Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

“OBAT-OBAT EMERGENCY”

Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti

Kepaniteraan Klinik Ilmu Anastesi di RS Murni Teguh

Penguji :

dr. Mual Kristian Sinaga sp.An

Disusun Oleh :

Timotius Gatma Buntori Purba (18000023)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANASTESI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

6 AGUSTUS 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Jenis Obat-Obat Emergency ini tanpa halangan
suatu apapun. Adapun maksud kami dalam pembuatan Makalah Jenis Obat-Obat Emergency ini
adalah sebagai salah satu tugas pada kepaniteraan klinik. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan Makalah Jenis Obat-Obat
Emergency ini yaitu kepada dosen pembimbing kami.

Dalam penyusunan Makalah Jenis Obat-Obat Emergency ini tentu saja masih banyak
kesalahan dan kekurangan karena keterbatasan dan kemampuan kami baik dalam pengumpulan
data maupun dalam menyusun kata yang masih janggal oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Kami berharap agar Makalah Jenis Obat-Obat Emergency ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa yang membacanya sehingga kami tidak sia-sia dalam melaksanakan kerja keras ini
guna terselesainya Makalah Jenis Obat-Obat Emergency ini.

Medan, 6 Agustus 2019


BAB I

PENDAHULUAN

Emergensi adalah serangkaian usaha-usaha pertama yan dapat dilakukan pada kondisi
gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian. Pengelolaan pasien yang terluka
parah memerlukan penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat untuk menghindari kematian.

Anastesi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang meliputi
pemberian anastesia ataupun analgesia penjagaan keselamatan penderita yang mengalami
pembedahan atau tindakan lainnya, bantuan resusitasi dan pengobatan intensive pasien yang gawat
; dan pemberian terapiinhalasi dan penanggulangan nyeri menahun.

Obat-obatan emergensi atau gawat darurat adalah obat-obat yang digunakan untuk
mengatasi situasi gawat darurat atau untuk resusitasi/life support. Pengetahuan mengenai obat-
obatan ini penting sekali untuk mengatasi sutuasi gawat darurat yang mengancam nyawa dengan
cepat dan tepat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tujuan
Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat darurat
lainnya dengan menggunakan obat-obatan.

B. Obat-obat Emergency

1. Adrenalin / Epinefrin

Epinefrin merupakan prototipe obat adrenergic. Dengan mengerti efek epinefrin


mudah mengerti efek obat adrenergic yang bekerja diresptor lainnya. Epinefrin bekerja
pada sema reseptor adrenergic α1,α2,β1,β2. Pada umumnya, pemberian epinefrin
menimbulkan efek mirip stimulasisaaf adrenergic. Terdapat beberapa perbedaan
karena neurotransmitter pada saat adrenergic adalah norepinefrin. Efek paling
menonjol adala efek terhadap jantung, otot polos pembuluh darah,dan otot polos
lainnya.

Indikasi :

a. Henti jantung : fibrilasi ventrikel (VF), takikardi ventrikel tanpa denyut nadi
(pulseless VT), asistol, PEA (Pulseless Electrical Activity)

b. Bradikardia simtomatis

c. Hipotensi berat

d. Anafilaksis, reaksi alergi berat : kombinasi bersama sejumlah besar cairan,


kortikosteroid, antihistamin.

Sediaan : Ampul 1 ml = 1 mg

Dosis dan Cara pemberian :

a. IV/IO : 1 mg diberikan/diulang setiap 3 – 5 menit


b. Endotrakeal : 2 – 2,5 mg (2 – 2,5 kali dosis IV/IO), dilarutkan dalam 10 ml
PZ/NS
c. Infus kontinyu : 1 mg dilarutkan dalam 500 ml NS atau D5%, kecepatan inisial
1 µg/menit dititrasi sampai mencapai efek
d. Reaksi atau syok anafilaktik 0,3-0,5 mg SC dapat diulang setiap 15-20 menit.
e. Bradikardi atau hipotensi : Diberikan perinfus dengan dosis 1mg (1 mg = 1 :
1000) dilarutkan dalam 500 cc NaCl 0,9 %, dosis dewasa 1 μg/mnt dititrasi
sampai menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10 μg/mnt.

