Anda di halaman 1dari 64

1

PENERAPAN
ELECTRONIC GOVERNMENT
DALAM PELAYANAN
PUBLIK
DI
ERA OTONOMI DAERAH
M
a
k
a
l
a
h
Oleh
Yurisal D. Aesong
(aesongyurisal@yahoo.com)/085240771214
A.
Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan, fungsi pemerintahan ikut
berkembang,
dahulu fungsi pemerintah hanya membuat dan mempertahankan
hukum, akan
tetapi pemerinta
h tidak hanya melaksanakan undang
-
undang tetapi berfungsi juga
untuk merealisasikan kehendak negara dan menyelenggarakan
kepentingan umum
(public sevice)
. Perubahan paradigma pemerintahan dari penguasa menjadi
pelayanan, pada dasarnya pemerintah berkeingin
an untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik kepada masyarakat.
(
Y
o
s
a
)
Sistem kepemerintahan yang baik
ialah
partisipasi, yang menyatakan
semua institusi
governance
memiliki suara dalam pembuatan keputusan, hal ini
mer
upakan landasan legitimasi dalam sistem demokrasi,
good
governance
memiliki kerangka pemikiran yang sejalan dengan demokrasi dimana
pemerintahan dijalankan sepenuhnya untuk kesejahteraan dan
kemakmuran
rakyat, dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pem
erintah yang demokratis
tentu akan mengutamakan kepentingan rakyat, sehingga dalam
pemerintahan yang
demokratis tersebut penyediaan kebutuhan dan pelayanan publik
merupakan hal
yang paling diutamakan dan merupakan ciri utama dari
good governance
.
2
Salah sat
u fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh
aparatur pemerintah
yaitu
pelayanan publik. Peraturan perundangan Indonesia
telah memberikan landasan untuk penyelenggaraan pelayanan publik
yang
berdasarkan atas Asas
-
asas Umum Pemerintahan Yang Ba
ik (AAUPB). Pasal 3
Undang
-
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
Yang
Bersih
Dari Korupsi, Kolusi
Dan Nepotisme menyebutkan asas
-
asas tersebut,
yaitu Asas Kepastian Hukum, Transparan, Daya Tanggap,
Berkeadilan, Efektif
dan Efisien, Tang
gung Jawab, Akuntabilitas dan Tidak Menyalahgunakan
Kewenangan. Asas ini dijadikan sebagai dasar penilaian dalam
peradilan dan
upaya administrasi, disamping sebagai norma hukum tidak tertulis
bagi tindakan
pemerintahan. Meskipun merupakan asas,
tidak semua
nya merupakan pemikiran
yang umum dan abstrak, dan dalam beberapa hal muncul sebagai
aturan hukum
yang konkret atau tertuang secara tersurat dalam pasal undang
-
undang serta
mempunyai sanksi tertentu.
Belum optimalny
a pelayanan publik di daerah
, antara lain disebabkan oleh
faktor regulasi yang belum jelas dalam ranah pembagian tugas antara
pemerintahan daerah dan pemer
intah pusat.
Sebagai dasar hukum otonom
i daerah
di Indonesia saat ini
,
Un
dang
-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, belum mengatur pembagian yang jelas antara
pemerintah
pusat, provinsi, dan kabupaten atau kota, dalam menangani suatu uru
san
, jadi
yang terjadi
ialah
adanya kecenderungan saling klaim antara inst
itusi pemerintah
di atas dengan di bawah
nya
.
Dampak buruk dari tidak jelasnya pembagian tugas
3
itu, membuat terjadinya tumpang tindih atau terbengkalai
nya suatu urusan
,
menyebabkan
pelayanan publik tidak berjalan optimal.
Pemanfaatan atau pengembangan
e
-
government
merupakan upaya untuk
mendukung kinerja pemerintah yang
berbasis elektonika dalam rangka
penyelenggaraan dan
peningkatan kualitas
layanan kepada masyarakat secara
efektif
dan efisien. Melalui pengembangan
dan penerapan
e
-
government
dilakukan penataan
s
i
stem
manajemen dan proses kerja di lingkungan
instansi
pemerintah khususnya instansi
yang melaksanakan fungsi pe
layanan
public
,
d
engan berjalannya
e
-
government
ini maka diharapkan seluruh aktivitas
organisasi pemerintah dapat dilaksanakan
secara elektronik sehingga
mempermudah
fungsi kebijakan dan pelayanan
,d
alam
pelaksanaannya konsep
e
-
government
ini
merupakan tan
ggung jawab bersama,
artinya bukan hanya
pemerintah saja tetapi
juga peran serta masyarakat
(share goals).
(
M
u
l
y
o
n
o
2
0
1
1
)
B.
Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian latar belakang penulisan maka penulis
membatasi
permasalahan dengan perumusan sebagai berikut :
1.
Bagaimana
pelayanan publik
di era o
tonomi daerah?
2.
Bagaimana
pelayanan publik melalui penerapan
electronic
government
?
C.
M
e
t
o
d
e
P
e
n
e
l
i
t
i
a
n
Metode merupakan cara yang utama yang digunakan untuk mencapai
suatu
tujuan, u

