Anda di halaman 1dari 29

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Evaluasi Program

Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi

yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga

dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain,

implementasi, dan dampak untuk membantu membuat keputusan,

membantu pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman

terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi

adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan. ( Widoyoko, 2012 : 4 )

Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk

melaksanakan kebijakan dan melaksanakn untuk waktu yang tidak

terbatas. Kebijakan tertentu bersifat umum dan untuk merealisasikan

kebijakan disusun berbagai jenis program. (Wirawan, 2012 : 16).

Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan

dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Ada

beberapa pengertian tentang evaluasi program. Menurut Tyler (1950)

dalam Arikunto (2009: 5), evaluasi program adalah proses untuk

mengetahui apakah tujuan pendidikan telah terealisasikan. Selanjutnya

menurut Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971) dalam Arikunto

(2009: 5), evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi

untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.

1
2

Keberhasilan sebuah program menjadikan suatu keunggulan tersendiri

bagi instansi yang menerapkannya. Dari keberhasilan program

tersebut arus dilakukan sebuah evaluasi agar mengetahui apakah

program ini mengalami kemajuan atau bahkan kemunduran. Selain itu

dengan dilakukan evaluasi peneliti dapat memahami seluk beluk dari

program itu sendiri seperti dari perencanaannya hingga keberlanjutan

program. Hal ini sejalan dengan Sukardi (2011:14) yang menyatakan

bahwa ”Evaluasi merupakan proses memahami, memberi arti,

mendapatkan, dan mengomunikasikan suatu informasi bagi keperluan

pengambil keputusan”. Proses evaluasi harus sejalan dengan tujuan

yang ingin dicapai. Evaluasi diawali dengan pemahaman tentang

informasi dan dilakukannya evaluasi secara sistematis dan kontinu

agar mengetahui kekurangan dan kelebihan maupun keberlanjutan

program yang sedang dijalankan.

Sedangkan menurut Arikunto (2012:1) “dari kata evaluation

inilah diperoleh kata Indonesia evaluasi yang berarti menilai (tetapi

dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu)”. Sebelum dilakukan

evaluasi langkah yang diambil adalah melakukan kegiatan mengukur

dan menilai. Sejalan dengan itu menurut UU No. 2 Th.9 2003 Tentang

Sisdiknas Pasal 57 ayat(1) menjelaskan bahwa:

Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan


secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaraya
terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan.
3

Dari pengertian tersebut evaluasi merupakan sebuah proses penilaian

yang dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan kepada

pihak yang berkepentingan. Langkah pertama dalam melakukan

kegiatan evaluasi adalah mengukur, di dalam kegiatan mengukur ini

dilihat sejauh mana kegiatan berjalan dan terdapat kendala apa saja

yang ada dalam kegiatan yang di evaluasi. Setelah itu dilakukan

kegiatan menilai, di dalam kegiatan menilai ini dilihat sejauh mana

tingkat keberhasilan kegiatan yang dilakukan dan menghasilkan

masukan untuk keberlanjutan kegiatan. “Evaluasi program adalah

evaluasi dengan objeknya program pendidikan, yaitu aktivitas yang

dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas” (Wirawan, 2012:15).

Evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi berbagai aspek pendidikan

misalnya, kurikulum, proses dan metode pembelajaran mata pelajaran,

layanan pendidikan, tenaga pendidik, dan sebagainya. Sedangkan

Musa (2005) menyebutkan “evaluasi program sebagai suatu kegiatan

untuk memperoleh gambaran tentang keadaan suatu objek yang

dilakukan secara terencana, sistematik dengan arah dan tujuan yang

jelas”. Evaluasi dilakukan sebagai upaya untuk mengumpulkan,

menyusun, mengolah dan menganalisa fakta, data dan informasi, hasil

evaluasi merupakan suatu landasan untuk menilai suatu program dan

untuk menentukan langkah keberlanjutan program.

Menurut Arikunto dan Cepi (2010:18), “evaluasi program

adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu


4

kebijaksanaan secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas

masing-masing komponennya”. Evaluasi program dilakukan untuk

mengetahui seberapa jauh dan bagian mana dari tujuan yang sudah

tercapai, dan bagian mana yang belum tercapai serta apa penyebabnya.

Sejalan dengan hal tersebut Tayibnapis (2008:9) menjelaskan “suatu

evaluasi program harus mengumpulkan informasi yang valid,

informasi yang dapat dipercaya, informasi yang berguna untuk

program yang dievaluasi”. Informasi dari program yang ingin

dievaluasi haruslah jelas dan berdasarkan kondisi nyata sehingga

evaluasi dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan mendapatkan hasil

yang maksimal.

