Jumlah
No Kabupaten / Kota
Kecamatan Desa Kelurahan
1 Kabupaten Maluku Tengah 18 165 6
2 Kabupaten Maluku Tenggara 11 189 2
3 Kabupaten Maluku Tenggara Barat 10 78 1
4 Kabupaten Buru 10 82 -
5 Kabupaten Seram Bagian Timur 15 160 -
6 Kabupaten Seram Bagian Barat 11 92 -
7 Kepulauan Aru 10 117 2
8 Kabupaten Maluku Barat Daya 17 117 -
9 Kabupaten Buru Selatan 6 79 -
10 Kota Ambon 5 30 20
11 Kota Tual 5 26 3
MALUKU 118 1135 34
Sumber : Biro Pemerintahan Setda Maluku 2016
Tabel 2.2.
Kondisi Dataran Rendah Di Provinsi Maluku 2012
Dataran
No Kabupaten/Kota Luas (Ha) Lokasi
Rendah
1 Maluku Tenggara Barat Tanimbar 1.100 Pulau Tanimbar
2 Kepulauan Aru Dataran Aru 1.200 Kepulauan Aru
3 Seram Bagian Timur Masiwang 5.000 Pulau Seram
4 Maluku Tengah Seran Selatan 4.000 Pulau Seram
Tabel 2.3.
Luas Kawasan Hutan Di Provinsi Maluku Tahun 2014
Hutan Hutan Hutan
Hutan Hutan
Luas Produksi Produksi Produksi
Kabupaten / Kota Lindung Konservasi Ket.
Hutan Terbatas Tetap Konversi
(HL) (HK)
(HPT) (HP) (HPK)
Kota Ambon 9.597 9.597 - - - - Luas
Daratan=
Maluku Tengah 619.192 134.367 175.743 179.947 28.522 100.614 5.415.500 Ha
Buru 427.434 108.169 6.849 109.960 106.835 95.621
Buru Selatan 345.143 73.260 - 101.497 90.799 79.588 APL =
1.498.799 Ha
Maluku Tenggara 47.144 6.439 18.017 2.399 2.966 17.323
Kota Tual 11.840 9.257 - 987 - 1.596
Maluku Tenggara Barat 419.559 13.012 77.197 78.167 112.385 138.799
Maluku Barat Daya 334.808 34.774 51.168 4.584 71.262 173.021
Seram Bagian Barat 414.449 124.493 32.251 156.087 9.810 91.808
Seram Bagian Timur 512.646 107.880 1.216 260.525 24.757 118.269
Kepulauan Aru 777.887 6.254 67.103 - 194.269 510.261
MALUKU 3.919.701 627.503 429.543 894.153 641.603 1.326.899
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Maluku 2014
Tabel 2.6.
Sistem Arahan Pola Ruang Wilayah Nasional Di Provinsi Maluku
Kabupaten/ Kawasan Lindung Kawasan Budidaya
No Kawasan Strategis Nasional
Kota Nasional Strategis Nasional
Tabel 2.7.
Jenis Bencana Di Provinsi Maluku Tahun 2012 – 2015
Jumlah Kejadian
Jenis Bencana
2012 2013 2014 2015 Total
Banjir dan Tanah 3 78
72 3 86
Longsor
Kecelakaan
16 12 12 42 82
Transportasi Laut
Angin Puting Beliung 39 3 3 21 66
Konflik Sosial 18 - 3 3 24
Gempa Bumi 980 1 1 28 1.010
Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Maluku Tahun 2016
2.5. Demografis
2.5.1. Penduduk
Negara Indonesia termasuk salah satu Negara yang memiliki kepadatan
penduduk yang tinggi. Setiap wilayah memiliki tingkat kepadatan penduduk serta
struktur penduduk yang berbeda pula. Struktur penduduk disuatu wilayah meliputi
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 11
Tahun 2018
jumlah,persebaran dan komposisi penduduk.Struktur penduduk di suatu wilayah
tersebut selalu mengalami perubahan dari waktu kewaktu dikarenakan proses
demografi yaitu kelahiran,kematian dan migrasi.Oleh karena struktur penduduk
yang dinamis atau senantiasa mengalami perubahan dari waktu kewaktu maka
perlu sekali untuk mengetahui komposisi penduduk disuatu wilayah, hal ini
dikarenakan komposisi penduduk dapat memberikan gambaran mengenai
pengelompokan penduduk berdasarkan pegelompokkan kriteria tertentu.
Melalui komposisi penduduk akan diperoleh berbagai data mengenai
penduduk menurut jenis kelamin dan pengelompokkan umur. Demikian nantinya
akan dapat diketahui kelompok umur produktif dan tidak produktif, sehingga hal ini
akan memudahkan pemerintah disuatu untuk meramalkan kebijakan apa yang akan
diambil ketika melakukan pembangunan.