ntuk mencapai tingkat ketelitian,

jumlah dan jenis yang dihadapi

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif (yuridis

4
normatif) dengan mendasarkan pada sumber data sekunder yang terdiri
dari bahan

hukum primer, sekunder dan tersier.

&

0
0

Tekni

k pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian hukum ini yaitu

melalui studi kepustakaan/studi dokumen

. Teknik pengolahan dan


analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini ialah
teknik analisis

data kualitatif

D.
T
i
n
j
a
u
a
n
P
u
s
t
a
k
a
1.
Tinjauan Tentang Pelayanan Publik
Menurut
Sianipar
bahwa pelayanan adalah cara melayani, membantu
menyiapkan atau
mengurus keperluan seseorang atau kelompok orang. Melayani
adalah meladeni/memb
antu mengurus
keperluan atau kebutuhan seseorang sejak
diajukan permintaan sampai penyampaian atau
penyerahannya.
Menurut Moenir
pelayanan umum adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
atau
sekelompok
orang dengan landasan faktor material melalui sis
tem, prosedur dan metode
tertentu
dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai haknya
(
S
i
a
n
i
p
a
r
1
9
9
8
)
.
Pelayanan publik atau pelayanan umum
dalam
wikipedia
dapat
didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan,
baik dalam bentuk barang
publik maupun
jasa
publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan
dilaksanakan oleh
instansi pemerintah
di pusat, di daerah, dan di
lingkungan
Badan Usaha Milik Negara
atau
Badan Usaha Milik Daerah, dalam
rangka upaya pemen
uhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang
-
undangan
(
W
i
k
i
p
e
d
i
a
)
.
5
Definisi pelayanan publik d
alam Un
dang
-
Undang Nomor 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, ditegaskan dalam
Pasal 1
butir 1
yaitu

