapat pula disampaikan bawa rata-rata lama sekolah yang
didapati oleh laki-laki lebih tinggi dari rata-rata lama sekolah perempuan.

Tabel 2.20.
Rata-rata Lama Sekolah Menurut Jenis Kelamin
di Provinsi Maluku Tahun 2011 - 2015

Jenis Kelamin 2011 2012 2013 2014 2015 2016


(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Laki-laki 8,8 8,9 9,1 9,1 9,3 9,2

Perempuan 8,4 8,3 8,9 8,7 8,5 8,6

Total 8,6 8,6 9,6 8,9 8,9 8,9


Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku, 2017

2.7.1.3. Tingkat Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah Provisi Maluku selama tahun 2010 sampai


2016 pada tabel 2.21 berikut diketahui meningkat untuk semua kelompok umur.
Berikut diketahui angka partisipasi sekolah di Provinsi Maluku berdasarkan
kelompok umur :

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 28


Tahun 2018
- APS Provinsi Maluku dengan kategori umur 7 – 12 Tahun mengalami
kenaikan yakni 98,27 pada tahun 2010 menjadi 115,87 pada tahun 2016
- APS untuk kategori umur 13 – 15 Tahun mengalami kencendrungan yang
sama yakni naik dari 92,86 persen pada tahun 2010 menjadi 99,54 persen
pada tahun 2016
- Jenjang umur 16 – 18 Tahun pada tahun 2010 sebesar 72,40 persen naik
menjadi 98,12 persen.
Sementara perkembangan berdasarkan Kabupaten/Kota yakni :
- APS tertinggi untuk kelompok umur 7-12 tahun yakni kabupaten Maluku
Tenggara Barat sebesar 191 persen dan terendah adalah Kota Ambon
sebesar 86 persen
- APS pada kelompok umur 13 – 15 Tahun yang tertinggi adalah Maluku
Tenggara Barat sebesar 126 persen dan terendah yakni Kabupaten Seram
Bagian Timur sebesar 81 persen.
- APS dengan kelompok umur 16 – 18 tahun tertinggi adalah Kabupaten
Maluku Tenggara Barat sebesar 128 persen dan terendah adalah Kota Tual
dan Kabupaten Maluku Tengah sebesar 80 persen.

Tabel 2.21.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kabupaten/Kota danKelompok Umur
di Provinsi Maluku Tahun 2010 - 2015
Kabupaten/Kota 7-12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun
(1) (2) (3) (4)
Kabupaten Maluku Tenggara Barat 191 126 128
Kabupaten Maluku Tenggara 110 118 86
Kabupaten Maluku Tengah 98 99 80
Kabupaten Buru 118 86 98
Kabupaten Kepulauan Aru 98 90 119
Kabupaten Seram Bagian Barat 114 106 98
Kabupaten Seram Bagian Timur 128 81 90
Kabupaten Maluku Barat Daya 117 88 111
Kabupaten Buru Selatan 95 90 98
Kota Ambon 86 97 85
Kota Tual 111 114 80
Maluku
2010 98,27 92,86 72,40
2011 98,18 91,89 67,22
2012 114,25 92,11 67,80
2013 115,4 98,28 93,51
2014 111,03 98,57 94,53
2015 115,09 99,51 97,55
2016 115,87 99,54 98,12
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku, 2017

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 29


Tahun 2018
Angka Partisipasi Murni (APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah
tepat waktu, yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD untuk
penduduk usia 7-12 tahun, SMP untuk penduduk usia 13-15 tahun, dan SMA untuk
penduduk usia 16-18 tahun. Pada saat ini pemerintah telah melaksanakan program
wajib belajar 9 tahun dengan sasaran dari program tersebut adalah anak-anak usia
7-12 tahun (SD) dan 13-15 tahun (SMP).
Tabel 2.22 berikut menunjukkan bahwa Angka Partisipasi Murni (APM) juga
menunjukkan penurunan sejalan dengan semakin tingginya tingkat pendidikan. APM
pada tahun 2016 untuk jenjang pendidikan pendidikan SD mencapai 95,94 persen,
jenjang pendidikan SLTP sebesar 94,82 persen dan pada jenjang pendidikan SLTA
sebesar 88,46 persen.

Tabel. 2.22.
Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kabupaten/Kota
dan Jenjang Pendidikan tahun 2016
Kabupaten/Kota SD SLTP SLTA
(1) (2) (3) (4)
Maluku Tenggara Barat 56,61 84,67 72,71
Maluku Tenggara 72,22 66,18 74,34
Maluku Tengah 92,34 77,20 66,62
Buru 80,15 80,27 78,09
Kepulauan Aru 63,35 80,13 72,38
Seram Bagian Barat 95,51 82,64 74,18
Seram Bagian Timur 62,54 79,84 74,86
Maluku Barat Daya 88,60 78,54 64,98
Buru Selatan 61,20 78,06 68,29
Ambon 74,71 82,20 74,71
Tual 92,62 75,20 75,77
Maluku 95,94 94,82 88,46
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku, 2017.

2.7.1.4. Rasio Murid-Guru dan Murid-Kelas

Fasilitas pendidikan yang memadai menjadi salah satu unsur dalam


meningkatkan angka partisipasi sekolah. Sampai dengan saat ini pemerintah terus
berupaya meningkatkan sarana dan prasarana sekolah seperti pembangunan
gedung sekolah baru, penambahan ruang kelas, rehabilitasi gedung dan ruang
sekolah semuanya itu dilakukan semata dalam upaya menjawab program WAJAR 9
Tahun. Upaya lain yang dilakukan adalah menyamaratakan jumlah dan kapasitas
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 30
Tahun 2018
guru pada setiap sekolah, terutama pada daerah-daerah terpencil atau daerah
dengan jumlah guru yang tentunya masih kurang.
Perkembangan fasilitas pendidikan yang digambarkan melalui rasio murid-
guru dan rasio murid-kelas selama lima tahun terakhir disajikan pada Tabel 2.23
berikut. Pada tahun ajaran 2015/2016 seorang guru rata-rata mengajar 12 murid SD
jumlah ini penurunan dari tahun sebelumya 2014/2015 dimana seorang guru rata-
rata mengajar 13 murid SD. Sementara pada jenjang SMP mengalami penurunan
atau dengan kata lain ketersediaan guru masih cukup berbanding dengan
peningkatan jumlah murid. Rasio guru-murid pada tahun ajaran tersebut yakni 12
orang murid diajar oleh 1 orang guru. Jenjang SMA juga mengalami hal yang sama
dengan jenjang pendidikan SD dan SMP tahun ajaran 2015/2016 untuk jenjang ini
rasio murid-guru sebesar 14 .
Tabel 2.23.
Perkembangan Rasio Murid-Guru dan Rasio Murid-Kelas
di Provinsi Maluku 2010/2011 – 2015/2016
Rasio Murid-Guru Rasio Murid-Kelas
Tahun Ajaran
SD SMP S MA SD SMP S MA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2010/2011 23 25 26 30 31 39
2011/2012 16 15 15 22 31 32
2013/2014 18 17 15 24 35 30
2014/2015 18 13 15 25 38 30
2015/2016 13 12 14 23 29 32
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku, 2017

Selain rasio guru-murid, salah satu hal yang menjadi penunjang pendidikan
adalah ketersediaan ruang kelas, dimana ruang kelas haruslah berbanding merata
atau seimbang dengan jumah murid. Pada tahun ajaran 2015/2016, sarana
pendidikan untuk tingkat SD terlihat cukup memadai dimana setiap kelas
menampung sebanyak 23 murid. Sementara banyak murid yang belajar dalam kelas
untuk jenjang SMP pada tahun 2015/2016 mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya yakni sebanyak 29 murid dalam kelas dari 38 murid yang dimiliki pada
tahun 2014/2015, angka untuk jenjang pendidikan SMP tentunya harus menjadi
perhatian oleh pemerintah yakni dengan meningkatkan fasilitas atau penambanan
ruang kelas baru sehingga tidak terjadi penumpukan murid pada setiap kelas.
Jenjang pendidikan SMA mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya
yakni 32 orang murid per kelas pada tahun 2015/2016. Jumlah ini tentunya masih

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 31


Tahun 2018
lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya dimana terjadi pembebanan lebih jumlah
murid dalam kelas yakni 39 murid per kelas pada tahun 2010/2011.
Melihat dari kondisi tersebut (tabel 2.23), maka dapat dikatakan bahwa
dengan semakin besarnya rasio murid-kelas yang berbanding lurus dengan jenjang
pendidikan menunjukkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan penyediaan
sarana pendidikan belum dapat mengimbangi pertambahan murid.

2.1.7.5. Kebudayaan

Provinsi Maluku adala Provinsi yang bercirikan kepulauan, dengan kondisi


wilayah tersebut maka sudah tentunya provinsi maluku memiliki banyak
keanegaramana budaya atau adat istiadat yang melekat pada setiap masyarakat
yang mendiami pulau-pulau yang dimiliki.
Sejarah peradaban di Maluku terbentuk dengan adat negeri raja-raja, yang
mendiami suatu wilayah serta menjalankan kepemerintahannya dalam jangka
waktu tertentu. Kepemerintahan raja-raja pada setiap negeri memiliki adat dan buda
yang mengikat aktifitas kehidupan keseharian masyarakat, seperti; ain ni ain,
kalwedo-kidabela, pela-gandong, tiga batu tungku dan masohi.
Kearifan lokal masyarakat adat inilah yang kemudian menjadi dasar
penguatan jati diri dan identitas masyarakat Maluku dalam tatanan hidup orang
basudara dengan filosofis “sagu salempeng patah dua” atau “potong di kuku, rasa di
daging”, bahkan lebih halus lagi “yang kuat membantu yang lemah” perlu
dikembangkan dalam perilaku hidup masyarakat Maluku.
Guna mempertahankan kelestarian budaya yang dimiliki serta meningkatkan
Tatanan budaya lokal sebagai modal sosial bagi penciptaan kerukunan hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga, tercipta kualitas kehidupan yang
lebih harmonis, maka dilakukan berbagai program dan kegiatan pada tahun 2015,
yang antara lain : program pengelolaan kekayaan budaya dimana program ini
bertujuan untuk menjaga serta upaya melestaraikan benda-benda cagar budaya,
serta peninggalan sejarah lainnya sebagai aset wisata yang dimiliki, pembuatan peta
objek sejarah dan kepurbakalaan, program keragaman budaya dengan kegiatan :
pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah, festival budaya daerah dan
pengelolaan keragaman budaya.
Pelaksanaan berbagai kegiatan tersebut diharapkan untuk mendorong
kebudayaan daerah dalam memberikan arah bagi perwujudan identitas masyarakat
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 32
Tahun 2018
yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan untuk menciptakan iklim
kebersamaan yang harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan mampu
merespons perubahan sosial (modernisasi) secara positif dan produktif sejalan
dengan perkembangan nilai-nilai budaya bangsa dalam rangka membentuk
kepribadian bangsa Indonesia.

2.7.2. Fokus Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu aspek yang penting dalam mengukur


tingkat kesejahteraan masyarakat. Aspek yang penting yang dipakai untuk
mengukur keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pada
bidang kesehatan adalah dengan menggunakan indikator utama angka harapan
hidup dan angka kematian bayi. Aspek penting lainnya yang turut mempengaruhi
kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan yang antara lain diukur melalui
angka kesakitan dan status gizi. Sementara itu, untuk melihat gambaran tentang
kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari
penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan dan jenis pengobatan
yang dilakukan. Oleh karena itu, usaha untuk menin gkatkan dan memelihara mutu
pelayanan kesehatan perlu mendapat perhatian utama. Upaya tersebut antara lain
melalui upaya pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan
pengadaan/peningkatan sarana prasarana dalam bidang medis termasuk
ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
2.7.2.1. Derajat dan Status Kesehatan Penduduk
Derajat kesehatan penduduk merupakan salah satu aspek untuk mengkur
tingkat kesejahteraan sosial dengan menggunakan indikator utama yakni angka
harapan hidup dan angka kematian bayi. Berdasarkan tabel 2.24 perkembangan
angka kematian bayi dan angka harapan hidup Provinsi Maluku dari tahun 2011 –
2016 menunjukan perbaikan. Angka kematian bayi pada tahun 2011 sebesar 7.5
per 1000 kelahiran hidup turun menjadi 6 per 1000 kelahiran hidup pada Tahun
2016. Demikian halnya dengan Angka Harapan Hidup pada tahun 2011 sebesar
67,7 tahun meningkat menjadi 68,7 pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan adaya
perbaikan pelayanan kesehatan dari waktu ke waktu.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 33


Tahun 2018
Tabel 2.24.
Perkembangan Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup
di Provinsi Maluku Tahun 2011 - 2016
Indikator Derajat
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kesehatan
Angka Kematian Bayi 7,5 14,26 10 9 11 6
Angka Harapan Hidup 67,7 67,81 67,88 - 65,31 68,7
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2017

Untuk dapat secara jelas melihat status kesehatan penduduk, maka salah satu
indikator yang dapat dipakai adalah indikator kesakitan. Indikator kesakitan yaitu
presentase penduduk yang mengalami gengguan kesehatan hingga mengganggu
aktivitas kesehariannya selama sebulan sebelum pencecahan.
Tergambar pada tabel 2.25 apabila dilihat menurut kabupaten/kota,
Kabupaten buru yang mengalami keluhan kesehatan terbanyak sebesar 18,47 persen,
kedua terbanyak yakni Seram Bagian Barat dengan jumlah keluhan sebanyak 17,73
persen dibandingkan dengan kebupaten/kota lainya. Kabupaten/kota dengan angka
keluhan yang paling kecil yakni Kabupaten Buru Selatan dengan jumlah 7,65 persen.
Apabila dilihat menurut jenis kelamin angka kesakitan perempuan relative lebih
tinggi dibandingkan dengan laki-laki yakni masing-masing sebesar 12,17 persen dan
11,63 persen. Angka kesakitan menurut jenis kelamin pada kabupaten-kota yang
tertinggi yakni kabupaten buru dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 18,32 persen
dan perempuan sebanyak 18,61 persen, tertinggi kedua yakni kabupaten seram
bagian barat dengan presentase 17,21 untuk laki-laki dan 18,23 persen untuk
perempuan.
Dengan melihat kondisi angka kesakitan yang relative masih tinggi dan
tersebar di kabupaten dan kota, maka akang sangat perlu dilakukan perbaikan atau
peningkatan kebijakan pembangunan di bidang kesehatan.

Tabel 2.25.
Angka Kesakitan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin
di Provinsi Maluku, Tahun 2015
Jenis Kelamin
Kabupaten/Kota Total
Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Maluku Tenggara Barat 9,80 7,41 8,59
Maluku Tenggara 11,05 15,29 13,13
Maluku Tengah 12,18 12,49 12,34

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 34


Tahun 2018
Buru 18,32 18,61 18,47
Kepulauan Aru 7,66 7,77 7,71
Seram Bagian Barat 17,21 18,23 17,73
Seram Bagian Timur 8,88 9,88 9,39
Maluku Barat Daya 13,05 13,93 13,50
Buru Selatan 8,10 7,23 7,65
Ambon 9,21 10,06 9,63
Tual 11,35 10,50 10,92
Maluku 11,63 12,17 11,90
Sumber: BPS Provinsi Maluku, 2016

2.7.2.2. Pemberian ASI dan Gizi Balita

Kebutuhan bayi akan zat gizi melampaui kebutuhan orang dewasa, nyaris dua
kali lipat. Kebutuhan nutrisi bayi sampai usia 6 bulan dapat dipenuhi hanya dengan
memberikan air susu ibu (ASI) saja atau yang dikenal sebagai “ASI eksklusif”. ASI
eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-6
bulan. Bayi tidak diberikan apa-apa, kecuali makanan yang langsung diproduksi oleh
ibu karena bayi memperoleh nutrisi terbaiknya melalui ASI.
Cakupan Bayi 0 - 6 Bulan yang mendapat Asi Ekslusif Tahun 2016 sesuai
Tabel 2.26 yang terbesar cakupannya yakni Kabupaten Maluku Tenggara sebanyak 63
persen, terbesar kedua adalah Maluku Tengah sebanyak 62 persen. Sedangkan
cakupan bayi mendapatkan Asi Eksklusif terendah ada pada kabupaten Seram Bagian
Timur sebesar 8 persen. Sementara secara keseluruhan persentase cakupan bayi
mendapatkan asi eksklusif di Provinsi Maluku baru mencapai 45,32 persen di tahun
2016. Berdasarkan tabel dibawah ini dapat juga disimpulkan bahwa asi eksklusif
sebagai asupan gizi utama bayi dengan usia 0 – 6 bulan belum dirasakan cukup
penting bagi rata-rata masyarakat. Olehnya itu perlu didorong dan dilakukan
penguatan bagai setiap masyarakat bahwa betapa pentingnya asupan ASI bagi tumbuh
kembang bayi.