Dari uraian tersebut maka yang dimaksud dengan evaluasi

program adalah suatu kegiatan dalam upaya untuk memperoleh

gambaran tentang keadaan suatu objek secara cermat, sistematik,

dengan arah dan tujuan yang jelas. Pengambilan data dari program

yang dievaluasi harus berdasarkan informasi yang valid artinya

informasi yang di didapkan harus berdasarkan fakta yang terjadi di

lapangan tanpa adanya rekayasa agar salah satu pihak tidak mendapat

kerugian dalam penyampaian informasi. Hal itu dilakukan agar tujuan

dari evaluasi program dapat tercapai dengan maksimal.

2. Tujuan Evaluasi Program


Arikunto dan Cepi (2010: 18) menjelaskan bahwa tujuan dari

diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian


5

tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan

program, karena evaluator program ingin mengetahui bagian mana dari

komponen dan subkomponen program yang belum terlaksana dan apa

sebabnya.
Oleh karena itu, sebelum melakukan evaluasi perlu diperjelas

apa tujuan yang hendak dicapai dalam program evaluasi. Selain itu

Sudjana (2006:48) menyebutkan tujuan khusus evaluasi program, yaitu:


a. Memberikan masukan bagi perencanaan program.
b. Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang

berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan atau penghentian

program.
c. Memberikan masukan bagi pengambilan keputusan tentang

modifikasi atau perbaikan program.


d. Memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor

pendukung dan penghambat program.


e. Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan

(pengawasan, supervisi dan monitoring) bagi penyelenggara,

pengelola dan pelaksana program.


Evaluasi program dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

pencapaian tujuan program dan untuk memberikan masukan untuk

keberlanjutan progam. Dengan melakukan evaluasi maka akan

ditemukan fakta pelaksanaan kebijakan di lapangan yang hasilnya bisa

positif ataupun negatif. Adapun tujuan sebuah evaluasi dilakukan

adalah untuk mengumpulkan informasi untuk menentukan nilai dan

manfaat objek evaluasi, mengontrol, memperbaiki, dan mengambil

keputusan mengenai objek tersebut


3. Model-model Evaluasi Program
6

Model secara definisi diartikan sebagai “a likeness that aid on in

understanding a structure process by scientist, when the phenomena

studied would otherwise be undescribeable”(Good,2013) atau sesatu

yang membantu dalam peemahaman strruktur atau proses yang

dignakan oleh ahli ketika suatu fenomena dipelajari untuk dapat

diterangkan. Model evaluasi muncul karena adanya usaha eksplanasi

secara kontinu ang diturunkan dari perkembangan pengukuran dan

kinginan mansia untuk berusaha menerapkan prinsip-prinsip evaluasi

pada cakupan yang lebih luas (Kusuma, 2016).


Banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang dapat

dipakai dalam mengevaluasi program pendidikan. Beberapa model

evaluasi program yang populer dan banyak dipakai sebagai strategi atau

pedoman kerja dalam pelaksanaan evaluasi program antara lain:


a. Model Kirkpatrick
Model evaluasi yang dikembangkan oleh Kirkpatrick

dikenal dengan istilah Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model.

Evaluasi terhadap efektivitas program pelatihan (training) menurut

Kirkpatrick (1998) dalam Eko Putro Widoko (2010) mencakup

empat level evaluasi, yaitu: level 1 reaction, level 2 learning, level

3 behavior, dan level 4 result.


Model ini memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1) lebih

komprehensif, karena mencakup had skill dan soft skill. 2) objek

evaluasi tidak hanya hasil belajar semata tapi juga mencakup

proses, output dan outcomes. 3) mudah untuk diterapkan. Selain

kelebihan tersebut model ini juga memiliki beberapa keterbatasan,


7

antara lain: 1) kurang memperhatikan input. 2) untuk mengukur

impact sulit dilakukan karena selain sulit tolak ukurnya juga sudah

di luar jangkauan guru maupun sekolah.


b. Model CIPP
Model evaluasi yang dikembangkan oleh Stufflebeam dan

kawan-kawan pada tahun 1971 terdiri dari 4 komponen yang terdiri

atas context, input, process, dan product.


Menurut Eko Putro Widoyoko model evaluasi CIPP lebih

komprehensif diantara model evaluasi lainnya, karena objek

evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga mencakup

konteks, masukan, proses, dan hasil. Selain kelebihan tersebut, di

satu sisi model evaluasi ini juga memiliki keterbatasan, antara lain

penerapan model ini dalam bidang program pembelajaran dikelas

mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi jika tidak

adanya modifikasi.
c. Model Wheel (roda) dari Beebe
Model evaluasi ini berbentuk roda karena menggambarkan

usaha evaluasi yang berkaitan dan berkelanjutan dan satu proses ke

proses selanjutnya. Model ini digunakan untuk mengetahui apakah

pelatihan yang dilakukan suatu instansi telah berhasil, untuk itu

diperlukan lah sebuah alat untuk mengevaluasinya.


