“OBAT-OBAT EMERGENCY”
Penguji :
Disusun Oleh :
6 AGUSTUS 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Jenis Obat-Obat Emergency ini tanpa halangan
suatu apapun. Adapun maksud kami dalam pembuatan Makalah Jenis Obat-Obat Emergency ini
adalah sebagai salah satu tugas pada kepaniteraan klinik. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan Makalah Jenis Obat-Obat
Emergency ini yaitu kepada dosen pembimbing kami.
Dalam penyusunan Makalah Jenis Obat-Obat Emergency ini tentu saja masih banyak
kesalahan dan kekurangan karena keterbatasan dan kemampuan kami baik dalam pengumpulan
data maupun dalam menyusun kata yang masih janggal oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Kami berharap agar Makalah Jenis Obat-Obat Emergency ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa yang membacanya sehingga kami tidak sia-sia dalam melaksanakan kerja keras ini
guna terselesainya Makalah Jenis Obat-Obat Emergency ini.
PENDAHULUAN
Emergensi adalah serangkaian usaha-usaha pertama yan dapat dilakukan pada kondisi
gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian. Pengelolaan pasien yang terluka
parah memerlukan penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat untuk menghindari kematian.
Anastesi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang meliputi
pemberian anastesia ataupun analgesia penjagaan keselamatan penderita yang mengalami
pembedahan atau tindakan lainnya, bantuan resusitasi dan pengobatan intensive pasien yang gawat
; dan pemberian terapiinhalasi dan penanggulangan nyeri menahun.
Obat-obatan emergensi atau gawat darurat adalah obat-obat yang digunakan untuk
mengatasi situasi gawat darurat atau untuk resusitasi/life support. Pengetahuan mengenai obat-
obatan ini penting sekali untuk mengatasi sutuasi gawat darurat yang mengancam nyawa dengan
cepat dan tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tujuan
Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat darurat
lainnya dengan menggunakan obat-obatan.
B. Obat-obat Emergency
1. Adrenalin / Epinefrin
Indikasi :
a. Henti jantung : fibrilasi ventrikel (VF), takikardi ventrikel tanpa denyut nadi
(pulseless VT), asistol, PEA (Pulseless Electrical Activity)
b. Bradikardia simtomatis
c. Hipotensi berat
Sediaan : Ampul 1 ml = 1 mg
Pemakaian Dan Pertimbangan : Hipotensi yang tidak responsif terhadap terapi lain
3. Dopamin (Itropin)
Dopamin (Itropin) adalah suatu agen simpathomimetik yang sering dipakai untuk
mengobati hipotensi dalam keadaan syok yang bukan disebabkan oleh hipovolemik.
Dopamin juga dapat dipakai untuk meningkatkan denyut jantung (efe beta1) pada
keadaan bradikardi disaat atropin tidak menghasilkan kerja yang efektif.
Dosis : IV:Drip: 1-2 µg/kg/menit (mungkin diinstruksikan >10 µg/kg/menit jika dosis
yang lebih rendah tidak efektif)
Pemakaian Dan Pertimbangan : Keluaran urin rendah (dosis rendah); curah jantung
rendah; hipotensi yang bukan karena hipovolemia
4. Dobutamin (Dobutrex)
Efek Samping : Iskemia Miokardium, Takikardi, Disritmia, sakit kepala, mual, dan
tremor.
Klien diajari cara meletakkan satu tablet nitrogliserin sublingual dibawah lidah dan
membiarkannya melarut pelan-pelan. Jika nyeri dada tidak menghilang, tablet
sublingual boleh diulang dengan interval 5 menit saampai total 3 tablet. Jika nyeri
menetap, perlu dilakukan intervensi kegawatdaruratan yang lebih lanjut. Nitrogliserin
intravena (tridil) disimpan untuk klien yang datang dengan angina yang tidak stabil
atau infark miokardium akut. Infus biasanya dimulai dengan kecepatan 10-20
ug/menit dan ditingkatkan dengan 5-10 ug/menit setiap 5-10 menit berdasarkan pada
respon nyeri dada dan tekanan darah.