Di Provinsi Maluku masalah kependukan menjadi salah satu masalah yang
akan terus dibenahi dan terus dievalusai oleh Pemerintah Daerah, sebab dengan ini
maka Pemeritah Daerah akan menemukan berbagai solusi atau kebijakan yang
nantinya menjadi rujukan untuk memperkirakan jumlah SDM atau tenaga kerja yang
dapat diserap dalam kegiatan pembangunan, sedangkan sebagai output
pembangunan, data jumlah dan struktur penduduk digunakan untuk menentukan
beberapa kelompok sasaran (target groups) pembangunan, misalnya balita,
penduduk usia sekolah, penduduk miskin, dan lansia.
Untuk menetukan kelompok sasaran pembangunan yang ditetapkan
berdasarkan umur, maka salah satu jenis data yang digunakan adalah data mengenai
demografis penduduk atau juga disebut dengan komposisi penduduk menurut umur
atau kelompok umur. Pada Tabel 2.8, selama selang waktu 5 tahun yakni 2010 –
2016 menunjukan bahwa Jumlah penduduk pada Provinsi Maluku mengalami
peningkatan dari 1.686.469 jiwa pada tahun 2015 menjadi 1.715.548 jiwa pada
tahun 2016 atau meningkat sekitar 1,7 % .
Tabel 2.8
Jumlah Penduduk Maluku Menurut Jenis Kelamin, 2010-2016
Jumlah Penduduk
Tahun Total
Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
2010 778.317 763.586 1.541.903
Tabel 2.9
Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 - 2016
Kode Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 2016
Tabel 2.10.
Komposisi Penduduk dan Angka Beban Ketergantungan
di Provinsi Maluku, Tahun 2010-2015
Angka Beban
Tahun 0-14 Tahun 15-64 Tahun ≥65 Tahun
Ketergantungan
(1) (2) (3) (4) (5)
2010 35,34 60,50 4,16 65,28
Sumber : BPS
P Provinsi Maluku, 2017
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Pada tabel 2.12 berikut terlihat perekonomian Maluku triwulan I tahun 2017
tumbuh sebesar 6,19 persen jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada
tahu sebelumnya. pertumbuhan terjadi pada seluruh kategori. informasi dan
komunikasi merupakan kategori yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar
9,97 persen, diikuti oleh kategori pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 8,72
persen dan kategori Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobi-Sepeda Motor
sebesar 8,29 persen.
Gambar 2.4
Grafik Perbandingan Kemiskinan Antar Kab/Kota Maluku dan
Perkembangan Kemiskinan Pedesaan dan perkotaan Maluku
Tabel 2.16
Garis Kemiskinan Provinsi Maluku Tahun 2016
GARIS KEMISKINAN (Rp/Kapita/Bulan)
TAHUN
Kota Desa Jumlah
2013 358.068 339.446 346.599
2014 369.738 355. 478 361.022
2015 404.929 405. 502 405.279
2016 424.788 423.698 424.656
Sumber : BPS Provinsi Maluku, 2017
Gambar 2.5
Trend Kemiskinan Provinsi Maluku
Tahun 2012 – 2016
Gambar 2.6
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku tahun
2012–2016
71
70.18
70 69.55
68.9
69 68.31
68 67.7 67.6
67.05
67 66.74 Indon
66.09 esia
66 65.43
65
64
63
2012 2013 2014 2015 2016
Sumber: BPS Provinsi Maluku, 2017
Apabila IPM Provinsi diletakan dengan sejajar pada IPM Nasional, IPM
Provinsi Maluku selama periode 2012-2016 juga memiliki kecendrungan yang
sama yakni mengalami peningkatan. Tentunya kencendrungan ini akan terus
dipertahankan dan diperbaiki pada tahun-tahun berikutnya sehingga IPM yang
dimiliki oleh Provinsi Maluku akan mampu memberikan kontribusi yang
signifikan pada pembangunan di daerah.
Aspek pendidikan sampai saat ini menjadi salah satu indikator penting bagi
sebuah negara, khususnya Indonesia. Pendidikan yang baik, dengan pelaksanaan
yang benar, dan berkualitas tentunya akan memberikan dampak yang luar biasa
besarnya bagi pembangunan.
Pendidikan merupakan bahan baku yang mampu melahirkan generasi -
generasi terdidik untuk mencapai pemberdayaan manusia yang optimal dan
berkelanjutan. Tanpa pendidikan, tentu sebuah negara akan dikatakan kurang maju
dan kurang berkembang. Oleh karena itu, perlunya membangun pendidikan menjadi
sebuah urgensi yang hendaknya segera ditangani secara intensif dan
berkesinambungan.
Indikator yang dipakai untuk menilai keberhasilan pembangunan
pendidikan antara lain meliputi : Angka melek huruf, Angka pendidikan yang
ditamatkan, Angka rata-rata lama sekolah, Angka partisipasi murni, Angka
partisipasi kasar.