Tabel 2.26.
Cakupan Bayi 0-6 Bulan Mendapat Asi Eksklusif
Di Provinsi Maluku Tahun 2016

Kabupaten/Kota Sasaran Bayi 0-6 Bulan Cakupan %


(1) (2) (3) (4)
Maluku Tenggara Barat 2.295 262 11
Maluku Tenggara 1.595 1.101 63
Maluku Tengah 2.453 1.511 62
Buru 3.262 1.103 34
Kepulauan Aru 1.067 540 51
Seram Bagian Barat 2.095 446 21

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 35


Tahun 2018
Seram Bagian Timur 907 70 8
Maluku Barat Daya - - -
Buru Selatan 1.166 204 17
Ambon 3.847 3.481 9
Tual 1.159 278 24
Maluku 19.846 8.996 45,32
Sumber: BPS Provinsi Maluku, 2017

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk


anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran
yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat. Sebagaimana
tercantum dalam tabel 2.27 berikut diketahui bahwa balita berstatus gizi kurang
pada tahun 2013 sebesar 6,9 persen telah turun atau mengalami perbaikan menjadi
3,6 persen pada tahun 2015, kemudian meningkat pada tahun 2016 menjadi 18,2
persen. Persentase balita yang status gizinya baik pada tahun 2013 sebesar 92,3
persen mengalami penurunan menjadi 74,7 persen pada tahun 2016. Sementara
untuk bayi berstatus “gizi lebih” sedikit mengalami penurunan dari 0,7 persen pada
tahun 2013 menjadi 1,1 persen pada tahun 2016.

Tabel 2.27.
Persentase Balita Menurut Status Gizi dan Kabupaten/Kota
di Provinsi Maluku, Tahun 2010-2016 (%)

Status Gizi 2013 2014 2015 2016


(1) (2) (3) (4)
Gizi Buruk 0,12 0,12 0,10 6,0

Gizi Kurang 6,90 4,6 3.60 18,2

Gizi Baik 92,30 94,82 96 74,7

Gizi Lebih 0,70 0,47 0,30 1,1

Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00


Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2017

2.7.2.3. Pemanfaatan Fasilitas dan Tenaga Kesehatan

Dalam upaya meningkatkan derajat dan status kesehatan masyarakat


Maluku, maka sudah tentunya ketersediaan serta keterjangkauan fasilitas dan

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 36


Tahun 2018
sarana kesehatan menjadi penting mengingat kondisi geografis kepulauan yang
dimiliki oleh daerah. Sejak tahun 2010 sampai 2016 kepemilikan fasilitas dan
sarana prasarana kesehatan di maluku semakin meningkat sebagaimana disajikan
dalam Tabel 2.28 jumlah rumah sakit yang dimiliki sebanyak 27 rumah sakit baik
pemerintah maupun swasta. Puskesmas sebagai unit terdepan pelayanan kesehatan
masyarakat juga mengalami peningkatan yakni 161 pada tahun 2010 menjadi 199
pada tahun 2016. Posyandu juga mengalami peningkatan dari 1.933 posyandu pada
tahun 2010 menjadi 2.190 posyandu pada tahun 2016, demikian pula apotik dari 68
pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebanyak 169 pada tahun 2016.

Tabel 2.28
Jumlah Fasilitas Kesehatan Di Provinsi Maluku,
Tahun 2010–2016

Tahun Rumah Sakit Puskesmas Posyandu Apotik


(1) (2) (3) (4) (5)
2010 21 161 1.933 68
2011 21 132 1.866 57
2012 24 179 1.933 110
2013 22 190 2.047 98
2014 27 197 2.137 137
2015 27 197 2.080 154
2016 27 199 2.190 169
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2017

Faktor penting lainnya untuk mewujudkan peningkatan derajat dan status


kesehatan penduduk adalah ketersediaan tenaga penolong persalinan bayi. Masih
banyak masyarakat yang mempercayakan penolong persalinan pada mereka yang
bukan tenaga kesehatan, seperti dukun, terutama bagi masyarakat yang tinggal di
daerah perdesaan.
Dalam tabel 2.29 berikut diketahui bahwa penolong persalinan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Pada tahun 2011
terdapat 48,11 persen persalinan pertama yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
mengalami kenaikan pada tahun 2013 menjadi 50,93 persen. Demikian juga pada
penolong persalinan terakhir tahun 2011 terdapat 50,78 persen yang ditolong oleh
tenaga medis naik menjadi 54,63 persen pada tahun 2013. Penolong persalinan oleh
tenaga bidan tahun 2013 memiliki persentase paling tinggi dibanding dengan
tenaga dokter dan tenaga kesehatan lainnya, yaitu 43,01 persen. Sedangkan

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 37


Tahun 2018
persentase balita yang kelahirannya ditolong oleh dokter dan tenaga kesehatan
lainnya masing-masing sebesar 7,33 persen dan 0,59 persen.

Tabel 2.29.
Persentase Balita Menurut Penolong Persalinan dan Kunjungan Neonatal (KN)
di Provinsi Maluku, Tahun 2011 – 2013
Pertama (KN1) Terakhir (KN3)
Penolong Persalinan
2011 2012 2013 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Tenaga Kesehatan 48,11 50,97 50,93 50,78 52,61 54,63
- Dokter 6,51 8,89 7,33 7,80 9,48 7,60
- Bidan 40,84 41,46 43,01 41,79 42,34 46,46
- Lainnya 0,76 0,62 0,59 1,19 0,79 0,56
Bukan Tenaga Kesehatan 51,89 49,13 49,07 49,21 47,39 45,37
- Dukun Tradisional 47,85 45,53 43,37 46,33 44,85 41,88
- Lainnya 4,04 3,6 5,70 2,88 2,55 3,49
Sumber: BPS Provinsi Maluku, 2014

Sementara itu, persentase penolong persalinan oleh bukan tenaga


kesehatan mengalami perbaikan yakni 47,39 persen pada tahun 2012 mengalami
penurunan menjadi 45,37 persen pada tahun 2013. Penurunan ini disebabkan
karena persalinan yang dilakukan oleh tenaga dukun tradisional, yaitu dari 46,33
persen pada tahun 2011 menjadi 41,88 persen pada tahun 2013.
Pada tabel 2.30 diketahui puskesmas/pustu merupakan jenis fasilitas
kesehatan yang sering digunakan oleh penduduk yang berobat jalan bahwa pada
tahun 2013, yakni sebesar 52,32 persen, diikuti praktek dokter sebesar 20 persen
dan petugas kesehatan sebesar 21,32 persen, dan praktek dokter sebesar 20,00
persen.

Tabel 2.30.
Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat
di Provinsi Maluku, Tahun 2010 - 2013

Tempat Berobat 2010 2011 2012 2013


(1) (2) (3) (4) (5)
10,01 9,36 8,31 9,64
Rumah Sakit
18,67 14,83 19,67 20,00
Praktek Dokter
61,27 58,69 58,14 52,32
Puskesmas/Pustu
13,28 13,81 13,81 21,32
Petugas Kesehatan

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 38


Tahun 2018
0,19 0,00 0,03 1,77
Batra
Dukun/Lainnya 3,85 3,31 3,88 0,40
Sumber: BPS Provinsi Maluku, 2014

2.7.3. Fokus Pekerjaan Umum

Tahun 2016 Pemerintah Provinsi Maluku, melalui Dinas Pekerjaan Umum


senatisa berupaya meningkatan sarana dan prasarana infarastruktur di daerah,
salah satunya adalah Infrastruktur Jalan dan jembatan guna mencapai taget yang
telah di tetapkan. Pembangunan dan rehabilitasi Jalan Gugus 1 – 12, pembangunan
dan rehabilitasi jembatan gugus 1 -12, pengembangan pengolahan jaringan irigasi,
rawa dan jaringan pengairan lainnya, penyediaan air baku dan pembangunan
infrastruktur pedesaan menjadi focus bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan
aksesibilitas masyarakat sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah.
Dampak dari pengutaan infrasruktur jalan yang dimiliki, sesuai pada tabel
2.31 berikut ini kondisi jalan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota terus
mengalami peningkatan. Jalan nasional seluas 1.771,67 Km dalam kategiri mantap
sebesar 81.93 % atau 1.451,57 Km, untuk jalan provinsi dengan 1.080,30 km
kategori mantap sebesar 41,88% atau 452,40 Km dan jalan kabupaten/kota seluas
5.873,13 ada dalam kategori mantap sebesar 2.334,85 atau 40.00%.

Tabel 2.31.
Kondisi Jalan di Provinsi Maluku
Tahun 2016
Mantap Tidak Mantap
Indikator Satuan 2015 2016
Km % Km %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Jalan Nasional Km 1.771,67 1.771,67 1.451,57 81.93 320,10 18.07
2 Jalan Provinsi Km 864,56 1.080,30 452,40 41.88 627,90 58.12
3 Jalan Kab/Kota Km 5.873,13 5.873,13 2.334,85 40.00 3.502,28 60.00
Total Km 8.473,10 8.689,10 4.238,82 48.78 4.450,28 51.22
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Prov Maluku, 2017

2.7.4. Fokus Perumahan Rakyat

Secara umum, indikator perumahan di Provinsi Maluku pada tahun 2015


menunjukkan indikasi yang semakin membaik bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah masih rendahnya rumah
tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri, penggunaan jamban
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 39
Tahun 2018
sendiri/bersama, serta tempat pembuangan akhir tinja dengan tangki. Menurut
Badan Kesehatan Dunia (WHO) salah satu kriteria rumah sehat adalah rumah
tinggal yang memiliki luas lantai per orang minimal 10 m2. Rata-rata anggota rumah
tangga menurut Susenas pada tahun 2014 adalah 4,8 sehingga luas lantai minimal
yang diperlukan sebagai rumah sehat adalah 50 m2. Pada tahun 2015, luas lantai
kurang dari 50 m2 adalah 42,36 persen. Persentase rumah tangga dengan luas lantai
kurang dari 50 m2 yang cukup besar terdapat di Kabupaten Kepulauan Aru (61,19
persen) dan Maluku Barat Daya (56,96 persen).

Tabel 2.32
Indikator Perumahan di Provinsi Maluku Tahun 2012-2015
Indikator Perumahan 2012 2013 2014 2015
Atap Bukan Ijuk / Lainnya 85.73 87.09 88.88 90.81
Dinding Tembok 70.23 70.84 71.42 74.56
Lantai Bukan Tanah 89.27 89.92 92.48 92.07
Fasilitas Air Minum Sendiri 28.07 32.81 34.93 34.26
Jembatan Sendiri / Bersama 64.23 66.06 70.49 71.46
Tempat Pembuangan Akhir Tinja
64.18 67.15 70.58 48.43
Dengan Tangki
Sumber : Inkesra, 2016

Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga
dalam kehidupan sehari-hari. Ketersedian dalam jumlah yang cukup terutama
untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan
air bersih yang terus menerus diupayakan pemerintah. Pada tahun 2015, rumah
tangga di Maluku yang menggunakan air ledeng sebagi sumber air minumnya
baru mencapai 12,34 persen.

2.7.5. Fokus Perhubungan

Provinsi Maluku adalah wilayah yang becirikan kepulauan, yang tentunya


memerlukan strategi dan pendekatan intervensi pembangunan yang berbeda.
Sebagai Provinsi Kepulauan maka Maluku dihadapkan dengan rentang kendali dan
aksebilitas antara pulau dan pusat-pusat perekeonomi. Untuk itu salah satu startegi
guna menyelesaikan masalah rentang kendali adalah kebijakan pemerintah akan
pengembangan sarana transportasi yang diharapkan dapat menghubungkan pulau-
pulau yang ada di Maluku.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 40


Tahun 2018
Aktivitas transportasi darat meliputi berbagai macam moda transportasi,
beberapa diantaraya adalah kendaraan pengangkutan orang dan kendaraan
pengangangkutan barang, baik yang bermesin maupun tidak. Gambar 2.7 berikut
ini menyajikan perkembangan jumlah angkutan penumpang selama 2010 – 2015.

Gambar 2.7.
Perkembagan Jumlah Angkutan Penumpang dan Barang
Di Provinsi Maluku Tahun 2010 – 2015
60
49.21 49.458 51.611
50 45.434 47.026
43.324
40

30 22.874
19.449 20.567 21.671
17.368 18.378
20

10

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Angkutan Penumpang Angkutan Barang

Sumber : BPS Maluku, 2016

2.7.6. Fokus Ketenagakerjaan

Selama periode Agustus 2013 sampai dengan Agustus 2016 terdapat tiga
sektor besar yang banyak menyerap tenaga kerja, yakni sektor Pertanian,
Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan sebesar 39,13 persen, sektor Jasa
Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan sebesar 22,82 persen, dan Perdagangan,
Rumah Makan dan Jasa Akomodasi sebesar 12,90 persen.
Sektor yang mengalami penambahan jumlah pekerja yakni Sektor Jasa
Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan, Sektor lainnya (yang terdiri atas Sektor
Pertambangan dan Penggalian, Sektor Listrik, Gas dan Air Minum, Sektor Konstruksi
Sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, dan Sektor Lembaga Keuangan)
serta sektor Industri. Untuk Sektor Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan
Perorangan dimana peningkatan jumlah pekerja sebesar 38.292 orang dari 119.344
orang pada Agustus 2015 menjadi 157.636 orang pada Agustus 2016. Sementara
Sektor lainnya mengalami peningkatan sebanyak 593.188 orang dari 97.598 orang
pada Agustus 2015 menjadi 690.786 orang pada Agustus 2016. Untuk Sektor
Industri juga mengalami pertambahan jumlah pekerja secara signifikan sebanyak

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 41


Tahun 2018
33.626 orang, dimana pada Agustus 2015 tercatat hanya sebanyak 23.342 orang
bertambah menjadi 56.968 orang pada Agustus 2016. Secara keseluruhan jumlah
pekerja pada ketiga sektor tersebut pada Agustus 2016 bertambah sebanyak
665.106 orang dibanding keadaan Agustus 2015.
Sektor yang mengalami penurunan yaitu sektor Pertanian, Perkebunan,
Kehutanan, Perburuan dan Perikanan serta sektor Perdagangan, Rumah Makan dan
Jasa Akomodasi cenderung mengalami penurunan jumlah pekerja. Untuk sektor
sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan mengalami
penruunan jumlah pekerja secara signifikan sebesar 36.189 orang, dimana pada
Agustus 2015 jumlah pekerja sebanyak 306.490 orang mengalami penurunan
sebanyak 270.301 orang Agustus 2016. Sementara untuk sektor Perdagangan,
Rumah Makan dan Jasa Akomodasi mengalami penurunan jumlah pekerja sebesar
13.193 orang, dimana pada Agustus 2015, jumlah pekerja sebanyak 102.289 orang
menjadi 89.096 orang pada Agusutus 2016.

