Disusun Oleh
Kelompok 9 IKM B 2015 :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan
Program Gizi di Puskesmas Ngagel Rejo secara tepat waktu. Tujuan pembuatan
laporan ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi.
laporan akhir ini dapat dilakukan secara tepat waktu. Dalam proses pembuatan
laporan akhir ini, kami telah mendapat banyak dukungan, bantuan, serta petunjuk
yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami ingin
Surabaya.
pembuatan laporan akhir ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya
kontribusi positif berupa saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ..................................................................................... ......................3
DAFTAR TABEL ................................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 5
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... 6
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 7
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................7
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................8
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 10
2.1 Konsep Pendekatan Socio Ecological of Health Behaviour ....................10
2.2 Analisis Situasi SWOT ............................................................................13
2.3 Metode Prioritas Masalah dengan USG ...................................................18
2.4 Metode Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone ...........................20
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 24
3.1 Analisis Situasi dengan Pendekatan Socio Ecological of Health
Behaviour .................................................................................................24
3.2 Analisis Situasi dengan SWOT................................................................27
3.3 List Masalah .............................................................................................34
3.4 Penentuan Prioritas Masalah ....................................................................34
3.5 Penentuan Penyebab Masalah ..................................................................35
3.6 Penentuan Alternatif Solusi .....................................................................36
3.7 Penentuan Prioritas Alternatif Solusi .......................................................38
3.8 PoA (Plan of Action)................................................................................42
3.9 Monitoring dan Evaluasi ..........................................................................54
BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................... 62
4.1 Kesimpulan ..............................................................................................62
4.2 Saran ........................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64
3
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2.1 Analisis Bobot dan Rating Strength dan Weakness ........................... 29
Tabel 3.2.2 Analisis Bobot dan Rating Opportunity dan Threats ... ......................30
Tabel 3.2.3 Perhitungan IFAS dan EFAS ............................................................. 32
Tabel 3.4.1 USG (Urgency, Seriousness, Growth) ............................................... 35
Tabel 3.7.1 Pembobotan dengan Metode MEER ............................ ......................39
Tabel 3.8.1 Indikator Keberhasilan ....................................................................... 44
Tabel 3.8.2 Advokasi Stakeholder ........................................................................ 44
Tabel 3.8.3 Cooking Activity ................................................................................. 46
Tabel 3.8.4 Rundown Bulan Januari ............................................... ......................49
Tabel 3.8.5 Rundown Bulan Maret ....................................................................... 49
Tabel 3.8.6 Rundown Bulan Mei........................................................................... 50
Tabel 3.8.7 Rundown Bulan Juli ........................................................................... 50
Tabel 3.8.8 Rundown Bulan September .......................................... ......................50
Tabel 3.8.9 Rundown Bulan November ................................................................ 51
Tabel 3.8.10 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Bulan Des 2017 – Juni 2018 ............ 51
Tabel 3.8.11 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Bulan Juli – Desember 2018 ............ 52
Tabel 3.8.12 Rencana Anggaran Dana Advokasi Stakeholder ....... ......................53
Tabel 3.8.13 Rencana Anggaran Dana Cooking Activity ...................................... 53
Tabel 3.9.1 Checklist Monitoring dan Evaluasi Cooking Activity .. ......................58
Tabel 3.9.2 Checklist Monitoring dan Evaluasi Advokasi Stakeholder ............... 60
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR LAMPIRAN
6
BAB I
PENDAHULUAN
Hingga saat ini, kasus gizi buruk masih menjadi masalah di beberapa
negara, baik negara miskin, negara berkembang dan negara maju. Gizi buruk telah
Penyebab gizi buruk dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling terkait,
antara lain asupan makanan yang kurang disebabkan karena tidak tersedianya
makanan secara adekuat, anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang,
pola makan yang salah, serta anak sering menderita sakit. Kekurangan konsumsi
pemeliharaan gizi anak, serta rendahnya kondisi kesehatan lingkungan, selain itu
juga dipengaruhi oleh masalah ekonomi dan pelayanan kesehatan, serta pola asuh
Dampak jangka pendek dari kasus gizi buruk adalah anak menjadi apatis,
dampak jangka panjang dari kasus gizi buruk adalah penurunan skor IQ,
gangguan penurunan rasa percaya diri. Sehingga kasus gizi buruk apabila tidak
dikelola dengan baik akan dapat mengancam jiwa, dan pada jangka panjang akan
7
Penyebab gizi buruk sangat kompleks, sehingga pengelolaannya
memerlukan kerjasama yang komprehensif dari semua pihak. Bukan hanya dari
dokter maupun tenaga medis saja, tetapi juga dari pihak orang tua, keluarga,
Kota Surabaya?