2. Norepinefrin (Levarterenol, Levophed)

Norepinefrin (Levarterenol, Levophed) adalah suatu ketokelamin dengan kerja


vasokontriksi yang sangat kuat (efek alfa-adrenergik). Obat ini dipakai pada keadaan
syok, sering dipakai sebagai obat terakhir pada saat obat-obat seperti dopamin dan
dobutamin gagal menghasilkan tekanan darah yang memadai. Norepinefrin tidak boleh
dipakai untuk mengobati hipotensi pada klien yang mengalami hipovolemik; pada klien
ini harus terlebih dahulu diberikan cairan, darah atau keduanya untuk memulihkan
volume cairan tubuh.

Dosis : IV:Drip: 2-12 µg/menit

Pemakaian Dan Pertimbangan : Hipotensi yang tidak responsif terhadap terapi lain

Efek Samping : Iskemia miokardium, Disritmia, dan gangguan perfusi organ

3. Dopamin (Itropin)

Dopamin (Itropin) adalah suatu agen simpathomimetik yang sering dipakai untuk
mengobati hipotensi dalam keadaan syok yang bukan disebabkan oleh hipovolemik.
Dopamin juga dapat dipakai untuk meningkatkan denyut jantung (efe beta1) pada
keadaan bradikardi disaat atropin tidak menghasilkan kerja yang efektif.

Dosis : IV:Drip: 1-2 µg/kg/menit (mungkin diinstruksikan >10 µg/kg/menit jika dosis
yang lebih rendah tidak efektif)
Pemakaian Dan Pertimbangan : Keluaran urin rendah (dosis rendah); curah jantung
rendah; hipotensi yang bukan karena hipovolemia

Efek Samping : Takikardi, Disritmia, Iskemia miokardium, mual, dan muntah.

4. Dobutamin (Dobutrex)

Dobutamin (Dobutrex) adalah suatu obat simpatomimetik dengan kerja beta1


adrenergik. Efek beta1 termasuk meningkatkan kekuatan kontraksi mokardium (efek
inotropin positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif).
Dobutamin merupakan indikasi pada keadaan syok apabila ingin didapatkan perbaikan
curah jantung dan kemampuna curah jantung secara menyeluruh.

Dosis : IV:Drip: 2,5-20,0 µg/kg/menit

Pemakaian Dan Pertimbangan : Curah jantung rendah

Efek Samping : Iskemia Miokardium, Takikardi, Disritmia, sakit kepala, mual, dan
tremor.

5. Nitrogliserin (Nitrostat, Tridil)

Mendilatasi arteri koronaria dan memperbaiki aliran darah ke miokardium yang


mengalami iskemia. Karena itu obat ini menjadi obat pilihan untuk mengobati angina
pektoris (sakit dada) dan infark miokardium (serangan jantung). Nitrogliserin tersedia
dalam bentuk sublingual, oral, topikal, dan intravena. Nitrogliserin sublingual
(nitrostat) (0,3-0,4 mg) merupakan indikasi bagi bagi klien yang sedang mengalami
serangan angina akut.

Klien diajari cara meletakkan satu tablet nitrogliserin sublingual dibawah lidah dan
membiarkannya melarut pelan-pelan. Jika nyeri dada tidak menghilang, tablet
sublingual boleh diulang dengan interval 5 menit saampai total 3 tablet. Jika nyeri
menetap, perlu dilakukan intervensi kegawatdaruratan yang lebih lanjut. Nitrogliserin
intravena (tridil) disimpan untuk klien yang datang dengan angina yang tidak stabil
atau infark miokardium akut. Infus biasanya dimulai dengan kecepatan 10-20
ug/menit dan ditingkatkan dengan 5-10 ug/menit setiap 5-10 menit berdasarkan pada
respon nyeri dada dan tekanan darah.

Dosis : SL: 0,3-0,4 mg

IV : Drip : 10-20 µg/menit, dinaikkan 5-10 µg/menit setipa 5-10 menit (dititrasi)

Pemakaian Dan Pertimbangan : Nyeri dada, angina, angina tidak stabil, infark
miokardium

Efek Samping : Nyeri kepala, pusing. kelemahan. detak jantung yang meningkat.
mual. muntah. flushing atau kemerahan pada kulit. ruam.