IV : Drip : 10-20 µg/menit, dinaikkan 5-10 µg/menit setipa 5-10 menit (dititrasi)
Pemakaian Dan Pertimbangan : Nyeri dada, angina, angina tidak stabil, infark
miokardium
Efek Samping : Nyeri kepala, pusing. kelemahan. detak jantung yang meningkat.
mual. muntah. flushing atau kemerahan pada kulit. ruam.
6. Propofol
Menginduksi & mempertahankan anestesi umum, sedasi selama perawatan intensif.
Sediaan : Ampul 5 ml = 20 mg/ml
Dosis dan cara pemberian :
7. Atropin Sulfat
Atropin Sulfat menjadi indikasi untuk pengobatan asistole, blok jantung (mis, curah
jantung rendah, hipotensi), dan bradikardi (denyut jantung lambat) yang mengganggu
hemodinamika jantung. Atropin bekerja untuk meningkatkan denyut jantung dengan
menghambat kerja dari saraf vagus (efek parasimtolitik). Atropin dipakai juga sebagai
obat kegawatdaruratan untuk melawan efek-efek toksik yang timbul akibat keracunan
pestisida organofosfat, yang mencakup bradikardi, dan sekresi berlebihan.
8. Tranexamic acid
Indikasi :
9. Natrium Bikarbonat
Natrium Bikarbonat diberikan untuk mengobati asidosis metabolik yang sering kali
timbul bersama henti jantung. Standar yang sekarang dipakai menganjurkan pemberian
natrium bikarbonat setelah klien diberikan ventilasi yang memadai, kompresi dada, dan
terapi obat telah gagal memperbaiki keadaan asidosis.
Efek Samping : Mengantuk, sedasi, kekacauan mental, vertigo, emosi labil, hipotensi,
takikardi, gangguan gastrointestinal, dan mulut kering.
11. Manitol
Manitol adalah suatu diuretik osmotik dipakai pada keadaan kegawatdaruratan dan
bedah saraf untuk mengobati peningkatan takanan intrakranial, yang bisa timbul setelah
suatu trauma kepala, bedah saraf, dan jenis0jenis patologi intrakranial lain.
Dosis : IV : 12,5-50 g
Efek Samping : sakit kepala, mual, muntah, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat,
sesak nafas.
12. Lidokain
Lidokain adalah obat utma yang dipakai untuk mengobatidisritmia ventrikel (denyut
jantung yang tidak teratur), seperti kontraksi ventrikel prematur, takikardi ventrikel, dan
fibrilasi ventrikel. Lidokain mempunyai efek anastesi lokal pada jantung, sehingga
menurunkan iritabilitas miokardium.
Dosis : IV:SET: 1 mg/kg, dapat diulangi 0,5 mg/kg setiap 8 menit-3 mg/kg
Suatu analgesik narkotik, biasanya dipakai untuk mengobati sakit dada yang
berkaitan dengan infark miokardium akut. Juga merupakan indikasi untuk mengobati
edema paru-paru akut. Morfin menghilangkan sakit, memperlebar pembuluh vena,
mengurangi beban jantung. Dosis standar morfin sulfat 2-5 mg intravena diulang setiap
5-30 menit sampai sakit dada hilang. Perawat harus waspada akan depresi pernafasan
dan hipotensi yang merupakan reaksi yang merugikan yang sering timbul; pemantauan
yang ketat perlu dijalankan. Bisa diberikan antagonis narkotik nalaxon (narcan) untuk
melawan kerja morfin jika reaksi merugikan yang timbul membahayakan klien.
Dosisnya 0,1-0,2 mg setiap 2-3menit seperti indikasi.
Pemakaian Dan Pertimbangan : Nyeri dada, angina tidak stabil, edema paru-paru
Efek Samping : Ngantuk, sakit kepala, mual, gangguan tidur, mulut terasa kering,
tubuh berkeringat.
Heparin adalah substansi alami yangerasal dari hati yang berfungsi untuk
mencegah pembentukan pembekuan darah. Mula-mula dipakai dalam transfusi darah
untuk mecegah pembentukan bekuan darah.
IV : 5000-10.000 U/bolus IV
Farmakokinetik: Waktu paruh warfarin adalah ½ sampai 3 hari dan sangat mudah
berikatan dengan protein, obat ini memiliki efek kumulatif.
Dosis:
Infus: Berikan dosis bolus diikuti infus 0,5 mg/kgBB/jam, kurang dosis pada usia
lanjut, chirrosis hepatis atau gagal hepar atau penderita dengan pengobatan
crythromcin atau cimetidine
Dosis Dexamethasone
Dosis dexamethasone akan tergantung pada penyakit atau gejala yang ditangani.
Umumnya, dosis awal yang akan diresepkan dokter berada di antara 0.75-9 mg per
harinya. Perlu diketahui bahwa dosis dexamethasone juga akan disesuaikan dengan
perkembangan penyakit/gejala dan respons tubuh pasien terhadap obat ini. Untuk
pengguna anak-anak, berat badan mereka juga perlu dipertimbangkan dalam
menentukan dosis dexamethasone. Untuk informasi lebih lengkap, tanyakan pada
dokter.
Efek samping
Dexamethasone dapat menyebabkan efek samping dan bentuk efek samping
tersebut bisa berbeda-beda pada penggunanya. Ada beberapa efek samping yang
mereda seiring dengan tubuh menyesuaikan diri dengan obat ini.
Beberapa efek samping dexamethasone yang umum adalah:
18. Ephedrine
Farmakologi
Absorpsi : secara cepat dan sempurna diserap setelah diminum, IM atau pemberian
melalui injeksi. Bronchodilatasi terjadi dalam waktu 15-60 menit setelah pemberian
oral obat dan nampak tetap ada selama 2-4 jam. Lamanya pressor dan reaksi jantung
tehadap ephedrin adalah 1 jam setelah aturan 10-25 mg atau IM atau pemberian injeksi
25-50 mg dan sampai 4 jam setelah obat 15-50 mg diminum. Distribusi : ephedrin
memasuki plasenta dan menyebar ke air susu. Eliminasi : jumlah kecil dimetabolisme
lambat dalam hati oleh oxidative deamination, demethylation, aromatic hydroxylation
dan konjugasi. Ephedrin dan metabolitnya disekresi dalam urin. tingkat eksresi urin
dari obat dan metabolitnya tergantung pada pH urin.
Interaksi obat:
Efek samping :
Kontraindikasi :
Sangat sensitif terhadap efedrin atau komponen formulasi, aritmia, glaukoma, sudut
tertutup penggunaan bersama dengan agen simpatomimetik.
19. Amiodarone
Indikasi : Henti jantung tak respon (refrakter) terhadap RJP, shock, dan vasopressor
Aritmia ventrikel berulang mengancam nyawa (VF atau VT dengan hemodinamik tak
stabil)
Henti jantung : 300mg (dalam 20 ml – 30 ml D5%) IV/IO bolus, diikuti satu kali 150
mg IV bolus dalam 3 sampai 5 menit
KESIMPULAN
1. American Heart Association. 2019. Guidelines for emergency cardiac care. Jurnal of the
American Medical Association, 268, 19, August 6
2. American Journal of Nursing. 2016. OSHA stiffens blood borne rules, decrees free
hepatitis B vaccine. American Journal of Nursing 92 (1), 82-84
3. Kee, Joyce L.2006.Farmakologi pendekatan proses keperawatan EGC: Jakarta
4. Khan, A.U., Ali, I., Zafar, R., and Khalil, A., 2015, Identification of drug related problems
and pharmacist ’s interventions in asthmatic patients at a private tertiary care facility-
Pakistan. Archives of Pharmacy Practice, 6(2), pp.33– 37.
5. Kolesar, J. & Vermeulen, L., 2016, Top 300 Pharmacy Drug Cards, Mc Graw Hill
Education, New York.
6. Suherman, K.S. 2007. Adrenokortikotropin, Adrenokortikosteroid, Analog-Sintetik dan
Antagonisnya. Dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Bagian
farmakologi FKUI.
7. Setiawati, A. 2007. Farmakokinetik Klinik. Dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi IV.
Jakarta: Penerbit Bagian farmakologi Fakultas Kedokteraan UI.