Surabaya?
8
1.3 Tujuan Penulisan
Kota Surabaya.
Surabaya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tinggal. Lingkungan ini memiliki beberapa tingkat, mulai dari pada microsystem,
Bronfenbrenner ini, kepribadian dan perilaku individu terjadi dalam sebuah proses
besar yang sistemik dan terjadi dalam beberapa tingkat. Berawalkan dari sistem
sistem lingkungan ini terjadi proses saling mempengaruhi dan saling membangun
yang paling dekat dengan dirinya, seperti keluarga, sekolah, rekan sebaya,
10
tetangga, orang-orang dalam kumpulan ibadah dan mereka yang terlibat
pelayanan kesehatan.
dengan teori perubahan perilaku The Socio Ecology Model of Health Behavior
perilaku yang pesan perubahan perilaku dibawa oleh anak didik untuk merubah
perilaku orang tua maupun masyarakat. Informasi atau pesan yang diterima di
dalam meja studi diharapkan dapat diterima oleh orang tua maupun masyarakat.
Informasi atau pesan menjadi keyakinan dan persepsi sebuah kebenaran sehingga
Adanya teori socio ecological ini memiliki tujuan utama yaitu untuk
tingkat pengaruh. Perubahan perilaku dapat terjadi, jika adanya dukungan dari
1. Intrapersonal
11
motivasi, konsep diri, sejarah perkembangan, pengalaman masa lalu, dan
2. Interpersonal
Lingkungan sosial meliputi anggota keluarga, rekan kerja, teman, dan lain-
lain.
3. Organizational
4. Community
Pada level community, teori perilaku kesehatan berfokus tidak hanya pada
5. Public Policy
Pada level public policy, teori perilaku kesehatan fokus pada kebijakan
tindakan.
12
Gambar 2.1.1 Socio Ecological Model of Health Behaviour
selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program
kerja. Informasi eksternal mengeni peluang dan ancaman dapat diperoleh dari
lembaga pemindaian untuk memperoleh keliping surat kabar, riset di internet, dan
analisis tren-tren domestik dan global yang relevan (Richard L. Daft 2010:253).
Selain itu Fredi Rangkuti (2004: 18) menjelaskan bahwa Analisis SWOT adalah
13
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor
eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah
faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak
isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor
Keterangan:
14
Sel A: Comparative Advantages
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga
cepat.
Sel B: Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari
luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang
kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang
diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain)
Sel ini merupaka kondisi yang paling lemah dari semua sel karena
merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan
jika terdapat keputusan yang salah karena dua faktor tersebut, maka akan
membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah
15
Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui
a. Melakukan perhitungan bobot (a) dan rating (b) point faktor serta jumlah
bebas. Penilaian terhadap sebuah poin faktor tidak boleh dipengaruhi atau
besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian, namun yang lazim dan
sering digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti
skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang peling tinggi.
c. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran
SWOT.
16
Gambar 2.2.2 Garis Koordinat SWOT
dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus
secara maksimal.
roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya
17
artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab,
strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang
Metode Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk
menentukan skala nilai 1 – 5 atau 1 – 10. Isu yang memiliki total skor tertinggi
18
berkembangnya masalah?
prioritas, terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan. Ketiga faktor tersebut
adalah :
1. Urgency
2. Seriousness
manusia, sumber daya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah
3. Growth
19
2.4 Konsep Fishbone (Tulang Ikan)
model diagram ini adalah Dr. Kaoru Ishikawa pada sekitar Tahun 1960-an.
Penyebutan diagram ini sebagai diagram fishbone karena diagram ini bentuknya
dan duri.
bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya.
permasalahan yang sering digunakan sebagai start awal meliputi materials (bahan
baku), machines and equipment (mesin dan peralatan), manpower (sumber daya
disingkat dengan 6M. Penyebab lain dari masalah selain 6M tersebut dapat dipilih
jika diperlukan. Untuk mencari penyebab dari permasalahan, baik yang berasal
dari 6M seperti dijelaskan di atas maupun penyebab yang mungkin lainnya dapat
digunakan teknik brainstorming (Pande & Holpp, 2001 dalam Scarvada, 2004).