Secara singkat, model wheel ini mempunyai 3 tahap utama. Tiga

tahap tersebut adalah pembentukan tujuan pembelajaran,

pengukuran outcomes pembelajaran, dan penginterpretasian hasil

pengukuran dan penilaian


d. Model Provus (Discrepancy Model)
8

Evaluasi kesenjangan program, begitu orang menyebutnya.

Kesenjangan program adalah sebagai suatu keadaan antara yang

diharapkan dalam rencana dengan yang dihasilkan dalam

pelaksanaan program. Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk

mengetahui tingkat kesesuaian antara standard yang sudah

ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program

tersebut (Eko Putro Widoyoko: 2010).


Dengan demikian tujuan dari model ini adalah untuk

menganalisis suatu program sehingga dapat ditentukan apakah

suatu program layak diteruskan, ditingkatkan dan sebaliknya yang

disesuaikan dengan standar, performance, dan discrepancy.


e. Model Stake (Countenance Model)
Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam

evaluasi, yaitu description dan judgement dan membedakan

adanya tiga tahap dalam program pendidikan yaitu context, process

dan outcomes. Stake menyatakan bahwa apabila menilai suatu

program pendidikan, maka harus melakukan perbandingan yang

relatif antara satu program dengan yang lainnya. Dalam model ini

antencedent (masukan), transaction (proses) dan outcomes (hasil)

data dibandingkan tidak hanya untuk menentukan apakah ada

perbedaan antara tujuan dengan keadaan yang sebenarnya, tetapi

juga dibandingkan dengan standar yang absolut untuk menilai

manfaat program (Farida Yusuf Tayibnapis, 2000:22).


f. Model Brinkerhoff
Brinkerhoff & Cs (1983) mengemukakan tiga golongan

evaluasi yang disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen


9

yang sama, seperti evaluator-evaluator lain, namun dalam

komposisi dan versi mereka sendiri.


g. Model Tyler
Model ini dibagun atas dasar dua pemikiran, pertama evaluasi

ditujukan pada tingkah laku peserta didik, dan kedua evaluasi harus

dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum

melaksanakan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan

sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil).


h. Model Alkin
Menurut Marvin Alkin (1969), evaluasi adalah suatu proses

untuk menyakinkan keputusan, mengumpulkan informasi, memilih

informasi yang tepat, dan menganalisis informasi sehingga dapat

disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa

alternatif.
i. Illuminative Model (Malcom Parlett dan Hamilton)
Model ini lebih menekankan pada evaluasi terbuka (open ended).

Kegiatan evaluasi dihubungkan dengan learning milieu, dalam

konteks sekolah sebagai lingkungan material dan psikososial,

dimana guru dan peserta didik dapat berinteraksi.


Dari beberapa model evaluasi di atas, peneliti memilih model

CIPP tepat untuk mengevaluasi pelaksanaan program sekolah Adiwiyata di

SMP Negeri 3 Godean karena model ini lebih menyeluruh dalam

mengevaluasi pelaksanaan suatu program.


4. Model Evaluasi CIPP

Model evaluasi yang dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan-

kawan pada tahun 1971 ini berlandaskan pada empat dimensi, yaitu dimensi

context, dimensi input, dimensi process dan dimensi product. Evaluasi


10

model ini bermaksud membandingkan kinerja dari berbagai dimensi

program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada

deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang

dievaluasi. Masing – masing dimensi akan menjawab pertanyaan –

pertanyaan terkait program, yaitu:

1. Dimensi context evaluation,


Menjawab pertanyaan bagaimana mengumpulkan dan

menganalisa needs assessment data untuk menentukan tujuan,

prioritas dan sasaran.


Stufflebeam dalam Hamid Hasan menyebutkan, tujuan dari

evaluasi konteks yang utama ialah untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki evaluan, sehingga dapat diberikan arahan

perbaikan yang dibutuhkan. Konteks evaluasi ini membantu

merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai

oleh program, dan merumuskan tujuan program. Evaluasi konteks

adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan,

kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani,

dan tujuan proyek.


2. Dimensi input evaluation,
Menjawab pertanyaan bagaimana mendapatkan sumber

daya dan langkah -- langkah yang diperlukan untuk mencapai

identifikasi program eksternal dan material dalam pengumpulan

informasi. Input Evaluation pada dasarnya mempunyai tujuan untuk

mengaitkan tujuan, konteks, input, dan proses dengan hasil program.

Evaluasi ini juga untuk menentukan kesesuaian lingkungan dalam


11

membantu pencapaian tujuan dan objektif program. Menurut Eko

Putro Widyoko, evaluasi masukan (Input Evaluation) ini ialah untuk

membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang

ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi

untukmencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk

mencapainya. Evaluasi ini menolong mengatur keputusan,

menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil,

apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, bagaimana

prosedur kerja untuk mencapainya.