Tabel 2.19.
Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan
di Provinsi Maluku Tahun 2015 dan 2016
Tabel 2.20.
Rata-rata Lama Sekolah Menurut Jenis Kelamin
di Provinsi Maluku Tahun 2011 - 2015
Tabel 2.21.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kabupaten/Kota danKelompok Umur
di Provinsi Maluku Tahun 2010 - 2015
Kabupaten/Kota 7-12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun
(1) (2) (3) (4)
Kabupaten Maluku Tenggara Barat 191 126 128
Kabupaten Maluku Tenggara 110 118 86
Kabupaten Maluku Tengah 98 99 80
Kabupaten Buru 118 86 98
Kabupaten Kepulauan Aru 98 90 119
Kabupaten Seram Bagian Barat 114 106 98
Kabupaten Seram Bagian Timur 128 81 90
Kabupaten Maluku Barat Daya 117 88 111
Kabupaten Buru Selatan 95 90 98
Kota Ambon 86 97 85
Kota Tual 111 114 80
Maluku
2010 98,27 92,86 72,40
2011 98,18 91,89 67,22
2012 114,25 92,11 67,80
2013 115,4 98,28 93,51
2014 111,03 98,57 94,53
2015 115,09 99,51 97,55
2016 115,87 99,54 98,12
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku, 2017
Tabel. 2.22.
Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kabupaten/Kota
dan Jenjang Pendidikan tahun 2016
Kabupaten/Kota SD SLTP SLTA
(1) (2) (3) (4)
Maluku Tenggara Barat 56,61 84,67 72,71
Maluku Tenggara 72,22 66,18 74,34
Maluku Tengah 92,34 77,20 66,62
Buru 80,15 80,27 78,09
Kepulauan Aru 63,35 80,13 72,38
Seram Bagian Barat 95,51 82,64 74,18
Seram Bagian Timur 62,54 79,84 74,86
Maluku Barat Daya 88,60 78,54 64,98
Buru Selatan 61,20 78,06 68,29
Ambon 74,71 82,20 74,71
Tual 92,62 75,20 75,77
Maluku 95,94 94,82 88,46
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku, 2017.
Selain rasio guru-murid, salah satu hal yang menjadi penunjang pendidikan
adalah ketersediaan ruang kelas, dimana ruang kelas haruslah berbanding merata
atau seimbang dengan jumah murid. Pada tahun ajaran 2015/2016, sarana
pendidikan untuk tingkat SD terlihat cukup memadai dimana setiap kelas
menampung sebanyak 23 murid. Sementara banyak murid yang belajar dalam kelas
untuk jenjang SMP pada tahun 2015/2016 mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya yakni sebanyak 29 murid dalam kelas dari 38 murid yang dimiliki pada
tahun 2014/2015, angka untuk jenjang pendidikan SMP tentunya harus menjadi
perhatian oleh pemerintah yakni dengan meningkatkan fasilitas atau penambanan
ruang kelas baru sehingga tidak terjadi penumpukan murid pada setiap kelas.
Jenjang pendidikan SMA mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya
yakni 32 orang murid per kelas pada tahun 2015/2016. Jumlah ini tentunya masih
2.1.7.5. Kebudayaan
Untuk dapat secara jelas melihat status kesehatan penduduk, maka salah satu
indikator yang dapat dipakai adalah indikator kesakitan. Indikator kesakitan yaitu
presentase penduduk yang mengalami gengguan kesehatan hingga mengganggu
aktivitas kesehariannya selama sebulan sebelum pencecahan.
Tergambar pada tabel 2.25 apabila dilihat menurut kabupaten/kota,
Kabupaten buru yang mengalami keluhan kesehatan terbanyak sebesar 18,47 persen,
kedua terbanyak yakni Seram Bagian Barat dengan jumlah keluhan sebanyak 17,73
persen dibandingkan dengan kebupaten/kota lainya. Kabupaten/kota dengan angka
keluhan yang paling kecil yakni Kabupaten Buru Selatan dengan jumlah 7,65 persen.
Apabila dilihat menurut jenis kelamin angka kesakitan perempuan relative lebih
tinggi dibandingkan dengan laki-laki yakni masing-masing sebesar 12,17 persen dan
11,63 persen. Angka kesakitan menurut jenis kelamin pada kabupaten-kota yang
tertinggi yakni kabupaten buru dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 18,32 persen
dan perempuan sebanyak 18,61 persen, tertinggi kedua yakni kabupaten seram
bagian barat dengan presentase 17,21 untuk laki-laki dan 18,23 persen untuk
perempuan.
Dengan melihat kondisi angka kesakitan yang relative masih tinggi dan
tersebar di kabupaten dan kota, maka akang sangat perlu dilakukan perbaikan atau
peningkatan kebijakan pembangunan di bidang kesehatan.