20
Selain digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan penyebabnya,
diagram sebab dan akibat (cause and effect diagram). Perluasan (extension)
“Mengapa sampai lima kali (five whys)” (Pande & Holpp, 2001 dalam Scarvada,
2004).
berikut:
pada bagian kanan diagram. Kepala ikan ini nantinya akan digunakan untuk
sebagai berikut:
21
Gambar 2.4.1 Fishbone Diagrams (Diagram Tulang Ikan) atau Diagram Ishikawa
kondisi yang diinginkan (W. Pounds, 1969 dalam Robbins dan Coulter,
2012). Masalah juga dapat didefinisikan sebagai adanya kesenjangan atau gap
antara kinerja sekarang dengan kinerja yang ditargetkan. Masalah utama ini
permasalahan.
kelompok yaitu materials (bahan baku), machines and equipment (mesin dan
22
manpower (SDM), machines (mesin dan peralatan), methods (metode),
ikan.
23
BAB III
PEMBAHASAN
Behaviour
Dari hasil metaplan yang telah dilakukan, maka dapat disusun analisis
1. Intrapersonal
muncul pendapat dari para ibu-ibu terkait faktor penyebab terjadinya gizi
buruk yang masuk dalam level intrapersonal yaitu faktor ekonomi yang
rendah, anak susah makan, orang tua kurang perhatian, kehamilan yang
24
buruk, anak sakit-sakitan, dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang
gizi pada anak. Jawaban para ibu-ibu RW 9 tersebut masuk kedalam level
pendapat para ibu-ibu terkait terjadinya kasus gizi buruk di daerah Ngagel
Rejo.
2. Interpersonal
dan lain-lain.
muncul pendapat dari para ibu-ibu terkait faktor penyebab terjadinya gizi
perhatian orang tua dan kebiasaan buruk dalam mengasuh anak. Kedua
muncul dari lingkungan sosial sang anak sendiri yaitu dari ayah dan ibu.
perlakuan cara asuh anak yang buruk akan membuat anak menjadi tidak
3. Organizational
25
Berdasarkan hasil metaplan yang kami lakukan dengan sasaran ibu-
muncul pendapat dari para ibu-ibu terkait faktor penyebab terjadi atau
puskesmas untuk mengatasi kasus gizi buruk yaitu pemberian vitamin dan
4. Community
muncul pendapat dari para ibu-ibu terkait faktor penyebab terjadi atau
tidaknya gizi buruk yang masuk dalam level Community yaitu perilaku
tetangga disekitar rumah yang juga tidak memberikan efek positif terkait
makanan bergizi dan pola asuh balita yang salah (seperti kebiasaan
memberikan makan bayi hanya dengan nasi dan kuah bakso). Faktor
26
tersebut masuk ke dalam level Community karena muncul dan terbentuk
dari masyarakat.
5. Public Policy
Vitamin A dosis tinggi Pada Balita 2 kali per tahun, Pemberian tablet besi
(90 tablet) pada Bumil, BUMIL KEK, dan Pemberian PMT Pemulihan
balita gizi buruk. Program tersebut masuk dalam level Public Policy
buruk.
A. STRENGHT
puskesmas.
ambulans).
B. WEAKNESS
27
2. Tidak ada posyandu kader remaja.
C. OPPORTUNITY
D. THREAT
Kecamatan Ngagel.
28
2. Karakteristik penduduk menurut mata pencaharian kategori belum
5. Masih terdapat 2.307 rumah yang belum sehat dari total 7180
29
Tabel 3.2 2 Analisis Bobot dan Ranking Opportunity dan Threats.