Tabel 2.33.
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama, Agustus 2013-2016

AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2016


LAPANGAN PEKERJAAN
UTAMA
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
% % % %
(Orang) (Orang) (Orang) (Orang)

(8) (9) (10) (11)


(1) (2) (3) (6) (7)
Pertanian, Perkebunan,
Kehutanan, Perburuan dan 287.832 48,06 289.357 48,09 306.490 46,79 270.301 39,13
Perikanan
Industri
20.000 3,34 20.248 3,37 23.342 3,56 56.968 8,25
Perdagangan, Rumah Makan
dan Jasa Akomodasi 83.926 14,02 80.399 13,36 102.289 16,53 89.096 12,90

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan


120.876 20,19 122.892 20,43 119.344 18,21 157.636 22,82
Perorangan
Lainnya*)
86.160 14,39 88.755 14,75 97.598 14,90 690.786 16,91

TOTAL 602.429 100 601.651 100 655.063 100 690.786 100

Sumber : BPS Provinsi Maluku, 2017

2.7.7. Fokus Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Pemberdayaan Koperasi dan UMKM merupakan langkah strategis


menumbuhkan tingkat pembangunan nasional. Kebijakan tersebut dirasakan dapat
menjadi solusi konkrit untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal ini dapat
dicapai dengan mendorong Koperasi dan UMKM meningkatkan kapasitas dan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 42
Tahun 2018
perannya. Secara kontinyu dan berkelanjutan, kebijakan ini diharapkan dapat
mensukseskan gerakan pemerintah untuk menumbuhkan perekonomian nasional
(pro growth), memberikan kontribusi terhadap peningkatan jumlah wirausahawan
dan tenaga kerja serta menekan angka pengangguran (pro job), dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat untuk menuju taraf hidup yang layak (pro poor).
Berdasarkan data perkembangan Koperasi dan UMKM, di Provinsi Maluku
terjadi perkembangan koperasi UMKM dengan dukungan alokasi anggaran pada
tahun 2016 sebesar yang dilakukan melalui program penciptaan iklim usaha kecil
menengah yang kondusif, pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif
UKM, peningkatan kualitas kelembagaan koperasi, serta pengembangan industry
kecil dan menengah, telah memberikan perkembangan yang positif, dimana jumlah
koperasi aktif pada tahun 2016 sebanyak 2.435 unit, meningkat dibandingkan
dengan tahun 2015 yang mencapai 2.418 unit.
Dengan tren peningkatan penyerapan tenaga kerja di bidang Koperasi dan
UMKM, maka dipastikan potensi sektor Koperasi dan UMKM sangat besar
menggerakkan perekonomian nasional. Koperasi dan UMKM dapat menciptakan
perekonomian dalam negeri yang stabil melalui kemandirian ekonomi.

2.7.8. Fokus Penanaman Modal

Upaya pemerintah Provinsi Maluku dalam meningkatka penanaman modal


di daerah adalah dengan melakukan perbaikan dalah hal pelayanan perizininan.
Pelayanan perizinan yang dilakukan perbaikan adalah melalui pelayanan terpadu
satu pintu (one gate service). Pelayanan terpadu satu pintu provinsi Maluku
semenjak tahun 2014 dilakukan oleh Badan Penanaman Modal Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (BPM-PTSP). Gambaran mengenai Penanaman Modal Asing dan
Penanaman Modal Dalam Negeri dapat terlihat pada tabel-tabel di bawah ini.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 43


Tahun 2018
Tabel 2.34
Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Provinsi Maluku
Tahun 2014 – 2016
2014 2015 2016
TKI
NO LOKASI PROYEK INVESTA
INVESTASI INVESTASI
PROYEK TKI PROYEK TKI PROYEK SI
(Rp.Juta) (Rp.Juta)
(Rp.Juta)

0 -- 0 0 - 0 0 - 0
1 MTB 0 - 0 0 - 0 -
2 Maluku Tenggara 0 - 0 0 - 0 1 -
3 Maluku Tengah 0 - 0 0 - 0 -
4 Buru 0 - 0 0 - 0 -
5 Kep. Aru 0 - 0 0 - 0 1 - 0
6 Seram bagian Barat 0 - 0 0 - 0 -
7 Seram bagian Timur 0 - 0 0 - 0 -
8 Maluku Barat Daya 0 - 0 0 - 0 -
9 Buru Selatan 0 - 0 0 - 0 2 11,380. 31
10 Ambon 0 - 0 0 - 0 9
11 Tual -

TOTAL 0 - 0 0 - 0 4 11,380. 31
9
Sumber : BPMPTSP Provinsi Maluku, 2017

Tabel 2.35
Ralisasi Penanaman Modal Asing di Provinsi Maluku
Tahun 2014 – 2016
2014 2015 2016
No Lokasi Proyek
Investasi Investasi Investasi
Proyek TKI Proyek TKI Proyek TKI
(US$ Ribu) (US$ Ribu) (US$ Ribu)
1 MTB 1 5,153.4 838 1 885.2 8
2 Maluku Tenggara
3 Maluku Tengah 6 157.0 677 2 453 4 35,301.6 2,113
4 Buru 1 50.0 20 1 0 2 1,021.9 1,571
5 Kep.Aru 4 7,482.4 1,843 -
6 Seram Bagian Barat 2 0 3 296.3 -
7 Seram Bagian Timur 3 130 30 1 -
8 Maluku Barat Daya 2 28.7 449 3 79,160.1 985 3 65,082.1 1,768
9 Buru Selatan 1 - 10 1 - 20
10 Ambon 4 - 394 7 3,230.7 367 5 44.9 176
11 Tual 11 102.1 1,779 11 0.1 22 4 - 28
Total 33 6,040 6,040 26 82,390.9 1,827 24 102,632.0 5,684
Sumber : BPMPTSP Provinsi Maluku, 2017

2.7.9. Fokus Perdagangan

Nilai ekspor Maluku bulan Desember 2016 adalah sebesar US$ 20,93 juta.
Hal ini berbeda dengan bulan November 2016 dimana Maluku tidak melakukan
ekspor. Jika dibandingkan dengan Desember 2015 (US$ 11,36 juta), ekspor Maluku
naik 84,32 persen. Ekspor Maluku pada Desember 2016 berasal dari sektor migas
dan non migas. Secara kumulatif nilai ekspor Maluku Januari-Desember 2016
mencapai US$ 49,08 juta atau meningkat 9,41 persen dibandingkan periode yang
sama pada tahun 2015.
Terdapat tiga negara tujuan ekspor Maluku pada Desember 2016 yakni
Malaysia (US$ 20,77 juta), Hongkong (US$ 0,16 juta), dan Timor Leste (US$ 384).

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 44


Tahun 2018
Selama Januari-Desember 2016 negara tujuan utama ekspor Maluku adalah
Tiongkok dengan nilai ekspor mencapai US$ 27,85 juta. Total nilai ekspor komoditi
asal Maluku yang di ekspor dari pelabuhan luar Maluku pada Desember 2016
mencapai US$ 4,61 juta atau meningkat 2,48 persen dibanding November 2016.

2.7.10. Fokus Perindustrian

Sejak tahun 2008 perkembangan industri di Provinsi Maluku mengalami


kenaikan, hal ini karena situasi keamanan yang semakin membaik sehingga sampai
dengan tahun 2015 mengalami peningkatan. Keadaan tersebut terjadi baik pada
kelompok Industri Aneka, Industri Mesin Logam dan Kimia, Industri Hasil Pertanian
dan Kehutanan maupun Industri Kecil dan Kerajinan.
Jumlah Perusahaan Industri Pangan di Provinsi Maluku pada tahun 2015
yaitu sebanyak 24 perusahaan Formal dan 268 perusahaan non formal, dengan nilai
investasi sebesar Rp 1.138.170.000, perusahaan formal dan Rp 763.550.000,
perusahaan non formal. Peningkatan jumlah perusahaan dan nilai investasi tersebut
mempengaruhi penyerapan tenaga kerja yang mengalami penurunan yang sangt
signifikan dari 3.106 orang pada tahun 2014 menjadi 123 orang pada tahun 2015
sektor formal dan 6.026 orang tahun 2014 menjadi 514 orang pada tahun 2015 di
sektor non formal. Jumlah Perusahaan Industri Kimia Bahan Bangunan di Provinsi
Maluku pada tahun 2015 yaitu 204 perusahaan dengan nilai investasi sebesar Rp.
1.576.500.000,. Penyerapan tenaga kerja pada ndustri kimia bahan bangunan tahun
2015 sebanyak 81 orang pada sektor formal dan 380 orang sektor non formal.
Jumlah Perusahaan Industri Logam Elektronik di Maluku pada tahun 2015 yaitu 82
perusahaan dengan nilai investasi Rp 1.068.650.000,. dibandingkan dengan tahun
sebelumnya terlihat bahwa jumlah perusahan mengalami penurunan.

2.7.11. Fokus Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,


Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian.

Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan


Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian, pada tahun 2016 telah
dilaksanakan beberapa kegiatan guna mewujudkan pelayanan administrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang akuntabel, bersih dan transpara yang tentunya
dengan tetap berpegang pada prinsip Good Governance.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 45


Tahun 2018
2.7.12. Fokus Bidang Wilayah dan Tata Ruang

Pembangunan Tata Ruang Wilayah Maluku berbasis Gugus Pulau, Laut Pulau
dan Pintu Jamak ditujukan untuk mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan
berkeadilan antar gugus pulau yang ditandai oleh tingkat pembangunan yang makin
merata ke seluruh gugus, dengan memperhatikan potensi dan peluang keunggulan
sumberdaya darat dan/atau laut di setiap gugus pulau, dan memperhatikan prinsip
pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Rencana Pembangunan
Tata Ruang Wilayah Maluku berbasis Gugus Pulau, Laut Pulau dan Pintu Jamak
digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan di setiap sektor,
lintas sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan
berkelanjutan. Pelaksanaan pengembangan wilayah tersebut dilakukan secara
terencana dan terintegrasi dengan semua rencana pembangunan sektor dan bidang.
Pembangunan Tata Ruang Wilayah Maluku pada tahun 2015 dilakukan
melalui : (1) pengembangan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh untuk
mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya dalam mendukung peningkatan
daya saing gugus pulau dan produk unggulan gugus pulau, sehingga dapat berfungsi
sebagai pusat-pusat pertumbuhan yang dapat menggerakkan pertumbuhan gugus
pulau; (2) peningkatan pembangunan di wilayah-wilayah tertinggal gugus pulau
agar dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengejar
ketertinggalan pembangunannya dengan gugus pulau lainnya ; (3) pengembangan
wilayah-wilayah perbatasan pada gugus pulau IX, X, XI dan XII, sehingga kawasan
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan
perdagangan dengan negara tetangga; (4) peningkatan kesejahteraan dan kualitas
hidup masyarakat perdesaan; serta (5) keserasian pemanfaatan dan pengendalian
tata ruang, serta penatagunaan tanah.

2.7.13. Fokus Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Guna mendorong tercipatanya berbagai inovasi pengetahuan dan teknologi


Pemerintah daerah akan tetap memperkuat lembaga pendidikan dan penelitian
yang dimiliki melalui berbagai fasilitasi baik sarana infrastruktur maupun
keberpihakan pendanaan melalui APBD Provinsi. Dalam Undang-undang No. 18
Tahun 2002 tentang Sistem Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Sisnasiptek), memberikan landasan hukum bagi
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 46
Tahun 2018
pengaturan pola hubungan yang saling memperkuat antara unsurpenguasaan,
pemanfaatan, dan pemajuan iptek dalam satu keseluruhan yang utuh untuk
mencapai tujuan. Selanjutnya unsur dalam Sistem Inovasi Daerah terdiri atas unsur
kelembagaan, unsur sumber daya, dan unsur jaringan iptek.
Kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) terdiri atas Perguruan
Tinggi dan berbagai lembaga penelitian Pemerintah Daerah, maupun lembaga
penelitian Pemerintah yang ada di daerah yang berfungsi untuk : (1)
mengorganisasikan pembentukan sumber daya manusia, penelitian, pengembangan,
inovasi dan difusi teknologi di Provinsi Maluku; dan (2) membentuk iklim dan
memberikan dukungan yang diperlukan bagi penyelenggaraan penguasaan,
memanfaatan, dan pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sumberdaya Iptek terdiri atas keahlian, kompetensi manusia dan
pengorganisasiannya, kekayaan intelektual dan informasi, serta sarana dan
prasarana iptek. Setiap unsur kelembagaan iptek bertanggungjawab meningkatkan
secara terus menerus daya guna dan nilai guna sumberdayanya. Selanjutnya,
Jaringan Iptek berfungsi membentuk jalinan hubungan interaktif yang memadukan
unsur-unsur kelembagaan iptek untuk menghasilkan kinerja dan manfaat yang lebih
besar dari keseluruhan yang dapat dihasilkan oleh masing-masing unsur
kelembagaan secara sendiri-sendiri. Jaringan terbentuk oleh adanya kemitraan
antar unsur kelembagaan, berdasarkan adanya saling kepentingan karena unsur
yang satu dapat mengisi, melengkapi, dan memperkuat unsur yang lain.

2.7.14. Fokus Bidang Komunikasi dan Informatika

Ketersediaan infrastruktur telekomunikasi dan informasi untuk memenuhi


kebutuhan dasar masyarakat, baik sektor rumah tangga, industri, maupun
pemerintah. Kebutuhan akan infrastruktur saat ini di Provinsi Maluku sepenuhnya
dilakukan oleh pemerintah pusat dan pembangunannya dilakukan oleh pihak
swasta, khusus untuk Provinsi Maluku ketersediaan infrastruktur telekomunikasi
dan informasi pada 11 Kabupaten/Kota, belum bisa menjawab kebutuhan informasi
bagi masyarakat pada 12 gugus pulau.
Banyak faktor yang melatar belakangi permasalahan di wilayah kepulauan
dan perbatasan, permasalahan diwilayah kepulauan dan perbatasan antar negara
sendiri kemudian di bagi karedalam "masalah utama sebagai isu strategis yaitu

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 47


Tahun 2018
keterbatasan infrastruktur dasar wilayah terutama transportasi, energi dan
kelistrikan, pendidikan, telekomunikasi, kesehatan bahkan tingkat kesejahtraan
yang relatif masih rendah serta keamanan wilayah perbatasan.

Tabel 2.36
Data Ketersediaan Infrastruktur BTS dan Mitra Informasi
Di Provinsi Maluku Tahun 2014

NAMA
NO INFRASTRUKT NAMA KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014
UR

1 TELKOM Ambon Malteng SBB SBT Buru Buru MTB Malra Kota MBD Kep.
Selata Tual Aru
n
2 INDOSAT 2 4 0 1 1 0 2 0 1 0 1
3 TELKOMSEL 38 8 6 5 3 1 2 0 1 0 1
4 FLXI 11 4 0 0 1 0 1 0 1 0 0
5 PRO XL 11 4 0 0 1 0 1 0 1 0 0
6 TVRI 2 2 0 0 2 2 1 1 0 2 0
7 RRI 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

8 WARNET 80 3 3 0 3 0 0 5 2 0 0
9 KANTOR 8 1 1 5 33 1 2 1 1 1 1
10 POS LAYANAN 5 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0
UNIVERSAL
TOTAL 158 27 10 11 45 4 11 8 8 3 3

Sumber : Data olahan tim koordinasi di 11 kabupaten/Kota di Provinsi Maluku 2015

2.7.15. Fokus Bidang Keperpustakaan

Untuk meningkatkan minat baca serta mempermudah akses masyarakat


denga buku-buku bacaan yang dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat,
pemerintah Provinsi Maluku selalu berupaya meningkatkan peran dan fungsi
perpustakaan. Peningkatan peran dan fungsi perpustakaan di Provinsi Maluku di
lakukan melalui Program Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan
yang dilakukan dengan kegiatan promosi perpustakaan dalam rangka hari
kunjungan perpustakaan, pelesteraian bahan pusata, bantuan buku pengembangan
kapasitas perpustakan umum dan pembenahan taman bacaan masyarakat. Sampai
dengan tahun 2016 dalam pelayanan perpustakaan, Provinsi Maluku memilki
koleksi buku berjumlah 353. mengalami 457 Buku, dan jumlah koleksi judul buku
sebanyak 160.967 judul buku. baik jumlah koleksi judul buku maupun jumlah
koleksi buku di tahun 2016 peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Dengan upaya memperbanyak koleksi keperpustakaan di daerah serta
meningtakan sarana dan prasarana perpustakaan, maka berimplikasi pada
kunjungan perpustakaan. Sampai denga tahun 2016 jumlah kunjungan perpustkaan

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 48


Tahun 2018
di provinsi Maluku terus meningkat dengan jumlah kunjungan sebanyak 117.319
kunjungan.