3. Dimensi process evaluation,
Menjawab pertanyaan bagaimana penyediaan pengambilan

keputusan informasi tentang seberapa baik program diterapkan

dengan terus menerus memonitoring program, pengambilan

keputusan mempelajari seberapa baik pelaksanaan telah sesuai

petunjuk dan rencana, konflik timbul, dukungan staf dan moral,

kekuatan dan kelemahan material, dan permasalahan penganggaran.


Evaluasi proses juga digunakan untuk mendeteksi atau

memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi

selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan

program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi.
4. Dimensi product evaluation,
Menjawab pertanyaan bagaimana mengukur outcome dan

membandingkannya pada hasil yang diharapkan, pengambilan

keputusan menjadi lebih mampu memutuskan jika program harus

dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan sama sekali. Dari evaluasi

produk diharapkan dapat membantu pimpinan proyek dalam


12

mengambil suatu keputusan terkait program yang sedang terlaksana,

apakah program tersebut dilanjutkan, berakhir, ataukah ada

keputusan lainnya.
Keputusan ini juga dapat membantu untuk membuat keputusan

selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa

yang dilakukan setelah program itu berjalan.

5. Program Sekolah Adiwiyata

a. Adiwiyata

Kata adiwiyata berasal dari 2 kata sansekerta “adi” dan

“wiyata”. “adi” mempunyai ,makna besar, agung, baik, ideal atau

sempurna. Wiyata mempunyai makna tempat dimana seseorang

mendapat ilmu pengetahuan, norma dan etika dalam berkehidupan

sosial. Jadi, adiwiyata mempunyai pengertian atau makna tempat

yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan

dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia

menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-

cita pembangunan berkelanjutan.

b. Sekolah Adiwiyata

Menurut peraturan menteri lingkungan hidup Republik

Indonesia no 05 tahun 2013 yang dimaksud sekolah adiwiyata adalah

sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Lingkungan sekolah

dapat mempengaruhi pola perkembangan prestasi maupun pola

hidup siswa di sekolah. lingkungan yang baik dalam hal ini cukup
13

pencahayaan dan terdapat beberapa tananman penunjang dalam

pembelajaran dapat memberikan kenyamanan bagi siswa dalam

kegiatan belajar mengajar. Sedari dini siswa diajarkan agar mencintai

serta melestarikan lingkungan yang berada disekitar dalam hal ini

khusunya lingkungan sekolah. dengan diajarkan tentang pentingnya

pendidikan lingkungan hidup diharapkan siswa dapat mencintai,

melestarikan, serta memanfaatkan lingkungannya agar dapat

menunjang pembelajaran atau meningkatkan kreatifitas dari siswa

bahkan dapat menciptakan sebuah produk baru dari pemanfaatan

lingkungan. Tujuan dari pendidikan lingkungan hidup menurut

Kementrian Lingkungan Hidup (2006) adalah untuk mendorong dan

memberikan kesempatan kepada masyarakat memperoleh

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang pada akhirnya dapat

menumbuhkan kepedulian, komitmen untuk melindungi,

memperbaiki, serta memanfaatkan lingkungan hidup secara

bijaksana, turut menciptakan pola perilaku baru yang bersahabat

dengan lingkungan hidup, mengembangkan pola etika lingkungan

hidup dan memperbaiki kualitas hidup.

Untuk mewujudkan kerangka tersebut melalui pendidikan

lingkungan hidup diharapkan khususnya pada warga sekolah dan

warga di lingkungan sekolah secara berani dan bertanggung jawab

melaksanakan kewajiban melakukan aksi perlindungan lingkungan


14

kepada siapapun termasuk pemerintah. Sejalan dengan hal tersebut

Karim (2012:81) menyebutkan:

Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan proses


memahami dan menjelaskan konsep-konsep untuk
mengembangkan keterampilan dan sikap guna memahami dan
menghargai hubungan timbal balik antara manusia, kebudayaan,
dan lingkungannya.

Kepedulian lingkungan yang dilakukan oleh kerjasama antar

pihak sekolah dan masyarakat sekitar dapat mengembangkan

keterampilan dan sikap dari peserta didik sehingga nilai-nilai

pendidikan karakter dapat tertanam didalam diri peserta didik.


c. Program Adiwiyata
Menurut peraturan menteri lingkungan hidup Republik

Indonesia no 05 tahun 2013 yang dimaksud Program adiwiyata adalah

program untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya

lingkungan. Program pendidikan lingkungan hidup pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah melalui program Adiwiyata.

Dijelaskan pula dengan melaksanakan program Adiwiyata akan

menciptakan warga sekolah, khususnya peserta didik yang peduli dan

berbudaya lingkungan, sekaligus mendukung dan mewujudkan

sumberdaya manusia yang memiliki karakter bangsa terhadap

perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam mencapai

pembangunan berkelanjutan di daerah. Program adiwiyata

dilaksanakan berdasarkan prinsip :


1) Partisipatif: Komunitas sekolah terlibat dalam

manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses


15

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab

dan peran.
2) Berkelanjutan: Seluruh kegiatan harus dilakukan secara

terencana dan terus menerus secara komprehensif.