30
31
Keterangan :
32
O
Kuadran I
10
6
4
2
1,6
W S
-10 -8 -6 -4 -2 2 4 6 8 9 10
-2
-4
-6
-8
-10
33
3.3 List Masalah
List masalah yang kami dapatkan dari hasil analisis data sekunder berupa
Laporan penilaian Kinerja Puskesmas Ngagel Rejo dan data primer berupa
wawancara dengan pemegang program gizi Puskesmas Ngagel Rejo serta hasil
target (85%)
2. Tingkat balita naik berat badannya N/D tahun 2016 sebesar 62,32% yang
4. Kasus gizi buruk selalu ada selama 3 tahun terakhir ( 7 kasus pada tahun
2014, 6 kasus pada tahun 2015, dan 6 kasus pada tahun 2016)
target (85%)
B. Tingkat balita naik berat badannya N/D tahun 2016 sebesar 62,32% yang
D. Kasus gizi buruk selalu ada selama 3 tahun terakhir ( 7 kasus pada tahun
2014, 6 kasus pada tahun 2015, dan 6 kasus pada tahun 2016)
34
Tabel 3.4.1 USG (Urgency, Seriousness, Growth)
A= 1, B=2, C=0, D=3 A=1, B=2, C=1, D=2 A=1, B=0, C=2, D=3
Dari Hasil USG menunjukkan bahwa Prioritas Masalah yang ada pada
Puskesmas Ngagel Rejo program gizi adalah Masalah Kasus gizi buruk yang
sebagai berikut.
A. Masyarakat
B. Petugas
35
C. Pemerintah
1. Coocking Activity
36
dan kegiatan-kegiatan lainnya yang disisipkan pada saat penyuluhan
penting seperti kebutuhan gizi akan ketimbang membeli rokok dan lain
sebagainya.
dan dinas terkait diharapkan dapat menambah sumber daya yang ada agar
37
beban kerja yang dialami berirang dan pelaksanaan program dapat
dengan tujuan program yang sama dinilai kurang efektif jika dijalankan
dapat menyederhakan program top down yang ada agar lebih terfokus
dan efektif.
dari segi material maupun dukungan sosial untuk demi tercapainya tujuan
program.
guna.
pencapaian tujuan.
38
3. Efisiensi, yaitu besar kecilnya dukungan yang diperlukan (5 M :Man,
Cara pengukuran teknik scoring ini ialah pada masing-masing kriteria (M,
tersebut realistis maka nilai maksimalnya ialah 5hingga yang paling tidak realistis
memiliki nilai paling kecil yakni 1. Setelah dilakukan skoring kemudian nilai-nilai
adalah yang diprioritaskan, alternatif solusi yang memperoleh nilai terbesar kedua
39
saat posyandu kedua, sekaligus
untuk meningkatkan antusias dan
perhatian ibu balita terhadap
penyuluhan yang diberikan, Selain
itu adanya kegiatan-kegiatan
memasak dapat melatih kreatifitas
ibu balita untuk dapat mengolah
makanan bergizi seimbang yang
disukai anak.
3. Pengajuan Penambahan
Sumber Daya Manusia
1 3 2 2 8 IV
Tingginya beban kerja yang
dialami petugas kesehatan bidang
40
gizi akibat banyaknya tugas yang
harus dilakukan di dalam dan di
luar puskesmas bahkan hal
administrasi oleh satu orang
petugas menjadikan program yang
dijalankan kurang maksimal.
Sehingga dengan adanya pengajuan
penambahan sumber daya manusia
kepada kepala puskesmas dan dinas
terkait diharapkan dapat menambah
sumber daya yang ada agar beban
kerja yang dialami berirang dan
pelaksanaan program dapat
berlangsung secara efektif.
41
5. Menjalin hubungan kerjasama
dengan Stakeholder
solusi yang diangkat untuk mengatasi masalah gizi buruk adalah alternatif solusi
ke-1 yaitu cooking activity dengan skor 13 dan alternatif solusi ke 5 yakni
menjalin hubungan kerja sama dengan stakeholder dengan skor 12. Solusi ini
demikian.
2. Jenis Kegiatan : Kegiatan pada program ini dilakukan dengan dua tahap.
b. Tahap 2 :
42
1. Cooking Activity
3. Tujuan :
a. Tujuan Umum
1. Tahap 1
2. Tahap 2
seimbang.
b. Tujuan Khusus :
4. Manfaat
Menurunkan angka gizi buruk pada tahun 2018 di Kota Surabaya dan
anaknya.
43
5. Tabel 3.8.1 Indikator Keberhasilan :
6. Sasaran : 100 ibu balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ngagel
Rejo.