2.7.16. Fokus Keamanan dan Ketertiban

Provinsi Maluku merupakaan daerah pasca konflik dan sampai dengan saat
ini terus mengalami perkembangan keamanan dan ketertiban yang sangat baik, hal
ini tentunya dapat terjadi dikarenaakan adanya kerjasama antara masyarakat,
pemerintah daerah maupun TNI-POLRI.
Selama tahun 2011-2013 beberapa insiden seperti gangguan keamanan dan
pelanggaran hukum yang terjadi dapat ditangani dan diisolasi, agar tidak meluas
seperti pengalaman yang pernah terjadi antara lain : (1) perkelahian antar
orang/kelompok yang dapat meluas hingga dapat menular kepada warga
desa/kampung disebabkan pengaruh minuman keras, kecemburuan sosial, batas
tanah/wilayah serta masalah adat; (2) unjuk rasa kelompok masyarakat yang
berakibat pada tindakan anarkhis (pengrusakan/pembakaran prasarana dan sarana
pemerintahan, fasilitas umum serta perumahan warga; (3) Gerakan separatisme
yang dapat memecah belah kerukunan berbangsa dan bernegara serta ancaman
lainnya; (4) Gangguan lainnya seperti penjualan minuman keras tanpa izin,
peredaran dan penyalahgunaan narkoba serta perdagangan gelap obat terlarang.
Terkait dengan upaya mewujudkan kondisi keamanan, ketentraman dan
ketertiban masyarakat yang kondusif maka sejumlah kegiatan terus dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah Maluku pada tahun 2013 antara lain meliputi : rapat
koordinasi pemantapan stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat,
pengawasan pengendalian dan evaluasi aktivitas polisi pamong praja, peningkatan
wawasan kebangsaan di kalangan masyarakat, penyuluhan, pencegahan
peredaran/penggunaan minuman keras dan narkoba, peningkatan kerjasama
dengan aparat keamanan dalam teknik pencegahan kejahatan, peningkatan
keamanan dan kenyamanan lingkungan, pengendalian kebisingan dan gangguan
dari kegiatan masyarakat, pengembangan posko siaga penanggulangan bencana dan
peta rawan bencana.

2.7.17. Fokus Bidang Hukum dan Aparatur

Penegakan hukum terhadap berbagai kasus penyalagunaan wewenang baik


yang masih dalam proses pemeriksaan oleh instansi pengawasan yang berwenang
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 49
Tahun 2018
maupun yang telah dilimpahkan ke pengadilan cukup mendapat perhatian dari
pemerintah daerah. Sementara itu, Pemerintan Daerah Maluku telah mendorong
berbagai upaya untuk mengurangi penyalahgunaan wewenang dan khususnya kasus
korupsi antara lain dengan mengefektifkan pengawasan intern di lingkungan
masing-masing, antara lain melalui :
1) Penetapan Peraturan Gubernur nomor 02 tahun 2010 tanggal 22 Januari 2010
tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Maluku dan Keputusan Gubernur Maluku No: 301.a Tahun
2010 tanggal 25 Agustus 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Maluku.
2) Pembentukan satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern di seluruh satuan kerja
di lingkungan Pemerintah Provinsi Maluku dan menyelenggarakan pelatihan
terhadap implementasi sistem pengendalian intern kepada para pejabat di
seluruh SKPD.
3) Penandatanganan fakta integritas antara Pemerintah Daerah Provinsi Maluku
dengan pemerintah daerah kabupaten/kota se Maluku, dan antara Gubernur
Maluku dengan pimpinan SKPD lingkup pemerintah daerah Maluku.
Berbagai kebijakan lainnya yang dilaksanakan di bidang Hukum diarahkan
pada penyusunan rencana kerja rancangan peraturan perundang – undangan,
penanganan kasus pengaduan, legislasi rancangan peraturan perundang –
undangan, publikasi peraturan perundang – undangan, kajian peraturan perundang-
undangan daerah terhadap peraturan perundang - undangan yang lebih tinggi,
pengawasan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota,
evaluasi rancangan peraturan daerah tentang pajak dan retribusi daerah
kabupaten/kota, penyuluhan hukum pertanahan; pembentukan unit khusus
penanganan pengaduan masyarakat, Sosialisasi peraturan Perundang-Undangan;
pendidikan dan pelatihan serta bimbingan teknis di Bidang Hukum dan HAM.
Kelancaran dan kesuksesan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Maluku juga didukung oleh terciptanya hubungan yang sinergis antara
Pemerintah Daerah dengan DPRD, hubungan pusat dan daerah, serta hubungan
antardaerah yang konstruktif, melalui berbagai forum, antara lain meliputi:
Musyawarah Pimpinan Daerah, Rapat Pimpinan, Rapat Koordinasi, Rapat Evaluasi,
Koordinasi teknis, Koordinasi pemungutan pajak pusat yang ada di daerah, Bantuan
keuangan, dan kegiatan lain-lain.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 50
Tahun 2018
2.7.18. Fokus Kelautan Perikanan
Provinsi Maluku sebagai provinsi yang memiliki luas lautan yang begitu
besar maka dengan sendirinya memiliki kekayaan yang beranekaragam sember
daya ikan dan non ikan yang potensial untuk dikelola dan dikembagkan sebagai
pendapatan atau penghasil devisa bagi daerah maupun negara. Potensi perikanan
yang potensial untuk dikembangkan seperti jenis ikan pelagis besar (tuna, cakalang,
tongkol, tenggiri), jenis-jenis marlin, cucut, serta ikan dasar dan ikan karang.
Berdasarkan lokasi laut, laut arafura yang memiliki potensi yang besar dengan
sedian potensi sebanyak 792.100 ton serta potensi lestari sebanyak 633.600 ton per
tahun, kemudian laut banda dengan sediaan potensi sebesar 248.400 ton dan
potensi lestari sebanyak 198.00 ton per tahun, serta laut Maluku dan sekitarnya
yang memiliki sediaan potensi sebesar 587.000 ton dan potensi lestari sebanyak
469.000 ton per tahun.
Selain memiliki potensi ikan yang begitu besar laut Maluku juga memiliki
aneka jenis komuditas sea foods seperti rumput laut, cumi, teripang, mutiara, udang
dan sebagainya, dan pada ada kawasan laut terbatas, terdapat penyebaran ikan-ikan
pelagis kecil yang menjadi tumpuan ekonomi perikanan rakyat. Potensi perikanan
lainnya yang terdapat pada perairan Maluku adalah ikan hias yang memiliki sediaan
potensi sebesar 505.700 ton dengan potensi lestari sebesar 404.600. Provinsi
Maluku juga memiliki potensi perikanan budidaya yang besar. Luas kawasan sentra
produksi untuk pengembangan budidaya laut yang terdiri dari Mutiara 924 Ha, Lola
1.000 Ha, Teripang 3.100 Ha, Rumput Laut 2.500 Ha dan ikan mas 2.950 Ha namun
potensi ini belum banyak yang dimanfaatkan.
Berdasarkan tabel 2.37 berikut diketahui bahwa sejak tahun 2012 sampai
dengan tahun 2016 produksi budidaya perikanan cenderung fluktuatif. Dimana pada
tahun 2012 produksi budidaya perikanan sebesar 620.475,7 ton meningkat menjadi
725.366,10 ton pada tahun 2015. Sedangkan tahun 2016 angka sementara produksi
budidaya mencapai 604.003.040. Seiring dengan peningkatan produksi budidaya
tersebut, terjadi pula kenaikan nilai produksi, yakni dari 1.117,4 milyar rupiah pada
tahun 2011 meningkat menjadi 2.168,1 Milyar rupiah pada tahun 2015 dan tahun
2016 sebesar 1.353,6 milyar rupiah. Didasarkan pada jenis ikan produksi laut, ikan
tambak dan kolam Juga mengalami peningkatan. Produksi ikan laut pada tahun
2011 sebesar 620.109,4 ton meningkat menjadi 712.693,19 Ton pada tahun 2015
dan tahun 2016 sebesar 598.583.000 ton.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 51
Tahun 2018
Tabel 2.37.
Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Hasil Budidaya Tambak,
Kolam dan Laut Menurut Jenis Ikan, 2012 – 2016
Produksi (Ton) Nilai (Rp.Juta)
Jenis Ikan
2012 2013 2014 2015 2016*) 2012 2013 2014 2015 2016*)
I. Tambak 380,16 4.264,54 5.322,49 12.485,37 5.238,66 384,76 223.295 516.135 545.989 141.128.750
- Bandeng 1,40 1,06 12,11 4,58 5,05 6,40 14.500 484,4 139.300 157.300
- Mujair - 0,93 1,80 - - - 33.600 54 - -
- Lain-lain 2.378,76 4.262,55 5.208,51 12.48079 5.233,01 378,56 175.195 515.597 545.849 140.971.450

II. Kolam 73,37 1.638,45 79,40 187,54 181,98 553,27 44.967 3.774 5.865 5.498.500
- Mas 24,76 26,22 25,73 41,72 36,87 27,01 806,3 1.286 1.614 1.389.350
- Mujair - 1.349,83 5,81 22,25 14,56 33.631 145 525 387.400
- Lain-lain 52,26 307,4 47,86 123,57 130,55 51,26 10.530 2.343 3.727 3.721.750
III. Laut 475.000,45 586.089,38 507.089,09 712.693,19 598.583.000 475,00 2.926.238 808.139 1.616.234 1.207.045.143

Jumlah 475.453,98 592.007,37 512.490,98 725.366,,10 604.003.040 938,03 3.194.500 1.328.047 2.168.089 1.353.672.395

Sumber : Dinas Perikanan Provinsi Maluku, 2017 ; Ket *) Angka Sementara

Dibandingkan dengan produksi hasil tangkapan, terbukti bahwa produksi


budidaya di Provinsi masih relatif rendah. Sebagaimana disajikan dalam tabel 2.38
berikut diketahui bahwa produksi perikanan tangkap di Provinsi Maluku mengalami
perkembangan yang fluktuatif dengan kecendrungan relative mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2012 produksi perikanan
provinsi Maluku sebesar 1.391.286,2 ton turun menjadi 1.193.213,6 ton pada tahun
2015. Meskipun produksi perikanan tangkap mengalami penurunan secara
keseluruan nilai produksi perikanan mengalami peningkatan yakni 4,086 trilyun
rupiah pada tahun 2012 naik menjadi 6,018 trilyun rupiah pada tahun 2015. Hal ini
terlihat dari dua komoditi yang mengalami penurunan produksi namun nilai
produksi meningkat yakni selar dan lain-lain, ini berarti terjadi kenaikan harga
pasar yang mengakibatkan nilai produksi meningkat.
Tabel 2.38
Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap di Provinsi Maluku
Menurut Jenis Ikan, 2013 – 2016
Produksi (Ton) Nilai (000 Rp)
Jenis Ikan
2013 2014 2015 2016*) 2012 2014 2015 2016*)
(1) (4) (5) (6) (7) (9) (10)
1. Udang 5.820,8 6.335,9 349,2 5.641,5 194.961.901 276.953.453 19.090.855 143.867.925
2. Cakalang 51.237,4 52.262,1 53.256,4 59.057,6 261.625.820 274.038.106 525.361.565 595.464.350
3. Kembung 41.634,1 42.466,8 33.883,9 - 136.580.682 350.249.601 238.264.989 -
4. Julung 7.305,9 7.452,0 11.527,1 11.966 12.729.276 14.984.840 51.127.623 63.849.000
5. Teri 8.316,3 8.482,6 9.916,1 10.377,8 18.571.312 22.475.906 45.492.644 55.915.650
6. Layang 34.955,1 35.654,2 45.075,1 37.328,7 113.534.171 137.017.496 218.261.182 207.157.500
7. Selar 11.577,6 11.809,2 13.231,7 12.842,7 48.516.358 42.414.968 62.254.915 66.921.700
8. Lain-lain 355.841,8 362.958,6 280.544,1 417.468 1.611.392.057 7.408.247.208 2.455.573.804 2.264.153.301
9. Ikan Darat
10. Tuna 592.085.3 603.927,0 725.366,1 604.003 1.278.820.733 3.273.079.537 2.186.089.410 1.353.672.395
34.732,9 35.427,6 20.063,9 11.491,7 244.716.516 255.732.641 233.985.532 288.578.900
5.039.580.721
Jumlah 1.143.507,2 1.166.776,00 1.193.213,6 4.086.066.919 12.055.193.756 6.017.502,519
1.170.177,00

Sumber : Dinas Perikanan Provinsi Maluku, 2017


Ket *) Angka Sementara

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 52


Tahun 2018
Sebagaimana disajikan pada tabel 2.39 berikut, diketahui bahwa ekspor
perikanan di Provinsi Maluku mencapai 74.354,32 ton pada tahun 2012, turun menjadi
19.888 ton pada tahun 2015. Sedangkan Volume ekspor dengan nilai masing-masing
sebesar 157.165,98 ribu US$ pada tahun 2012 dan mencapai 62.828,09 ribu US$ pada
tahun 2015.
Tabel 2.39
Volume dan Nilai Ekspor Perikanan Di Provinsi Maluku
Menurut Jenis Ikan 2012 – 2015
Banyaknya (Ton) Nilai (Us $ 000)
Jenis Ikan
2013 2014 2015 2016*) 2013 2014 2015 2016*)
(1) (4) (5) (6) (8) (9) (10)
1. Udang 2.011.164,60 2.920.218,60 7.251.418 2.071.840,2 183.225.883.66 32.007.848,56 52.625.740 11.825.180,7
2. Ikan Selar 906.410,20 1.158.490,90 829.956 - 8.382.609,80 9.024.291,20 6.454.515 8
3. Cumi-Cumi - - - - - - -
4. Taripang - - - - - - -
5. Ekor Hiu - - - - - - -
6. Ikan Kayu - - - - - - -
7. Ikan Kerapu - - - - - - -
Hidup - - - 8.857,06 - - -
8. Mutiara Bundar 194.310.616,54 161.316.371,00 11.806.385 1.115.214,8 77.190.990,38 80.778.860,00 3.747.833
9. Ikan Campuran - - - - - - 270.665,71
10. Ikan Hias - - - - - - 12.864.594,4
11. Lain – Lain
197.228.191,34 165.395.080,50 19.888.209 3.195.912,1 268.799.486,83 121.811.999,76 62.828.088 24.965.442,8

Sumber : Dinas Perikanan Provinsi Maluku, 2017


Ket *) Angka Sementara

2.7.19. Fokus Kehutanan


Luas kawasan hutan di Provinsi Maluku berdasarkan hasil perhitungan
Planimetris adalah seluas 3.919,701 hektar, yang terdiri dari hutan konservasi
429,543 hektar, hutan lindung 627.503 hektar, hutan produksi terbatas 894.153
hektar, hutan produksi tetap 641.603 hektar dan hutan produksi yang dapat
dikonversi 1.324,866 hektar. Rincian kawasan hutan per kabupaten/kota di Provinsi
Maluku diperlihatkan pada Tabel 2.40.

Tabel 2.40.
Rincian Luas Kawasan Hutan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
Luas Fungsi Kawasan Hutan (Ha)

No Kabupaten/Kota Jumlah %
Hutan Hutan Hutan Hutan
Hutan
Konservas Produksi Produksi Produksi
Lindung
i Terbatas Tetap Konversi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


1 Kota Ambon - 9.511 - - - 9.511 10,70
2 Maluku Tengah 175.766 134.233 179.406 28.522 100.732 619.659 15,78
3 Buru 6.849 108.166 109.951 106.912 95.556 427.434 10,90
4 Buru Selatan - 73.118 101.652 90.768 79.604 345.142 8,81
5 Maluku Tenggara 18.017 6.439 2.399 2.966 17.323 47.144 1,20
6 Maluku Tenggara 77.197 13.012 78.167 112.385 138.799 419.559 10,70
Barat
7 Maluku Barat Daya 51.168 34.774 4.584 71.262 173.021 334.808 8,54

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 53


Tahun 2018
8 Seram Bagian Barat 32.219 124.699 156.045 9.810 91.632 414.405 10,57
9 Seram Bagian Timur 1.216 107.880 261.069 24.162 115.869 513.196 13,09
10 Kepulauan Aru 67.104 6.254 - 194.252 510.346 777.956 19,85
11 Tual - 9.173 987 - 1.595 11.755 0,30
429.538 627.256 894.258 643.699 1.324.866 3.919.617 100
Jumlah
10,96 16,00 22,81 16,42 33,80 100

Sumber : SK.MenteriKehutananNomor : SK.854/Menhut-II/2014, tanggal 29 Desember 2014

Produksi hasil hutan di Provinsi Maluku selama periode 2010-2014


sebagaimana disajikan dalam tabel 2.34 berikut, menunjukkan bahwa hasil utama
produksi hutan di Maluku adalah kayu bulat juga mengalami penurunan produksi.
Volume produksi kayu bulat di Provinsi Maluku pada tahun 2010 mencapai
280.413,47m3, turun menjadi 274.958,04 m3 pada tahun 2016. Selain produksi kayu,
hutan di Maluku juga menghasilkan berbagai komoditi lain seperti damar kopal,
minyak kayu putih, rotan, gaharu, bambu, kemedangan, dan minyak lawang. Dari
hasil hutan non kayu tersebut, produksi Damar, Minyak kayu putih dan Rotan relatif
menonjol dibandingkan dengan komoditi non kayu lainnya.