Tabel 2.25.
Angka Kesakitan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin
di Provinsi Maluku, Tahun 2015
Jenis Kelamin
Kabupaten/Kota Total
Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Maluku Tenggara Barat 9,80 7,41 8,59
Maluku Tenggara 11,05 15,29 13,13
Maluku Tengah 12,18 12,49 12,34
Kebutuhan bayi akan zat gizi melampaui kebutuhan orang dewasa, nyaris dua
kali lipat. Kebutuhan nutrisi bayi sampai usia 6 bulan dapat dipenuhi hanya dengan
memberikan air susu ibu (ASI) saja atau yang dikenal sebagai “ASI eksklusif”. ASI
eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-6
bulan. Bayi tidak diberikan apa-apa, kecuali makanan yang langsung diproduksi oleh
ibu karena bayi memperoleh nutrisi terbaiknya melalui ASI.
Cakupan Bayi 0 - 6 Bulan yang mendapat Asi Ekslusif Tahun 2016 sesuai
Tabel 2.26 yang terbesar cakupannya yakni Kabupaten Maluku Tenggara sebanyak 63
persen, terbesar kedua adalah Maluku Tengah sebanyak 62 persen. Sedangkan
cakupan bayi mendapatkan Asi Eksklusif terendah ada pada kabupaten Seram Bagian
Timur sebesar 8 persen. Sementara secara keseluruhan persentase cakupan bayi
mendapatkan asi eksklusif di Provinsi Maluku baru mencapai 45,32 persen di tahun
2016. Berdasarkan tabel dibawah ini dapat juga disimpulkan bahwa asi eksklusif
sebagai asupan gizi utama bayi dengan usia 0 – 6 bulan belum dirasakan cukup
penting bagi rata-rata masyarakat. Olehnya itu perlu didorong dan dilakukan
penguatan bagai setiap masyarakat bahwa betapa pentingnya asupan ASI bagi tumbuh
kembang bayi.
Tabel 2.26.
Cakupan Bayi 0-6 Bulan Mendapat Asi Eksklusif
Di Provinsi Maluku Tahun 2016
Tabel 2.27.
Persentase Balita Menurut Status Gizi dan Kabupaten/Kota
di Provinsi Maluku, Tahun 2010-2016 (%)
Tabel 2.28
Jumlah Fasilitas Kesehatan Di Provinsi Maluku,
Tahun 2010–2016
Tabel 2.29.
Persentase Balita Menurut Penolong Persalinan dan Kunjungan Neonatal (KN)
di Provinsi Maluku, Tahun 2011 – 2013
Pertama (KN1) Terakhir (KN3)
Penolong Persalinan
2011 2012 2013 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Tenaga Kesehatan 48,11 50,97 50,93 50,78 52,61 54,63
- Dokter 6,51 8,89 7,33 7,80 9,48 7,60
- Bidan 40,84 41,46 43,01 41,79 42,34 46,46
- Lainnya 0,76 0,62 0,59 1,19 0,79 0,56
Bukan Tenaga Kesehatan 51,89 49,13 49,07 49,21 47,39 45,37
- Dukun Tradisional 47,85 45,53 43,37 46,33 44,85 41,88
- Lainnya 4,04 3,6 5,70 2,88 2,55 3,49
Sumber: BPS Provinsi Maluku, 2014
Tabel 2.30.
Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat
di Provinsi Maluku, Tahun 2010 - 2013
Tabel 2.31.
Kondisi Jalan di Provinsi Maluku
Tahun 2016
Mantap Tidak Mantap
Indikator Satuan 2015 2016
Km % Km %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Jalan Nasional Km 1.771,67 1.771,67 1.451,57 81.93 320,10 18.07
2 Jalan Provinsi Km 864,56 1.080,30 452,40 41.88 627,90 58.12
3 Jalan Kab/Kota Km 5.873,13 5.873,13 2.334,85 40.00 3.502,28 60.00
Total Km 8.473,10 8.689,10 4.238,82 48.78 4.450,28 51.22
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Prov Maluku, 2017
Tabel 2.32
Indikator Perumahan di Provinsi Maluku Tahun 2012-2015
Indikator Perumahan 2012 2013 2014 2015
Atap Bukan Ijuk / Lainnya 85.73 87.09 88.88 90.81
Dinding Tembok 70.23 70.84 71.42 74.56
Lantai Bukan Tanah 89.27 89.92 92.48 92.07
Fasilitas Air Minum Sendiri 28.07 32.81 34.93 34.26
Jembatan Sendiri / Bersama 64.23 66.06 70.49 71.46
Tempat Pembuangan Akhir Tinja
64.18 67.15 70.58 48.43
Dengan Tangki
Sumber : Inkesra, 2016
Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga
dalam kehidupan sehari-hari. Ketersedian dalam jumlah yang cukup terutama
untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan
air bersih yang terus menerus diupayakan pemerintah. Pada tahun 2015, rumah
tangga di Maluku yang menggunakan air ledeng sebagi sumber air minumnya
baru mencapai 12,34 persen.