Dengan adanya prinsip adiwiyata ini diharapkan sekolah mampu

menjalankan program sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.

Dalam Prinsip partisipatif sekolah diharapkan mampu mengatur

seluruh proses dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program

sesuai dengan tanggung jawab dan peran masing-masing. Sedangkan

dalam prinsip berkelanjutan diharapkan dalam pelaksanaan program

adiwiyata ini dapat terlaksana dengan baik dan mengalami

peningkatan sehingga program ini dapat berkembang sehingga dapat

mendapatkan karya baru sebagai keberlanjutan dari program.


Kerangka Program adiwiyata, berdasarkan indikator sekolah

peduli dan berbudaya lingkungan, sejumlah kriteria yang

ditetapkan dimaksudkan untuk memudahkan implementasikan

program Adiwiyata sehingga kriteria tersebut perlu dijabarkan

agar dipahami oleh masing-masing pelaksanaan program.

Penjabaran kriteria telah disusun dengan sederhana dan

diharapkan tidak menambah beban bagi sekolah dan warganya

dalam mengikuti program Adiwiyata. Sedangkan keuntungan

mengikuti program adiwiyata adalah :


1) Meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan

operasional sekolah dan penggunaan berbagai sumber daya.


2) Meningkatkan penghematan sumber dana melalui

pengurangan konsumsi berbagai sumber daya dan energi.


16

3) Meningkatkan kondisi belajar mengajar yang lebih

nyaman dan kondusif bagi semua warga sekolah


4) Menciptakan kondisi kebersamaan bagi semua warga

sekolah.
5) Meningkatkan upaya menghindari berbagai resiko

dampak lingkungan negatif dimasa yang akan datang.


6) Menjadi tempat pembelajaran bagi generasi muda

tentang nilai- nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan

hidup yang baik dan benar.


7) Mendapat penghargaan Adiwiyata.
d. Tujuan Program Adiwiyata
Sedangkan tujuan mengikuti Program Adiwiyata menurut Kementrian

Lingkungan Hidup ( 2006 ) adalah:


1) Mendukung pencapaian standar kompetensi/ kompetensi

dasar dan standar kompetensi lulusan (SKL) pendidikan dasar

dan menengah.
2) Meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional

sekolah melalui penghematan dan pengurangan konsumsi dari

berbagai sumber daya dan energi.


3) Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi

belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif.


4) Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai

pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan

benar bagi warga sekolah dan masyarakat sekitar.


5) Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup meIalui kegiatan pengendalian pencemaran,

pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi lingkungan di

sekolah.
17

Dengan tujuan untuk mewujudkan warga sekolah yang bertanggung

jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung

pembangunan berkelanjutan. Program Adiwiyata diberikan dalam

bentuk penghargaan Adiwiyata kepada sekolah-sekolah yang

memenuhi persyaratan. Penghargaan Adiwiyata diberikan sebagai

bentuk apresiasi kepada sekolah yang mampu melaksanakan upaya

peningkatan pendidikan lingkungan hidup secara benar, sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

adiwiyata adalah sekolah yang ideal untuk memperoleh ilmu

pengetahuan, norma, dan etika yang dapat menjadi dasar menuju

terciptanya kesejahteraan hidup menuju cita-cita pembangunan yang

berkelanjutan.

Selanjutnya Kementrian Lingkungan Hidup (2006)

menjelaskan untuk mencapai tujuan program Adiwiyata, maka

ditetapkan 4 (empat) komponen program yang menjadi satu kesatuan

utuh dalam mencapai sekolah Adiwiyata. Keempat komponen

tersebut adalah:
1) Kebijakan Berwawasan Lingkungan, memiliki standar;
 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup.
 RKAS memuat program dalam upaya perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup


18

2) Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan, memiliki

standar;
 Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam

mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup.


 Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran
tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

3) Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif memiliki

standar;
 Melaksanakan kegiatan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga

sekolah
 Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak

(masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah lain).


4) Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan

memiliki satandar;
 Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang

ramah lingkungan
 Peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan

prasarana yang ramah lingkungan di sekolah.

Komponen adiwiyata dapat digunakan sebagai acuan

penilaian terhadap program. Apakah program sudah berjalan sesuai

dengan komponen tersebut atau masih ada kekurangan dalam

pelaksanaan program.

e. Landasan hukum pelaksanaan Program Adiwiyata


Secara spesifik landasan hukum yang digunakan untuk

penyelenggaraan program adiwiyata antara lain:


19

1) Undang – Undang No 32 tahun 2009 tentang perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup pasal 65 ayat (2) yang

berbunyi setiap orang berhak mendapatkan pendidikan

lingkungan hidup.
2) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia

No. 05 tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan program

adiwiyata.
3) Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor

68 Tahun 2004 tentang uraian tugas dan tata kerja Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Pemerintah Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta


B. Kajian Penelitian yang Relevan
Berikut ini merupakan beberapa hasil penelitian yang relevan

dengan penelitian evaluasi program adiwiyata, antara lain:


1. Pengelolaan Sekolah Adiwiyata di SMK Negeri 1 Salatiga oleh

Untung Wahyu Hadi Program Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Surakarta tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan karakteristik kebijakan sekolah adiwiyata,

karakteristik kurikulum berbasis lingkungan, karakteristik kegiatan

berbasis partisipatif sekolah adiwiyata di SMK Negeri 1 Salatiga.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan

desain etnografi. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik kebijakan

sekolah adiwiyata di SMK Negeri 1 Salatiga dapat dilihat dalam visi

dan misi, pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup yang

terintegrasi ke dalam mata pelajaran, kegiatan tahunan, peningkatan

sumber daya manusia yang berwawasan lingkungan hidup,


20

menyosialisasikan penerapan pendidikan lingkungan hidup, dan

berbagai kebijakan sekolah lainnya. Sekolah mengimplementasikan

Pendidikan Lingkungan Hidup dalam silabus dan RPP dengan materi

lingkungan hidup yang terintegrasi dalam setiap mata pelajaran,

pengembangan kurikulum berbasis lingkungan. Kegiatan berbasis

partisipatif yang dilakukan antara lain piket membersihkan ruangan,

guru tidak merokok, guru menyisipkan materi PLH, Jumat bersih,

program “Nandur Kanggo Urip” bekerjasama dengan DPLH Kota

Salatiga, pemanfaatan kertas bekas, bekerjasama dengan Grand

Wahid Hotel Salatiga, FKSS Salatiga, DPLH Kota Salatiga, Bank


Salatiga, Dinas Tata Kota Salatiga, DPU Kota Salatiga, dan PT Kievit

Indonesia.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa
Persamaan : Objek penelitian tentang program sekolah adiwiyata
Perbedaan : penelitian ini sekedar mendeskripsikan karakteristik

kebijakan sekolah Adiwiyata dan di Sekolah Menengah Kejuruan

( SMK )
2. Implementasi Kebijakan Program Adiwiyata di SMP Negeri 3

Gresik” penelitian ini dilakukan oleh Yeni Isnaeni guru SMP Negeri 3

Gresik pada tahun 2013. Metode penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif dengan hasil penelitian implementasi kebijakan sekolah

peduli dan berbudaya lingkungan di SMP Negeri 3 Gresik

menunjukkan kebijakan sekolah yang tertuang dalam bentuk S.K

Kepala Sekolah No. 588/215/437.53.02.03/2012, tentang mata

pelajaran dan pengembangan diri yang terintegrasi dengan PLH dan

PBK tahun pelajaran 2012/2013. Faktor pendukung implementasi


21

kebijakan adalah adanya persamaan pemahaman dari seluruh warga

sekolah dan ditunjang sarana dan prasarana yang memadai, dampak

langsung kebijakan tersebut adalah adanya kesadaran warga sekolah

untuk menjaga lingkungan hidup dan merawatnya dengan baik SMP

Negeri 3 Gresik yang telah menghasilkan SMP Negeri 3 Gresik

sebagai sekolah Adiwiyata tingkat Nasional di tahun 2012.


Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa
Persamaan : Objek penelitian tentang kebijakan program sekolah

Adiwiyata
Perbedaan : lingkup penelitian hanya terbatas pada proses

keterlaksanaan program khususnya tentang pembelajaran

lingkungan hidup
3. Implementasi Kebijakan Adiwiyata Dalam Upaya Mewujudkan

Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA Kota Malang oleh Ellen

Landriany Guru SMA Negeri 10 Malang pada tahun 2014. Metode

dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan hasil penelitian

menunjukkan bahwa kebijakan lingkungan hidup di sekolah sudah

dituangkan dalam surat keputusan dan terintegrasi dalam masing-

masing mata pelajaran. Kemudian mensosialisasikan beberapa

kegiatan utama dengan pendekatan pada siswa guna mendapatkan

dukungan yang sempurna sehingga menciptakan kesepakatan yang

mutlak bahwa sekolah tersebut benar-benar sekolah berwawasan

lingkungan. Selanjutnya masih dijumpai berbagai situasi permasalahan

yang menghambat pelaksanaan adiwiyata, seperti satuan tugas yang

tidak tepat waktu serta ada sekelompok siswa yang masih belum sadar
22

dalam memahami konsep sekolah berwawasan lingkungan hidup,

masalah pendanaan, dan dukungan masyarakat serta instansi lain yang

masih rendah. Sekolah sudah melakukan langkah-langkah strategi

guna mengatasi hambatan.