Tabel 2.41.
Realisasi Hasil Produksi Hasil Hutan di Provinsi Maluku, Tahun 2010-2016
2012 2013 2015 2016
NO Kabupaten/Kota 2010 2011 2014
(1) (2) (5) (6) (7) (8) (5) (6) (7)
1 Kayu Bulat
a. Produksi (M3) 280.413,47 297.492,67 231.668,29 268.536,29 259.649,64 307.610,81 274.958,04
b. Ekspor (Ribu US$) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2 Kayu Olahan
a. Produksi (M3) 23.309,7505 34.846,8478 19.395,2590 11.554,1852 21.446,4174 10.299,1370 12.737,6340
b. Ekspor (Ribu US$) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
3 Non Kayu
a. Produksi
- Minyak Kayu putih 40.015,00 4.500,00 1.525 0,00 21.725 28.966 17.840
(Liter)
- Daun Kayu putih 13.055,00 0,00 280 440 360 480 475
(Ton)
- Damar Kopal (Ton) 256,00 255,00 287 205.04 83 42 118,52
- Rotan (Ton) 280,00 0,00 35 0,00. 0,00 60 16,45
- Gaharu (Kg) 0,00 0,00 - 0,00 6,200 103 20
- Kemedangan (Kg) 0,00 0,00 32.300 77,590 40,02 364 99,82

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Maluku, 2017

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 54


Tahun 2018
2.7.20. Fokus Pertanian
2.7.20.1. Tanaman Pangan
Luas panen padi sawah Provinsi Maluku tahun 2015 sebesar 20.368Ha
atau turun sebesar 0,36 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya
yaitu 22.470 Ha. Sedangkan luas panen Padi Ladang tahun 2015 sebesar 773 Ha
atau turun sebesar 34,60 persen bila dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu
1.182 Ha.
Luas panen ubi kayu tahun 2015 sebesar 4.842 Ha, turun jika
dibandingkan tahun 2014 yaitu 5.013Ha. Luas panen ubi jalar tahun 2015
sebesar 1.899 Ha, meningkat dibandingkan tahun 2014 yang luasnya sebesar
1.660 Ha. Luas panen jagung tahun 2015 sebesar 3.260 Ha, turun jika
dibandingkan tahun 2014 yaitu 3.795 Ha, tetapi dari jumlah produksi jagung
tahun 2015 meningkat jika dibandingkan produksi jagung tahun 2014. Produksi
kacang-kacangan di Maluku seperti kacang tanah tahun 2015 sebesar 801ton,
turun jika dibandingkan tahun 2014 sebesar 1.222 ton, produksi kedelai
meningkat dari tahun 2014 sebesar 578 ton tahun 2015 menjadi 707 ton,
produksi kacang hijau tahun 2015 turun jika dibandingkan tahun 2014, dari 797
ton menjadi 662 ton.

2.7.20.2. Perkebunan
Sub sektor perkebunan termasuk sub sektor unggulan di Maluku,
beberapa komoditi seperti kelapa, cengkeh, pala dll merupakan komoditi
unggulan Maluku. Pada tahun 2015 produksi kelapa menurun jika dibandingkan
tahun 2014 dari 100.459 ton menjadi 96.534 ton. Produksi cengkeh pada tahun
2015 juga mengalami penurunan dari 17.437 ton tahun 2014 menjadi 13.264
ton. Produksi pala juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu dari
4.743 ton menjadi .406 ton. Produksi coklat mengalami peningkatan yaitu 9.221
tahun 2014 ton menjadi 11.261 ton tahun 2015. Produksi kopi juga meningkat
dari 406 ton di tahun 2014 menjadi 502 ton di tahun 2015. Produksi jambu mete
meningkat dari 1.026 ton tahun 2014 menjadi 1.218 tahun 2015.

2.7.21. Fokus Ketahanan Pangan


Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk. Berdasarkan General Comment 12 dari

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 55


Tahun 2018
The Committee on Economic, Social and Cultural Rights (CESCR) hak atas pangan
(the right to food) telah diakui secara internasional sebagai salah satu hak dasar
umat manusia. Penyediaan pangan yang memadai, baik jumlah maupun
kualitasnya bagi seluruh penduduknyasehingga dapat memenuhi standar hidup
yang layak, merupakan kewajiban negara.
Ketersediaan sumber pangan daratan di Provinsi Maluku dibandingkan
dengan provinsi-provinsi lainnya bukan hanya di Indonesia secara keseluruhan,
tapi juga jika dibandingkan dengan 10 provinsi di Indonesia Bagian Timur masih
sangat rendah. Kontribusi ketersediaan pangan yang masih rendah ini dapat
dilihat dari ketersediaan pangan strategis beras, kontribusi Maluku hanya sebesar
1,31% (117,791 ton) dari total produksi beras yang ada di 10 provinsi Indonesia
Bagian Timur
Secara umum, selama periode 2011-2015, capaian pembangunan pangan
ditinjau dari subsistem usahatani/budidaya cenderung menunjukkan peningkatan
dari tahun ke tahun, baik dari sisi produksi maupun produktivitas. Produksi padi
sebagai pangan strategis selama 5 tahun terakhir, menunjukkan tren yang
meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata peningkatan sebesar 8,18 % per
tahun. Begitu halnya dengan ubi kayu yang merupakan salah satu sumber pangan
lokal, walaupun mengalami produksi yang fluktuatif namun terjadi peningkatan
produksi sebesar 7,08% pada tahun 2015 dibandingkan dengan produksi tahun
2011. Hampir semua komoditas pangan mengalami pertumbuhan yang positif
kecuali kacang tanah yang menunjukan trend yang negative (Tabel 2.42).

Tabel 2.42.
Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Nabati
Tahun 2011 – 2015

Sumber : Maluku dalam Angka, 2016

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 56


Tahun 2018
2.7.22. Fokus Energi dan Sumberdaya Mineral
Maluku ditinjau dari aspek geologi berada pada pertemuan 3-4 lempeng
utara kerak bumi, yaitu Lempeng Hindia-Australia, Lempeng Eurasi dan Lempeng
Fasifik. Posisi Maluku ini sangat menguntungkan karena proses geologi
menghasilkan mineralisasi berupa bahan galian (tambang) dan energi yang
ekonomis dan dapat menjadi sumber devisa daerah dan negara bila dikembangkan.
Di Kabupaten Buru Selatan terdapat potensi tambang bahan galian antara
lain: (1) Batu Gamping di Wae Sua, Sungai Nalbesy, Gunung Nalbesy, Gunung
Leksula, Tanjung Kobat Ha dan Desa Tifu Kecamatan Leksula, serta Desa Fatmite,
Desa Lektama dan Desa Elfule Kecamatan Namrole; (2) Kuarsa di Desa Seith
(Tanjung Kayu Putih) Kecamatan Buru Utara; (3) Mangan di utara Kapung Waturen
(Tanjung Fatulat), (4) Bahan Andesit yang berasal dari lava terdapat di Pulau
Ambelau dengan cadangan yang cukup besar.
Di Kabupaten Buru terdapat potensi energi terbarukan tenaga air juga
ditemukan di Wai Nibe dan Wai Geren yang dapat dikembangkan untuk PLTA.
Potensi Panas Bumi juga ditemukan di Kabupaten Buru yaitu di Waeapo dan
Batabual yang dapat dikembangkan untuk pembangkit listrik, serta pada tahun 2011
telah dijumpai emas.
Di daerah Kabupaten Seram Bagian Barat, terdapat potensi sumberdaya
mineral dan energi, antara lain : (1) Batu gamping untuk bahan industri semen dan
bahan bangunan di Pulau Kasuari Kecamatan Waisala; (2) Marmer di Gunung
Nakaela dan Gunung Kasie Kecamatan Taniwel; Desa Morokao dan Lumoli
Kecamatan Seram Barat, Gunung Anuena dan Gunung Keki Kecamatan Huamual
Belakang; (3) Mika di Desa Buria Kecamatan Taniwel; (4) Nikel di Desa Supe, Desa
Kaibobu, semenanjung Huamual, Gunung Tinggi Kecamatan Seram Barat dan Pulau
Kelang; (5) Bahan bangunan dan filit terdapat dalam jumlah cukup besar di daratan
Seram Barat; dan (6) Kerikil, kerakal dan pasir terdapat di daerah Kairatu,
Kamarian, dan Seram Barat.
Potensi sumberdaya lainnya yang ditemukan di daerah ini adalah potensi air
untuk pembangkit listrik seperti sungai Mala-1, Mala-2 Liocopa, Rivapa-2, Nala,
Kawanenu dan Aru di Kecamatan Kairatu; Sungai Kukureha dan Eti di Kecamatan
Seram Barat.
Di Kabupaten Maluku Tengah, terdapat potensi mineral berupa : (1) Batu
gamping di Desa Yaputih Kecamatan Tehoru; (2) Kuarsa di Desa Ruta Kecamatan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 57
Tahun 2018
Amahai, Tanjung Boi dan Pantai Waisisi Kecamatan Saparua, Desa Haruku dan Oma
Kecamatan Pulau Haruku; (3) Granit di Desa Hatu Kecamatan Leihitu; (4) Lempung
di Desa Ouw Kecamatan Saparua, Desa Titatawai Kecamatan Nusalaut, Desa Laimu
dan Yaputi Kecamatan Tehoru dan Desa Hitu Kecamatan Leihitu; (5) Marmer di Desa
Saleman Kecamatan Seram Utara; (6) Mika di Desa Karlutu Warasiwa Kecamatan
Seram Utara; dan (7) Tembaga di Desa Oma, Haruku dan Aboru Kecamatan Pulau
Haruku; (8) Belerang di Desa TNS.
Potensi panas bumi di Kabupaten Maluku Tengah yang potensial untuk
pembangkit listrik yaitu di Desa Alang dan Larike Kecamatan Leihitu Barat, Desa
Tulehu/Desa Suli Kecamatan Salahutu (sementara dieksplorasi untuk pembangkit
tenaga listrik), Desa Oma Kecamatan Pulau Haruku, Desa Tiouw KecamatanSaparua,
Desa Nalahia dan Desa Sila Kecamatan Nusalaut.
Potensi sumberdaya energi lainnya yang ditemukan di daerah Kabupaten
Maluku Tengah adalah potensi air untuk pembangkit listrik seperti Wae Isal di
Kecamatan Seram Utara; Wae Teon, Wae Lasa, Wae Kawa, Sungai Walala, Sungai
Nasulu dan Sungai Jahe di Kecamatan Tehoru; serta Wae Mala, Wae Pia dan Sungai
Nua di Kecamatan Amahai, serta minyak dan gas yang sementara dieksplorasi di
Seram Utara oleh CITIC LTD.
Di Kabupaten Seram Bagian Timur, terdapat sumberdaya mineral berupa:
(1) Batu gamping di Desa Selangor Air dan Desa Urung Kecamatan Seram Timur dan
(2) Marmer di Desa Gusa Laut Kecamatan Werinama. Sumberdaya energi yang
penting di daerah ini adalah minyak bumi di Kecamatan Bula. Produksi minyak di
Kabupaten Seram Bagian Timur pada tahun 2009 sebesar 1.326.575 barel.
Di Kota Ambon, terdapat sumberdaya mineral berupa : (1) Asbes di Desa
Hukurila Kecamatan Sirimau; (2) Batu gamping di Desa Batu Merah, Desa Halong
dan Desa Latuhalat; (3) Kuarsa di Desa Hukurila Kecamatan Sirimau; (4)Granit di
Desa Seri Kecamatan Nusaniwe; (5) Lempung di Desa Latuhalat Kecamatan
Nusaniwe;(6) Indikasi Nikel di Desa Hukurila, Desa Ema, dan Gunung Nona
Kecamatan Sirimau. Di Kota Ambon juga terdapat potensi Panas Bumi Desa Tawiri
yang dapat dikembangkan untuk pembangkit listrik.
Di Kabupaten Maluku Barat Daya terdapat sumberdaya mineral : (1) Barite
di Lerokis, Kali Kuning, Kayu Lepa, Kelapa Tiga, Kayu Putih, Batu Kapal dan pantai
Merah Kecamatan Wetar; (2) Belerang di Gunung Wurlali dan Desa Kehli Kecamatan
Damar; (3) Emas di Lerokois dan Kali Kuning Kecamatan Wetar; (4) Pasir Besi di
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 58
Tahun 2018
Desa Mahaleta Kecamatan Mdona Hyera; (5) Perak di Lerokois, Kali Kuning, Kayu
Lepa, Kelapa Tiga, Kayu Putih, Batu Kapal dan pantai Merah Kecamatan Wetar; dan
(6) Tembaga di Pulau Wetar Kecamatan Wetar. Sedangkan, potensi sumberdaya
energi yang ditemukan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Kabupaten Maluku
Barat Daya adalah di Lepas Pantai Pulau Selaru dan Marsela, potensi energi gas bumi
ini sementara dieksploitasi oleh Perusahaan Inpex Marsela.
Di Kabupaten Maluku Tenggara ditemukan sumberdaya mineral Batu
Gamping di Pulau Kaidullah, Pulau Manir, Pulau Werbal dan Pulau Wahrul.
Sedangkan potensi energi di Kabupaten Maluku Tenggara adalah Minyak Bumi di Kei
Blok dan Rebi Blok.
Di Kabupaten Kepulauan Aru, terdapat potensi sumberdaya energi di lepas
pantai sebelah utara pulau Wokam yang sedang dieksplorasi oleh Korea national
Corporation Oil dan Lepas Pantai Timur Kepulauan Aru sedang dieksplorasi oleh
Conocophillpis.
Minyak bumi, gas bumi dan batu bara mempunyai peranan besar sebagai
sumber energi untuk mendukung berbagai kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat.
Selain sebagai pendukung pembangunan ekonomi, ketiga komoditas energi tersebut
juga berperan sebagai sumber penerimaan devisa negara yang sangat penting.
Selain upaya-upaya peningkatan produksi minyak dan gas bumi, guna
menjamin pasokan energi di dalam negeri, upaya-upaya penganekaragaman
(diversifikasi) sumber energi lainya, selain minyak bumi, terus dilakukan. upaya-
upaya dimaksud antara lain adalah pemanfaatan gas dan batubara, serta energi baru
terbarukan (EBT) untuk pembangkit listrik, seperti pembangkit listrik tenaga panas
bumi, tenaga surya dan angin, mikrohidro, dan sebagainya. Terkait dengan itu, di
Maluku sedangdibangun pembangkit tenaga listrik energi alternatif, antara lain
meliputi: (1) PLTU Wai, Tual, Namlea, Piru, dan Langgur; (2) PLTP Tulehu;(3)
PLTMH Wai Mala, Makariki, Tene dan Wai Tina; (4) Pembangkit Listrik Tenaga
Biomasa di Kabupaten Buru Selatan; dan (5) PLTS sebesar 1.920 KWP di 11
Kabupaten/Kota.
Tabel 2.43.
Peluang Potensi Sumber Air untuk Pembangkit Listrik di Maluku
Perkiraan
Kabupaten / Kota Kecamatan Desa Nama Sungai
Daya (KW)
(1) (2) (3) (4) (5)
Kabupaten Maluku
Amahai Masohi Wae Mala 2.100
Tengah
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 59
Tahun 2018
Wae Pia 3.300
Nau-1 3.500
Nau-2 5.500
Wae Talla*) Wae Talla*)
Seram
Wahai Isal-1 9.000
Utara
Isal-2**) 60.000
Isal*) 4.300
Tehoru Tehoru W. Teon 5100
W.Lasa 5.700
W. Kawa 12.300
Napusuloku 13.300
Jahe 4.600
Walala-1 3.500
Lau 12.400
Nasulu-1 5.700
Nasulu-2 4.000
Walala-2 5.400

Kabupaten
Kairatu Kairatu Mala-1*) 14.600
SeramBagian Barat
Mala-2 7.500
Liopa 1.500
Riapa-2 1.900
Nala 2.800
Kawanenu 2.400
Aru 1.800
Piru Piru Kukureha 6.00
Ety 2.400
Keterangan :*) Pengukuran AWLR/ARGR/RGR **) Selesai Feasibility Study
Sumber : Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Maluku, 2014