7. Target : 75% dari 100 ibu balita sasaran mengikuti program. Terdapat
kemungkinan 25% sasaran tidak hadir karena ibu balita bekerja atau sibuk
8. Rincian Kegiatan :
44
Indikator Rincian Kegiatan Why
What Mengajukan kerja sama Kerjasama dengan stakeholder untuk
dengan stakeholder. menambah sumber daya manusia saat
Stakeholder yang dipilih program berlangsung dan mengurangi
berdasarkan kebutuhan anggaran dana yang dikeluarkan oleh
program “Pergi Ke Bali”. puskesmas.
Who Stakeholder yang dituju Lotte bertujuan untuk: mendapatkan
antara lain supermarket voucher belanja atau potongan harga.
Lotte, mahasiswa Mahasiswa Universitas Airlangga untuk :
Universitas Airlangga, membantu dalam cek kesehatan gratis dan
Chef/koki. demo memasak.
Chef atau koki bertujuan : memberikan
materi demo memasak.
By whom Tenaga Kesehatan di Membuat proposal dan surat yang akan
Puskesmas Ngagel Rejo. ditujukan pada stakeholder.
Where Puskesmas Ngagel Rejo, Karena supermarket Lotte terletak dekat
Supermarket Lotte, dengan Puskesmas Ngagel Rejo.
Universitas Airlangga. Universitas Airlangga memiliki mahasiswa
yang mampu membantu dalam memasak
makanan gizi seimbang dan cek kesehatan.
When Satu bulan sebelum Dilakukan maksimal satu bulan sebelum
pelaksanaan program program dimulai, agar stakeholder yang
“Pergi Ke Bali” dimulai. dituju dapat menyetujui untuk kerjasama.
How much Anggaran Total Anggaran dana digunakan untuk mencetak
Rp 90.000,00,- proposal dan surat yang ditujukan pada
stakeholder.
How many 3 stakeholder Harapannya dapat bekerja sama 100% dari
sasaran yang dituju.
45
Deskripsi Kegiatan :
dituju.
Ke Bali”.
47
100 ibu balita.
When Dilaksanakan pada minggu ke-2 dan Pada minggu ke- 2 setiap bulan
dilaksanakan setiap dua bulan sekali. merupakan kegiatan penyuluhan
di posyandu, untuk itu digunakan
penyuluhan materi mengenai gizi
buruk balita oleh tenaga
kesehatan.
How much Anggaran total : Total cost :
Rp 4.643.000,00 Rp 4.643.000,00 (Tidak termasuk
bahan makanan karena para ibu
balita yang mengikuti lomba
membawa bahan memasak
sendiri)
.
Fix cost :
-kursi dan meja: telah ada di balai
RW.
-peralatan memasak: meminjam
peralatan para kader di posyandu
Anyelir.
- LCD dan laptop
How many 75 ibu balita datang menghadiri Target dari 25% sasaran.
kegiatan cooking activity
Deskripsi kegiatan :
Cooking Activity merupakan sebuah kegiatan yang dilaksanakan setiap dua bulan
mengenai gizi buruk balitaoleh tenaga kesehatan Puskesmas Ngagel Rejo dan
serta rewarding kepada ibu teladan dengan kategori Ibu Ter-Aktif, Ibu Ter-
48
Kreatif, dan Ibu Ter-Favorit. Kegiatan tambahan berupa cek kesehatan gratis oleh
tenaga kesehatan terkait. Kegiatan Cooking Activity ini memiliki agenda kegiatan
menu gizi seimbang (dilaksanakan bulan Maret), demo memasak makanan gizi
memasak (dilaksanakan bulan Juli), demo memasak makanan gizi seimbang oleh
49
10.30 – 11.300 Cek Kesehatan Gratis
11.30 – 12.00 Rewarding Ibu Teladan
12.00 – selesai Penutup
50
kan buruk pada balita
Demo memasak makanan gizi seimbang oleh
09.30 – 10.30
koki/chef
10.30 – 11.30 Cek Kesehatan Gratis
11.30 – 12.00 Rewarding Ibu Teladan
12.00 – selesai Penutup
9. Kegiatan Tambahan :
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas Ngagel Rejo untuk seluruh
Cooking
2 Activity,
Cek
51
kesehatan,
dan
Rewarding
Ibu
Teladan.
Cooking
Activity, Cek
kesehatan,
dan
2
Rewarding
Ibu Teladan.
