Anda di halaman 1dari 5

Perbedaan Fluorosensi dan Fosforesensi 2.

Posisi Detektor
Fluorosensi UV-Vis lurus (dari sinar datang, monokromator,
- Emisi oleh molekul yang telah menyerap energy sinar sampel dan detector) membentuk garis urus
terjadi dalam waktu yang sangat singkat setlah Fluorosensi /Fosforesensi tegak lurus dengan
penyerapan (10-8s) posisi sampel
- Jika peyinaran dihentikan, pemancaran kembali oleh 3. Jumlah monokromator
molekul (emisi) tersebut juga berhenti UV-Vis 1 monokromator
- Berasal dari transisi antara tingkat – tingkat energy Fluorosensi /Fosforesensi 2 monokromator
singlet Komponen Fluorometer  cahaya masuk  kemudian
Fosforesensi di eksitasi (filter primer)  kemudian di eksitasi
- Emisi oleh molekul yang telah menyerap energy sinar kembali kemudian cahaya ditransmisikan (transmitted
terjadi dalam waktu relative lebih lama setelah light) dan dapat mengalami fluoresensi dengan
penyerapan (10-8s) memancarkan cahaya (Fluoresensi emitted light)
- Jika penyinaran dihetikan, pemancaran kembali oleh kemudian dilakukan filter kedua (Fluoresensi secondary
molekul (emisi) masih dapat berlangsung filter) Phototube, Photomultiplier tube
- Berasal dari transisi anatara tingkat – tingkat energy Hokum HOOKS
triplet ke singlet menjadi molekul
Struktur senyawa yang bisa berflurosein : struktur
yang lebih kaku dan tidak mengalami fibrasi shhg
langsung memancarkan cahaya
Semakin kaku strukturnya suatu senyawa maka smakin  Masa atom berbanding terbalik dengan energi
besar/ mudah kemungkinan u/ mengalami  Semakin besar massa atom maka semakin kecil
fluororesensi&fosoresesnsi binlangan gelombang
Faktor yang mempengaruhi Fluorosensi dan  Konstanta berbanding lurus dengan energi
Fosforesensi  Energi berbanding lurus dengan bilangan gelombang
1. Temperature (suhu) Proses Infarmerah  sumber sinar mengenai suatu
a. EF berkurang pada suhu yang dinaikkan senyawa didalam kurvet maka akan muncul fibrasi
b. Kenaikan suhu menyebabkan tabrakan antar mol apabila sinar yang dberikan sama dengan yang
atau dengam mol pelatrut dibutuhkan suatu senyawa akan menyebabkan absorbsi
c. Energy akan di pancarkan sebagai sinar dan menimburlan sinar infra merah
fluoresensi diubah menjadi bentuk lain Jenis vibrasi
2. Pelarut 1. Vibrasi ulur ( Stretching Vibration) vibrasi yang
a. Dalam pelarut polar intensitas fluoresensi mengakibatkan perubahan panjang ikatan suatu
bertambah karena dalam pelarut polar. ikatan Dibagi menjadi:
b. Jika pelarut yang digunakan mengandung atom – a. Smetris : ikatan antar atom bergerak bersamaan
atom yang berat (CBr4, C2H5I) maka intensitas dlm satu bidang datar
flouresensi berkurang, sebab ada interaksi b. Asimetris: tdk bersamaan dlm satu bidang datar
gerakan spin dengan gerakan orbital electron 2.Vibrasi tekuk (Bending Vibration) vibrasi yang
ikatan mempercepat LAS maka inesitas mengakibatkan perubahan sudut ikatan antara dua ikatan
menjadu berkurang a.Scissoring pada bidang kanan kiri bersaman
3. PH mempengaruh keseimbangan dengan bentuk (berlawan arah)
molekul dan ionic b. Rocking  pada bidang datar tdk berlawan arah
4. Oksigen  adanya oksigen terlarut dalam larutan c. Wagging  searah depan belakang tp dtk satu bidang
cuplikan menyebabkan intesitas fluoresensi d.Twisting  berlawan arah depan plakng depan
berkurang sebab: belakang tdk dlm 1 bidang
a. Oksigen terlarut oleh pengaruh cahaya dapat
mengkoodinasikan senyawa yang dperiksa Kenapa karbonil dg resonansi dan tdk resonansi
b. Oksigen mempermudah LAS mudah bergeser?
5. Kekakuan struktur ( structural rigidity) struktur yang
rigid (kaku) mempunyai intesitas yang tinggi. SPEKTROFOTOMETRI UV VIS
Adanyya –CH2- pada fluoren menyebabkan (senyawa yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
struktrurnya lebih kaku (rangkap tidak rangkap)
Perbedaan dengan Spektrofotometri UV – VIS Instrumen UV Vis
1. Kurvet
UV – Vis  2 sisi transparan
Fluorosensi /Fosforesensi  4 sisi transparan
rendah adalah 190 sampai 210 nm dan paling tinggi
adalah 800 sampai 1000
2. Double beam digunakan pada panjang gelombang
190 sampai 750 nm. Double-beam instrument
mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh pemecah
sinar. Sinar pertama melewati larutan blanko dan
1. Lamp: memancarkan semua warna cahaya (cahaya sinar kedua secara serentak melewati sampel. Prinsip
putih) lampu yang biasanya digunakan Wolfram kerja adanya pemisahan komponen panjang
dan Lampu Deuterium. lampu deuterium untuk UV gelombang cahaya yang berasal dari sumber radiasi
(190 -350 nm),lampu tungsten untuk Visibel (350 – UV-Visible oleh prisma ataupun diffraction grating.
900nm), Argon 100 – 160 nm, Xenon 200 – 900 nm. Kemudian berkas sinar monokromatis akan terbagi
2. Lens: meneruskan cahaya dari sumber cahaya menjadi dua bagian dengan intensitas yang sebanding
menuju monokromator dengan mirror dan dipantulkan. Berkas cahaya yang
3. Monochromator: Untuk mendispersikan sinar dipantulkan masing-masing melewati cuvette berisi
kekomponen panjang gelombang yang selanjutnya larutan referensi (berisi pelarut dari larutan uji) dan
dipilih oleh celah (slit). Berupa Prisma atau Kuarsa cuvette berisi larutan uji,kemudian berkas cahaya
4. Kuvet: Kuvet terbuat dari silica atau kuarsa yang melewati kedua cuvette ini dideteksi oleh
berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm. Cuvet detektor.
ditempatkan setelah monokromator supaya 3. Milti Channel: Tanpa monokromator,
kemungkinan terjadinya dekomposisi/ fluorescence Mendispersikan cahaya dengan panjang gelombang
oleh panjang gelombang berenergi tinggi yang masih yang sama, Mahal, Resolusi terbatas
ada didalam radiasi polikromatis dapat diminimalkan. 1. TEOFILIN TABLET
5. Detector: penangkapan sinar yg ditransmisikan untk Sebelum SPE
slnjutnya diolah oleh amplifier adanya fotolistrik 1. Pra-perlakuan terhadap sampel  Ambil 10 tablet
6. Amplifier : meningkatkan sinyal sehingga lebih dari masing-masing sampel ditimbang dan digerus
mudah untuk baca terhadap kebisingan latar hingga halus. Berat akurat dari teofilin (setara dengan
belakang. 0,01 g) bubuk dipindahkan ke 250 mL labu ukur. Lalu
7. Read out: pencatatan hasil ditambahkan 0,1 N HCl ke serbuk dan mengguncang
selama 10 menit dan disaring. Larutan stok kemudian
Single vs Double Beam dilakukan pengenceran dengan menggunakan air
1. Single Beam: melakukan pengukuran sampel dan suling/aquadest. Larutan yang digunakan dalam SPE
larutan blanko secara bergantian pada sel yang satu sebanyak 20 ml.
berkas sumber cahay. 2. Ekstraksi Fase Terbalik/ Reversed Phase  karena
Single-beam UV-Vis Spectrometer, dapat analit yang digunakan adalah analit yang bersifat non
digunakan untuk kuantitatif dengan mengukur polar atau tidak bermuatan, dimana ekstraksi fase
absorbansi pada panjang gelombang tunggal. Prinsip terbalik baik digunakan untuk menarik analit non
kerja dari single-beam spektrofotometer UV-Vis polar.
sumber sinar masuk pemisahan berkas cahaya sumber 3. Pemilihan tabung  Tabung LC-18 oktadesil terikat
oleh diffraction grating, lalu berkas cahaya diseleksi silika endcaped, untuk ekstraksi fase terbalik dari
oleh kisi agar didapatkan intensitas tertentu kemudian analit nonpolar dan dengan moderat pengotor
diserap oleh sample cuvette lalu dideteksi oleh senyawa polar maka silika ini sesuai untuk pemisahan
detektor. Sebelum dilakukan pengukuran terhadap teofilin dalam tablet
larutan uji, terlebih dahulu diujikan sample cuvette 4. Pemilihan ukuran tabung  tabung 60 ml,
yang berisi pelarut dari larutan uji. Pada pengujian ini dikarenakan sampel yang akan digunakan 20 ml.
didapatkan I0 yang merupakan intensitas cahaya yang Tahapan SPE
melewati cuvette pelarut. Kemudian dengan proses 1. Pengkondisian  Sebelum pengisian sampel, tabung
yang sama dilakukan pengujian terhadap larutan uji SPE harus dibilas dengan pelarut. Pada tahapan SPE
dan akan didapatkan I yang merupakan intensitas sampel teofilin dalam tablet digunakan fase terbalik
cahaya yang melewati larutan uji. Kedua proses ini dengan jenis silika dan media nonpolar biasanya
kemudian dibandingkan. tabung dikondisikan dengan pelarut organik dapat
Single-beam instrument mempunyai beberapa tercampur air seperti metanol, diikuti oleh air atau
keuntungan yaitu sederhana, harganya murah, dan buffer berair dalam sampel ini digunakan larutan
mengurangi biaya Beberapa instrumen menghasilkan buffer asam format 0,5-1,5 mol/L 0,4 ml pH 4,0.
single-beam instrument untuk pengukuran sinar ultra Tujuan dari ditambahkannya larutan buffer adalah
violet dan sinar tampak. Panjang gelombang paling untuk mempertahankan pH sampel dimana pH dari
teofilin yakni antara 4,2-4,7. Methanol membasahi
permukaan sorben dan menembus terikat fase alkil, dipengaruhi oleh kandungan metanol dari fase gerak
efisien dalam membasahi permukaan silika. karena sampel yang digunakan bersifat non polar.
2. Retensi sample  Larutan sampel sebanyak 20 ml 3. Pembilasan  Menggunakan air diamana bertujuan
dilewatkan ke dalam cartridge menggunakan pipet untuk menghindari terbilasnya analit bersama
volumetrik untuk menahan analit yang diharapkan, pengotor. Air digunakan karena pengotor (urea)
sementara komponen lain seperti pengotor akan bersifar polar sedangkan analit (teofilin) bersifat non
terelusi. Sampel larutan teofilin dimasukan ke dalam polar, sehingga saat pembilasan dengan
tabung LC-18. menggunakan pelarut polar analit tidak ikut terbilas
3. Pembilasan  pembilasan digunakan air yang melainkan tertinggal di silica.
bersifat polar. Penggunaan air sebagai pembilas 4. Elusi  Berdasarkan teori pada sampel teofiin dalam
dikarenakan pengotor sampel bersifat polar dan urine, larutan yang digunakan adalah kloroform
sediaan teofilin bersifat non polar, sehingga dengan degan volume 0,5 ml sebanyak 5 kali dalam 7 menit.
dibilas menggunakan pelarut polar, maka pengotor Penggunaan klorofom bertujuan untuk mengluarkan
yang tidak diharapkan dapat terelusi dan kandungan analit yang bersifat non polar dan kemudian
analit yang bersifat non polar tidak ikut terelusi ditampung dalam tabung koleksi.
bersama air tetapi analit akan tertinggal pada silika. 3. TEOFILIN DALAM DARAH
4. Elusi Pada ekstraksi terbalik sampel teofilin dalam Sebelum SPE
tablet teofilin, (teophyline) bersifat non polar dan 1. Preparasi Sample Darah Sejumlah darah
pengotornya bersifat polar, sehingga tahap elusi harus disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm/lebih
diberikan pelarut non polar yaitu Kloroform 10 ml selama 15 menit atau lebih hingga didapatkan lapisan
sebagai fase gerak dengan laju aliran 0,5-1,0 jernih berwarna bening dibagian atas (serum). Serum
ml/menit. Sehingga dengan penambahan kloroform dan plasma sample pada umumnya tidak memerlukan
diharapkan analit yang tertinggal di silica dapat perlakuan khusus sebelum SPE tetapi banyak kasus
terelusi dan dianalisis. analit (seperti obat) mungkin terikat pada protein
2. TEOFILIN DALAM URINE (proitein bround, sehingga perlu dilakukan perlakuan
Sebelum SPE tambahan. Diambil 500 mcL serum yang telah
1. Preparasi sample Disentrifugasi dengan disentrifugasi untuk pemisahan ikatan protein pada
menggunakan kecepatan 5000 rpm selama 15 menit. cairan biologis, dilakukan menambahkan serum
Sampel urine yang disentrifugasi kemudian disaring dengan 1mL metanol lalu divortek selama 10 detik
sebanyak 2ml dan disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm
2. Menggunakan Ekstraksi Fase Terbalik  Pada sampe selama 5 menit dan diencerkan dengan 2 bagian air (1
urine ini metode solid phase extraction ini termasuk mL)
kedalam tipe reversed phase. Reversed phase/fase 2. Menggunana Ekstrasi Fase Terbalik Menggunakan
terbalik bertujuan untuk menghilangkan analit fase terbalik karena pada proses ekstrasi keadaan
nonpolar dari matriks yang polar. sample larut dalam larutan organik dan tidak
3. Menggunakan Tabung LC18  Pada metode SPE bermuatan (netral)
sample teofilin menggunakan C18 atau Oktadesil 3. Menggunakan tabung LC-8 Pada SPE sample
Silika (ODS) karena untuk ekstraksi fase terbalik teofilin menggunakan LC-8 okktil terikat silika
nonpolar dengan pengotor yang bersifat polar dan endcaped. Silika ini digunakan untuk ekstrakti fase
silika ini digunakan sesuai untuk pemisahan teofilin terbalik nonpolar dan moderat (pengotor) yang
dalam urine. bersifat polar. Silika ini sesuai digunakan untuk
4. Pemilihan Ukuran Tabung  Menggunkan ukuran pemisahan teofilin dalam darah, dimana pemisahan
tabung 6 mL, dikarenakan sampel yang akan antara analit (teofilin) yang bersifat nonpolar dari
dianalisis lebih dari > 1 mL moderat (pengotor) yang tersusun dari air dan serum
Tahapan SPE yang bersifat polar.
1. Pengkondisian  Menggunakan catridge C18 untuk 4. Pemilihan Ukuran Tabung Menggunkan ukuran
senyawa non polar. Dilakukan pengkondisian tabung 6 mL, hal ini dikarenakan sampel yang akan
catridge dengan cara menambahkan larutan buffer dianalisis lebih dari > 1 m
sebanyak 0,5ml doigunakan larutan buffer karena Tahapan SPE
untuk mempertahankan pH sampel karena jika pH 1. Pengkondisian  Pada SPE sample teofilin dalam
nya basa maka akan terbentuk ikatan kimia yang tidak serum dengan fase terbalik menggunkaan jenis silika
diinginkan. dan media nonpolar absorpsi sehingga
2. Retensi (Matrik Sampel) Sampel urine sebanyak 2 pengkondisiannya dengan pelarut organik, yang
ml dimasukkan kedalam catridge C18 yang kemudian dapat bercampur dengan air seperti metanol.
diekstraksi dengan menggunakan methanol dan air. 2. Matriks sample Sampel sejumlah 2.5 mL
Waktu retensi teofilin pada kolom C18 sangat dimasukkan kedalam tabung yang silikanya telah
ditambahkan pelarut pra-kondisi. sampel dimasukkan 3. Instrumental Deviation
dengan menggunakan pipet volumetrik atau a. Efek Radiasi Polikromatik: Idealnya, monokromator akan
mikropipet. Sample harus dalam bentuk yang melewatkan radiasi monokromatis, tetapi kenyataannya
kompatibel dengan tabung SPE. Untuk menghindari monokromator akan melewatkan radiasi berupa pita.
penyumbatan frit pada tabung SPE, yang dikarnakan Bandwidth spectrometer akan mempengaruhi linieritas
larutan yang terlalu pelan melewati tabung SPE dapat Hk. Lambert-Beer. Pengukuran dilakukan pada ƛmax
digunakan vakum. untuk memperkecil error.
3. Pembilasan Pembilasan dilakukan menggunakan PH
air yang bertujuan untuk menghindari ikut terbilasnya Asam basa kuat
analit bersama pengotor. Air bersifar polar sedangkan pH = -log H+ (asam)
analit (teofilin) bersifat non polar, sehingga saat pOH = - log OH- (basa) lalu Ph=14-POH
pembilasan dengan menggunakan pelarut non-polar contoh soal: pH HCL 0,05M?
kandungan analit yang bersifat polar tidak ikut jawab: ph=-log H = -log (5x10-2) = 2-log 5 = 1.3
larut/keluar bersama air melainkan tertinggal pada Asam basa lemah
silika. Asam : pKa=-log Ka= log (1/Ka)
4. Dilusi  Dilusi dengan menggunakan dua pelarut Reaksi: HA ka H+ + A- maka ka = (H+) (A-) / HA
kecil, umumnya mengelusi senyawa analit lebih Contoh soal:
efisien daripada satu pelarut besar. Bersasarkan teori Asam Asetat 0,1 M (Ka = 1,75x10-5)(ans 2,4)
diatas maka pada Sampel teofilin serum pada tahap Jawab: CH3COOH = CH3COO- + H+
delusi menggunakan dua pelarut. Pelarut pertama Ka= (CH3COO- )( H+ ) / CH3COOH
digunakan kloroform sebanyak 500mcL dan pelarut 1,75x10-5 = x.x/0,1
kedua menggunakan Heksana sebanyam 500 mcL. X2 = 1,75x10-6 = √1.75 𝑥10-6 = 0,00132
Hasil yang keluar dapat ditampung langsung ke
dalam tabung koleksi yang untuk selanjutnya akan di
analisi pembilasan tube SPE biasanya menggunakan
pelarut sebanyak 200 mcL sampai 2 mL tergantung
pada ukuran tabung SPE dan pengambilan Analit
yang terbaik adalah ketika masing masing pelarut
tetap kontak dengan tube/silika untuk 20 sampai 1
menit.

Limitasi HK Lamber Beer


A=abc Menurut Hk. Lambert-Beer, A berbanding lurus
dengan panjang lintasan (b) dan konsentrasi (c), sehingga:
1. A tidak mempunyai limitasi terkait dengan b.
- Gunakan sel yang tipis untuk sampel dengan
konsentrasi tinggi.
- Gunakan sel yang tebal untuk sampel dengan
konsentrasi rendah.
- Contoh: Jika A = 0.410 dalam kuvet (b = 1.0 cm)
- Sehingga jika: b = 2.0 cm, A = 0.820, b = 0.1 cm,
A = 0.041
2. Chemical Deviation: A berbanding lurus dengan
konsentrasi (c), kecuali: untuk konsentrasi yang
terlalu tinggi atau jika terjadi reaksi kimia
- Biasanya, A menjadi nonlinier jika c > 0.10 M :
Pada konsentrasi diatas 0.10 M, jarak antar
molekul analit menjadi cukup dekat, yang
mempengaruhi distribusi muatan, sehingga
mengubah cara molekul melakukan serapan
(mengubah ε).
- A menjadi nonlinier jika terjadi reaksi kimia: Jika
analit mengalami assosiasi, dissosiasi atau
bereaksi dengan pelarut atau komponen lain
dalam larutan, penyimpangan Hk.Lambert-Beer
akan terjadi.
Contoh Soal: 100 mg sampel yang mengandung
Parasetamol dilarutkan dengan etanol hingga 100 ml.
diambil 10 ml diencerkan hingga 100 ml. dari larutan
yang sudah dilarutkan diukur Absorbansinya
ternyata A = 0,465. hitunglah kadar paresetamol dalam
sampel tersebut ?
Jawab: Dari data di atas diperoleh
a = 0,096, b = 0,013, r = 0,9852
sehingga diperoleh persamaan y = 0,096 + 0,013 x
jika y = 0,465 maka x = 28,38
Kadar = C.reg. x P x V/ berat sampel
= 28,38 mg/L x 10 x 0,1 L x 100 % / 100 mg
Perhitungan: Sebanyak 20 tablet furosemid ditimbang = 28,38 %
beratnya 1,656 g. Diambil sampel 519,5 mg digojog Prosedur umum pengukuran: hidupkan alat ( 10~15
dengan 300 mL NaOH 0,1 N , lalu diencerkan sampai menit), kaliberasi alat dengan larutan blangko, ukur
500,0 mL dengan NaOH 0,1 N. Sejumlah ekstrak disaring larutan standar , ukur larutan sampel, analisis data
dan diambil 5,0 mL lalu diencerkan dengan NaOH 0,1 N Analisis KOmponen tunggal :
sampai 250,0 mL. Absorbansi dibaca pada λ 271 nm Kurva baku: absorbansi suatu seri, larutan diukur pada λ,
dengan blanko NaOH 0,1 N ternyata absorbansinya suhu,kondisi pelarut sama, dan A larutan diplotkan
0,596. Jika E 1%1cm furosemid λ271 nm = 580, Hitung kadar terhadap konsentrasinya. Penentuan konsentrasi
Furosemid tiap tabletnya ? komponen tunggal: Menggunakan
Jawab: Sebanyak 519,5 mg serbuk yang mengandung informasi absorbtivitas molar, Menggunakan
furosemide dilarutkan sampai 500 ml, berarti : persamaan regresi linier kurva baku
519,5 𝑚𝑔 103,9 𝑚𝑔 Analisis 2 camp: Dua buah kromofor yang berbeda akan
500 𝑚𝑙
= 100 𝑚𝑙
memiliki kekuatan absorbsi cahaya yang berbeda pada
Berat rata-rata tablet
1,656 𝑔 suatu λ tertentu, sehingga dengan mengukur kedua λ akan
= 0,0828 g = 82,8 mg diperoleh konsentrasi masing-masing komponen
20 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
Faktor pengenceran campuran.
250 Hal Penting Dalam Pengukuran:
= 50 kali
5
-Senyawa yang semula tidak berwarna dan diukur dengan
Konsentrasi furosemide dalam ekstrak yang
spektrofotometer Visibel:dilakukan derivatisasi.
diencerkan
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 -Waktu operasional (operating time) untuk mengetahui
1% x 1 % x Faktor penggenceran waktu pengukuran yang stabil.
𝐸
1 𝑐𝑚
0,596 -Pemilihan panjang gelombang maksimum (λ max)
= 580
x
1 % x 50 -Pembuatan kurva baku sebaiknya diperiksa ulang.
= 0,0514 % -Pembacaan absorbansi sampel/cuplikan sebaiknya dalam
= 51,4 mg / 100 ml rentang 0,2 – 0,8.
Kadar furosemide tiap
tablel
𝑚𝑔 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑓𝑢𝑟𝑜𝑠𝑒𝑚𝑖𝑑𝑒 (𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛) 𝑚𝑙 𝑥 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
)𝑥𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 −
51,4 𝑚𝑔 500 𝑚𝑙 𝑚𝑔
𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑎𝑏=( 100 𝑚𝑙 𝑥 519,5 𝑚𝑔) 𝑥 82,8 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
= 40,96 mg/tablet

Transisi Elektronik: Transisi sigma – sigma star (σ – σ*),


Transisi n – sigma star (n - σ*) , Transisi n phi star (n –
π*), Transisi phi – phi star (π - π*)
Tahapan melakukan analisis:
1.Apakah senyawa tersebut dapat dianalisis dengan
spektrofotometri
2. Membuat larutan standar
3. Menentukan larutan panjang gelombang maks
4. Membuat kurva baku antara Absorbansi versus
konsentrasi sehingga diperoleh persamaan regresi linier.
5. Menentukan kadar sampel.
Penetapan Kadar:

Anda mungkin juga menyukai