2.7.23. Fokus Pariwisata


Maluku yang dikenal sebagai provinsi seribu pulau memiliki sumberdaya
alam yang melimpah dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, baik di
daratan maupun di laut. Disamping sumberdaya alam yang melimpah dan
beranekaragam, Maluku juga memiliki aneka ragam adat-istiadat, budaya, dan
peninggalan sejarah. Semua potensi tersebut mempunyai peranan yang amat
penting bagi pengembangan kepariwisataan. Bila potensi berupa keanekaragaman
hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala
alam yang spesifik dan peninggalan sejarah tersebut dimanfaatkan secara optimal,
akan menjadi sumber penggerak utama perekonomian daerah.
Provinsi Maluku memiliki taman laut yang indah dimana hidup berbagai
jenis spesies ikan yang beraneka warna, hewan laut, dan berbagai jenis mahluk
karang yang dapat dinikmati dari permukaan laut. Beberapa lokasi taman laut yang

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 60


Tahun 2018
terkenal diMaluku, antara lain terdapat di pulau Ambon, kepulauan Banda, pulau
Nusalaut, kepulauan Kei, kepulauan Aru dan kepulauan Tanimbar, Wetar, Leti, dan
Babar. Daerah Maluku juga memiliki pantai yang sangat beragam dan tidak kalah
menariknya dengan keindahan kehidupan bawah lautnya.
Disamping potensi alam laut dan pantai, di Maluku juga terdapat Taman
Nasional Manusela yang merupakan objek wisata alam dengan daya tarik tersendiri,
memiliki pemandangan alam yang indah dengan topografi berbukit-bukit di
antaranya tepi Markele, lembah Manusela, tepi Kobipoto, dataran Mual sebelah
utara, lembah Wae Kawa disebelah selatan, dan lembah Pilianan yang kaya akan
jenis kupu-kupu. Selain itu, Taman Nasional Manusela dapat dimanfaatkan sebagai
sarana/tempat penelitian lapangan karena keanekaragaman flora dan fauna langka
dan endemik, dan penelitian farmasi.
Kekayaan lain Maluku adalah gua alam, diantaranya Gua Akohi yang
memiliki stalagtit dan stalagmit yang indah di desa Tamilouw (40 km sebelah timur
Masohi) pulau Seram. Selain itu gua Akohi juga memiliki aneka dekorasi gua/
speleotam seperti jarum gepsim, bibir gepsim, rambut bidadari, batu air, payung
kalsit, tirai kalsit, dan lainnya. Di desa Saleman, Seram Utara terdapat pula
gua Lusiala.
Maluku yang terletak pada pertemuan busur vulkanik Pasifik dari arah utara
dan Hindia Australia dari arah selatan, menyebabkan terjadinya berbagai aktifitas
geologi diantaranya adalah gunung berapi. Beberapa diantaranya masih aktif sampai
saat ini. Salah satu gunung api yang masih aktif di Maluku adalah Gunung Api di
Kepulauan Banda dengan ketinggian puncak sekitar 600 meter di atas permukaan
laut. Pada kondisi normal selalu mengundang minat pecinta alam untuk mendaki
sambil menikmati keindahan alam dan pemandangan pulau-pulau di sekitarnya.
Aktifitas tektonik lainnya adalah terdapat sumber air panas pada berbagai
tempat seperti di Kapala Madan, Waeapo dan Batabual (Pulau Buru); di Kabupaten
Maluku Tengah meliputi Desa Alang dan Larike Kecamatan Leihitu, Desa Tulehu
Kecamatan Salahutu, Desa Oma Kecamatan Pulau Haruku, Kecamatan Saparua, dan
Kecamatan Nusalaut; serta Desa Tawiri Kota Ambon. Sumber air panas ini dapat
dijadikan kolam pemandian wisatawan.
Selain potensi wisata alam, Provinsi Maluku juga memiliki potensi wisata
budaya seperti pukul manyapu di Desa Mamala-Morela, maupun wisata sejarah
seperti benteng, gereja dan mesjid tua, maupun goa-goa peninggalan tentara Jepang
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 61
Tahun 2018
setelah perang dunia kedua. Sebagian potensi wisata ini telah dikelola dan
dikembangkan pemerintah daerah untuk menjadi salah satu sektor penggerak
utama perekonomian Maluku.
Berbagai kebijakan Pembangunan terus didorong untuk mengoptimalkan
pemanfaatan potensi pariwisata di Maluku, Pameran gebyar wisata nusantara,
pengembangan dan pemeliharaan objek wisata unggulan, Pesta Teluk Ambon,
Perlombaan kejuaraan poli pantai, serta Pelatihan kepada pengusaha pariwisata dan
pemandu wisata.
Dampak pengembangan pemasaran, destinasi, dan jaringan kerjasama
pariwisata di Maluku serta adanya beberapa even penyelenggara kegiatan nasional
di Maluku tahun 2016 telah mendorong masuknya wisatawan manca negara.
Sebagaimana disajikan dalam tabel 1.33 berikut diketahui bahwa jumlah kunjungan
wisatawan di Maluku telah meningkat dari 4.584 orang pada tahun 2010 menjadi
15.015 orang pada tahun 2016. Wisatawan paling banyak berkunjung ke Maluku
pada tahun 2016 berasal dari Kawasan Eropa sebanyak 2.972 orang, disusul
Amerika 633 orang dan Australia 509 orang (Tabel 2.44).

Tabel 2.44.
Perkembangan Kunjungan Wisatawan Mancanegara
di Provinsi Maluku tahun 2011-2016
JUMLAH KUNJUNGAN/TAHUN (ORG)
NO. KAWASAN
2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (4) (5) (6) (7)


1. EROPA 4.083 2.990 1.997 2.529 2.732 2.972
2. AMERIKA 484 547 281 600 547 633
3. AUSTRALIA 451 596 231 513 410 509
4. ASIA 754 411 722 797 878 921
5. ASEAN 294 845 255 415 362 447
6. LAINNYA 9.537 12.431 11.688 11.438 9774 9503
TOTAL 10.059 15.603 15.174 16.295 14.703 15.015
Sumber; DinasPariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2017

2.8. Aspek Daya Saing


2.8.1. Kemampuan Ekonomi Daerah

Perekonomian di Provinsi Maluku dapat dikatan tumbuh dengan baik, atau


mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan membaiknya
perekonomian di Maluku maka sangatlah diharapkan dapat memberikan dampak
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di Maluku. Guna melihat perkembangan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 62
Tahun 2018
di Maluku maka secara makro Gambaran peningkatan tersebut dapat disajikan
melalui tren peningkatan angka PDRB baik perdasarkan komponen lapangan usaha
maupun pengeluaran, total PDRB per Kapita, Konsumsi Rumah Tangga, proporsi
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), serta proporsi konsumsi pemerintah.
Faktor lain yang menjadi acuan adalah nilai inflasi dan nilai tukar mata uang rupiah
terhadap dollar Amerika.

2.8.2. Pengeluaran per Kapita Maluku

Determinan dari kesejahteraan ekonomi adalah kemampuan daya beli


penduduk. Penurunan kemampuan daya beli akan mengurangi kemampuan
pemenuhan kebutuhan pokok. Demikian pula yang terjadi pada tahun 2008, dengan
pemerintah menaikkan harga BBM, berdampak secara berantai pada kenaikan harga
kebutuhan pokok sehari-hari sehingga berpengaruh pada penurunan daya beli
masyarakat khususnya rumah tangga miskin. Pengeluaran per kapita per bulan
selama periode 2010-2015 mengalami siklus naik turun, namum mengalami
penurunan di tahun 2015. Pengeluaran per kapita sebulan penduduk Maluku pada
tahun 2015 sebesar 794,355 rupiah menurun dibanding tahun sebelumnya.

Tabel 2.45.
Per kapita per bulan (Rp) Di Provinsi Maluku
Pengeluaran per kapita Kenaikan Nominal
Tahun
perbulan (Rp) Setahun (%)
2010 535.605 15.29
2011 770.023 43.77
2012 896.257 16.39
2013 723.271 -19.30
2014 865.938 19.73
2015 794.355 -8.27
Sumber : BPS Provinsi Maluku, 2016 (Susenas)

Sementara pengeluaran per kapita Maluku menurut kabupaten/kota


tergambar pada tabel berikut ini, dimana kota Ambon merupakan daerah dengan
penngeluaran per kapita tertinggi yakni Rp.13.497 dan terendah yakni kabupaten
Maluku Tenggara Barat yakni Rp. 5.901. secara keseluruhan perbandingan
pengeluaran per kapita tahun 2015/2016 adalah sebagai berikut:

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 63


Tahun 2018
Tabel 2.46.
Pengeluaran Per Kapita Maluku menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2015 - 2016
Pengeluaran per Kapita
Kode Provinsi/Kabupaten/Kota
2015 2016
8100 Maluku 8,026 8,215
8101 Maluku Tenggara Barat 5,697 5,901
8102 Maluku Tenggara 6,851 7,063
8103 Maluku Tengah 9,578 9,672
8104 Buru 9,615 9,806
8105 Kepulauan Aru 6,941 7,080
8106 Seram Bagian Barat 7,921 8,121
8107 Seram Bagian Timur 8,615 8,848
8108 Maluku Barat Daya 6,189 6,298
8109 Buru Selatan 7,026 7,175
8171 Kota Ambon 13,318 13,497
8172 Kota Tual 6,683 6,803
Sumber : BPS Provinsi Maluku, 2017

2.8.3. Pengeluaran Konsumsi Makanan dan Non Makanan per Kapita

Perkembangan tingat kesejahteraan di Maluku juga dapat diamati


berdasarkan perubahan presentase pengeluaran yang dialokasikan untuk makanan
dan non makanan. Berdasarkan tabel berikut ini terlihat bahwa prersentase
pengeluaran untuk makanan pada tahun 2015 menurun dibandingkan dengan tahun
sebelumnhya yakni 2014. Prsentase pengeluaran untuk bahan makanan pada tahun
2014 sesuai data BPS Provinsi Maluku tercatat sebesar 54,08 persen sementara
pada tahun 2015 yakni sebesar 52,97 persen (Gambar 2.8). Dengan gambaran ini
maka menunjukan atau megindikasikan adanya perbaikan tingkat kesejahteraan
masyarakat.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 64


Tahun 2018
Gambar. 2.8.
Presentase Pengeluaran Makanan dan Non Makanan
Provinsi Maluku 2010 – 2015
70
58.73
60 54.29 54.08 52.97
50.1949.81
50 45.71 45.92 47.03
41.27
40

30

20

10

0
2011 2012 2013 2014 2015

Non Makanan Makanan

Sumber : BPS Provinsi Maluku, 2016

2.8.4. Sumber Daya Manusia

Daya saing dan produktivitas tenaga kerja di Indonesia menjadi relatif


rendah. Salah satu penyebab utamanya adalah tingkat pendidikan tenaga kerja yang
masih rendah. Ini membuat tenaga kerja di Maluku masih berpenghasilan rendah
dan tak mampu bersaing dengan daerah lain di Indonesia kesempatan kerja perlu
dilakukan," kata Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Di saat
yang sama pemerintah sedang berusaha memperbaiki kualitas sumber daya
manusia (SDM) agar bisa bergerak dari negara berpenghasilan menengah (middle
income countries) menjadi negara berpenghasilan tinggi (high income countries).
Caranya, dengan inovasi sumber daya alam (SDA) dan meningkatkan kualitas SDM.
Saat ini, jumlah pencari kerja lebih besar dari peluang yang ada. Kesenjangan
antara keterampilan pencari kerja dan kompetensi yang dibutuhkan pasar masih
ada.
Berdasarkan data BPS Provinsi Maluku per Agustus 2016, Total Angkatan Kerja
Provinsi Maluku sebesar 743.149 dan total yang bekerja sebesar 690.786. lebih
lanjut secara detail komposisi penduduk yang bekerja berdasarkan jenjang
pendidikan tergambar pada tabel berikut ini :

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 65


Tahun 2018
Tabel 2.47
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
Menurut Tingkat Pendidikan, Daerah dan Jenis Kelamin

Tingkat Pendidikan Kegiatan utama Agustus 2015 Agustus 2016


1 2 3 4
Bekerja 241,679 233.655
SD Pengangguran 5,724 3.648
Angkatan kerja 247,403 237.303
Bekerja 119,307 110.115
SMP Pengangguran 5,384 5.533
Angkatan kerja 124,691 115.648
Bekerja 163,694 197.647
SMA UMUM Pengangguran 37,957 31.862
Angktan kerja 201,651 229.509
Bekerja 44,173 48.9484
SMA KEJURUAN Pengangguran 8,015 4.046
Angktan kerja 52,188 52.994
Bekerja 19,599 18.377
DI/DII/DIII Pengangguran 1,682 1.714
Angkatan kerja 21,281 20.091
Bekerja 66,611 82.044
S1/S2/S3 Pengangguran 13,434 5.560
Angkatan kerja 80,045 87.604
Bekerja 241,679 690.786
TOTAL Pengangguran 5,724 52.363
Angkatan kerja 247,403 743.149

2.8.5. Fasilitas Wilayah Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital


untuk mempercepat proses pembangunan. Infrastruktur juga memegang peranan
penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat
gerak laju dan pertumbuhan ekonomi tidak dapat pisahkan dari ketersediaan
infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Dampak
pembangunan Infrastruktur dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, dan
sebaliknya pertumbuhan ekonomi sendiri juga dapat menjadi tekanan bagi
infrastruktur. Pertumbuhan ekonomi yang positif akan mendorong peningkatan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 66
Tahun 2018
kebutuhan akan berbagai infrastruktur. Perannya sebagai penggerak di sektor
perekonomian akan mampu menjadi pendorong berkembangnya sektor-sektor
terkait sebagai multiplier dan pada akhirnya akan menciptakan lapangan usaha baru
dan memberikan output hasil produksi sebagai input untuk konsumsi.
Pembangunan infrastruktur jaringan jalan sangat tidak kalah penting dan
diperlukan sebagai alat penghubung suatu tempat dengan tempat yang lain. Dengan
adanya akses jalan yang mudah dijangkau akan mempengaruhi unsur strategis suatu
tempat dan dengan mudahnya akses akan mempengaruhi banyaknya pihak swasta
yang mau berinvestasi. Dengan banyaknya pihak swasta yang mau berinvestasi
tersebut akan mempengaruhi pada pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Selain
itu dengan adanya pembangunan-pembangunan infrastruktur salah satu contohnya
seperti jaringan jalan juga akan memberi manfaat kesejahteraan masyarakat karena
terbebas dari keterpencilan suatu tempat dan memberikan kemudahan akses bagi
masyarakat.
Jaringan telekomunikasi pun juga memberi pengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya banyak stasiun televisi swasta saat ini
menjadi bukti bahwa cukup banyak investasi swasta di di bidang
pertelekomunikasian. Selain ini jaraingan telekomunikasi sangat diperlukan sebagai
alat penunjang keberhasilan suatu pembangunan.
Sarana air bersih juga mempunyai peran sangat strategis untuk
meningkatkan taraf hidup dan derajat kesehatan masyarakat, juga sebagai faktor
pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Namun dalam penyediaan baik segi kualitas,
kuantitas dan kontinuitas, belum berjalan berkesinambungan. Sisi lain, tuntutan
kebutuhan air bersih yang memenuhi standar kesehatan terus mengalami
peningkatan dan harus diimbangi dengan perbaikan kualitas pelayanan.

