Editor:
Toto Hernawo, S.Pd.
KATA PENGANTAR
i
DIKLAT KUASA HUKUM
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 46
B. SARAN ................................................................................................................... 46
ii
DIKLAT KUASA HUKUM
iii
DIKLAT KUASA HUKUM
BAB I
PERBEDAAN KEPEMILIKAN TANAH
DAN HAK ATAS TANAH
1
DIKLAT KUASA HUKUM
hak atas tanah Hak Milik sampai saat ini juga masih berupa
Rancangan Undang-Undang di Dewan Perwakilan Rakyat RI.
Akibatnya banyak Kantor Pertanahan kesulitan untuk
menyatakan bahwa pemilikan tanah seseorang itu sebagai
tanah adat, di luar Jawa masyarakat yang membuka hutan dan
sudah turun temurun menguasai tanah jarang tanah tersebut
diakui oleh Pemerintah sebagai tanah adat.
9 Pasal 26 ayat (2) UUPA jo. Pasal 7 huruf c Undang – Undang Nomor 20 Tahun
2011
10 Pasal 41 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.
C. HAK PENGELOLAAN
Hak Pengelolaan (HPL) menurut A.P Parlindungan sudah
ada sebelum UUPA, bila dikaji dari Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 1953 maka HPL sebenarnya merupakan Hak
Penguasaan atas tanah negara yang memberikan kewajiban
pemegangnya mempergunakan tanah sesuai peruntukannya
dan pemegang hak dapat memberi ijin kepada pihak lain untuk
mempergunakan dan memanfaatkan tanah yang setiap waktu
dapat dicabut.
Istilah HPL pertama kali disebut dalam Peraturan Menteri
Agraria Nomor 9 Tahun 1965 yang mengatur tentang
pelaksanaan konversi hak penguasaan atas tanah negara dan
tanah-tanah pemerintah yang dikuasai oleh instansi Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah yaitu menjadi hak pakai bila
tanah tersebut digunakan sendiri instansi tersebut dan menjadi
hak pengelolaan bila selain dipergunakan sendiri oleh instansi
tersebut dapat diberikan dengan sesuatu hak tertentu kepada
pihak ketiga dengan persyaratan tertentu melalui perjanjian
Hak Pengelolaan yang semula dimaksudkan sebagai
fungsi/wewenang yang beaspek publik, dalam perjalanan waktu
12
Maria S.W. Sumardjono, Tanah dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan
Budaya, Penerbit Buku Kompas, Jakarta 2008, halaman 197
toko susun atau dikenal dengan Hak Milik Satuan Rumah Susun
(HMSRS), karena Kantor Pertanahan kurang mempertegas
informasi pada buku tanah dan sertipikatnya bahwa tanah
bersamanya Hak Guna Bangunan berada di atas tanah milik
Pemerintah DKI Jakarta dengan Hak Pengelolaan Nomor
123XX dst.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah
Susun meneguhkan kedudukan HPL sebagai hak atas tanah13.
Hal ini diatur pada Pasal 7 ayat (1) dan (2) yang menyebutkan
bahwa:
1. Rumah susun hanya dapat dibangun di atas tanah hak milik,
hak guna bangunan, hak pakai atas tanah Negara atau hak
pengelolaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Penyelenggara pembangunan yang membangun rumah
susun di atas tanah yang dikuasai dengan hak pengelolaan,
wajib menyelesaikan status hak guna banguna di atas hak
pengelolaan tersebut dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku sebelum menjual satuan rumah
susun yang bersangkutan.
HPL diakui oleh peraturan perundang-undangan sebagai
hak atas tanah, karena terdapat unsur keperdataan atau
kepemilikan apalagi dengan keluarnya Undang-Undang Nomor
1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Analogi Hak Pakai di atas Hak Milik untuk usaha
pertanian dapat dikembangkan Hak Pakai di atas Hak
f. tanahnya musnah;
g. ketentuan dalam pasal 30 ayat (2).
Pasal 40.
Hak guna-bangunan hapus karena:
a. jangka waktunya berakhir;
b. dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena
sesuatu syarat tidak dipenuhi;
c. dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka
waktunya berakhir;
d. dicabut untuk kepentingan umum;
e. diterlantarkan;
f. tanahnya musnah;
g. ketentuan dalam pasal 36 ayat (2).
Bidang tanah yang semakin lama semakin langka,
seharusnya benar-benar digunakan dan dimanfaatkan
seefisien mungkin untuk kesejahteraan masyarakat, namun
fakta di lapangan banyak ditemui tanah diterlantarkan tidak
dipelihara apalagi dimanfaatkan. Memelihara tanah
merupakan kewajiban pemilik tanah yang diatur dalam
Pasal 15 Undang-Undang Nomor Tahun 1960 sebagai
berikut:
Memelihara tanah, termasuk menambah
kesuburannya serta mencegah kerusakannya adalah
kewajiban tiap-tiap orang, badan hukum atau instansi yang
mempunyai hubungan hukum dengan tanah itu, dengan
memperhatikan pihak yang ekonomis lemah.
D. TANAH TIMBUL
Tanah timbul terbentuk karena peristiwa alam yang
terjadi secara perlahan dan bertahap ataupun secara cepat.
Tanah timbul dapat terbentuk di tepi sungai atau di pantai tepi
laut. Di tepi sungai tanah timbul terbentuk dari tanah hasil erosi
tepi sungai dan mengendap di tepi lainnya. Terjadinya tanah
longsor yang menutup bagian dari sungai akan membelokkan
arah sungai yang berakibat bidang tanah musnah di salah satu
sisi dan timbul bidang tanah baru di sisi lainnya, atau karena
erosi selama puluhan sampai ratusan tahun bentuk aliran
sungai yang meliuk-liuk seperti huruf S yang di sambung
sambung (meander) menjadi lurus sehingga terbentuk sungai
baru sedang bekas sungai lama menjadi tanah kering menjadi
daratan baru .
Tanah timbul di tepi laut atau pantai terbentuk karena
sungai membawa lumpur dari tanah hasil erosi dari hulu yang
dalam hal ini sering akibat ulah manusia yang melakukan
penebangan pohon-pohon secara membabi buta. Lumpur yang
17
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No, 40/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai
Pasal 26
Gubernur mengajukan usulan rencana reklamasi pantai
kepada Menteri Dalam Negeri berdasarkan permohonan
Bupati/Walikota dengan melampirkan:
a. Hasil studi kelayakan;
b. Kajian Lingkungan Strategis (KLS);
c. Rencana pemanfaatan;
d. Rekomendasi Gubernur dan DPRD Provinsi; dan
e. Persetujuan Bupati/Walikota dan DPRD Kabupaten/
Kota.
Pasal 27
a. Penyelenggaraan reklamasi pantai wajib
memperhatikan kepentingan lingkungan, pelabuhan,
kawasan pantai berhutan bakau, nelayan, dan fungsi-
fungsi lain yang ada dikawasan pantai serta
keberlangsungan ekosistem pantai sekitarnya.
b. Bahan material untuk reklamasi pantai, diambil dari
lokasi yang memenuhi persyaratan teknis dan
lingkungan.
Pasal 28
a. Bupati/Walikota bertanggungjawab dalam pelaksanaan
reklamasi pantai.
b. Gubernur bertanggungjawab dalam pelaksanaan
reklamasi pantai untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
c. Gubernur melaksanakan pembinaan, pengawasan dan
mengkoordinasikan penyelenggaraan reklamasi pantai
di wilayahnya.
Pasal 44
a. Hak Pakai atas tanah Hak Milik terjadi dengan
pemberian tanah oleh pemegang Hak Milik dengan akta
yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah;
b. Pemberian Hak Pakai atas tanah Hak Milik
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
didaftarkan dalam buku tanah pada Kantor Pertanahan;
c. Hak Pakai atas tanah Hak Milik mengikat pihak ketiga
sejak saat pendaf-tarannya sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2);
d. Ketentuan lain mengenai tata cara pemberian dan
pendaftaran Hak Pakai atas tanah Hak Milik diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Presiden.
Dari pasal-pasal tersebut diatur bahwa Hak Pakai
atau Hak Guna Bangunan di atas tanah Negara atau di atas
Hak Pengelolaan diberikan dengan Keputusan Kepala
Badan Pertanahan Nasional atau pejabat yang ditunjuk.
BAB II
PERMASALAHAN PENDAFTARAN TANAH
36
DIKLAT KUASA HUKUM
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Menghadapi penyelesaian perkara perdata, pidana dan
tata usaha negara diperlukan pemahaman yang cermat tentang:
1. Perbedaan antara kepemilikan tanah dan hak atas tanah;
2. Perbedaan hapusnya kepemilikan tanah dan hapusnya hak
atas tanah;
3. Perbedaan hapusnya kepemilikan tanah dan hapusnya
pendaftaran kepemilikan tanah;
4. Perbedaan hapusnya hak atas tanah dan hapusnya
pendaftaran hak atas tanah;
5. Perbedaan Pembatalan Buku Tanah, pembatalan
pencatatan pada Buku Tanah dan pembatalan sertipikat;
6. Informasi Buku Tanah yang selalu mutakhir sesuai fakta
hukum yang sebenarnya.
B. SARAN
Penyelenggararaan Diklat khusus tentang pemahaman
sebagaimana kesimpulan di atas.
46
DIKLAT KUASA HUKUM
DAFTAR PUSTAKA
47
DIKLAT KUASA HUKUM
BIODATA PENULIS
Nama : Dr. Ir. Tjahjo Arianto, SH., M.Hum
NIP/NIK : 19540823 1981 03 1 003
Nomor Induk Dosen Nasional : 1296000109249
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat dan Tanggal Lahir : -
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Golongan / Pangkat : Penata Tingkat I (IVb)
Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional
Alamat : Jl. Tata Bumi No.5 Sleman, Yogyakarta
Telp./Faks. : (0274) 587239 / (0274) 587381
Alamat Rumah : Jl. Kaliurang km. 5,5 Gang Kelapa
Gading No.101 Sleman, Yogyakarta
Telp./Faks. : (0274) 554328
Alamat E-mail : tjahjoarianto@gmail.com
Pendidikan : - Sarjana Teknik Geodesi Tahun 1981
- Sarjana Hukum 1994
- Magister Ilmu Hukum 2000
- Doktor Ilmu Hukum 2010
Pendidikan Profesional : - Peradilan Tata Usaha Negara Tahun
antara lain 1991
- Penyidik Pegawai Negeri Sipil Pusdik
Reskrim Polri Tahun 2007
49
DIKLAT KUASA HUKUM