6. Propofol
Menginduksi & mempertahankan anestesi umum, sedasi selama perawatan intensif.
Sediaan : Ampul 5 ml = 20 mg/ml
Dosis dan cara pemberian :

Induksi anestesi umum :


- Dewasa < 55 tahun
Diawali dengan 40 mg secara bolus intravena lambat dalam jarak waktu 10 detik
sampai mulai terjadi reaksi anestesi.
- Dosis lazim
2-2,5 mg/kg berat badan.
- Anak > 8 tahun
2,5 mg/kg berat badan secara intravena lambat sampai mulai terjadi reaksi
anestesi.
Mempertahankan anestesi umum :
- Dewasa
4-12 mg/kg berat badan/jam secara infus yang terus-menerus (drip infusion).
- Penyuntikan ulang secara bolus sebesar 25-50 mg tergantung pada respon.
- Anak > 3 tahun
9-15 mg/kgBB/jam.
Sedasi selama perawatan intensif
1-2 mg/kg berat badan secara injeksi bolus, dilanjutkan dengan infus yang terus-
menerus (drip infusion) yang disesuaikan tergantung pada tingkat kebutuhan sedasi.
Efek samping : Nyeri pada tempat penyuntikan, Hipotensi, Berhentinya pernafasan
untuk sementara waktu, Gerakan epilepsi, kejang, Reaksi distonik, Edema paru, Sakit
kepala, Mual muntah, Henti jantung, Urin berwarna hijau atau merah kecoklatan,
Perubahan prilaku seksual.

7. Atropin Sulfat

Atropin Sulfat menjadi indikasi untuk pengobatan asistole, blok jantung (mis, curah
jantung rendah, hipotensi), dan bradikardi (denyut jantung lambat) yang mengganggu
hemodinamika jantung. Atropin bekerja untuk meningkatkan denyut jantung dengan
menghambat kerja dari saraf vagus (efek parasimtolitik). Atropin dipakai juga sebagai
obat kegawatdaruratan untuk melawan efek-efek toksik yang timbul akibat keracunan
pestisida organofosfat, yang mencakup bradikardi, dan sekresi berlebihan.

Dosis : IV : SET*: 0,5-1 mg; dapat diulang sampai 2 mg (maks)

SET* : Selang EndoTrakeal

Pemakaian Dan Pertimbangan : Bradikardi Simtimatik, Asistolik

Efek Samping : disritmia jantung, takikardi, iskemia miokardium, gelisah, cemas,


midriasis, rasa haus, dan retensi urin.

8. Tranexamic acid
Indikasi :

a. Fibrinolisis pada menoragia, epistaksis, traumatic hyphaemia, neoplasma tertentu,


komplikasi
b. pada persalinan (obstetric complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk
operasi kandung kemih, prostatektomi atau konisasi serviks.
Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada angioedema herediter.
Dosis oral : 1-1,5 gram (atau 15-25 mg/kg) 2 - 4 x/hari.
Dosis injeksi IV perlahan : 0,5 -1 g (atau 10 mg/kg) 3 x/hari
Dosis infus kontinyu : 25-50 mg/kg setiap hari.
Dosis anak :25 kg/mg melalui oral atau 10 mg/kg melalui intra vena setiap 2-3 x/hari
Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia
- Sebelum operasi :10 mg/kgBB (IV).
- Setelah operasi : 25 mg/kgBB (oral) 3-4 x/hari selama 2-8 hari.
Kontraindikasi :
- Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat.
- Penderita perdarahan subarakhnoid.
- Penderita dengan riwayat tromboembolik.
- Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular aktif.
- Penderita buta warna.
Efek samping :
- Gangguan pada saluran pencernaan (mual, muntah, diare) gejala ini akan hilang
bila dosis dikurangi.
- Hipotensi jarang terjadi.

9. Natrium Bikarbonat

Natrium Bikarbonat diberikan untuk mengobati asidosis metabolik yang sering kali
timbul bersama henti jantung. Standar yang sekarang dipakai menganjurkan pemberian
natrium bikarbonat setelah klien diberikan ventilasi yang memadai, kompresi dada, dan
terapi obat telah gagal memperbaiki keadaan asidosis.

Dosis : IV : Mula-Mula: 1 mEq/kg, kemudian 0,5 mEq/kg jika perlu

Pemakaian Dan Pertimbangan : Asidosis metabolik

Efek Samping : Alkalosis metabolic

10. Difenhidramin (Benadryl)

Hifenhidramin (Benadryl) adalah suatu antihistamin yang sering diberikan


bersama-sama epinefrin pada syok anafilaktit. Agen ini efektif untuk mengobati
pembengkakan jaringan yang diinduksi oleh histamin dan pruritusyang sering timbul
akibat reaksi alergi berat.