Sumber daya yang dibutuhkan untuk keperluan acara untuk ibu balita di
a. Tenaga kesehatan
e. Alat memasak
52
f. Materi mengenai faktor penyebab , pencegahan, dan penanganan gizi
14. Anggaran :
Berikut adalah estimasi biaya yang diperlukan dalam kegiatan untuk ibu balita
Estimasi Biaya
No. Kebutuhan Jumlah
Harga satuan Total Harga
1. Cetak Proposal 5 Rp 17.000,00 Rp 85.000,00
53
Konsumsi ibu balita kue 100 kotak x 6 Rp 2.500,00 Rp 1.500.000,00
2.
Kampoeng Roti
Konsumsi tenaga 10 kotak x 6 Rp 5.000,00 Rp 300.000,00
3.
kesehatan
Bahan masakan untuk 2 kali demo Rp 100.000,00 Rp 200.000,00
4.
demo memasak oleh koki
15. Indikator Asumsi : Ibu balita semakin kreatif dalam menyajikan dan
faktor penyebab gizi buruk pada balita dan cara pencegahan gizi buruk balita,
serta menerapkan cara penanganan gizi buruk pada balita dalam kehidupan
sehari-hari.
A. INPUT
54
1. Tenaga Kesehatan yang menjadi pelaksana kegiatan harus tenaga
gizi seimbang.
penyelenggaran program.
program.
sasaran.
B. PROSES
yang dijelaskan.
55
5. Chef mampu mendemonssrasikan cara memasak kepada ibu balita
dengan baik.
C. OUTPUT
D. OUTCOME
1. 75% ibu balita yang hadir mampu membuat masakan yang bergizi
E. GOALS
3.9.2 Advokasi
A. INPUT
56
B. PROSES
C. OUTPUT
D. OUTCOME
E. GOALS
57
Tabel 3.9.1 Checklist Monitoring dan Evaluasi Cooking Activity
Jenis
No Rencana Rencana Monev Pelaksanaan Kesimpulan
Monev
1 Input 1. Tenaga Kesehatan yang menjadi pelaksana
dengan baik.
jalannya program.
58
maupun keluarga.
maupun berdiskusi.
jumlah sasaran.
kegiatan.
59
makanan bergizi seimbang sehingga angka
Jenis
No Rencana Rencana Monev Pelaksanaan Kesimpulan
Monev
1 Input 1. Proposal kerjasama yang ditujukan kepada
stakeholder.
2. Sumber daya manusia atau tenaga kesehatan
yang mampu melakukan advokasi kepada
stakeholder.
3. Stakeholder yang menjadi sasaran advokasi,
yaitu Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Lotte
Mart (supermarket atau minimarket di
wilayah kerja Puskermas Ngagel Rejo), dan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga.
2 Proses 1. Mengajukan proposal kerja sama kepada
stakeholder.
telah diajukan.
60
keberhasilan program.
program.
lomba memasak.
program.
61
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
prioritas masalah yang ada pada program gizi Puskesmas Ngagel Rejo adalah
masalah kasus gizi buruk yang selalu ada selama 3 tahun terakhir. Sehingga
metode fishbone, dan diperoleh 5 akar masalah kasus gizi buruk. Dengan
demikian alternatif solusi yang dapat kami berikan yaitu cooking activity,
pengajuan pengkajian ulang program top down, menjalin hubungan kerja sama
dengan stakeholder.
dua solusi yang diangkat untuk mengatasi masalah gizi buruk yaitu cooking
activity dan menjalin hubungan kerja sama dengan stakeholder. Dengan demikian
Kepada Balita) dimana kegiatan pada program ini dilakukan dengan dua tahap.
Pada tahap 1 dilakukan advokasi stakeholder dan pada tahap kedua dilakukan
dengan sistem pararel dengan kegiatan meliputi Cooking Activity, Cek Kesehatan
62
Gratis, dan Rewarding Ibu Teladan. Dimana kegiatan ini akan dimulai pada bulan
4.2 Saran
unsur 5W+1H.
posyandu.
3. Bagi kader, diharapkan untuk lebih teliti dalam menjaring balita gizi
kurang atau gizi buruk agar tidak luput dari perhatian penanganan
puskesmas.
63
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/418-artikel-soft-
competency/10999-teknik-ilustrasi-masalah-fishbone-diagrams
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/418-artikel-soft-
competency/10998-teknik-analisis-permasalahan-menentukan-masalah-
27 Mei 2017)
Available at:
http://ocw.jhsph.edu/courses/HealthBehaviorChange/PDFs/C14_2011.pd
64
Lampiran 1 Instrumen Wawancara
A. Petugas
beban kerja?
gizi?