2.8.6. Fokus Iklim Inventasi

Iklim investasi merupakan salah satu dari isu dari peningkatan daya saing
pembangunan di daerah guna sebagai penguat dalam keadaan ekonomi domestik.
Investasi dapat mencerminkan daya saing antar daerah. Semakin baik investasi akan
memperlihatkan tingkat kepercayaan penanaman modal di suatu daerah. Iklim
investasi mencerminkan sejumlah faktor yang berkaitan dengan lokasi tertentu yang
membentuk kesempatan dan insentif bagi pemilik modal untuk melakukan usaha
atau investasi secara produktif dan berkembang. Oleh sebab itu peningkatan iklim
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 67
Tahun 2018
investasi dan usaha sangat penting untuk mendorong arus investasi masuk dan
berkembangnya usaha di Provinsi Maluku. Dengan investasi yang baik akan
mendorong aktivitas perekonomian, penciptaan lapangan kerja baru, peningkatan
daya beli masyarakat yang kemudian dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan rakyat.
Permasalahan bidang investasi yang selama ini muncul salah satunya
Permasalahan struktural, seperti birokrasi dan kepastian hukum tentunya perlu
dilakukan sebuah reformasi perubahan yang mengarah pada kondisi yang efisien
bagi peningkatan iklim investasi. Guna meningkatkan iklim dan daya Tarik investasi
maka langkah kebijakan difokuskan pada beberapa hal yang menjadi tinjauan
penting, dengan tidak mengenyampingkan faktor lain, diantaranya :
Penyederhanaan dan harmonisasi berbagai regulasi yang bertujuan untuk
memberikan transparansi, kepastian dan kemudahan untuk melakukan investasi
dan berusaha, Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk
mempercepat dan mempermudah proses perijinan dan non perijinan untuk
berinvestasi dan mengembangkan usaha di daerah dan Kemudahan dalam proses
pembebasan dan perolehan lahan.

2.9. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan
Evaluasi kinerja pembangunan melihat tentang pelaksanaan program dan
kegiatan RKPD dan Realisasi RPJMD tahun 2016 meliputi Evaluasi Pelaksanaan
Program dan Kegiatan Tahun 2016, yang merupakan penjabaran dari RPJMD
Provinsi Maluku Tahun 2014-2019. Pelaksanaan pembangunan pada berbagai
bidang pembangunan dapat dilihat pada Lampiran Bab II.

2.10. Permasalahan Pembangunan


Dalam ragka mengingkatkan efektifitas pembangunan di daerah, maka salah
satu upaya yang senantiasa dilakukan sebagai bahan evaluasi akan capain
keberhasilan dan perumusan rencana tindak lanjut, maka identifikasi akan
permasalahan pembangunan yang dihadapi mejadi sangat penting. Dengan
mengidentifikasi permasalahan pembangunan yang dihadapi, maka pemerintah
daerah dapat merumuskan berbagai kebijakan yang diintevensi melalui berbagai
program dan kegiatan.
Perumusan atau identifikasi permasalahan pembangunan pada setiap bidang

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 68


Tahun 2018
atau urusan dilakukan dengan memperhatikan capaian indikator kinerja yang telah
ditetapkan dalam RPJMD. untuk itu maka sejumlah permasalahan yang perlu
mendapat perhatian serta ditindaklanjuti pada tahun 2018 adalah sebagai berikut :

2.10.1. Kesejahteraan Masyarakat


Keberpihakan pemerintah Provinsi Maluku pada Bidang Pendidikan
sampai saat ini telah menunjukan keberhasilan tersendiri yang telah dicapai
terutama pada indicator utama yang dimiliki seperti angka meleh huruf yang telah
meningkat, angka partisipasi sekolah yang semakin membaik pada setiap jenjang
pendidikan dan rata-rata lama sekolah yang dimiliki oleh umur sekolah yang juga
sesuai dengan juenjang pendidikan yang ditempuh.
Terhadap keberhasilan pendidikan yang didapat tentunya pemerintah
daerah tetap berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga tetap
menjadi konsentrasi pemerintah daerah pada tahun-tahun berikurtnya. kualitas
guru yang redah di provinsi Maluku turur melahirkan hasil didikan dengan mutu
yang rendah untuk peningkatan mutu tenaga pendidik melalui sertifikasi atau
pendidikan lanjutan serta distribusi guru secara merata antar sekolah dan antar
wilayah di Maluku terutama pada daerah-daerah 3T menjadi perhatian,
keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan seperti ruang sekolah dan
ruang partikum.
Permasalahan yang masih dihadapi di Bidang Kesehatan antara lain masih
rendahnya Status kesehatan ibu dan anakyangditandai dengan rendahnya
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, masih tingginya kematian ibu
melahirkan, terbatasnya akses dan tingginya biaya pelayanan kesehatan akibat
kendala terutama di daerah terpencil dan terisolir, serta masih tingginya angka
kematian bayi.
Status gizi masyarakat yang masih rendah merupakan permasalahan lainnya
di Bidang Kesehatan. Meskipun status gizi balita buruk terus menurun di Maluku
namun status balita gizi kurang terus mengalami peningkatan.
Pemerintah Daerah terus menggalakkan berbagai program dan kegiatan di
Bidang Pemuda dan Olahraga untuk meningkatkan Partisipasi dan peran aktif
pemuda serta prestasi dan budaya olahraga yang dirasakan masih rendah. Beberapa
faktor yang masih menghambat peningkatan partisipasi dan peran aktif pemuda
serta prestasi dan budaya olahraga adalah : terbatasnya prasarana dan sarana
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 69
Tahun 2018
olahraga; terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga dan pembina keolahragaan,
disamping masalah-masalah sosial yang dihadapi di kalangan pemuda seperti
kriminalitas dan penyalahgunaan narkotika.
Di Bidang Kebudayaan tidak terpungkiri bahwa daerah Maluku sebagai
daerah kepulauan kaya dengan berbagai bentuk ekspresi budaya dan pengetahuan
tradisional. Namun demikian, Pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap
kekayaan budaya kita ini semakin berkurang, sehingga perlu dipelihara, dilindungi
dan dikembangkan oleh masyarakat.
Interaksi budaya antarbangsa diera globalisasi dan informasi ini semakin
kuat. Proses interaksi budaya tersebut di satu sisi berpengaruh positif terhadap
perkembangan dan perubahan orientasi nilai dan perilaku masyarakat. Namun disisi
lain, dapat menimbulkan pengaruh negatif, seperti semakin memudarnya
penghargaan pada nilai budaya, nilai solidaritas sosial, kekeluargaan, dan rasa cinta
tanah air. Untuk itu, Pemerintah Daerah Maluku akan terus memperkuat karakter
dan jati diri masyarakat Maluku.
Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah
menjadi mainstream (arus utama) pembangunan nasional dan khusus di daerah
Maluku, karena masih banyaknya permasalahan yang dihadapi di bidang ini.
Pemberdayaan perempuan di Maluku sudah semakin tinggi namun masih belum
merata antar wilayah. Hal ini salah satunya dapat dilihat dari partisipasi perempuan
dalam bidang Politik. Perempuan yang telah duduk di DPRD Provinsi Maluku sudah
relative tinggi, sementara di daerah kabupaten/kota masih relative rendah.
Sementara itu, perlindungan bagi perempuan terhadap berbagai tindak
kekerasan juga masih belum mencukupi, yang terlihat dari masih belum
memadainya jumlah dan kualitas tempat pelayanan bagi perempuan korban
kekerasan. Sedangkan Beberapa permasalahan yang masih dalam perlindungan
anak adalah belum optimalnya pemenuhan kebutuhan esensial anak usia dini, yang
mencakup pelayanan tumbuh kembang anak; derajat kesehatan dan gizi anak; serta
pengasuhan dan perlindungan anak.
Permasalahan lainnya adalah masih terdapat anak yang tidak bersekolah,
yang terutama disebabkan oleh kemiskinan. Atas dasar itu, Pemerintah terus Daerah
Maluku akan meningkatkan fasilitasi dan pemberdayaan lembaga perlindungan
perempuan dan anak.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 70


Tahun 2018
Aspek Kemiskinan terus mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah
Maluku, karena tingkat kemiskinan di daerah masih relatif besar dibandingkan
dengan tingkat kemiskinan nasional. Untuk itu, Pemerintah Daerah Maluku terus
mendorong peningkatan dukungan anggaran untuk perlindungan masyarakat
miskin baik dibidang pendidikan melalui, program WAJAR 9 Tahun dan Wajar 12
Tahun, di Bidang kesehatan melalui Porgram Jaminan Kesehatan Daerah,
pemerataan sarana dan infratsruktur dasar, pemberdayaan masyarakat miskin dan
kegiatan atau program lainnya yang tentunya sinergis dengan apa yang dilaksankan
oleh pemerintah pusat.
2.10.2. Sarana dan Prasarana Wilayah
Sejumlah permasalahan yang sedang dihadapi saat ini di Bidang
Infrastruktur Jalan di Maluku, yang disebabkan karena rendahnya kemampuan
keuangan daerah, Masih tingginya disparitas kemantapan antara ruas berstatus
jalan nasional dan jalan daerah, Kondisi geografis daerah kepulauan yang
berimplikasi pada waktu tempuh dan biaya logistik barang.
Sejumlah permasalahan tersebut masih harus dijawab oleh pemerintah
daerah. Gamgaran kondisi jalan antara lain meliputi : (1) Kondisi jalan Provinsi
dalam keadaan mantap mencapai 452,40 Km atau 41,88% dan tidak mantap
mencapai 627,90 Km atau 58,12%.
Untuk pembangunan Jaringan Irigasi Fungsional, ketersediaan sumber air
permukaan tidak sesuai dengan kebutuhan. Ada sumber air yang terletak sangat
jauh dari sawah petani sehingga jika dibuat jaringan irigasi akan sangat mahal
sekali. Ada pula yang dekat dengan areal persawahan tapi posisinya lebih rendah,
ini adalah suatu kondisi yang tidak menguntungkan. Oleh karena itu diperlukan
bangunan yang mampu mempertinggi muka air semacam bendung atau pompa air.
Maka investasi yang besar dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini.
Pembangunan jaringan Irigasi fungsional masih terbatas, saat ini hanya
terbangun seluas 14.684 hektar dari target sebesar 34.910 hektar hingga tahun
2014. Sementara itu, penyediaan air bersih masih terbatas, hanya mencapai 39,5%
dari yang direncanakan sebesar 52,5% di tahun 2014.
Permasalahan dalam pembangunan Bidang Perumahan dan Permukiman
adalah masih adanya permukiman kumuh dan perumahan tidak layak huni dan
terbatasnya infrastruktur dasar permukiman (air minum, air limbah, pengelolaan
persampahan, dan drainase.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 71
Tahun 2018
Untuk permasalahan di Bidang Perhubungan (Laut dan Udara), dimana
pada Bidang Perhubungan Laut, masih terbatasnya sarana pelabuhan
penyeberangan, kapal penyeberangan, dermaga pelabuhan sehingga berimplikasi
pada akses masyarakat. Sementara untuk Bidang Perhubungan Udara, Landasan
Bandar Udara Tual, Saumlaki, Dobo dan Lapangan terbang Perintis Banda, Wahai,
Amahai, Kisar, Namrole, Namlea, Larat masih terbatas; Belum tersedia lapangan
terbang di TEPA, MOA, dan ILWAKI.
Permasalahan di Bidang Komunikasi dan Informatika adalah masih
terbatasnya layanan jaringan telekomunikasi terutama di daerhah kawasan
perbatasan, daerah kabupaten pemekaran, dan daerah yang masih terisolasi.
Pemerintah telah membangun Jaringan telepon sampai pada Desa di Maluku hingga
mencapai target perencanaan sesuai yang tertuang pada RPJMD Provinsi Maluku.

2.10.3. Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang


Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan
sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antarwilayah, dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup pada suatu wilayah. Kebijakan pengembangan wilayah sangat
diperlukan karena kondisi fisik geografis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat
yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya sehingga
penerapan kebijakan pengembangan wilayah itu sendiri harus disesuaikan dengan
kondisi, potensi, dan isu permasalahan di wilayah bersangkutan.
Pengembangan wilayah sangat berorientasi pada isu dan permasalahan
pokok wilayah yang saling berkaitan. Dimensi ruang (spasial) mempunyai arti
penting dalam konteks pengembangan wilayah, karena ruang yang terbatas dapat
menciptakan konflik namun juga dapat membawa kemajuan bagi individu dan
masyarakat. Dalam mengurangi kesenjangan antarwilayah melakukan usaha
pengembangan wilayah diperlukan keserasian antara pembangunan yang dilakukan
dengan melihat kondisi tata ruang wilayahnya.
Dalam pengembangan wilayah dan penataan ruang di Maluku ditemukan
permasalahan dan kendala pembangunan, terutama dalam kerangka pembangunan
wilayah. Permasalahan umum yang masih ditemukan antara lain : kesenjangan dalam
dan antar wilayah, keterbatasan akses ke kawasan terpencil atau tertinggal, sistem
pembangunan yang masih sentralistik dan sektoral, lemahnya keterpaduan program
yang berbeda sumber pendanaannya, belum efektifnya pemanfaatan rencana tata

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 72


Tahun 2018
ruang sebagai alat keterpaduan pembangunan wilayah, pengelolaan pembangunan di
daerah belum optimal dalam menunjang upaya pengembangan wilayah.

2.10.4. Perencanaan Pembangunan Daerah


Permasalahan yang dihadapi dalam bidang urusan perencanaan
pembangunan, antara lain meliputi :
- Dokumen perencanaan yang disusun, seperti RKPD, Rensta SKPD, Renja SKPD
sampai dengan penetapan APBD belum sepenuhnya sinergi dengan dokumen
RPJMD yang telah ditetapkan oleh daerah. Hal ini tentunya mengakibatkan
pelaksanaan pembangunan menjadi belum terintegrasi dan terkesan spasial.
Untuk itu guna memasikan konsistensi antar dokumen perencanaan yang
dimiliki, maka Pemerintah Provinsi akan senantias ada dalam pendampingan
bagi setiap SKPD, serta memperkuat koordinasi secara internal, baik antara
SKPD maupun antra lembaga negera atau daerah.
- Masih terdapat ego atau kepentingan antarsektor maupun antar lembaga
daerah yang seringkali dinyatakan sebagai kesulitan untuk melakukan
koordinasi perencanaan dan pengendalian pembangunan.
- Data pembangunan yang merupakan basis utama perencanaan belum
sepenuhnya terintegrasi dan dimiliki oleh daerah dalam hal ini data sectoral
yang harus dilahirkan oleh SKPD, hal ini diakibatkan dari tingginya pendanaan
yang harus dimiliki oleh setiap SKPD dalam melahirkan atau memberikan data
yang UP TO DATE.
- Belum optimalnya sistem pengendalian dan evaluasi pembangunan. Hal ini
mengakibatkan dokumen perencanaan daerah akan menjadi dokumen legal
formal yang bersifat statis, yang kurang optimal dalam mengawal dan
mengakselarasiproses pencapaian tujuan pembangunan daerah.
- Implementasi sistem perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja belum
sepenuhnya dapat dilaksanakan. Masih sulit untuk memastikan bahwa terdapat
hubungan yang lebih jelas antara tujuan, sasaran, program, dan kegiatan
instansi pemerintah daerah untuk mewujudkan prioritas pembangunan dan
anggaran yang dikeluarkan.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 73


Tahun 2018
2.10.5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Permasalahan pembangunan IPTEK di Maluku masih ditandai dengan
terbatasnya kemampuan sumber daya iptek (jumlah SDM, kepakaran, kekayaan
intelektual, sarana dan prasarana serta anggaran), kelembagaan iptek (organisasi,
regulasi, koordinasi, intermediasi), serta jaringan iptek (intersektor; antarsektor;
antarpemangku kepentingan; antar kementrian; serta antarpusat dan daerah).
Dari sisi sumberdaya, kemampuan SDM litbang sebagai penyedia solusi
teknologi masih perlu ditingkatkan. Di sisi anggaran, investasi untuk penguasaan
iptek melalui anggaran yang disediakan untuk membiayai kegiatan litbang masih
terbatas. Restrukturisasi atau peleburan Badan Litbang Provinsi Maluku menjadi
satu sub bidang litbang di Bappeda Provinsi Maluku telah mengurangi jumlah
anggaran untuk Litbang secara drastis.
Sementara itu, restrukturisasi kelembagaan ini telah mengurangi secara
drastis jumlah SDM yang menangani program dan kegiatan atau masalah di bidang
litbang. Untuk mengatasi keterbatasan anggaran dan SDM ini Pemerintah Daerah
terus meningkatkan koordinasi antarlembaga penelitian, baik antara program,
antara produk penelitian yang ada di berbagai lembaga penelitian, maupun antara
program dan produk yang telah dilaksanakan di masa lampau. Namun demikian
upaya ini masih belum optimal sehingga berakibat pada efisiensi kegiatan litbang di
Maluku menjadi kurang optimal.