Dosis : IV/IM : 10-50 mg

Pemakaian Dan Pertimbangan : Syok anafilaktik; reaksi alergi akut

Efek Samping : Mengantuk, sedasi, kekacauan mental, vertigo, emosi labil, hipotensi,
takikardi, gangguan gastrointestinal, dan mulut kering.

11. Manitol

Manitol adalah suatu diuretik osmotik dipakai pada keadaan kegawatdaruratan dan
bedah saraf untuk mengobati peningkatan takanan intrakranial, yang bisa timbul setelah
suatu trauma kepala, bedah saraf, dan jenis0jenis patologi intrakranial lain.

Dosis : IV : 12,5-50 g

Pemakaian Dan Pertimbangan : Meningkatkan tekanan intrakranial

Efek Samping : sakit kepala, mual, muntah, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat,
sesak nafas.

12. Lidokain

Lidokain adalah obat utma yang dipakai untuk mengobatidisritmia ventrikel (denyut
jantung yang tidak teratur), seperti kontraksi ventrikel prematur, takikardi ventrikel, dan
fibrilasi ventrikel. Lidokain mempunyai efek anastesi lokal pada jantung, sehingga
menurunkan iritabilitas miokardium.

Dosis : IV:SET: 1 mg/kg, dapat diulangi 0,5 mg/kg setiap 8 menit-3 mg/kg

Drip: 1-4 mg/menit


Pemakaian Dan Pertimbangan : Kontraksi ventrikel prematur, takikardi ventrikel,
fibrilasi ventrikel

Efek Samping: hipotensi, pembengkakan akibat penumpukan cairan, mual, muntah,


demam, pusing, tremor, sakit kepala, kesemutan

13. Morfin Sulfat

Suatu analgesik narkotik, biasanya dipakai untuk mengobati sakit dada yang
berkaitan dengan infark miokardium akut. Juga merupakan indikasi untuk mengobati
edema paru-paru akut. Morfin menghilangkan sakit, memperlebar pembuluh vena,
mengurangi beban jantung. Dosis standar morfin sulfat 2-5 mg intravena diulang setiap
5-30 menit sampai sakit dada hilang. Perawat harus waspada akan depresi pernafasan
dan hipotensi yang merupakan reaksi yang merugikan yang sering timbul; pemantauan
yang ketat perlu dijalankan. Bisa diberikan antagonis narkotik nalaxon (narcan) untuk
melawan kerja morfin jika reaksi merugikan yang timbul membahayakan klien.
Dosisnya 0,1-0,2 mg setiap 2-3menit seperti indikasi.

Dosis : IV : 2-5 mg setiap 5-30 menit

Pemakaian Dan Pertimbangan : Nyeri dada, angina tidak stabil, edema paru-paru

Efek Samping : Ngantuk, sakit kepala, mual, gangguan tidur, mulut terasa kering,
tubuh berkeringat.

14. Heparin (Lipo-Hepin, Panheprin)

Heparin adalah substansi alami yangerasal dari hati yang berfungsi untuk
mencegah pembentukan pembekuan darah. Mula-mula dipakai dalam transfusi darah
untuk mecegah pembentukan bekuan darah.

Farmakokinetik: Heparin tidak diabsorpsi dengan baik oleh mukosa gastrointestinal,


dan banyak yang dihancurkan oleh heparinase (suatu enzim hepar)
Farmakodinamik: Heparin diberikan untuk ganguan tromboembolik akut, mencegah
pembentukan trombus dan embolisme

Dosis : D:SK: 5000 U per6-8 jam

IV : 5000-10.000 U/bolus IV

A:Infus IV: 50-100 U per 4 jam

Pemakaian Dan Pertimbangan : Untuk tromboembolisme, tidak diberikan IM


karena dapat menimbulkan nyeri dan hematoma

Efek Samping : Trombositopenia

15. Warfarin (Coumadin, Panwarfin)

Warfarin merupakan antikoagulan yang menghambat sintesis vitamin K pada hati,


sehingga mempengaruhi faktor-faktor pembekuan II, VII, IX, dan X, Obta ini terutama
dipakai untuk mencegah keadaan troboembolik, seperti tromboflebitis, emboli paru-
paru, dan pembentukan emboli akibat firilasi atrial.

Farmakokinetik: Waktu paruh warfarin adalah ½ sampai 3 hari dan sangat mudah
berikatan dengan protein, obat ini memiliki efek kumulatif.

Farmakodinamik: Warfarin efektif untuk terapi antikoagulan jangka panjang kadar PT


(Prothrombin Time) harus berada 1,5-2x dari nilai normal untuk berfungsi sebagai
terapeutik.

Dosis :D:PO: 2-10 mg/hari

IM:IV: Jarang diberikan

Pemakaian Dan Pertimbangan : Untuk tromboembolisme untuk pencegahan jangka


panjang setelah heparin diberikan
16. Aminophiline

Efek: Bronkodilatasi, chronotropic (mempengaruhi denyut miokard) dan inotropic


ringan, diuretic ringan

Sediaan: 250 mg dalam 10ml, ampul

Indikasi: Bronkodilatasi karena berbagai sebab, termasuk gagal jantung kongestif

Dosis:

IV: 4 mg/kgBB dalam 15 menit

Infus: Berikan dosis bolus diikuti infus 0,5 mg/kgBB/jam, kurang dosis pada usia
lanjut, chirrosis hepatis atau gagal hepar atau penderita dengan pengobatan
crythromcin atau cimetidine

Oral: 100-300 mg 3-4 kali sehari

Rectal: 360 mg suppositoria 1-2 kali sehari

Lama kerja: 6-15 jam

Efek samping: Aritmia, muntah, diuresis, merangsang SP

17. Dexamethasone (Kortikosteroid)

Dexamethasone merupakan kelompok obat kortikosteroid. Obat ini bekerja dengan


cara mencegah pelepasan zat-zat di dalam tubuh yang menyebabkan peradangan.

Dexamethasone digunakan dalam menangani berbagai kondisi, misalnya penyakit


autoimun seperti sarcoidosis dan lupus, penyakit inflamasi usus seperti ulcerative
colitis dan penyakit Crohn, beberapa penyakit kanker, dan alergi.

Dexamethasone juga digunakan untuk mengatasi mual dan muntah akibat


kemoterapi, mengobati hiperplasia adrenal kongnital, serta untuk mendiagnosis
penyakit Cushing.
Farmakologi
Kortikosteroid seperti deksametason bekerja dengan cara mempengaruhi
kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel jaringan melalui membran
plasma secara difusi pasif di jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor
protein yang spesifik dalam sitoplasma sel jaringan dan membentuk kompleks reseptor
steroid. Kompleks ini mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak menuju
nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan
sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini merupakan perantara efek
fisiologik steroid.

Efek terapeutik glukokortikoid seperti deksametason yang paling penting adalah


kemampuannya untuk mengurangi respons peradangan secara dramatis dan untuk
menekan imunitas. Telah diketahui bahwa penurunan dan penghambatan limfosit dan
makrofag perifer memegang peranan. Juga penghambatan fosfolipase A2 secara tidak
langsung yang menghambat pelepasan asam arakidonat, prekursor prostaglandin dan
leukotrien, dari fosfolipid yang terikat pada membrane.

Dosis Dexamethasone
Dosis dexamethasone akan tergantung pada penyakit atau gejala yang ditangani.
Umumnya, dosis awal yang akan diresepkan dokter berada di antara 0.75-9 mg per
harinya. Perlu diketahui bahwa dosis dexamethasone juga akan disesuaikan dengan
perkembangan penyakit/gejala dan respons tubuh pasien terhadap obat ini. Untuk
pengguna anak-anak, berat badan mereka juga perlu dipertimbangkan dalam
menentukan dosis dexamethasone. Untuk informasi lebih lengkap, tanyakan pada
dokter.

Efek samping
Dexamethasone dapat menyebabkan efek samping dan bentuk efek samping
tersebut bisa berbeda-beda pada penggunanya. Ada beberapa efek samping yang
mereda seiring dengan tubuh menyesuaikan diri dengan obat ini.
Beberapa efek samping dexamethasone yang umum adalah:

 Badan terasa lelah atau lemas


 Gangguan pola tidur
 Sakit kepala
 Vertigo
 Keringat berlebihan
 Jerawat
 Kulit kering dan menipis serta gampang memar
 Pertumbuhan rambut yang tidak biasa
 Perubahan suasana hati seperti depresi dan mudah tersinggung
 Mudah haus
 Sering buang air kecil
 Nyeri otot
 Nyeri pada sendi atau/dan tulang
 Sakit perut atau perut terasa kembung
 Rentan terhadap infeksi

18. Ephedrine

Farmakologi

Absorpsi : secara cepat dan sempurna diserap setelah diminum, IM atau pemberian
melalui injeksi. Bronchodilatasi terjadi dalam waktu 15-60 menit setelah pemberian
oral obat dan nampak tetap ada selama 2-4 jam. Lamanya pressor dan reaksi jantung
tehadap ephedrin adalah 1 jam setelah aturan 10-25 mg atau IM atau pemberian injeksi
25-50 mg dan sampai 4 jam setelah obat 15-50 mg diminum. Distribusi : ephedrin
memasuki plasenta dan menyebar ke air susu. Eliminasi : jumlah kecil dimetabolisme
lambat dalam hati oleh oxidative deamination, demethylation, aromatic hydroxylation
dan konjugasi. Ephedrin dan metabolitnya disekresi dalam urin. tingkat eksresi urin
dari obat dan metabolitnya tergantung pada pH urin.
Interaksi obat:

Meningkatkan efektoksisitas : Meningkatkan toksisitas pada jantung dengan agen


simpatomimetik, teofilin glikosida jantung, atau anastesi umum. Meningkatkan
tekanan darah jika digunakan bersamaan dengan atropin atau penghambat MAO.
Menurunkan efek pemblok α dan β adrenergik menurunkan efek vasopresor ephedrin.

Efek samping :

Kardiovaskular : Aritmia, nyeri dada, depresi pada tekanan darah, hipertensi,


palpitasi, takikardia, pucat yang tidak biasa. SSP : agitasi, kecemasan, efek
menstimulasi SSP, pening, eksitasi ketakutan, hiperaktivitas, insomnia, irritabilitas,
gugup, tidak bisa istirahat. Gastrointestinal : anoreksia, gangguan lambung, mual,
muntah, xerostamia. Neuromaskular dan skletal: tremor, lemah. Pernapasan : dyspnea.

Kontraindikasi :

Sangat sensitif terhadap efedrin atau komponen formulasi, aritmia, glaukoma, sudut
tertutup penggunaan bersama dengan agen simpatomimetik.

19. Amiodarone

Indikasi : Henti jantung tak respon (refrakter) terhadap RJP, shock, dan vasopressor
Aritmia ventrikel berulang mengancam nyawa (VF atau VT dengan hemodinamik tak
stabil)

Sediaan : Ampul 3 ml = 150 mg

Dosis dan cara pemberian :

Henti jantung : 300mg (dalam 20 ml – 30 ml D5%) IV/IO bolus, diikuti satu kali 150
mg IV bolus dalam 3 sampai 5 menit

Aritmia ventrikel : 150 mg IV dalam 10 menit (15 mg/menit)

Maintenance : 1 mg/menit IV dalam 6 jam, kemudian

0,5 mg/menit IV dalam 18 jam. Dosis maksimal : 2,2 g/hari


BAB III

KESIMPULAN

Obat-obatan emergency merupakan obat-obat yang digunakan untuk mengatasisituasi


gawat darurat atau untuk resusitasi/life support. Pengetahuan mengenai obat-obatan ini penting
sekali untuk mengatasi situasi gawat darurat yang mengancamnyawa dengan cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. American Heart Association. 2019. Guidelines for emergency cardiac care. Jurnal of the
American Medical Association, 268, 19, August 6
2. American Journal of Nursing. 2016. OSHA stiffens blood borne rules, decrees free
hepatitis B vaccine. American Journal of Nursing 92 (1), 82-84
3. Kee, Joyce L.2006.Farmakologi pendekatan proses keperawatan EGC: Jakarta
4. Khan, A.U., Ali, I., Zafar, R., and Khalil, A., 2015, Identification of drug related problems
and pharmacist ’s interventions in asthmatic patients at a private tertiary care facility-
Pakistan. Archives of Pharmacy Practice, 6(2), pp.33– 37.
5. Kolesar, J. & Vermeulen, L., 2016, Top 300 Pharmacy Drug Cards, Mc Graw Hill
Education, New York.
6. Suherman, K.S. 2007. Adrenokortikotropin, Adrenokortikosteroid, Analog-Sintetik dan
Antagonisnya. Dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Bagian
farmakologi FKUI.
7. Setiawati, A. 2007. Farmakokinetik Klinik. Dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi IV.
Jakarta: Penerbit Bagian farmakologi Fakultas Kedokteraan UI.

Anda mungkin juga menyukai