Puskesmas?
cukup?
B. Masyarakat
65
2. Bagaimana kehadiram masyarakat terhadap penyuluhan yang
diadakan puskesmas?
gizi?
C. Pemerintah
program gizi?
dengan efekttif?
Hasil Wawancara
Beban kerja yang dirasa terbilang cukup dan tidak keberatan apabila
dilakukan sesuai dengan jobdesk atau program gizi saja. Namun karena adanya
kekosongan tenaga kerja seperti pada bagian perawat dan tata usaha dikarenakan
pensiun, sebagian tugas gizi seperti yang berkaitan untuk surat menyurat,
Pada program gizi terdapat tenaga kerja yang membantu namun bukan dari
tenaga puskesmas melainkan dari pihak ke-3 yang khusus untuk pendampingan
balita gizi kurang atau gizi buruk, yaitu dari Dinas Kesehatan Kota yang bekerja
66
sama dengan Akademik Gizi yang khusus dikontrak selama beberapa bulan
(Februari sampai Oktober). Tujuannya untuk memperbaiki pola asuh dan pola
pangan balita gizi kurang atau balita gizi buruk, yang mana tanpa penyakit
datang ke posyandu sehingga pelaporan adanya balita gizi kurang atau gizi buruk
Diharapkan program inovasi yang diperlukan puskesmas pada bagian gizi dapat
Anggaran dana untuk program gizi di Surabaya lebih dari cukup. Kendala
pada lapangan yaitu program yang dijalankan terlalu dipaksakan karena program
yang dijalankan puskesmas dari Dinas Kesehatan yaitu top down. Sedangkan
setiap puskesmas memiliki program yang berbeda dari puskesmas lain karena
67
1. CFC, yaitu dana atau anggaran yang diajukan untuk balita gizi buruk pada
tahun yang akan datang yang mana tidak terdata sebelumnya. Dana atau
keperluan susu, minyak dan gula yang diolah oleh puskesmas (dengan
maksud agar takarannya pas) menjadi gel dalam bentuk sachet. Dimana
transisi, dan stabilitasi. Balita gizi kurang atau gizi buruk akan ditangani di
rawat inap selama seminggu. TFC ini merupakan program dari Walikota
dan gizi. Terdapat uang makan bagi keluarga balita gizi buruk atau gizi
kurang.
Jadi anggaran untuk masalah gizi buruk lebih dari cukup dan langsung
turun. Kendala lainnya terdapat pada asal balita gizi buruk tersebut yang
untuk warga Surabaya saja. Sebenarnya balita gizi kurang atau gizi buruk akan
tetap ditangani oleh puskesmas apabila telah menetap selama 6 bulan di wilayah
pemerintah pusat seperti BPJS, yang mana sekarang fokus pada upaya preventif
68
Penyuluhan untuk ibu balita dilakukan 3 kali setahun yaitu pada Mei, Juli dan
Agustus. Sesuai dengan SOP, penyuluhan dilakukan pada program kelas gizi
buruk dengan kegiatan meliputi praktek masak. Program kelas gizi ini termasuk
program Top down, termasuk Pos gizi. Program kelas gizi ini dilakukan selama 7-
10 hari dengan materi yang berbeda-beda, dimana peran kader disini aktif. Setiap
pos gizi diisi maksimal 10 balita dan 5 orang kader. Pelaksanaannya pada hari
pertama materi, hari kedua demo oleh tenaga kesehatan atau dari puskesmas, hari
ketiganya demo oleh kader, dan hari keempatnya ibu balita yang
Kesehatan). Program gizi termasuk yang sudah jalan anatar lain seperti ibu pintar,
pos gizi, transport kader untuk pelacakan gizi buruk dan lain sebagainya.
69
Lampiran 2 Instrumen Metaplan
Jawaban :
d. Sakit-sakitan (1 orang)
f. Kehamilan (1 orang)
2. Menurut Ibu-ibu upaya apa sajakah yang dapat dilakukan dalam mengatasi
gizi buruk?
Jawaban :
Jawaban :
70
a. Memperhatikan warganya sebaik mungkin agar tidak gizi buruk (3
orang)
71
68