Persamaan : Objek penelitian tentang kebijakan program sekolah

Adiwiyata
Perbedaan : lingkup penelitian hanya terbatas pada proses

keterlaksanaan program dan hambatan - hambatannya dan

dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas ( SMA )


4. Pengelolaan Pendidikan Lingkungan Hidup Melalui Program

Adiwiyata (Studi Kasus di SMP Negeri Ponorogo) oleh Tri

Susatyawati Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri (STAIN) Ponorogo tahun 2016. Penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif dengan metode pendekatan deskriptif. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan pendidikan lingkungan

hidup di SMP Negeri 3 Ponorogo ditandai dengan menyatukan visi,

misi, dan tujuan sekolah yang ditindaklanjuti dengan penyusunan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berbasis lingkungan.

Pendidikan lingkungan hidup melalui program Adiwiyata di SMP

Negeri 3 Ponorogo dilaksanakan sesuai dengan kurikulum berbasis

lingkungan hidup. Melalui pembelajaran, peserta didik ditanamkan

karakter peduli dan mencintai lingkungan serta aktif melakukan

kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Kegiatan evaluasi pendidikan

lingkungan hidup ditunjukkan dengan meningkatnya kesadaran dan


23

kepedulian seluruh warga sekolah untuk berperan aktif menjaga

kebersihan dan kelestarian lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.


Persamaan : Objek penelitian tentang kebijakan program sekolah

Adiwiyata khususnya Pendidikan Lingkungan Hidup

Perbedaan : Lingkup penelitian terbatas keterlaksanaan

pendidikan lingkungan hidup


5. Persepsi dan Kepedulian Siswa Terhadap Pengelolaan

Lingkungan Sekolah Melalui Program Adiwiyata oleh Sumarlin

Program Studi Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Gajah

Mada tahun 2016. Penelitian ini bertujuan; mengkaji persepsi siswa

terhadap pengelolaan lingkungan sekolah, menganalisis faktor-faktor

yang berpengaruh pada persepsi siswa terhadap pengelolaan

lingkungan, mengkaji tingkat kepedulian siswa terhadap pengelolaan

lingkungan sekolah. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan

analisis uji korelasi antar variabel penelitian. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode survey. Hasil penelitian ini

menunjukkan persepsi siswa terhadap pengelolaan lingkungan sekolah

melalui program Adiwiyata di SMPN 2 Kendari mayoritas

dikategorikan sedang artinya sebagian besar siswa belum memahami,

menilai, mengiterprestasi dengan baik pengembangan program

adiwiyata dalam pengelolaan lingkungan sekolah, sedangkan di SMPN

17 Kendari persepsi siswa dikategorikan tinggi artinya sebagian besar

siswa memahami, menilai dan menghayati secara positif

pengembangan program Adiwiyata di sekolah. Analisis persepsi


24

menunjukkan tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi siswa

berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi siswa. Tingkat

kepedulian siswa terhadap pengelolaan lingkungan sekolah melalui

program Adiwiyata di SMPN 2 Kendari mayoritas dikategorikan

sedang, sedangkan di SMPN 17 Kendari mayoritas dikategorikan

tinggi. Perbedaan kategori kepedulian pada kedua sekolah tersebut ini,

disebabkan oleh tingkat persepsi siswa terhadap pengelolaan

lingkungan melalui program Adiwiyata. Untuk itulah, diperlukan peran

guru sebagai pendidik dan pemotivator utama untuk

menginternalisasikan nilai-nilai kepedulian terhadap pengelolaan

lingkungan melalui program Adiwiayata pada anak didik.


Persamaan : Objek penelitian terkait kebijakan program

sekolah Adiwiyata

Perbedaan : menggunakan analisis deskriptif dan analisis uji

korelasi antar persepsi siswa terhadap pengelolaan lingkungan sekolah


C. Kerangka Berpikir

Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian

Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan

kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.

Program ini dapat terwujud dengan melibatkan berbagai komponen baik

dari dalam lingkungan sekolah maupun dari instansi lain yang terkait.

Dalam penelitian evaluasi memilih model evaluasi CIPP mengingat model

CIPP mengevaluasi sebuah program secara menyeluruh. Model evaluasi


25

CIPP meliputi empat aspek yaitu context evaluation, input evaluation,

process evaluation, dan produc evaluation.

Context evaluation dalam penelitian ini untuk melihat faktor-

faktor apa yang mendasari penerapan program sekolah Adiwiyata. Context

evaluation meliputi tiga aspek yaitu tujuan penerapan program Adiwiyata,

pemahaman, dan dukungan terhadap penerapan program sekolah

Adiwiyata seperti yang terdapat pada visi dan misi sekolah. Hasil context

evaluation dikatakan baik ketika tujuan penerapan program sekolah

Adiwiyata telah dirumuskan dalam visi dan misi sekolah. Pelaksanaan

progam sekolah Adiwiyata dikatakan baik ketika pelaksanaan program

tersebut sesuai dengan kebutuhan sekolah dan didasarkan pada

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dukungan yang besar

dari personel sekolah juga merupakan parameter keberhasilan program

penerapan sekolah Adiwiyata.

