BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada dasarnya sistem transportasi terbagi atas 3 elemen utama yaitu kendaraan, prasarana
lintasan dan terminal. Lalu-lintas berjalan menuju suatu tempat tujuan dan setelah
Tempat pemberhentian tersebut kemudian disebut sebagai ruang parkir. Agar sistem
transportasi kendaraan menjadi lebih efisien maka pada tempat- tempat yang dianggap
memadai.
Penyediaan tempat-tempat parkir di pinggir jalan pada lokasi jalan tertentu baik di badan
turunnya kapasitas jalan, terhambatnya arus lalu lintas dan penggunaan jalan menjadi
Penyediaan fasilitas parkir juga dapat berfungsi sebagai salah satu alat pengendali lalu
lintas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka pada kawasan- kawasan tertentu dapat
disediakan fasilitas parkir untuk umum yang diusahakan sebagai suatu kegiaatan usaha
yang berdiri sendiri dengan memungut bayaran. Fasilitas tersebut dapat berupa gedung
parkir dan taman parkir.Penyediaan fasilitas parkir ini dapat pula merupakan penunjang
kegiatan ataupun bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan pokok misalnya gedung
II-1
Bab II Tunjauan Pustaka
2.1.1. Parkir
Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan diawali dan diakhiri di tempat parkir,
oleh karena itu ruang parkir tersebar ditempat asal perjalanan, bisa di garasi mobil,
halaman ataupun tepi jalan dan ditujuan perjalanan, di pelataran parkir, gedung parkir
ataupun di tepi jalan. Karena konsentrasi tujuan perjalanan lebih tinggi dari pada tempat
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara,
kemudaian berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan untuk sementara
Darat. 1998).
1. Klasifikasi Parkir
berdasarkan penempatannya.
1) Berdasarkan penempatannya
Parkir di tepi jalan adalah dengan menggunakan badan jalan sebagai tempat
seperti :
a. Kerugian :
II-2
Bab II Tunjauan Pustaka
b. Keuntungan :
Parkir di luar badan jalan adalah fasilitas parkir kendaraan yang tidak berada
pada badan jalan atau langsung menempati pada badan jalan, tetapi berada di
luar badan jalan yang dibuat khusus. (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998)
a) Fasilitas untuk umum yaitu tempat parkir berupa gedung parkir atau taman
b) Fasilitas parkir penunjang yaitu berupa gedung parkir atau taman parkir
Sama halnya seperti parkir di badan jalan, jenis parkir ini juga memiliki
a. Kerugian
sebentar
b. Kuntungan
II-3
Bab II Tunjauan Pustaka
2) Berdasarkan Statusnya
a. Parkir Umum
b. Parkir Khusus
c. Parkir Darurat
Parkir darurat yaitu parkir yang berada di tempat umum, baik pada
d. Gedung Parkir
pemerintah.
e. Taman Parkir
Taman parkir yaitu suatu areal atau lokasi perparkiran yang dilengkapi
oleh pemerintah.
II-4
Bab II Tunjauan Pustaka
Polas parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang sempit di suatu tempat
kegiatan.
Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika dibandingkan
melakukan manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih sedikit jika
dibandingkan dengan pola parkir dengan sudut yang lebih kecil dari
Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika dibandingkan
melakukan manuver masuk dan keluar ke ruang parkir lebih besar jika
II-5
Bab II Tunjauan Pustaka
Pada pola parkir ini arah gerakan lalu lintas kendaraan dapat satu arah atau
II-6
Bab II Tunjauan Pustaka
II-7
Bab II Tunjauan Pustaka
Pada umunya posisi kendaraan adalah 90o dari segi efektifitas ruang dan paling
menguntungkan.
II-8
Bab II Tunjauan Pustaka
Pola ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup memadai (lebar ruas ≥
5,6m).
Keterangan gambar :
h : jarak terjauh antara tepi luar satuan ruang parkir
w : lebar terjauh satuan ruang parkir pulau
b : lebar jalur gang
Perbedaan antara jalur sirkulasi dan jalur gang terletak pada penggunaannya.