p
elayanan
publik adalah kegiatan atau rangkaiang kegiatan dalam rangka
pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang
-
undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan
administratif
yang dielenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik”.
2.
Tinjauan Tentang Otonomi Daerah
Semenjak abad ke
-
19 muncul dua alternatif dalam hal organisasi
kekuasaan, yakni apakah kekuasaan itu ditumpukan
(concentrated)
atau disebar
(dispersed),
kalau alternatif ini dibawa ke dalam tata pemerintahan, maka ia akan
menjelma menjadi alternatif antara
pemusatan kekuasaan
(centralization)
atau
otonomi daerah
(local autonomy).
Apabila pilihan jatuh pada “otonomi daerah”,
maka konsekuensinya ialah bahwa pemerintah pusat
(central government)
harus
menyelenggarakan “desentralisasi”
(
A
b
d
u
l
l
a
h
2
0
1
0
)
.
Desentralisasi menjadi salah satu hal pokok dalam negara dem
okrasi
karena hanya melalui desentralisasi itulah rakyat memperoleh
kesempatan yang
semakin luas untuk turut serta dalam pemerintahan melalui wakil
-
wakilnya di
setiap
tingkatan daerah masing
-
masing
,d
engan adanya desentralisasi tersebut
keragaman daerah ju
ga mendapatkan pengakuan. Selain itu, melalui desentralisasi
akan memperpendek jarak antara organisasi pemerintahan dengan
rakyat sehingga
pelayanan publik yang menjadi tugas pemerintahan dapat dinikmati
oleh seluruh
rakyat
(
M
o
c
h
t
a
r
2
0
1
0
)
.
3.
Tinjauan Tentang Konsep
Electronic Government
6
Electronic Government (
E
-
Government
)
merupakan
suatu mekanisme
interaksi modern antara pemerintah dengan masyarakat dan kalangan
lain yang
berkepentingan yang melibatkan penggunaan teknologi informasi
(terutama
Internet) dengan tujuan memperbaiki mutu pelayanan yang telah
berjalan menjadi
lebih baik.
Pengembangan
e
-
government
merupakan upaya untuk mengembangkan
penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan)
elektronik dalam
rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan
efisien. Melalui
pengembangan
e
-
government
dilakukan pe
nataan sistem manajemen dan proses
kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan
pemanfaatan teknologi
informasi. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2
(dua) aktivitas
yang be
rkaitan yaitu
pengolahan data, pengelolaan informasi, siste
m manajemen
dan
proses kerja secara elektronis
.
Tujuan implementasi
e
-
government
antara lain
m
eningkatkan mutu
layanan publik melalui pemanf
aatan teknologi
informatika
dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan
,t
erbentuknya kepemerintahan yang bersih,
transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif
,p
erbaikan
organisasi, sistem manajemen, dan proses kerja
kepemerintahan
,p
embe
ntukan
jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang berkualitas
dan
terjangkau
,
p
embentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk
meningkatkan dan memperkuat kemampuan perekonomian
menghadapi
perubahan dan persaingan perdagangan
internasio
nal
,p
embentukan
mekanisme
komunikasi antar lembaga pemerintah serta penyediaan fasilitas bagi
partisipasi
7
masyarakat dalam proses
kepemerintahan
,p
embentukan
sistem manajemen dan
proses kerja yang transparan dan efisien serta memperlancar
transaksi dan la
yanan
antar lembaga pemerinta
h
.
Selanjutnya, membangun
e
-
government
bukan saja
membangun infrastruktur komunikasi data dan informasi, tetapi juga
berarti
membangun infrastruktur sistem aplikasi, standarisasi meta
data, pengembangan
sumber daya manusia, pengembangan prosedur, kebijakan dan
peraturan.
E.
P
e
m
b
a
h
a
s
a
n
1.
Pelayanan Publik Di Era Otonomi Daerah
P
rinsipnya, penyelenggaraan pemerint
ahan di daerah tidak lepas dari
adanya peran desentralisasi yang merupakan bentuk dari penyerahan
segala
urusan, baik pengaturan dalam art
i pembuatan peraturan
perundang

undangan,
maupun penyelenggaraan pemerintahan itu sendiri, dari pemerintah
pusat kepada
pemerintah daerah, untuk selanjutnya menjadi urusan rumah tangga
pemerintah
daerah tersebut.
D
asarnya pemerintah telah melakukan berbagai upaya agar
menghasilkan
pelayanan yang lebih
cepat
, tepat, manusiawi, murah, tidak
diskriminatif, dan
transparan
,n
amun, upaya
-
upaya yang telah ditempuh oleh pemerintah nampaknya
belum optimal sehingga seolah
-
olah seperti memperlihatkan adanya dampak
negatif dalam pelaksanaan otonomi daerah terhadap pelayanan publik
yang
diberikan pemer
intah, salah satu indikator yang dapat dilihat dari fenomena ini
adalah pada fungsi pelayanan publik yang banyak dikenal dengan
sifat birokratis
dan banyak mendapat keluhan dari masyarakat karena masih belum
memperhatikan kep
entingan masyarakat penggunanya
,
karena itu, dengan
8
membandingkan upaya
-
upaya yang telah ditempuh oleh pemerintah dengan
kondisi pelayanan publik yang dituntut dalam era desentralisasi,
tampaknya apa
yang telah dilakukan pemerintah masih belum banyak memberikan
kontribusi
bagi perbaikan
kualitas pelayanan publik itu sendiri, bahkan birokrasi pelayanan
publik masih belum mampu menyelenggarakan pelayanan yang adil
dan non
-
partisan
(
R
d
e
w
i
a
)
.
Tolok ukur pencapaian kinerja sangat penting untuk disertakan, agar
masing
-
masing unit organisasi pelaksana dari kewenangan/fungsi dalam
bidang
tertentu dapat mengukur dirinya
sendiri apakah sudah berhasil melaksanakan
tugasnya atau belum. Di sisi lain, dengan ukuran kinerja yang jelas,
publik atau
masyarakat juga bisa memantau ki
nerja unit organisasi tersebut
,k
arena
dengan
transparansi pengukuran juga menggambarkan akuntabilit
as unit
organisasi
tersebut pada publik.
Bentuk akuntabilitas dalam aspek pelayanan publik harus memuat
beberapa
hal seperti:
a.
Adanya rumusan standar kualitas yang jelas dan disosialisasikan
kepada
masyarakat
.
b.
Adanya sistem penanganan keluhan yang
responsiv
e
.
c.
Adanya ganti rugi yang diberikan kepada klien atau pengguna jasa
apabila
mereka tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah
daerah
.
d.
Adanya lembaga banding apabila terjadi konflik antara klien dengan
aparat
pelaksana pelayanan
publi
k.
9
M
enerapkan sistem akuntabilitas di dalam pelayanan publik,
maka sekali
lagi pemerintah daerah akan ditempatkan pada posisi yang setiap
saat dapat
dievaluasi kinerjanya, dikoreksi dan disempurnakan, dan
dipertanggungjawabkan
tidak saja ke dalam organisasi pe
merintah daerah
tetapi juga ke publik
(
K
u
s
h
a
n
d
a
j
a
n
i
2
0
0
9
)
.
Konsep kebijakan pelayanan publik di era otonomi
daerah
yang
berorientasi pelayanan, pada hakekatnya ditujukan untuk
meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat (pelanggan) dan
memberdayakan (
empowerment
)
staf penyelenggara pelayanan dan
masyarakat, karena itu, bobot orientasi
pelayanan publik,
seharusnya u
ntuk kepentingan dan kebutuhan masyarakat yang
kurang
mampu atau miskin, Apapun alasannya, tidak seharusnya pelayanan
mengutamakan hak
-
hak atau kepentingan kalangan yang
berkemampuan atau
pengusaha. Diperlukan keseimbangan pola pikir
dari para penyelenggar
a
pelayanan di dalam menyikapi kondisi nyata
di daerah
(
D
i
k
l
a
t
L
e
m
b
a
g
a
A
d
m
i
n
i
s
t
r
a
s
i
N
e
g
a
r
a
2
0
0
7
)
.
Berdasarkan hal
-
hal
tersebu
t
, maka adapun langkah
-
langkah strategis
meningkatkan kualitas pelayanan publik, antara lain :
a.
Membangun budaya melayani di kalangan birokrasi
(lihat semangat yang
terkandung di dalam UU Nomor 22
Tahun
1999 maupun UU Nomor 32
Tahun
2004
tent
ang Pemerintahan Daerah
)
.
b.
Membangun kesadaran bahwa fungsi utama pemerintah daerah
ialah
memberikan pelayanan pada masyarakat, bukan lagi
sebagai promotor
pembangunan s
eperti
pada era UU Nomor 5 Tahun 1974
.
10
c.
Memperkuat unit
-
unit organisasi yang berhadapan l
angsung dengan
masyarakat (dinas, kecamatan, kelurahan).
d.
Memperkuat dan meningkatkan kualitas orang
-
orang yang memberikan
pelayanan langsung kepada masyarakat
(front line officer).
e.
Mengembangkan unit
-
unit organisasi pelayanan agar dekat dengan
konsumen (k
onsep
“close to the customers
”).
f.
Mengembangkan sistem pelayanan
“one stop service”
dan atau
“one roof
service”
yang sesungguhnya.
g.
Mengadakan survey kep
uasan pelanggan secara periodic
(lihat
KepMenpan 25.M.Pan/2004 tentang Indeks Kepuasaan Masyarakat).
h.
Mengadakan lomba diantara unit
-
unit pemberian pelayanan yang sejenis
dengan penilai dari masyarakat yang dilayani.
i.
Mengembangkan pendekatan
“public choice”
sehingga kebutuhan dan
keinginan masyarakat yang beraneka ragam dapat terpenuhi dengan
tetap
mempert
imbangkan aspek keadilan.
j.
Mengembangkan sistem insentif yang menarik bagi unit
-
unit yang
berhasil memuaskan pelanggan.
(
W
a
s
i
s
t
i
o
n
o
2
0
1
0
)
2.
Pelayanan Publik Melalui Penerapan
Electronic Government
Teknologi merupakan bentuk perkembangan jaman. Seluruh manusia
di
muka bumi dip
aksa untuk membuka mata pada perubahan teknologi yang
sedemikian cepat dan mempengarhi segala aspek kehidupan. Tak
dipungkiri,
kemajuan teknologi mempercepat segalanya, termasuk pelayanan
publik. Sudah
bukan rahasia umum jika pelayanan publik di negeri ini
dapat dikatakan jauh
11
panggang dari api. Cepat hanya untuk pihak
-
pihak tertentu. Keberadaan teknologi
diharapkan menjadi jawaban untuk menyamaratakan kecepatan
pelayanan.
Pelayanan Negara terhadap warga negaranya merupakan amanat
yang
tercantum dalam
Undang
-
undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945 (
UUD
1945
)
dan diperjelas kembali dalam U
ndang
-
undang
No
mor
25
T
ahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(UU Pelayanan Publik)
. UU Pelayanan
Publik
mengatur prinsip
-
prinsip pemerintahan yang baik agar fungsi
-
fungsi
pemerintahan berjalan efektif. Pelayanan publik dil
akukan oleh instansi
pemerintahan atau koporasi untuk dapat memperkuat demokrasi dan
hak asasi
manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial,
mengurangi
kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak dalam
pemanfaatan
sumber daya alam,
memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan
administrasi publik
(
P
u
r
n
a
m
a
s
a
r
i
)
.
Di hampir semua negara maju di Amerika dan Eropa, pelayanan
publik
telah mengandalkan teknologi komunikasi dan informasi. Artinya,
semua proses
layanan publik dapat diakses oleh seluruh warga negara secara
terintegrasi dengan
cepat. Siste
m layanan tersebut dikenal dengan
sebutan
electronic government
system
(
e
-
government system
)
. Tujuan besar penerapan
e
-
government
system
yaitu
untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik, dimana
layanan pemerintahan bersifat transparan, akuntabel, dan bebas
korupsi.
E
-
government system
pada hakikatnya merupakan proses pemanfaatan teknologi
komunikasi dan informasi sebagai alat untuk mem
bantu jalannya sistem
pemerinta
han dan pelayanan publi
k
yang lebih efekti
f dan efisien
,d
alam
12
penyelenggaraannya,
e
-
government system
mengacu pada dua hal, yaitu
penggunaan teknologi informasi yang memanfaatkan jaringan internet
dan
terbangunnya sebuah sis
tem baru dalam
tata kelola pemerintaha
n,
n
amun
sayangnya, selama ini penafsiran penggunaan teknologi elektronik
hanya sebatas
alat manual dengan komputer sebagai sarana pelayanan di lembaga
penyedia
layanan publik
(
S
o
s
i
a
w
a
n
2
0
0
8
)
.
Ada permasalahan kompleks ya
ng dihadapi dalam penerapan penerapan
e
-
government system
untuk perbaikan tata kelola pemerintahan. Masalah utamanya
ialah
resistensi dan kebimbangan saat menyikapi adanya inovasi baru
untuk
mendobrak kebiasaan lama. Kumorotomo (2008) merangkum dalam
tiga
aspek
besar permasalahan dalam penerapan
e
-
government system
, yaitu :
a.
Aspek Budaya
.
Resistensi dan penolakan dari masyarakat dan jajaran aparat
pemerintah
terhadap
e
-
government system
.
Kurangnya kesadaran pada manfaat dan
penghargaan terhadap teknologi yan
g dipergunakan dalam
e
-
government
system
, serta k
eengganan berbagi data dan informasi, agar terintegrasi
secara nasional di seluruh lembaga penyedia layanan publik.
b.
Aspek Kepemimpinan
.
Terjadi konflik kepentingan di tingkat pemerintah pusat dan daerah.
Peraturan yang belum tersosialisasika
n dan penerapannya belum merata
,
serta p
engalokasian anggaran untuk pembangunan infrastruktur pelayanan
publik yang memanfaatkan
e
-
government system
dalam APBN
/
APBD
belum menjadi prioritas.
13
c.
Aspek Infrastruktur
.
Adanya
ketimpangan digital yang mengakibatkan belum meratanya
ketersediaan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi,
mengingat
secara geografis wilayah Indonesia tersebar di berbagai kepulauan.
Tenaga ahli di daerah terpencil pun masih sangat jarang, jik
a tidak mau
dikatakan tidak ada
, sertas
istem layanan publik di Indonesia tidak
memiliki standar yang baku.
(
I
r
w
a
n
t
o
&
S
a
p
u
t
r
o
2
0
1
0
)
F.
P
e
n
u
t
u
p
Berdasar
kan pembahasan yang telah diruaikan sebelumnya, maka adapun
kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu :
a.
P
enyelenggaraan pemerint
ahan di daerah tidak lepas dari
adanya peran
desentralisasi yang merupakan bentuk dari penyerahan segala
urusan,
baik pengaturan dalam art
i pembuatan peraturan
perundang

undangan,
maupun penyelenggaraan pemerintahan itu sendiri, dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah, untuk selanjutnya menjadi urusan
rumah tangga pemerintah daerah tersebut.
b.
Pemerintah daerah dapat mengembangkan manajemen pelayanan
publik
berbasis internet
/elektronik
(e
-
government)
yang mampu menciptakan
pelayanan prima.
Selanjutnya, pemerintah dapat menciptakan
e
-
government
sebagai solusi terhadap persoalan
-
persoalan pelay
anan
publik yang selam
a ini terjadi di
Indonesia.
14
D
A
F
T
A
R
P
U
S
T
A
K
A
Diakses dari
http://www.pks.or
.id/content/pelayanan
-
publik
-
di
-
era
-
otonomi
-
daerah
-
masih
-
belum
-
optimal
,
pada tanggal 27 Desember 2012.
Diakses dari
http://dispendukcapil.
banyuwangikab.go.id/
index.php?option=
com_
content
&view=article&id=46:e
-
government&catid=4:berita&Itemid=12
,
pada tanggal 24 Desember 2012.
Diklat Teknis,
Pelayanan Publik, Akuntabilitas, dan Pengelolaan Mutu
,
Modul 1,
Departemen Dalam Negeri, Lembaga Admin
istrasi Negara, 200
7
.
Edwin Arief Sosiawan,
Tantangan dan Hambatan Dalam Implementasi E
-
Government di Indonesia
, Seminar Nasional Informatika, ISSN : 1979
-
2328, UPN
Veteran
, Yogyakarta, 2008
.
Irwanto, Eko Saputro,
E
-
Government
, Seminar, Arsip Nasional Re
publik
Indonesia, 2010
.
Kus
handajani,
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Dan Peningkatan Pelayanan
Publik Di Era Otonomi Daerah
, Artikel, 2009
.
Madjid Abdullah,
Sistem Sentralisasi, Desentralisasi, dan Federalisme Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Negar
a, Bahan Ajar, Program
Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, Manado, 2010
.
M. Akil Mochtar,
Kewenangan Pusat dan D
aerah Dalam Pembangunan Daerah
Di Era Otonomi Daerah
, Seminar, Universitas Tanjun
gpura, Po
ntianak,
2010
.
Mulyono Yalia,
Menuju Peyanan Publik Yang Lebih Baik Dengan E
-
Government
,
Agenda
Observasi, Ban
dung, 2011
.
Moenir H.A.S,
Manajemen Pelayanan Umum Di
Indonesia
, Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta, 1998
.
Nurul Purnamasari, E
-
Government System Dalam Pelayanan Publik, Diakses dari
http://teknologi.kompasiana.com/internet/2012/07/30/e
-
gover
nment
-
system
-
dalam
-
pelayanan
-
publik
-
481875.html
,
pada tanggal 27 Desember
2012.
Putra Sianipar,
Membina Sikap Mental Wirausaha
, Penerbit Gunung Jati, Jakarta,
1998
.
15
Rdewia,
Dampak Otonomi Daerah Terhadap Pelayanan Publik
, Diakses dari
http://education
-
lili.blogspot.com/2012/03/dampak
-
otono
mi
-
daerah
-
terhadap.html
, pada tanggal 28 Desember 2012.
Sadu Wasistiono,
Paradigma Pelayanan Publik Pada Era Desentralisasi Di
Indonesia
, Presentasi, Ilmu Politik AIPI, 2010
.
Soerjono Soe
kanto dan Sri Mamudji,
Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat
, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Soerjono Soekanto,
Pengantar Penelitian Hukum Cet ke
-
3
, UI Press, Jakarta,
1986.
Wikipedia, Pelayanan Publik, Diakses dari
http:
// id. wikipedia. org/ wiki/
Pelayanan_publik
,
pada tanggal 28 Desember 2012.
Winarno Surakhmat,
Pengantar Penelitian Ilmiah
, Transito, Yogyakarta, 1982.
Yosa,
Pelayanan Publik, Good Governance dan Asas
-
asas Umum Pemerintahan
Yang Baik
, Diakses dari
http://itjen
-
depdagri.go.id/article
-
23
-
pelayanan
-
publik
-
good
-
governance
-
amp
-
aaupb
-
dalam
-
diskresi.html
,
pada tanggal 24
Desember 2012.

Anda mungkin juga menyukai