Evaluasi input meliputi lima aspek yaitu dokumen kurikulum,

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), pengelolaan tenaga

pendidik, pengelolaan sarana dan prasarana dan pengelolaan lingkungan

kerja dan kemitraan. Evaluasi input dikatakan baik ketika dokumen-

dokumen yang terkait dengan program sekolah Adiwiyata antara lain

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), pengelolaan tenaga

pendidik, pengelolaan sarana dan prasarana dan pengelolaan lingkungan

kerja dan kemitraan telah dibuat dan disahkan. Evaluasi input juga

dikatakan baik ketika prosedur yang terkait dengan input telah dijalankan
26

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam pedoman bagi sekolah

Adiwiyata.

Evalusi process dalam penelitan ini meliputi evaluasi kegiatan

belajar dan mengajar, evaluasi kegiatan ektrakurikuler, evaluasi kegiatan

pengelolaan lingkungan hidup, dan evaluasi kegiatan kemitraan. Evaluasi

process dikatakan telah berhasil dengan baik ketika kegiatan tersebut telah

dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan jadwal yang telah ditetapkan.

Evaluasi product meliputi evaluasi ketercapaian penerapan program

sekolah Adiwiyata. Penilaian keberhasilan suatu program sekolah

Adiwiyata ini dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap output

(keluaran), yaitu meningkatkan kompetensi siswa terutama yang terkait

dengan pengelolaan lingkangan hidup yang meliputi kompetensi kognitif

dan produktif , outcome (hasil) prestasi yang telah diraih oleh sekolah dalam

bidang pengelolan lingkungan hidup, benefit (manfaat) yaitu kondisi

lingkungan sekolah yang nyaman dan ramah lingkungan yang dirasakan

langsung oleh warga sekolah.

Kerangka pikir dalam penelitian evaluasi ini digambarkan dalam

bagan berikut ini.


27

PROGRAM SEKOLAH ADIWIYATA

KONTEK
INPUT PROSES
 Kebijaka
 Kurikulum  Proses
n Pelaksanaan
Program  Kualitas Pembelajaran
Tenaga Pendidik  Proses
 Tujuan
& Kependidikan Pengelolaan
dilaksanakan
Program  Ketersediaa Lingkungan
n Sarana &  Keg.
 Perenca
Prasarana Kemitraan
naan Program
 Pembiayaa
n

PRODUK

 Output/ keluaran:
Kompetensi kognitif dan
produktif siswa dalam
pengelolaan lingkungan
 Outcome/hasil :
prestasi dalam pengelolaan
lingkungan hidup
 Benefit/manfaat :
Kondisi Lingkungan
Sekolah
 Impact / Dampak.

D. Pertanyaan Penelitian
28

Berdasarkan kerangka pikir maka dapat dirumuskan beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Pertanyaan yang terkait dengan evaluasi kontek

a. Apakah landasan kebijakan program sekolah Adiwiyata di

SMP Negeri 3 Godean Sleman sesuai dengan standar program?

b. Sejauh mana tujuan program sekolah Adiwiyata di SMP

Negeri 3 Godean Sleman dapat dicapai ?

2. Pertanyaan yang terkait dengan evaluasi input

a. Apakah kesiapan dokumen kurikulum sekolah dalam

penerapan program sekolah Adiwiyata sudah sesuai pedoman?

b. Apakah RKAS ( Rencana kerja Anggaran Sekolah ) dalam

penerapan program sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 3 Godean

sudah memadai ?

c. Apakah kesiapan tenaga pendidik dalam penerapan

program sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 3 Godean sudah sesuai

standar

d. Apakah kesiapan sarana dan prasarana dalam penerapan

program sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 3 Godean sudah sesuai

standar

3. Pertanyaan yang terkait dengan Evaluasi proses


a. Apakah pengelolaan proses kegiatan belajar mengajar

dalam penerapan program sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 3

Godean sesuai jadwal perencanaan ?


29

b. Apakah pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler dalam

penerapan program sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 3 Godean

sesuai program ekstrakurikuler ?


c. Apakah pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan

dalam penerapan program sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 3

Godean sesuai jadwal ?


d. Apakah pengelolaan kegiatan kemitraan dalam penerapan

program sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 3 Godean sesuai

perencanaan ?
4. Pertanyaan yang terkait dengan evaluasi produk
a. Seberapa jauh kesesuaian output / keluaran dengan target

perencanaan penerapan program sekolah Adiwiyata di SMP Negeri

3 Godean ?
b. Seberapa jauh kesesuaian outcome / hasil dengan target

perencanaan penerapan program sekolah Adiwiyata di SMP

Negeri 3 Godean ?
c. Seberapa jauh kesesuaian benefit / manfaat dengan target

perencanaan penerapan program sekolah Adiwiyata di SMP Negeri

3 Godean ?

Anda mungkin juga menyukai