2. Jalur gang yang ini dimaksudkan untuk melayani lebih dari 50 kendaraan
II-9
Bab II Tunjauan Pustaka
II-10
Bab II Tunjauan Pustaka
Lebar jalur gang untuk masing-masing kendaraan, seperti pada Tabel 2.1
SRP
30o < 45o <80o 90o
1 2 1 2 1 2 1 2
arah arah arah arah arah arah arah arah
SRP mobil penumpang 8.0’
3.0’ 6.00’ 3.00 6.00’ 5.1’ 6.00’ 6’
2,5 m x 5,0 m 8.0”
SRP mobil penumpang 8.0’
3.50” 6.50” 3.50” 6.5” 5.1” 6.50” 6.5”
2,5 m x 5,0 m 8.0”
SRP sepeda motor 1.6’
3.0’ 6.00’ 3.00 6.00’ 4.60’ 6.00’ 6.00’
0,75 m x 30 m 1.6”
(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)
Keterangan :
Ukuran lebar pintu keluar-masuk dapat ditentukan, yaitu lebar 3 meter dan panjangnya
harus dapat menampung tiga mobil berurutan dengan jarak antar mobil sekitar 1,5
meter. Oleh karena itu, panjang-lebar pintu keluar masuk minimum 15 meter
II-11
Bab II Tunjauan Pustaka
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pintu masuk dan keluar adalah
sebagai berikut,
II-12
Bab II Tunjauan Pustaka
4. Secara teoritis dapat dikatakan bahwa lebar jalan masuk dan keluar (dalam
Pada kondisi tertentu kadang ditentukan modul parsial, yaitu sebuah jalur gang yang
hanya menampung sebuah deretan ruang parkir di salah satu sisinya. Jenis modul ini
modul yang jumlahnya tergantung pada luas tanah yang tersedia dan lokasi jalan
Tata letak areal parkir kendaraan dapat dibuat bervariasi, bergantung pada ketersediaan
bentuk dan ukuran tempat serta jumlah dan letak pintu masuk dan keluar. Tata letak
1) Pintu masuk dan keluar terpisah dan terletak pada satu ruas jalan.
II-13
Bab II Tunjauan Pustaka
2) Pintu masuk dan keluar terpisah dan tidak terletak pada suatu ruas.
3) Pintu masuk dan keluar menjadi satu dan terletak pada satu ruas jalan.
4) Pintu masuk dan keluar yang menjadi satu terletak pada satu ruas berbeda.
II-14
Bab II Tunjauan Pustaka
pelayanan parkir dan permasalahan parkir yang terjadi pada lokasi studi. Berdasarkan
kerakteristik parkir, akan dapat diketahui kondisi perparkiran yang terjadi pada lokasi
studi seperti mencakup volume parkir, akumulasi parkir, lama waktu parkir, angka
pergantian parkir, kapasitas parkir, penyediaan ruang parkir dan indeks parkir.
Volume parkir adalah jumlah kendaraan yang telah menggunakan ruang parkir pada
suatu lahan parkir tertentu dalam satuan waktu tertentu (biasanya per hari). Rumus yang
Dimana :
Vp : volumr parkir
Akumulasi parkir adalah jumlah keseluruhan yang parkir di suatu tempat pada waktu
tertentu dan dibagi sesuai dengan kategori jenis maksud perjalanan. Rumus yang
Dimana :
dilakukan (kendaraan)
II-15
Bab II Tunjauan Pustaka
Indeks parkir adalah ukuran untuk menyatakan penggunaan panjang jalan dan
dinyatakan dalam presentase ruang yang ditempati oleh kendaraan parkir. Rumus yang
𝑱𝑲𝑷
IP = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% ..................................................................................................(2.3)
𝑱𝑷𝑻
Dimana :
IP = Indeks parkir
JKP = Jumlah Kendaraan Parkir
JPT = Jumlah Petak Parkir Tersedia
Durasi parkir adalah rentang waktu sebuah kendaraan parkir di suatu tempat (dalam
satuan menit atau jam). Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata lamanya
Tingkat pergantian parkir (turn over) adalah tingkat penggunaan ruang parkir dan di
peroleh dengan membagi volume parkir dengan jumlah ruang-ruang parkir untuk suatu
pariode tertentu. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat pergantian parkir
𝑄𝑝
TR = 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 .....................................................................................(2.5)
Dimana :
II-16
Bab II Tunjauan Pustaka
Kapasitas parkir adalah banyaknya kendaraan yang dapat dilayani oleh suatu lahan
Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas parkir adalah sebagai berikut
(Kanny, 2012) ;
N=𝑳 .......................................................................................................................(2.6)
𝑷
Dimana :
Rumus yang digunakan untuk menghitung kebutuhan luas lahan parkir adalah sebagai
Dimana :
UPP : ukuran petak parkir (0,75m x 2,00m) untuk kendaraan roda dua
UPP : ukuran petak parkir (2,50m x 5,00m) untuk kendaraan roda empat
II-17
Bab II Tunjauan Pustaka
Satuan Ruang Parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan,
dalam hal ini mobil penumpang, bus/truk dan sepeda motor, baik parkir paralel
dipinggir jalan, pelataran parkir ataupun gedung parkir. SRP harus mempertimbangkan
ruang bebas dan lebar bukaan pintu dan untuk hal-hal tertentu bila tanpa penjelasan.
Besar satuan ruang parkir untuk tiap jenis kendaraan adalah sebagai berikut :
Golongan I
B = 170 cm a1 = 10 cm Bp = 230 cm
O = 55 cm L = 470 cm Lp = 500 cm
R = 5 cm a2 = 20 cm
Golongan II
B = 170 cm a1 = 10 cm Bp = 250 cm
O = 75 cm L = 470 cm Lp = 500 cm
R = 5 cm a2 = 20 cm
Golongan III
II-18
Bab II Tunjauan Pustaka
B = 170 cm a1 = 10 cm Bp = 300 cm
O = 80 cm L = 470 cm Lp = 500 cm
R = 50 cm a2 = 20 cm
Gambar 2.21 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk sepeda motor (dalam cm)
(Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 1998
Dimana :
B = 170 cm a1 = 20 cm Bp = 200 cm
L = 175.5 cm Lp = 75 cm
R = 10 cm a2 = 5 cm
Parkir merupakan salah satu komponen suatu sistem transportasi yang perlu
dipertimbangkan. Pada kota-kota besar area parkir merupakan suatu kebutuhan bagi
pemilik kendaraan. Dengan demikian perencanaan fasilitas parkir adalah suatu metoda
on street parking) maupun di luar badan jalan (off street parking). Untuk merencanakan
Darat. 1998).
II-19
Bab II Tunjauan Pustaka
Kebutuhan area parkir berbeda antara yang satu dengan lainnya yang sesuai
a. Pusat perdagangan
d. Pasar
e. Sekolah
f. Tempat rekreasi
h. Rumah sakit
a. Bioskop
b. Tempat pertunjukan
d. Rumah ibadah
Standar kebutuhan luas area kegiatan parkir berbeda antara yang satu dengan
yang lain, tergantung kepada beberapa hal antara lain pelayanan, tarif yang
Disini hanya akan membahas mengenai kegiatan parkir tetap rumah sakit.
Kebutuhan ruang parkir rumah sakit tergantung kepada tarif rumah sakit yang
II-20
Bab II Tunjauan Pustaka
diberlakukan dan jumlah kamar. Jumlah kebutuhan Satuan Ruang Parkir untuk
Ukuran kebutuhan ruang parkir pada rumah sakit adalah sebagai berikut
X (1 + a)n .............................................................................................................(2.8)
Dimana :
a = prosentase pertumbuhan
n = tahun rencana
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
II-21
Bab II Tunjauan Pustaka
menjadi ;
a. Pelayanan;
c. Peralatan;
Kebutuhan parkir pada rumah sakit bervariasi tergantung pada beberapa faktor seperti
lokasi rumah sakit, jumlah dokter, jumlah pegawai dan paramedis, jumlah tempat tidur
dan pasien rawat jalan serta pengunjung. Karakteristik parkir pada rumah sakit juga
bervariasi tergantung pada jenis rumah sakit, yaitu apakah rumah sakit itu bersifat
umum, rumah sakit spesial, rumah sakit pendidikan dan lain-lain. Menurut Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat (1998) kebutuhan satuan ruang parkir berkisar antara 0,2
II-22
Bab II Tunjauan Pustaka
Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 mendefinisikan ruas jalan perkotaan atau jalan
luar kota sebagai berikut: Ruas jalan yang memiliki pengembangan permanen dan
menurus dihampir seluruh jalan. Jalan atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk lebih
dari 100.000 (atau kurang dari 100.000 jika mempunyai perkembangan samping jalan
yang permanen atau menerus) juga digolongkan sebagai jalan perkotaan. Adanya jam
puncak lalu lintas pagi dan sore serta tingginya persentase kendaraan pribadi. Selain itu
keberadaan kerb merupakan ciri prasarana jalan perkotaan. Adapun tabel kelas ukuran
Sedang 0, 5 - 1,0
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu titik pada suatu jalur gerak
per satuan waktu, dan karena itu biasanya diukur dalam satuan kendaraan per satuan
waktu.Untuk menghitung volume lalu-lintas perjam pada jam sibuk, agar dapat
menentukan kapasitas jalan. Maka data volume kendaraan arus lalu-lintas (per arah 2 total)
harus diubah menjadi Satuan Mobil Penumpang (SMP) dengan menggunakan ekivalen
II-23
Bab II Tunjauan Pustaka
kendaraan tergantung pada tipe jalan dan arus lalu-lintas total dinyatakan dalam 1 jam.
Manual Kapasitas Jalan Indonesia membagi EMP berdasarkan jumlah arus lalu-lintas dan
emp
Arus lalu-lintas
Tipe jalan:
total dua arah MC
Jalan tak terbagi
(kend/jam) Lebar jalur lalu-lintas
WC(m)
HV ≤6 >6
Dua-lajur tak-terbagi 0 1,3 0,5 0,40
(2/2 UD) ≥1800 1,2 0,35 0,25
Empat-lajur tak-terbagi 0 1,3 0,40
(4/2 UD) ≤3700 1,2 0,25
(Sumber :Manual Kapasitas Jalan Indonesia. 1997)
2.6.2. Kecepatan
MKJI menggunakan kecepatan tempuh sebagai ukuran utama kinerja segmen jalan.
Kecepatan tempuh merupakan kecepatan rata-rata (km/jam) arus lalu lintas dari panjang
II-24
Bab II Tunjauan Pustaka
ruas jalan dibagi waktu tempuh rata-rata kendaraan yang melalui segmen jalan tersebut
(MKJI 1997). Karena kecepatan yang terdistribusi secara luas bervariasi, maka
t1,t2,t3… tn yang diobservasi untuk n kendaraan yang melewati sebuah segmen dengan
1. Time Mean Speed : Kecepatan rata-rata semua kendaraan yang melewati sebuah
2. Space mean speed : kecepatan rata-rata dari semua kendaraan yang menempati
Jenis kecepatan yang digunakan pada penelitian ini sebagai kecepatan hasil survey adalah
kecepatan rata-rata ruang (space mean speed). Space mean speed mempunyai arti
kecepatan rata-rata dari semua kendaraan yang menempati suatu segmen jalan pada waktu
tertentu.
𝒏𝑳
𝑺𝑴𝑺 = 𝑺𝒓 = ∑𝒏
..................................................................................................(2.9)
𝒊=𝟏 𝒕
Dimana :
Sedangkan kecepatan yang setara dengan hasil survey didalam MKJI adalah kecepatan
Kecepatan arus bebas kendaraan menurut MKJI 1997 dapat dihitung berdasarkan
II-25
Bab II Tunjauan Pustaka
Keterangan :
Untuk jalan tak terbagi, analisis kecepatan arus bebas dilakukan pada kedua arah
lalu lintas. Untuk jalan terbagi, analisis dilakukan terpisah pada masing-masing
arah lalu lintas, seolah-olah masing-masing arah merupakan jalan satu arah yang
terpisah.
Kecepatan arus bebas dasar (FV0) diperoleh dari Faktor konversi nilai Ekivalen
II-26
Bab II Tunjauan Pustaka
Menurut MKJI 1997, penyesuaian jalur lalu lintas efektif merupakan penyesuaian
untuk kecepatan arus bebas dasar sebagai akibat dari lebar jalur lalu lintas yang
ada pada segmen suatu jalan. Variabel masukan yang digunakan adalah tipe jalan,
dan lebar lajur lalu lintas efektif (Wc). Adapaun tabel penyesuaian kecepatan
II-27
Bab II Tunjauan Pustaka
Menurut MKJI 1997, faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk hambatan
samping merupakan faktor penyesuaian untuk kecepatan arus bebas dasar sebagai
akibat adanya aktivitas samping segmen jalan, yang pada sample ini akibat adanya
jarak antara kereb dan penghalang pada trotoar, mobil parkir, penyeberang jalan,
simpang dan bahu jalan. Adapun tabel untuk faktor penyesuaian untuk hambatan
Tabel 2.10 Faktor Penyesuaian Kecepatan Untuk Hambatan Samping dengan Bahu
Tabel 2.11 Faktor Penyesuaian Kecepatan Untuk Hambatan Samping dengan Kereb
II-28
Bab II Tunjauan Pustaka
Menurut MKJI 1997, faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota merupakan
faktor penyesuaian arus bebas dasar yang merupakan akibat dari banyak populasi
penduduk suatu kota. Tabel faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota bisa
b) Buat garis sejajar dengan sumbu vertikal (Y) dari titik tersebut sampai
dengan sumbu vertical (Y) pada bagian sebelah kiri gambar dan lihat nilai
II-29
Bab II Tunjauan Pustaka
Gambar 2.22 Grafik fungsi DS dan FFlv menentukan waktu tempuh (2/2 UD)
(Sumber :Manual Kapasitas Jalan Indonesia. 1997)
Gambar 2.23 Grafik fungsi DS dan FFlv untuk menentukan waktu tempuh (banyak lajur/satu arah)
(Sumber :Manual Kapasitas Jalan Indonesia. 1997)
II-30
Bab II Tunjauan Pustaka
Dalam menghitung berapa lama waktu tempuh rata-rata dalam jam untuk kondisi
Dimana,
Kapasitas jalan adalah volume maksimum kendaraan yang dapat diharapkan untuk melalui
suatu potongan jalan tertentu pada periode waktu tertentu untuk kondisi tertentu. Secara
sederhana kapasitas memiliki arti daya tampung maksimal suatu ruas jalan terhadap
volume lalu lintas yang melintas. Menurut MKJI 1997 Kapasitas merupakan salah satu
ukuran kinerja lalu lintas pada saat arus lalu lintas maksimum dapat dipertahankan (tetap)
pada suatu bagian jalan pada kondisi tertentu. Analisa kapasitas untuk jalan tak terbagi
dilakukan pada kedua arah lalu lintas dan untuk jalan terbagi analisa dilakukan terpisah
pada masing-masing arah lalu lintas, seolah-olah masing-masing arah merupakan jalan
suatu arah yang terpisah (MKJI 1997). Menurut MKJI 1997, kapasitas ruas jalan dapat
Keterangan :
II-31
Bab II Tunjauan Pustaka
C = Kapasitas (smp/jam)
Menurut MKJI 1997, kapasitas dasar (Co) ditentukan berdasarkan Nilai Kapasitas
Dasar dengan variabel masukan tipe jalan. Untuk tabel kapasitas dasar (Co)
sebagai berikut.
Tabel 2.13 Tabel Kapasitas Dasar Jalan Perkotaan
Menurut MKJI 1997, faktor penyesuaian lebar jalur (FCw) ditentukan berdasarkan
lebar jalur lalu lintas efektif (Wc). Tabel fakor penyesuain lebar jalur efektif
II-32
Bab II Tunjauan Pustaka
Tabel 2.14 Penyesuaian Kapasitas Untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu-Lintas untuk Jalan Perkotaan
Faktor penyesuaian pemisah arah (FCsp) hanya untuk jalan tak terbagi. MKJI 1997
memberikan faktor penyesuaian pemisah arah untuk jalan dua lajur dua arah (2/2)
dan empat lajur dua arah (4/2) tak terbagi. Adapun tabel faktor penyesuain pemisah
II-33
Bab II Tunjauan Pustaka
berdasarkan jarak antara kereb dengan penghalang pada trotoar (Wg) dan kelas
samping dengan bahu jalan menggunakan lebar bahu jalan dengan kelas hambatan
sampingnya.
Tabel 2.13 Penyesuaian Pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu Jalan
II-34
Bab II Tunjauan Pustaka
Tabel 2.14 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Hambatan Samping dan Jarak
jumlah penduduk kota (juta) yang akan diteliti. Untuk tabel faktor penyesuaian
II-35
Bab II Tunjauan Pustaka
Derajat kejenuhan (Ds) merupakan rasio arus terhadap kapasitas yang digunakan sehingga
faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja dan segmen jalan, nilai derajat kejenuhan
juga menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak.
𝑄 𝑥 𝑠𝑚𝑝
Ds =
𝐶
Dimana :
LOS (Level Of Service) atau tingkat pelayanan jalan adalah salah satu metode yang
digunakan untuk menilai kinerja jalan yang menjadi indikator dari kemacetan. Suatu jalan
dikategorikan mengalami kemacetan apabila hasil perhitungan LOS disuatu ruas jalan,
terlebih dahulu harus mengetahui kapasitas jalan (C) yang dapat dihitung dengan
mengetahui kapasitas dasar, faktor penyesuaian jalan, faktor penyesuaian pemisah arah,
faktor penyesuaian hambatan samping, dan faktor penyesuaian ukuran kota. Kapasitas
jalan (C) sendiri memiliki definisi sebagai jumlah kendaraan maksimal yang dapat
II-36
Bab II Tunjauan Pustaka
Volume adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu titik pada suatu jalur gerak persatuan
waktu yang biasanya digunakan satuan kendaraan per-waktu (Morlock, 1978). Satuan
yang digunakan dalam menghitung volume lalu lintas (Q) adalah satuan mobil penumpang
(SMP). Untuk menunjukkan volume lalu lintas pada suatu ruas jalan maka dilakukan
dengan pengalian jumlah kendaraan yang menggunakan ruas jalan tersebut dengan faktor
ekivalen mobil prnumpang (EMP). Rumus yang dipakai untuk menghitung tingkat
pelayanan jalan, menurut Peraturan Menteri Perhubungan No: KM 14 Tahun 2006 adalah
sebagai berikut:
𝑄
𝐶
Dimana :
C = kapasitas sesungguhnya
LOS dapat diketahui dengan melakukan perhitungan antara volume lalu lintas dengan
kapasitas dasar jalan (Q/C). Dengan melakukan perhitungan terhadap nilai LOS, maka
dapat diketahui klasifikasi jalan atau tingkat pelayanan pada suatu ruas jalan tertentu.
Adapun standar nilai LOS dalam menentukan klasifikasi jalan adalah sebagai berikut:
Tingkat Ratio
No Karakteristik
Pelayanan Q/C
Arus bebas dengan volume
rendah dan kecepatan
tinggi,
batasan kecepatan
1 A < 0,60 maksimum/minimum dan
kondisi fisik
jalan, pengemudi dapat
memilih kecepatan yang
dikehendaki
II-37
Bab II Tunjauan Pustaka
Tingkat Ratio
No Karakteristik
Pelayanan Q/C
II-38
Bab II Tunjauan Pustaka
Agar Penelitian Tugas Akhir ini terarah dan terfokus maka diperlukan beberapa refrensi
dari penilitian terdahulu yang di anggap sejenis. Berikut adalah beberapa penelitian
sejenis terdahulu :
II-39
Bab II Tunjauan Pustaka
II-40
Bab II Tunjauan Pustaka
Berdasarkan
perhitungan kebutuhan
parkir dan luas lahan
parkir diperoleh total
Analisis kebutuhan luas
kebutuhan lahan parkir untuk kendaraan
Yunita A. Messah
parkir di rumah Metode Berdasarkan roda dua adalah 747 m2
Roky A.E. Lay
6 sakit umum Luas Lantai dengan jumlah parkir
Kanny
daerah Bangunan sebanyak 498
Andi Hidayat Rizal
prof. dr. w.z. petak dan luas total
johannes kupang kebutuhan lahan parkir
untuk kendaraan roda
empat adalah 250 m2
dengan jumlah petak
parkir sebesar 20 petak.
II-41
Bab II Tunjauan Pustaka
II-42