Gambar 2.7.
Perkembagan Jumlah Angkutan Penumpang dan Barang
Di Provinsi Maluku Tahun 2010 – 2015
60
49.21 49.458 51.611
50 45.434 47.026
43.324
40
30 22.874
19.449 20.567 21.671
17.368 18.378
20
10
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Selama periode Agustus 2013 sampai dengan Agustus 2016 terdapat tiga
sektor besar yang banyak menyerap tenaga kerja, yakni sektor Pertanian,
Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan sebesar 39,13 persen, sektor Jasa
Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan sebesar 22,82 persen, dan Perdagangan,
Rumah Makan dan Jasa Akomodasi sebesar 12,90 persen.
Sektor yang mengalami penambahan jumlah pekerja yakni Sektor Jasa
Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan, Sektor lainnya (yang terdiri atas Sektor
Pertambangan dan Penggalian, Sektor Listrik, Gas dan Air Minum, Sektor Konstruksi
Sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, dan Sektor Lembaga Keuangan)
serta sektor Industri. Untuk Sektor Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan
Perorangan dimana peningkatan jumlah pekerja sebesar 38.292 orang dari 119.344
orang pada Agustus 2015 menjadi 157.636 orang pada Agustus 2016. Sementara
Sektor lainnya mengalami peningkatan sebanyak 593.188 orang dari 97.598 orang
pada Agustus 2015 menjadi 690.786 orang pada Agustus 2016. Untuk Sektor
Industri juga mengalami pertambahan jumlah pekerja secara signifikan sebanyak
Tabel 2.33.
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama, Agustus 2013-2016
0 -- 0 0 - 0 0 - 0
1 MTB 0 - 0 0 - 0 -
2 Maluku Tenggara 0 - 0 0 - 0 1 -
3 Maluku Tengah 0 - 0 0 - 0 -
4 Buru 0 - 0 0 - 0 -
5 Kep. Aru 0 - 0 0 - 0 1 - 0
6 Seram bagian Barat 0 - 0 0 - 0 -
7 Seram bagian Timur 0 - 0 0 - 0 -
8 Maluku Barat Daya 0 - 0 0 - 0 -
9 Buru Selatan 0 - 0 0 - 0 2 11,380. 31
10 Ambon 0 - 0 0 - 0 9
11 Tual -
TOTAL 0 - 0 0 - 0 4 11,380. 31
9
Sumber : BPMPTSP Provinsi Maluku, 2017
Tabel 2.35
Ralisasi Penanaman Modal Asing di Provinsi Maluku
Tahun 2014 – 2016
2014 2015 2016
No Lokasi Proyek
Investasi Investasi Investasi
Proyek TKI Proyek TKI Proyek TKI
(US$ Ribu) (US$ Ribu) (US$ Ribu)
1 MTB 1 5,153.4 838 1 885.2 8
2 Maluku Tenggara
3 Maluku Tengah 6 157.0 677 2 453 4 35,301.6 2,113
4 Buru 1 50.0 20 1 0 2 1,021.9 1,571
5 Kep.Aru 4 7,482.4 1,843 -
6 Seram Bagian Barat 2 0 3 296.3 -
7 Seram Bagian Timur 3 130 30 1 -
8 Maluku Barat Daya 2 28.7 449 3 79,160.1 985 3 65,082.1 1,768
9 Buru Selatan 1 - 10 1 - 20
10 Ambon 4 - 394 7 3,230.7 367 5 44.9 176
11 Tual 11 102.1 1,779 11 0.1 22 4 - 28
Total 33 6,040 6,040 26 82,390.9 1,827 24 102,632.0 5,684
Sumber : BPMPTSP Provinsi Maluku, 2017
Nilai ekspor Maluku bulan Desember 2016 adalah sebesar US$ 20,93 juta.
Hal ini berbeda dengan bulan November 2016 dimana Maluku tidak melakukan
ekspor. Jika dibandingkan dengan Desember 2015 (US$ 11,36 juta), ekspor Maluku
naik 84,32 persen. Ekspor Maluku pada Desember 2016 berasal dari sektor migas
dan non migas. Secara kumulatif nilai ekspor Maluku Januari-Desember 2016
mencapai US$ 49,08 juta atau meningkat 9,41 persen dibandingkan periode yang
sama pada tahun 2015.
Terdapat tiga negara tujuan ekspor Maluku pada Desember 2016 yakni
Malaysia (US$ 20,77 juta), Hongkong (US$ 0,16 juta), dan Timor Leste (US$ 384).
Pembangunan Tata Ruang Wilayah Maluku berbasis Gugus Pulau, Laut Pulau
dan Pintu Jamak ditujukan untuk mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan
berkeadilan antar gugus pulau yang ditandai oleh tingkat pembangunan yang makin
merata ke seluruh gugus, dengan memperhatikan potensi dan peluang keunggulan
sumberdaya darat dan/atau laut di setiap gugus pulau, dan memperhatikan prinsip
pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Rencana Pembangunan
Tata Ruang Wilayah Maluku berbasis Gugus Pulau, Laut Pulau dan Pintu Jamak
digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan di setiap sektor,
lintas sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan
berkelanjutan. Pelaksanaan pengembangan wilayah tersebut dilakukan secara
terencana dan terintegrasi dengan semua rencana pembangunan sektor dan bidang.
Pembangunan Tata Ruang Wilayah Maluku pada tahun 2015 dilakukan
melalui : (1) pengembangan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh untuk
mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya dalam mendukung peningkatan
daya saing gugus pulau dan produk unggulan gugus pulau, sehingga dapat berfungsi
sebagai pusat-pusat pertumbuhan yang dapat menggerakkan pertumbuhan gugus
pulau; (2) peningkatan pembangunan di wilayah-wilayah tertinggal gugus pulau
agar dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengejar
ketertinggalan pembangunannya dengan gugus pulau lainnya ; (3) pengembangan
wilayah-wilayah perbatasan pada gugus pulau IX, X, XI dan XII, sehingga kawasan
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan
perdagangan dengan negara tetangga; (4) peningkatan kesejahteraan dan kualitas
hidup masyarakat perdesaan; serta (5) keserasian pemanfaatan dan pengendalian
tata ruang, serta penatagunaan tanah.
Tabel 2.36
Data Ketersediaan Infrastruktur BTS dan Mitra Informasi
Di Provinsi Maluku Tahun 2014
NAMA
NO INFRASTRUKT NAMA KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014
UR
1 TELKOM Ambon Malteng SBB SBT Buru Buru MTB Malra Kota MBD Kep.
Selata Tual Aru
n
2 INDOSAT 2 4 0 1 1 0 2 0 1 0 1
3 TELKOMSEL 38 8 6 5 3 1 2 0 1 0 1
4 FLXI 11 4 0 0 1 0 1 0 1 0 0
5 PRO XL 11 4 0 0 1 0 1 0 1 0 0
6 TVRI 2 2 0 0 2 2 1 1 0 2 0
7 RRI 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
8 WARNET 80 3 3 0 3 0 0 5 2 0 0
9 KANTOR 8 1 1 5 33 1 2 1 1 1 1
10 POS LAYANAN 5 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0
UNIVERSAL
TOTAL 158 27 10 11 45 4 11 8 8 3 3
Provinsi Maluku merupakaan daerah pasca konflik dan sampai dengan saat
ini terus mengalami perkembangan keamanan dan ketertiban yang sangat baik, hal
ini tentunya dapat terjadi dikarenaakan adanya kerjasama antara masyarakat,
pemerintah daerah maupun TNI-POLRI.
Selama tahun 2011-2013 beberapa insiden seperti gangguan keamanan dan
pelanggaran hukum yang terjadi dapat ditangani dan diisolasi, agar tidak meluas
seperti pengalaman yang pernah terjadi antara lain : (1) perkelahian antar
orang/kelompok yang dapat meluas hingga dapat menular kepada warga
desa/kampung disebabkan pengaruh minuman keras, kecemburuan sosial, batas
tanah/wilayah serta masalah adat; (2) unjuk rasa kelompok masyarakat yang
berakibat pada tindakan anarkhis (pengrusakan/pembakaran prasarana dan sarana
pemerintahan, fasilitas umum serta perumahan warga; (3) Gerakan separatisme
yang dapat memecah belah kerukunan berbangsa dan bernegara serta ancaman
lainnya; (4) Gangguan lainnya seperti penjualan minuman keras tanpa izin,
peredaran dan penyalahgunaan narkoba serta perdagangan gelap obat terlarang.
Terkait dengan upaya mewujudkan kondisi keamanan, ketentraman dan
ketertiban masyarakat yang kondusif maka sejumlah kegiatan terus dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah Maluku pada tahun 2013 antara lain meliputi : rapat
koordinasi pemantapan stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat,
pengawasan pengendalian dan evaluasi aktivitas polisi pamong praja, peningkatan
wawasan kebangsaan di kalangan masyarakat, penyuluhan, pencegahan
peredaran/penggunaan minuman keras dan narkoba, peningkatan kerjasama
dengan aparat keamanan dalam teknik pencegahan kejahatan, peningkatan
keamanan dan kenyamanan lingkungan, pengendalian kebisingan dan gangguan
dari kegiatan masyarakat, pengembangan posko siaga penanggulangan bencana dan
peta rawan bencana.
II. Kolam 73,37 1.638,45 79,40 187,54 181,98 553,27 44.967 3.774 5.865 5.498.500
- Mas 24,76 26,22 25,73 41,72 36,87 27,01 806,3 1.286 1.614 1.389.350
- Mujair - 1.349,83 5,81 22,25 14,56 33.631 145 525 387.400
- Lain-lain 52,26 307,4 47,86 123,57 130,55 51,26 10.530 2.343 3.727 3.721.750
III. Laut 475.000,45 586.089,38 507.089,09 712.693,19 598.583.000 475,00 2.926.238 808.139 1.616.234 1.207.045.143
Jumlah 475.453,98 592.007,37 512.490,98 725.366,,10 604.003.040 938,03 3.194.500 1.328.047 2.168.089 1.353.672.395
Tabel 2.40.
Rincian Luas Kawasan Hutan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
Luas Fungsi Kawasan Hutan (Ha)
No Kabupaten/Kota Jumlah %
Hutan Hutan Hutan Hutan
Hutan
Konservas Produksi Produksi Produksi
Lindung
i Terbatas Tetap Konversi
Tabel 2.41.
Realisasi Hasil Produksi Hasil Hutan di Provinsi Maluku, Tahun 2010-2016
2012 2013 2015 2016
NO Kabupaten/Kota 2010 2011 2014
(1) (2) (5) (6) (7) (8) (5) (6) (7)
1 Kayu Bulat
a. Produksi (M3) 280.413,47 297.492,67 231.668,29 268.536,29 259.649,64 307.610,81 274.958,04
b. Ekspor (Ribu US$) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2 Kayu Olahan
a. Produksi (M3) 23.309,7505 34.846,8478 19.395,2590 11.554,1852 21.446,4174 10.299,1370 12.737,6340
b. Ekspor (Ribu US$) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
3 Non Kayu
a. Produksi
- Minyak Kayu putih 40.015,00 4.500,00 1.525 0,00 21.725 28.966 17.840
(Liter)
- Daun Kayu putih 13.055,00 0,00 280 440 360 480 475
(Ton)
- Damar Kopal (Ton) 256,00 255,00 287 205.04 83 42 118,52
- Rotan (Ton) 280,00 0,00 35 0,00. 0,00 60 16,45
- Gaharu (Kg) 0,00 0,00 - 0,00 6,200 103 20
- Kemedangan (Kg) 0,00 0,00 32.300 77,590 40,02 364 99,82
2.7.20.2. Perkebunan
Sub sektor perkebunan termasuk sub sektor unggulan di Maluku,
beberapa komoditi seperti kelapa, cengkeh, pala dll merupakan komoditi
unggulan Maluku. Pada tahun 2015 produksi kelapa menurun jika dibandingkan
tahun 2014 dari 100.459 ton menjadi 96.534 ton. Produksi cengkeh pada tahun
2015 juga mengalami penurunan dari 17.437 ton tahun 2014 menjadi 13.264
ton. Produksi pala juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu dari
4.743 ton menjadi .406 ton. Produksi coklat mengalami peningkatan yaitu 9.221
tahun 2014 ton menjadi 11.261 ton tahun 2015. Produksi kopi juga meningkat
dari 406 ton di tahun 2014 menjadi 502 ton di tahun 2015. Produksi jambu mete
meningkat dari 1.026 ton tahun 2014 menjadi 1.218 tahun 2015.
Tabel 2.42.
Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Nabati
Tahun 2011 – 2015
Kabupaten
Kairatu Kairatu Mala-1*) 14.600
SeramBagian Barat
Mala-2 7.500
Liopa 1.500
Riapa-2 1.900
Nala 2.800
Kawanenu 2.400
Aru 1.800
Piru Piru Kukureha 6.00
Ety 2.400
Keterangan :*) Pengukuran AWLR/ARGR/RGR **) Selesai Feasibility Study
Sumber : Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Maluku, 2014
Tabel 2.44.
Perkembangan Kunjungan Wisatawan Mancanegara
di Provinsi Maluku tahun 2011-2016
JUMLAH KUNJUNGAN/TAHUN (ORG)
NO. KAWASAN
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tabel 2.45.
Per kapita per bulan (Rp) Di Provinsi Maluku
Pengeluaran per kapita Kenaikan Nominal
Tahun
perbulan (Rp) Setahun (%)
2010 535.605 15.29
2011 770.023 43.77
2012 896.257 16.39
2013 723.271 -19.30
2014 865.938 19.73
2015 794.355 -8.27
Sumber : BPS Provinsi Maluku, 2016 (Susenas)
30
20
10
0
2011 2012 2013 2014 2015
Iklim investasi merupakan salah satu dari isu dari peningkatan daya saing
pembangunan di daerah guna sebagai penguat dalam keadaan ekonomi domestik.
Investasi dapat mencerminkan daya saing antar daerah. Semakin baik investasi akan
memperlihatkan tingkat kepercayaan penanaman modal di suatu daerah. Iklim
investasi mencerminkan sejumlah faktor yang berkaitan dengan lokasi tertentu yang
membentuk kesempatan dan insentif bagi pemilik modal untuk melakukan usaha
atau investasi secara produktif dan berkembang. Oleh sebab itu peningkatan iklim
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Maluku II - 67
Tahun 2018
investasi dan usaha sangat penting untuk mendorong arus investasi masuk dan
berkembangnya usaha di Provinsi Maluku. Dengan investasi yang baik akan
mendorong aktivitas perekonomian, penciptaan lapangan kerja baru, peningkatan
daya beli masyarakat yang kemudian dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan rakyat.
Permasalahan bidang investasi yang selama ini muncul salah satunya
Permasalahan struktural, seperti birokrasi dan kepastian hukum tentunya perlu
dilakukan sebuah reformasi perubahan yang mengarah pada kondisi yang efisien
bagi peningkatan iklim investasi. Guna meningkatkan iklim dan daya Tarik investasi
maka langkah kebijakan difokuskan pada beberapa hal yang menjadi tinjauan
penting, dengan tidak mengenyampingkan faktor lain, diantaranya :
Penyederhanaan dan harmonisasi berbagai regulasi yang bertujuan untuk
memberikan transparansi, kepastian dan kemudahan untuk melakukan investasi
dan berusaha, Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk
mempercepat dan mempermudah proses perijinan dan non perijinan untuk
berinvestasi dan mengembangkan usaha di daerah dan Kemudahan dalam proses
pembebasan dan perolehan lahan.
2.9. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan
Evaluasi kinerja pembangunan melihat tentang pelaksanaan program dan
kegiatan RKPD dan Realisasi RPJMD tahun 2016 meliputi Evaluasi Pelaksanaan
Program dan Kegiatan Tahun 2016, yang merupakan penjabaran dari RPJMD
Provinsi Maluku Tahun 2014-2019. Pelaksanaan pembangunan pada berbagai
bidang pembangunan dapat dilihat pada Lampiran Bab II.
2.10.6. Politik
Tahun 2018 merupakan pesta domokrasi yang harus di hadapi oleh
Provinsi Maluku dan Kabupaten/Kota dalam Pilkada Gubernur dan Bupati. Untuk
itu kondisi yang kondusif mesti dijaga sehingga dapat menghindari potensi-potensi
konflik yang muncul terutama daerah-daerah pilkada yang rawan.
Dalam upaya menjaga tatanan demokrasi di Maluku, maka perlu dilakukan
sosialisasi dan penguatan karakter pilkada yang bersih dan transparan bagi
masayarakat Maluku sehingga akan memunculkan budaya berdoemokrasi atau
berpolitik yang santun di tengah tatanan masyarakat.
Disisi lain penguatan pada kelembagaan daerah yang bertindak sebagai
pelaksana teknis sangatkah diperlukan melalui sehigga mampu menghindari
manipulasi-masnipulasi poltik terutama dari sisi adminitrsai dan pengelolaan
keuangan daerah.
2.10.9. Ekonomi
Perekonomian Daerah Maluku menunjukkan kinerja yang semakin baik,
sebagaimana ditunjukkan oleh semakin meningkatnya PDRB, Pendapatan Perkapita,
olehnya itu menjadi suatu tantangan bagi daerah yakni bagaimana daerah dapat
mempertahankan kondisi perekonomiannya agar tetap stabil. Dari sisi
produktivitas, daerah harus mampu meningkatkan produktivitasnya dengan jalan
memunculkan produk-produk baru dari tahun ke tahun serta Kualitas jasa yang
diberikan juga harus terus ditingkatkan.
Investasi di Maluku terus meningkat tetapi kontribusinya masih terbatas
untuk perekonomian daerah Maluku. Peningkatan investasi di Maluku belum
didukung secara optimal oleh penyaluran kredit perbankan untuk bidang investasi
yang ditandai oleh rendahnya kredit untuk investasi dibandingkan kredit konsumsi.
Sementara itu, fungsi intermediasi perbankan untuk penyaluran dana KUR di
Maluku meskipun semakin meningkat tetapi pemanfaatannya juga masih rendah
atau belum optimal dalam mendorong pengurangan kemiskinan di Maluku.
Bidang Perindustrian belum mampu memberikan peran yang cukup
signifikan terhadap perekonomian Maluku, sebagaimana ditunjukkan oleh masih
rendahnya kontribusi Sektor Industri pengolahan terhadap PDRB Maluku.
Sektor Perdagangan meskipun memiliki kontribusi yang cukup besar
terhadap perekonomian Maluku, tetapi belum mampu meningkatkan daya saing
perekonomian daerah Maluku sebagaimana ditandai oleh masih rendahnya ekspor
Maluku dibandingkan dengan impor atau dibandingkan dengan ekspor daerah
lainnya di Indonesia.