2.10.6. Politik
Tahun 2018 merupakan pesta domokrasi yang harus di hadapi oleh
Provinsi Maluku dan Kabupaten/Kota dalam Pilkada Gubernur dan Bupati. Untuk
itu kondisi yang kondusif mesti dijaga sehingga dapat menghindari potensi-potensi
konflik yang muncul terutama daerah-daerah pilkada yang rawan.
Dalam upaya menjaga tatanan demokrasi di Maluku, maka perlu dilakukan
sosialisasi dan penguatan karakter pilkada yang bersih dan transparan bagi
masayarakat Maluku sehingga akan memunculkan budaya berdoemokrasi atau
berpolitik yang santun di tengah tatanan masyarakat.
Disisi lain penguatan pada kelembagaan daerah yang bertindak sebagai
pelaksana teknis sangatkah diperlukan melalui sehigga mampu menghindari
manipulasi-masnipulasi poltik terutama dari sisi adminitrsai dan pengelolaan
keuangan daerah.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 74


Tahun 2018
2.10.7. Keamanan dan Ketertiban
Kehidupan sosial masyarakat yang majemuk di Provinsi Maluku baik dari
aspek agama, budaya, ekonomi dan sosial politik dapat menjadi faktor pemersatu
sekaligus sebagai sebagai faktor pemicu konflik sosial dan tidak jarang menjadi
konflik horizontal dan vertikal. Keaman dan ketertiban merupakan kebutuhan
yang penting dan strategis yang berpengaruh dalam menjamin tertib dan lancar
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan, pembangunan dan pembinaan
masyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Provinsi Maluku selalu
konsens untuk melakukan koordinasi dengan semua pihak untuk menciptakan
stabilitas keamanan di Maluku.
Pemerintah Maluku memiliki komitmen yang sungguh-sungguh untuk
selalu memperbaiki permasalahan keamanan dan ketertiban secara terus
menerus dan tuntas dengan melibatkan semua pihak termasuk TNI dan
POLRI. Secara umum saat ini kondisi keamanan di Provinsi Maluku aman
terkendali.

2.10.8. Hukum dan Aparatur


Masalah yang masih ditemukan dalam penyelenggaraan birokrasi adalah
penyalahgunaan kewenangan dan kekuasaan antara lain berupa tindak pidana
korupsi. Untuk itu, Pemerintah Daerah Maluku terus mendorong terciptanya
penegakan hukum terhadap berbagai kasus penyalagunaan wewenang baik yang
masih dalam proses pemeriksaan oleh instansi pengawasan yang berwenang
maupun yang telah dilimpahkan ke pengadilan cukup mendapat perhatian dari
pemerintah daerah.
Pelaksanaan reformasi birokrasi di Maluku masih menghadapi salah satu
permasalahan yang telah mendapat perhatian pemerintah daerah yakni adanya
kecenderungan pembentukan organisasi/instansi baru tanpa didasarkan pada hasil
evaluasi dan pengkajian (audit organisasi) secara mendalam.
Pembentukan organisasi atau instansi baru ini lebih sering didasarkan pada
desakan instansi di tingkat pusat untuk dalam rangka peningkatan koordinasi dan
sinergitas pelaksanaan pembangunan nasional dan daerah. Kondisi ini tidak jarang
membebani anggaran pemerintah daerah yang sangat sangat terbatas, karena tidak
disertasi dengan peningkatan dana transfer, khususnya DAU secara memadai.
Permasalahan yang masih dihadapi dalam bidang SDM Aparatur antara lain
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 75
Tahun 2018
adalah belum tertatanya secara baik jumlah, distribusi dan kualitas PNS daerah.
Permasalahan lainnya, adalah profesionalisme, integritas dan netralitas PNS perlu
ditingkatkan; dan masih rendahnya kinerja pegawai. Untuk itu, Pemerintah Daerah
Maluku terus memperbaiki manajemen kepegawaian untuk mendorong terciptanya
PNS sebagai aparatur sipil negara yang berintegritas, profesional dan melayani.
Upaya untuk meningkatkan integritas aparatur telah didorong pula oleh
Pemerintah Daerah melalui penandatangan fakta integritas antara Pemerintah
Daerah Maluku dengan pemerintah daerah kabupaten/kota seMaluku, dan antara
Gubernur Maluku dengan pimpinan SKPD lingkup pemerintah daerah Maluku.

2.10.9. Ekonomi
Perekonomian Daerah Maluku menunjukkan kinerja yang semakin baik,
sebagaimana ditunjukkan oleh semakin meningkatnya PDRB, Pendapatan Perkapita,
olehnya itu menjadi suatu tantangan bagi daerah yakni bagaimana daerah dapat
mempertahankan kondisi perekonomiannya agar tetap stabil. Dari sisi
produktivitas, daerah harus mampu meningkatkan produktivitasnya dengan jalan
memunculkan produk-produk baru dari tahun ke tahun serta Kualitas jasa yang
diberikan juga harus terus ditingkatkan.
Investasi di Maluku terus meningkat tetapi kontribusinya masih terbatas
untuk perekonomian daerah Maluku. Peningkatan investasi di Maluku belum
didukung secara optimal oleh penyaluran kredit perbankan untuk bidang investasi
yang ditandai oleh rendahnya kredit untuk investasi dibandingkan kredit konsumsi.
Sementara itu, fungsi intermediasi perbankan untuk penyaluran dana KUR di
Maluku meskipun semakin meningkat tetapi pemanfaatannya juga masih rendah
atau belum optimal dalam mendorong pengurangan kemiskinan di Maluku.
Bidang Perindustrian belum mampu memberikan peran yang cukup
signifikan terhadap perekonomian Maluku, sebagaimana ditunjukkan oleh masih
rendahnya kontribusi Sektor Industri pengolahan terhadap PDRB Maluku.
Sektor Perdagangan meskipun memiliki kontribusi yang cukup besar
terhadap perekonomian Maluku, tetapi belum mampu meningkatkan daya saing
perekonomian daerah Maluku sebagaimana ditandai oleh masih rendahnya ekspor
Maluku dibandingkan dengan impor atau dibandingkan dengan ekspor daerah
lainnya di Indonesia.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 76


Tahun 2018
Sarana dan prasarana perdagangan yakni pasar di daerah ini juga masih
terbatas, sehingga telah menjadi perhatian prioritas dari pemerintah Daerah
Maluku untuk meningkatkan pembangunan dan penataan pasar di Maluku.
Bidang Koperasi dan UMKM masih menghadapi berbagai permasalahan
yang mendasar dalam menjalankan usahanya, termasuk tantangan untuk
meningkatkan daya saingnya dalam bekompetensi. Untuk itu, pemberdayaan
koperasi dan UMKM akan terus dilanjutkan dan diperkuat.
Koperasi dan UMKM ke depan masih menghadapi masalah yang terkait
dengan belum kondusifnya iklim usaha sebagai akibat dari keterbatasan
dukungan sarana dan prasarana untuk pemberdayaan koperasi dan UMKM, dan
kurangnya partisipasi seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah,
organisasi nonpemerintah dan masyarakat dalam pemberdayaan koperasi dan
UMKM.
Sementara itu, Koperasi dan UMKM juga masih menghadapi masalah
dalam pengembangan produk dan pemasarannya. Permasalahan tersebut
meliputi: (a) terbatasnya akses koperasi dan UMKM kepada teknologi dan
lembaga Litbang; (b) kurangnya kapasitas koperasi dan UMKM dalam
peningkatan mutu dan desain produk; (c) dan masih rendahnya kualitas
sumberdaya pelaku usaha UMKM.
Kelembagaan koperasi masih menghadapi masalah sebagai berikut, yaitu
(a) kurangnya pemahaman anggota terhadap prinsip dan asas berkoperasi; (b)
belum optimalnya fungsi koperasi dalam mengembangkan potensi ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan anggotanya; serta (c) belum optimalnya peran
pembina, penyuluh, dan lembaga gerakan koperasi.
Terkait dengan upaya untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan,
maka pemerintah telah mengembangkan program nasional pemberdayaan Usaha
Mikro dan Kecil (UMK) melalui Kredit Usaha Rakyat. Namun di Maluku belum
semua atau masih terdapat sebagian besar UMK yang belum dapat mengakses
dana KUR terutama di Kabupaten/kota di kawasan perbatasan Negara, dan
kabupaten pemekaran baru.

2.10.10. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup


Pada Sektor Kelautan Perikanan, perikanan tangkap masih ditemukan
masalah unit tangkap nelayan umumnya berskala kecil dengan menggunakan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 77
Tahun 2018
teknologi penangkapan yang sederhana sehingga jangkauan penangkapan juga
relatif terbatas dan terutama akibat adanya kondisi cuaca ekstrim. Sedangkan
masalah yang dihadapi dalam Budidaya perikanan adalah terbatasnya
pengembangan areal budidaya, rendahnya nilai tambah dan adanya fluktuasi
harga di tingkat nelayan, serta kegagalan panen akibat perubahan iklim.
Upaya mengoptimalkan fungsi laut sebagai sistem penyangga kehidupan
dan kekayaan plasma nuftah. Masih merebaknya praktek pencurian ikan (illegal
fishing) dengan atau tanpa ijin diperhadapkan dengan upaya pengendalian dan
pengawasan illegal fishing masih belum optimal, akibat kurangnya sarana dan
alat di laut. Sementara itu, penangkapan ikan yang merusak lingkungan seperti
penggunaan bahan peledak dan racun (potasium) masih banyak terjadi. Kegiatan
ini menyebabkan rusaknya ekosistem terumbu karang yang merupakan habitat
ikan yang sangat penting.
Selain itu, habitat ekosistem pesisir dan laut semakin rusak sehingga
menyebabkan menurunnya ketersediaan sumber daya plasma nutfah dan
meluasnya abrasi pantai. Rusaknya habitat ekosistem pesisir seperti deforestasi
hutan mangrove serta terjadinya degradasi sebagian besar terumbu karang telah
mengakibatkan erosi pantai dan berkurangnya keanekaragaman hayati
(biodiversity). Permasalahan lainnya adalah belum optimalnya pengelolaan
pulau-pulau kecil. Pulau kecil sangat rentan terhadap perubahan alam karena
daya dukung lingkungannya sangat terbatas dan cenderung mempunyai spesies
endemik yang tinggi. Wilayah perbatasan dan terpencil di Maluku kondisinya
masih terbelakang, terutama di pulau kecil perbatasan, wilayah perbatasan,
termasuk pulau-pulau kecil terluar, serta merupakan wilayah yang sangat
strategis bagi pertahanan dan keamanan negara.
Untuk Sektor Pertanian, masalah yang masih dihadapi dalam rangka
peningkatan ketahanan pangan adalah (1) terbatasnya jaringan irigasi, (2) masih
lemahnya penerapan dan diseminasi hasil penelitian dan pengembangan
pertanian dalam mendukung peningkatan produksi, produktivitas, mutu, dan
nilai tambah produk, (3) aksesibilitas petani terhadap sumber pembiayaan masih
lemah, (4) dampak perubahan iklim yang mempengaruhi budidaya dan hasil
produksi, dan (5) distribusi bahan pangan antar wilayah yang terkendala dengan
kondisi geografis dan iklim di Maluku sebagai wilayah kepulauan.
Kinerja Sektor Kehutanan di Maluku semakin menurun sebagaimana
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 78
Tahun 2018
diindikasikan oleh semakin rendahnya kontribusi sektor ini untuk perekonomian
daerah dan menurunnya produksi hasil hutan. Pemerintah Daerah Maluku terus
berupaya meningkatkan produksi sektor kehutanan khususnya komoditas hasil
hutan non kayu seperti minyak kayu putih melalui bantuan sarana dan prasarana
pengolahan minyak kayu putih. Dengan kondisi geografis kepulauan ini, tentunya
menjadi tantang bagi Pemerintah Daerah dalam melakukan pengawasan
kehutnanan secara berkala, akibatnya dari lemah pengawasan hutan, maka
maraknya penebangan dan pencurian hasil hutan (illegal loging). Untuk itu
sangatlah diperlakukan pengawasan secara massif dan terstruktur sehingga
mampu megeleminira perilakuk kejahatan hutan.
Pada Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral, Rasio elektrifikasi di
Maluku terus meningkat dan telah mencapai mencapai 60,95%. Terdapat
beberapa daerah dan terutama daerah perdesaan di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, Maluku Barat Daya, Kepulauan Aru dan Buru Selatan belum terjangkau
layanan listrik secara memadai. Permasalahan sektor energi yang dihadapi di
Maluku adalah dari sektor enegi saat ini pemerintah daerah ada dalam
permasalahan pengelolaan, akibat kemampuan keuangan daerah mengingat
dibutuhkan anggaran yang sangat besar, untuk itu maka diperlukan penguatan
darai bebagai pihak (investor) dalam pengelolaa sumber daya enerigi di Maluku.
Tantangan lainya terhadap pengelolaan sumber daya yang dimiliki adalah tetap
menjaga kelestaraian lingkungan dan untuk itu maka Tantangannya adalah
Sumber Daya Manusia yang belum cukup memedai dalam pengelolaan hasil.
Untuk Sektor Lingkungan Hidup, Pemerintah Daerah Maluku terus
melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan manfaat SDA dan peningkatan
kualitas LH. Meskipun demikian, permasalahan pemanfaatan SDA yang belum
memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup masih dihadapi yang
mengakibatkan daya dukung lingkungan menurun dan ketersediaan sumber daya
alam semakin menipis. Penurunan kualitas SDA ditunjukkan dengan tingkat
eksploitasi hutan yang semakin mengkhawatirkan akibat terjadinya pembalakan
liar (illegal logging), penambangan liar, rusaknya wilayah laut akibat
penangkapan ikan yang melanggar dan merusak (illegal and destructive fishing).
Selain itu, meningkatnya konversi hutan dan meluasnya alih fungsi lahan
pertanian untuk kegiatan ekonomi lainnya juga mempengaruhi tingkat produksi
pangan yang dapat mengancam ketahanan pangan.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 79
Tahun 2018
Berbagai upaya untuk menanggulangi kerusakan Lingkungan Hidup
telah dilakukan namun pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup
masih terus terjadi. Pencemaran yang saat ini perlu diperhatikan Salah satunya
adalah pencemaran dari eksploitasi sumberdaya mineral emas di Kabupaten
Buru dan Kabupaten Maluku Barat Daya Kecamatan Romang. Tingkat
pencemaran terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati di sekitar wilayah
pertambangan emas ini dikhawatirkan melebihi baku mutu lingkungan, sehingga
daya dukung dan daya tampung lingkungan menjadi menurun. Untuk itu
diperlukan penataan dan pengelolaan lingkungan hidup secara baik di wilayah
pertambangan emas pulau Buru.
Untuk Sektor Pariwisata, Maluku sebagai provinsi dengan banyak pulau
yang diyakini memiliki banyak panorama indah tentunya menjadi daya tarik
tersendiri bagi kunjungan wisatawan. Dalam upaya menigkatan tingkat
kunjungan wisatawan maka pemerinmtah daerah akan terus menciptakan
berbagai event sebagai bentuk promosi pariwisata, selaian itu upaya lain yang
dilakukan adalah melangkapai sarana transportasi yang menghubungkan setiap
daerah wisata. Beberapa permasalahan masih dihadapi sector Pariwisata Maluku,
antara lain adalah sebagai berikut :
a. Belum terpadunya pengelolaan aspek daya tarik pariwisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait
secara sistematis, terencana, dan berkelanjutan, sehingga menyebabkan
sektor pariwisata Maluku belum mampu memenuhi kebutuhan wisatawan
dan kalah bersaing di pasar global.
b. Masih terbatasnya dukungan: a) aksesibilitas seperti prasarana transportasi
darat, laut dan udara, dan prasarana penunjang pariwisata; b) ketersediaan
fasilitas umum; c) penataan dan diversifikasi daya tarik pariwisata, seperti
penerapan pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism
development), penilaian tujuan (destination assessment), dan pemanfaatan
basis data; serta d) kondisi keamanan dan kenyamanan di Maluku yang
sering terganggu.
c. Jumlah investasi dalam pembangunan pariwisata di Maluku masih belum
optimal. Hal ini disebabkan antara lain oleh kondisi ekonomi dan situasi
keamanan, serta iklim investasi yang belum kondusif.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 80


Tahun 2018
Demikian pula belum optimalnya kerja sama antara pemerintah dan swasta
dalam pengembangan pariwisata di Maluku.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 81


Tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai