Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kanker servik merupakan penyebab kematian nomor dua pada
perempuan di dunia. Insidens kanker dapat mencapai 26 juta orang, dimana 17
juta di antaranya akan meninggal terutama pada orang-orang di negara miskin
yang tidak mendapatkan dukungan keluarga dalam menjalani program
pengobatan kemoterapi (WHO, 2013).
Kanker servik merupakan kanker pembunuh perempuan Indonesia
nomor satu tertinggi tahun 2013. Setiap perempuan selama hidupnya berisiko
terkena virus yang menyebabkan kanker servik, terutama berisiko tinggi bagi
mereka yang merokok, melahirkan pervaginan, memakai alat kontrasepsi pil
dalam jangka waktu lama, serta mereka yang terinfeksi virus HIV/AIDS.
Layanan penderita kanker serviks pada masyarakat dengan tingkat pendidikan
yang rendah serta kondisi sosial-ekonomi masih rendah bertolak belakang
dengan keadaan layanan di negara maju seperti Jepang, Eropa Barat, dan
Australia yang telah memiliki sistem kesehatan yang baik dengan dukungan
negara untuk menopang skrining masal terhadap perempuan yang telah
melakukan hubungan seksual (Bustan, 2007).
Kanker servik merupakan kanker pembunuh perempuan Indonesia
nomor satu tertinggi tahun 2013. Jumlah penduduk indonesia yang menderita
kanker ada 347.792 orang. Penyakit kanker servik merupakan penyakit dengan
prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu setiap tahunnya ada sekitar 15 ribu kasus
baru kanker servik di Indonesia.Provinsi Jawa Tengah menjadi provinsi dengan
penderita kanker servik terbanyak di Indonesia yaitu sejumlah 68,638 orang.
Penyakit kanker tidak terbatas lanjut usia atau dewasa saja, namun menyerang
semua umur (Riskesdes, 2013).
Pada dasarnya, pengobatan terhadap kanker adalah sama, yaitu melalui
cara-cara seperti, pembedahan (operasi), penyinaran (radioterapi), pemakaian
obat –obatan pembunuh sel kanker (sitostatika / kemoterapi), peningkatan daya

1
tahan tubuh (imunoterapi), dan pengobatan dengan hormon. Penggunaan
kemoterapi kombinasi telah menunjukan keberhasilan yang substansial,
terutama kombinasi obat-obat yang mempunyai mekanisme kerja yang
berbeda. Beberapa kanker dapat disembuhkan dengan kemoterapi saja. Hal ini
membuktikan adanya toksisitas yang selektif darikemoterapi (Sarwono, 2006).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kanker serviks?
2. Apa saja etiologi dari kanker serviks?
3. Apa saja faktor-faktor resiko dari kanker serviks?
4. Bagaimana tingkat keganasan dari kanker serviks?
5. Bagaimana patofisiologi dari kanker serviks?
6. Apa saja tanda dan gejala dari kanker serviks?
7. Apa saja komplikasi dari kanker serviks?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari kanker serviks?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kanker serviks?
10. Bagaimana pencegahan dari kanker serviks?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan kanker serviks?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari kanker serviks.
2. Untuk mengidentifikasi etiologi dari kanker serviks.
3. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko dari kanker serviks.
4. Untuk mengetahui dan memahami tingkat keganasan dari kanker serviks.
5. Untuk mengidentifikasi patofisiologi dari kanker serviks.
6. Untuk mengidentifikasi tanda dan gejala dari kanker serviks.
7. Untuk mengidentifikasi komplikasi dari kanker serviks.
8. Untuk mengidentifikasi penatalaksanaan dari kanker serviks.
9. Untuk mengidentifikasi pemeriksaan penunjang dari kanker serviks.
10. Untuk mengidentifikasi pencegahan dari kanker serviks.

2
11. Untuk mengidentifkasi asuhan keperawatan pasien dengan kanker serviks.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kanker Serviks


Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah proses keganasan yang
terjadi di mulut rahim. Merupakan kanker terbanyak pada wanita terutama di
Negara miskin termasuk Indonesia. Setiap hari dapat dijumpai 40-45 kasus
dengan jumlah kematian 20-25 orang perhari. Hal itu sama artinya dengan 1 orang
meningggal setiap jam disebabkan oleh kanker serviks.(Mochtar, 2011).
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas
antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis
serviksalis yang disebut squamo-columnar junction (SCJ). (Wiknjosastro, Hanifa.
2005). Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian
squamosa columnar junction (SCJ) serviks (Price, Sylvia. 2002).
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher
rahim, sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi
sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya
perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat
terjadi berulang-ulang. Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan
dari sel leher rahim normal menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri

3
tanpa terkendali. Sel leher rahim yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi
tumor. Tumor yang terjadi dapat bersifat jinak ataupun ganas yang akan mengarah
ke kanker dan dapat menyebar (Darmawati, 2015).

B. Etiologi Kanker Serviks


Penyebab Kanker serviks tidak diketahui secara pasti. Menurut (Darmawati,
2015) beberapa faktor predisposisi kanker serviks antara lain yaitu:
1. HPV (Human Papilloma Virus) adalah virus penyebab kutil genetalia
(kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian
yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56. Sekitar 90-99%
jenis kanker serviks disebabkan oleh HPV. Virus ini bisa ditransfer melalui
hubungan seksual dan bisa hadir dalam berbagai variasi.
2. Tembakau dalam rokok bisa menurunkan system kekebalan tubuh dan
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada leher
rahim.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini. Semakin muda seorang
perempuan melakukan hubungan seks, maka semakin besar risiko untuk
terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang
melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai risiko
3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun,
selain itu sperma yang mengandung komplemen histone dapat bereaksi
dengan DNA sel leher rahim. Sperma yang bersifat alkalis dapat
menimbulkan hiperplasia dan neoplasia sel leher rahim.
4. Perilaku seksual berganti pasangan seks akan meningkatkan penularan
penyakit kelamin. Risiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada
wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih.
5. Pemakaian pil KB. Penggunaan kontrasepsi oral dilaporkan meningkatkan
insiden NIS (Neoplasia Intraepitelial Kanker serviks) meskipun tidak
langsung. Diduga mempercepat perkembangan progresivitas lesi.
Pemakaian pil KB lebih dari 6 tahun meningkatkan risiko terjadinya Kanker
serviks. Penjelasan yang rasional atas fenomena ini adalah karena

4
kontrasepsi oral menginduksi eversi epitel kolumnar sehingga meningkatkan
atipia pada wanita, menurunkan kadar asam folat darah sehingga terjadi
perubahan megaloblastik sel epitel leher rahim dan dapat meningkatkan efek
ekspresi onkoprotein virus.
6. Suami yang tidak disirkumsisi. Telah diketahui bahwa frekuensi kanker
serviks pada wanita Yahudi jauh lebih rendah dibandingkan dengan wanita
kulit putih lainnya. Mereka menyangka bahwa persetubuhan dengan laki-
laki yang tidak disirkumsisi lebih banyak menyebabkan Kanker serviks
karena hygiene penis tidak terawat, di mana terdapat kumpulan-kumpulan
smegma.

C. Faktor Resiko Kanker Serviks


Meskipun penyebabnya sulit untuk dideteksi, terdapat beberapa faktor risiko
yang berperan penting pada kejadian kanker serviks antara lain :
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang
perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk
terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang
melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai
resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20
tahun.
2. Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa gonta - ganti pasangan seks akan
meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan, salah
satunya adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV) telah terbukti dapat
meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena
kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner
seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe 2
dapat menjadi faktor pendamping.
3. Faktor genetik

5
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang
menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dapat diturunkan
melalui kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.
4. Kebiasaan merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker
serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian
menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin yang
dapat menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen
infeksi virus. Selain itu, rokok mengandung zat benza @ piren yang dapat
memicu terbentuknya radikal bebas dalam tubuh yang dapat menjadi
mediator terbentuknya displasia sel epitel pada serviks.
5. Defisiensi zat gizi (vitamin A dan C)
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi
vitamin C dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang,
serta mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada
wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).
6. Multiparitas
Trauma mekanis yang terjadi pada waktu paritas dapat
mempengaruhi timbulnya infeksi, perubahan struktur sel, dan iritasi
menahun
7. Gangguan sistem kekebalan
Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok, dan
penyakit yang sifatnya immunosupresan, contohnya : HIV / AIDS
8. Status sosial ekonomi lemah
Umumnya, golongan wanita dengan latar belakang ekonomi lemah
tidak mempunyai biaya untuk melakukan pemeriksaan sitologi Pap Smear
secara rutin, sehingga upaya deteksi dini tidak dapat dilakukan.
(Wiknjosastro, Hanifa,2005)

6
D. Tingkat Keganasan Kanker Serviks

Menurut Tanto (2015), Klasifikasi stadium TNM (Tumor Node Metastases)


dan FIGO (The Internasional Federation of Gynecology and obstetrics)
sebagai berikut.

Klasifika Klasifika Keterangan


si si
TNM FIGO
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ditemukan adanya tumor primer
Tisb Carsinoma in situ (karsinoma prainvasif)
T1 I Karsinoma serviks yang terbatas pada uterus
(ekstensi samapai ke korpus tidak dihiraukan)
T1ac IA Karsinoma yang yang didiagnosis hanya secara
mikroskopik. Invasi stroma dengan kedalaman
maksimal 5.0 mm yang diukur dari dasar epitel dan
penyebaran secara horiziontal sebesar ≤ 7.0
mm.
Keterlibatan ruang vaskular, vena atau limpatik
tidak
mempengaruhi klasifikasi.
T1a1 IA1 Invasi stroma dengan kedalaman ≤ 3.0 mm
dan
penyebaran horiziontal ≤ 7.0 mm.
T1a2 IA2 Invasi stroma dengan kedalam > 3.0 mm tetapi ≤
5.0
mm dengan penyebaran ≤ 7.0 mm.
T1b IB Lesi tampak secara klinis terbatas pada serviks atau
lesi mikroskopik > T1a/IA2.
T1b1 IB1 Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi
terbesar.

7
T1b2 IB2 Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada
dimensi
terbesar.
T2 II Karsinoma serviks dengan invasi yang melewati
uterus tetapi tidak mencapai dinding pelvis atau
sepertiga bawah.
T2a IIA Tumor tanpa invasi parametrium
T2a1 IIA Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2a2 IIA2 Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada
dimensi
terbesar.
T2b IIB Tumor dengan invasi parametrium
T3 III Tumor meluas hingga dinding pelvis dan atau
melibatkan sepertiga bawah vagina dan atau
menyebabkan hidronefrosis atau ginjal yang
tidak
berfungsi.
T3a IIIA Tumor meluas hingga sepertiga bawah vagina tanpa
perluasan ke dinding pelvis.
T3b IIIB Tumor meluas hingga ke dinding pelvis dan
atau
menyebutkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi.
T4 IV Karsinoma telah meluas melewati pelvis atau telah
mencapai mukosa kandung kemih atau rektum
(terbukti melalui biopsi).
T4a IVA Penyebaran mencapai organ sekitar
T4b IVB Penyebaran mencapai organ yang jauh

E. Patofisiologi Kanker Serviks


Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel
skuamosa dan epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan
skuamokolumnar atau zona transformasi). Pada zona transformasi serviks
memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang akhirnya berakhir
sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ
(HSIL) mendahului karsinoma invasif. Karsinoma seviks invasif terjadi bila
tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker
servikal menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan para servikal.
Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan

8
terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif
dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale dan
rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah
mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik.
Karsinoma servikal invasif tidak memilki gejala, namun karsinoma invasif
dini dapat menyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun
perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul
pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada
saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca
coitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor,
gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau
nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih
yang sering dan mendesak, hematuri atau perdarahan rektum (Price &
Wilson, 2012).
Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa
efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran
pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan,
penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek
samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu
menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah
keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan
berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau
kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan
muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker serviks
ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bias
dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman
status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati
dan selalu dihubungkan dengan kematian (Aspiani, 2017).

9
F. Tanda dan Gejala Kanker Serviks
Kanker serviks pada stadium awal tidak menimbulkan gejala. Gejala akan
muncul saat sel kanker serviks sudah menginvasi jaringan di sekitarnya.
Berikut beberapa gejala yang mungkin muncul (Tim Cancer Helps, 2010):
1. Perdarahan vagina yang bersifat abnormal
2. Perdarahan setelah bersenggama
3. Perdarahan setelah menopause
4. Perdarahan dan bercak darah antara periode menstruasi
5. Periode menstruasi yang lebih lama atau lebih berat dari biasanya
6. Perdarahan setelah douching atau setelah pemeriksaan panggul merupakan
gejala umum kanker serviks, tetapi bukan prekanker.
7. Keputihan yang tidak normal. Ciri-cirinya yaitu keputihan dengan lender
kental, bewarna kuning atau kecoklatan. Berbau busuk dan gatal.
9. Rasa sakit saat bersenggama

G. Komplikasi Kanker Serviks


Komplikasi yang mungkin terjadi selama tindakan operasi bedah
kanker serviks (Cervical Center , 2017):
1. Kerusakan pembuluh darah utama akibat tindakan operasi yang
menyebabkan perdarahan masif. Kondisi ini bisa mengancam keselamatan
jiwa pasien.
2. Kerusakan pada kandung kemih, rektum, ureter (saluran dari ginjal ke
kandung kemih), dan saraf. Pasien mungkin harus menjalani tindakan
operasi lagi bila diperlukan.

Potensi efek samping yang merugikan pasca operasi(Cervical Center , 2017):


1. Sulit untuk buang air kecil.
2. Edema (retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan pada daerah yang
terkena dampaknya) pada tungkai bagian bawah, mati rasa ringan di bagian
paha.

10
3. Getah bening terakumulasi di dalam rongga panggul sehingga menyebabkan
limfosel (massa kistik berukuran besar yang berisi cairan limfatik) dan
infeksi.
4. Perdarahan atau hematosel (pengumpulan darah) di vagina, infeksi luka.
5. Tidak bisa hamil.

H. Penatalaksanaan Kanker Serviks


1. Penatalaksanaan medis yang dapat di lakukan adalah (Novelia, 2017) :
a. Pembedahan atau operasi
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks
stadium I dan II.
1) Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getahbening
di panggul.Pilihan ini dilakukan untuk perempuandengan tumor kecil
yang ingin mencoba untuk hamil dikemudian hari.
2) Histerektomi total :Mengangakat leher rahim dan rahim.
3) Histerektomi radikal :Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di
sekitar leher rahim, rahim, dan bagian dari vagina.
4) Saluran telur dan ovarium :Mengangkat kedua saluran tuba dan
ovarium. Pembedahan inidisebut salpingo-ooforektomi.
5) Kelenjar getah bening :Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor
untuk melihat apakah mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah
histerektomy total dan radikal mencapai kelenjar getah bening,itu
berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian laindari tubuh.
b. Radioterapi
Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk
menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang masih di daerahtersebut.
Perempuan dengan kanker yang menyerang bagianbagianselain kenker
serviks mungkin perlu diterapi radiasi dan kemoterapi.Terapi radiasi
menggunakan sinar berenergi tinggiuntuk membunuh sel-sel

11
kanker.Terapi ini mempengaruhi sel-seldi daerah yang diobati. Ada dua
jenis terapi ini :
1) Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggulatau
jaringan lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatanbiasanya di
berikan di rumah sakit.Penderita mungkinmenerima radiasi eksternal 5
hari seminggu selama beberapaminggu.Setiap pengobatan hanya
memakan waktu beberapamenit.
2) Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina.Suatuzat
radioaktif di masukkan ke dalam tabung tersebut.Penderitamungkin
harus tinggal di rumah sakit sementara sumberradioaktif masih berada
di tempatnya (sampai 3 hari).

Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi


diberikan dan tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perutdan
panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah
eliminasi. Penderita mungkin kehilangan rambut di daerah genital.
Selain itu, kulit penderita di daerah yang dirawat menjadi merah,
kering, dan tender.
c. Kemoterapi
Diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker
yang akan di operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa
sel kanker, kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang
juga tidak. Kemoterapi ini biasanya diberikan dalam tablet/pil, suntikan,
atau infus. Jadwal pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu atau
bahkan sekali sebulan.Efek samping yang terjadi terutama tergantung
pada jenis obat-obatan yang diberikan dan seberapa banyak.kemoterapi
membunuh sel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga dapat
membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu:

12
1) Sel darah : Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang
sehat, penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau
berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah.
2) Sel-sel pada akar rambut :Kemoterapi dapat menyebabkan rambut
rontok. Rambut penderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi
kemungkinan mengalami perubahan warna dan tekstur.
3) Sel yang melapisi saluran pencernaan :Kemoterapi menurunkan nafsu
makan, mual-mual dan muntah,diare, atau infeksi pada mulut dan
bibir.
Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di
tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri
sendi, atau kaki bengkak.
2. Penatalaksanaan Keperawatan (Novelia, 2017)
a. Pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan
pasien dan mengurangi kecemasan sertaketakutan pasien.
b. Perawat mendukung kemampuan pasien dalam perawatan diri untuk
meningkatkan kesetahan dan mencegah komlipaksi.
c. Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana pasien dan pasangannya
memandang kemampuan reproduksi wanita danmemaknai setiap hal
yang berhubungan dengan kemampuan reproduksinya. Bagi sebagian
wanita, masalah harga diri dan citra tubuh yang berat dapat muncul saat
mereka tidak dapat lagi mempunyai anak. Pasangan mereka sering sekali
menunjukkan sikap yang sama, yang merendahkan wanita yang tidak
dapat memberikan keturunan.
Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita
merasahidupnya lebih terancam dan perasan ini jauh lebih penting
dibandingkan kehilangan kemampuan reproduksi. Intervensi keperawatan
kemudian difokuskan untuk membantu pasien mengekspresikan rasa takut,
membuat parameter harapan yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan
spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya keluarga dan komunitas, dan
menemukan kekuatan diri untuk menghadapi masalah.

13
Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan
stadium kanker serviks :

STADIUM PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut
0 Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi
Ib,Iia kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan
radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa, Ivb Radiasi paliatif
Kemoterapi
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1).

I. Pemeriksaan Penunjang Kanker Serviks


Menurut (Novelia, 2017) pemeriksaan diagnostic untuk menentukan kanker
serviks sebagai berikut :
1. Schillentest :Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena
tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak
berwarna.
2. Koloskopi :Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks
denganlampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah
untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak
terlihat.

14
3. Kolpomikroskopi : Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan
pembesaran sampai 200 kali
4. Biopsi : Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
5. Konisasi :Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir
serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil
sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang
jelas.
6. Pemeriksaan lainnya.
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED,golongan
darah, masa peredaran dan masa pembekuan)
b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap
obat

J. Pencegahan Kanker Serviks


Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Kata yang tepat untuk anda
melakukan pencegahan dini terhadap resiko terserang kanker serviks. Jenis
penyakit yang menjadi momok yang menakutkan untuk setiap perempuan.
Tidak ada yang menyadari gejalanya, bahkan survey menunjukan perempuan
yang terinfeki virus papiloma manusia (penyebab kanker serviks) baru
memeriksakan diri setelah berada pada stadium 3 yang membuat penderita
mengalami kerusakan organ-organ di dalam tubuhnya. Tidak menutup
kemungkinan pola kehidupan anda beresiko mengalami kanker serviks.
Lakukan pencegahan kanker serviks dengan cara dibawah ini :
1. Pemberian vaksin kanker serviks
Keganasan kanker serviks dapat menyerang wanita tanpa melihat
kelompok umur. Vaksin dapat diberikan pada kelompok umur 11-26.
Vaksin diberikan pada bulan 0,1 dan bulan ke 6. Adapula untuk anda yang
memiliki riwayat terinfesi virus papiloma manusia dapat diberikan vaksinasi
dengan efektifias yang kurang. Vaksinasi dapat dilakukan di dokter

15
kandungan. Vaksinasi hanya dilakukan untuk pencegahan bukan untuk
pengobatan.
2. Deteksi dengan Pap Smear
Pap smear merupakan metode skrining untuk dapat mendeteksi
kanker serviks. Test ini telah terbukti dapat mendeteksi dini terjadinya
infeksi virus penyebab kanker serviks, sehingga mampu menurunkan resiko
terkena kanker serviks dan memperbaiki prognosis. Adapun anjuran untuk
anda yang ingin mencegah sejak dini dapat melakukan pap smear setahun
sekali untuk wanita yang telah menginjak usia 35 tahun, wanita yang
pernah menderita infeksi HPV, wanita pengguna pil kontrasepsi. Lakukan
sesering mungkin jika hasil pap smear anda menunjukan tidak normal atau
setelah pengobatan prekanker . Untuk anda yang akan melakukan pap smear
perhatikan ketentuannya agar hasil akurat :
a. Melakukan pap smear pada dua minggu setelah hari pertama haid.
b. Sebelum pemeriksaan sebaiknya tidak menggunakan obat atau bahan
herbal pencuci alat kewanitaan.
c. Penderita paska persalinan dianjurkan datang 6-8 minggu untuk
melakukan pap smear.
d. Selama 24 jam sebelum pemeriksaan tidak dianjurkan untuk
berhubungan seksual.
3. Deteksi dengan metode IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat).
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes
sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non
dokter ginekologi, bidan praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya
sangat sederhana, permukaan serviks/leher rahim diolesi dengan asam
asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks yang
tidak normal. Dilakukan di daerah tanpa fasilitas pap smear. Tujuannya
untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui
kelainan yang terjadi pada leher rahim.

16
Tes IVA :
a. Pasien dalam posisi litotomi
b. Speculum dipasang
c. Serviks ditampakan dan di bersihkan dari lender
d. Serviks dibasahi permukaan dengan asam asestat 5%, selanjutnya diamati
dengan penerangan lampu 100 watt.

Hasil IVA : negative bila gambaran putih (-) dan postif bila gambaran putih
(+)

K. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kanker Serviks


1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesis
1) Data Dasar : pengumpulan data pada pasien dan keluarga di lakukan
dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan
penunjang (hasil laboratorium)
2) Identitas pasien : Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur,
jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku
bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
3) Identitas penanggung jawab : meliputi nama, umur, pekerjaan, dan
hubungan dengan pasien

17
4) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama : Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan
keluhan seperti pendarahan intra servikal dan disertai keputihan
yang menyerupai air dan berbau. Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang
berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.
b) Riwayat kesehatan sekarang : biasanya pasien pada stadium awal
tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium
akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang
berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan seksual,
rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker
serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah
yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
c) Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya pada pasien kanker serviks
memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit
keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015). Pada pasien
kanker servik post kemoterapi biasanya ada riwayat penyakit
keputihan dan riwayat penyakit HIV/AIDS.
d) Riwayat kesehatan keluarga :Biasanya riwayat keluarga adalah
salah satu faktor yang paling mempengaruhi karena kanker bisa
dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluraga yang memiliki
riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko tinggi terkena
kanker dari pada keluraga yang tidak ada riwayat didalam
keluarganya.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obsttetri pada pasien dengan kanker serviks
yang perlu di ketahui adalah :
a) Keluhan Haid : Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir,
sebab kanker serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya
menarche dan mengalami atropi pada masa menopose. Siklus

18
menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara
siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker serviks.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan : Jumlah kehamilan dan anak
yang hidup karna kanker serviks terbanyak pada wanita yang sering
partus, semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko
mendapatkan karsinoma serviks.
6) Riwayat Psikososial : Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap
penyakitnya serta harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani,
hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien dari sumber
keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan
identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih
serta keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan
orang lain. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
mengalami keluhan cemas dan ketakutan.
7) Riwayat Kebiasaan Sehari-hari : Biasanya meliputi pemenuhan
kebutuhan nutrisi, elimenasi, aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur. Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami keluhan tidak nafsu makan, kelehan,
gangguan pola tidur.
8) Pemeriksaan fisik, meliputi :
a) Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi
sadar,lemah dan tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg).
b) Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok, mudah tercabut.
c) Mata : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami konjungtiva anemis dan skelera ikterik.
d) Leher : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak
ada kelainan
e) Thoraks:
(1)Dada : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan

19
(2)Jantung : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
f) Abdomen : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
g) Genetalia : Biasanya pada pasien kanker serviks mengalamisekret
berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi. Pada
pasien kanker serviks postkemoterapi biasanya mengalami
perdarahan pervaginam.
h) Ekstermitas : Biasanya pada pasien kanker serviks yang
stadiumlanjut mengalami edema dan nyeri.
9) Pemeriksaan Penunjang
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
anemia karna penurunan Haemoglobin. Nilai normalnya Haemoglobin
wanita (12-16 gr/dl).

2. Diagnosis Keperawatan
Menurut NANDA (2015-2017), kemungkinan masalah yang muncul adalah
sebagai berikut :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan sel
syaraf)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
c. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
e. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi
f. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh
g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan
h. Resiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren
(trombositopenia)
i. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
j. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme tubuh

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher
rahim, sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi
sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya
perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat
terjadi berulang-ulang. Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan
dari sel leher rahim normal menjadi sel abnormal yang kemudian membelah
diri tanpa terkendali. Sel leher rahim yang abnormal ini dapat berkumpul
menjadi tumor. Tumor yang terjadi dapat bersifat jinak ataupun ganas yang
akan mengarah ke kanker dan dapat menyebar (Darmawati, 2015).
Faktor resiko kanker serviks antara lain :
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
2. Berganti-ganti pasangan seksual
3. Faktor genetik
4. Kebiasaan merokok
5. Defisiensi zat gizi (vitamin A dan C)
6. Multiparitas
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Status sosial ekonomi lemah

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa/mahasiswi dalam melakukan asuhan keperawatan dengan pasien
kanker seerviks. Sehingga memberikan nilai yang positif sebagai perawat yang
professional dan berkualitas.

21
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3.
Jakarta : EGC

Cervical Center . (2017). Kanker Serviks.

Darmawati. 2015. Cervical Cancer in Productive Women. Idea Nursing Journal


Vol 1 No 1 , 9-10.

Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :


EGC

Guyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC

Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC

Price & Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit.
Jakarta : EGC

Novelia, D. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kanker Serviks Post
Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP
Dr. M. Djamil Padang. KARYA TULIS ILMIAH .
Rustam, Mochtar. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Tim Cancer Helps. 2010. Stop Kanker. Jakarta Selatan : PT. AgroMedika Pusaka.

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku saku diagnosis keperawatan edisi 9. Jakarta :


EGC

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan vol1. Jakarta : EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai