Anda di halaman 1dari 23

STATUS MEDIS

HOLISTIK KOMPREHENSIF
“VERTIGO”

Oleh :
Didi Yudha Trisandya
(201720401011161)

Pembimbing:
dr. Rubayat Indradi, MOH
dr. M. Faiq Sulaifi

RS Muhammadiyah Babat
SMF Ilmu Kedokteran Islam Keluarga dan Industri
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
2019

1
I. IDENTITAS
A. PENDERITA
1. Nama (Inisial) : Tn. R
2. Umur/ BB : 24 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Status Perkawinan : Belum menikah
7. Jumlah Anak :-
8. Pendidikan terakhir : SMA
9. Alamat lengkap : Kalongan Banaran RT 01 RW 08 Babat

B. PASANGAN
1. Nama (Inisial) : Ny. R
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :-
4. Agama :-
5. Pekerjaan :-
6. Status Perkawinan : -
7. Jumlah Anak :-
8. Pendidikan terakhir : -
9. Alamat lengkap :-

2
II. GENOGRAM

Tn. J Ny. L Tn. R (67)


Ny. S
(70) (63)
(69)

Tn. T Ny.K Ny.S (45)


SMP, IRT Tn. T Tn. L
(52) (48), Ny. L
(47), SMP, (45), SMK,
Pedagang (40),
Wiraswasta Pengusaha dealer SMA, IRT
Keterangan :

: Laki-laki

: Pasien Nn A (22), Sdri. S An. M


SMA, (17), (13), SMP
Pegawai SMA
salon
: Perempuan : Serumah

: Meninggal

3
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan Utama : Pusing berputar
Anamnesis :
Pasien datang ke IGD RS Muhammadiyah Babat dengan keluhan pusing berputar
sejak 2 hari yang lalu. Keluhan pusing berputar hilang timbul dan muncul tiba-tiba,
terutama saat pasien bangun dari posisi tidur maupun duduk. Keluhan berkurang saat
posisi berbaring dan memejamkan mata. Pasien berjalan dengan sempoyongan, merasa
bahwa seisi ruangan berputar. Pasien juga mengeluh mual dan muntah sebanyak  5x isi
makanan. Pasien tidak mengeluh adanya rasa berdengung di kedua telinga. Nafsu makan
pasien menurun. Pasien mengaku akhir-akhir ini sedang banyak pikiran.
Pasien merasa lemas akibat tidak nafsu makan karena mual dan saat makan sesendok
langsung muntah. BAK lancar, tidak panas sat BAK, tidak nyeri saat BAK, dan terakhir
BAK kurang lebih 5 jam yang lalu, pada saat mengalami BAK jumlahnya lebih sedikit
dari biasanya dan berwarna lebih pekat.

Pemeriksaan Fisik:
 Keadaan Umum : Tampak lemah
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V5 M6
 Vital sign :
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit, reguler
RR : 20 x/menit
Temp : 36,8 C
BB : 58 kg
TB : 169 cm
IMT : 18,9 (Ideal)

 Status Generalisata :
o Kepala/leher : A(-)/I(-)/C(-)/D(-), Pembesaran KGB (-), mukosa bibir
tampak kering
o Thorax : Normochest, pergerakan dinding dada simetris

4
COR
 I : Tidak tampak pulsasi, iktus kordis (-)
 P : Iktus kuat angkat (-), thrill (-)
 P : Batas jantung normal
 A : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
PULMO
 I : Tidak ada retraksi, spider nevi (-)
 P : Deviasi trachea (-), ekspansi dinding dada simetris, stem
fremitus simetris
 P : Sonor/sonor
 A : Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
o Abdomen
 I : Flat, tidak ada penonjolan
 A : Bising usus (+) meningkat
 P : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar, lien, renal, tidak teraba
 P : Timpani, meteorismus (-), shifting dullness (-)
o Genitalia
Dalam Batas Normal
o Ekstremitas
 Akral hangat, kering, merah pada keempat ekstremitas
 CRT < 2 detik
 Turgor 1 detik
o Status Neurologis
Tes Nistagmus (+)

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


• Sebelumnya pasien pernah mengalami seperti ini kurang lebih 1 tahun yang lalu
namun tidak separah ini
• Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan

V. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


• Ayah pasien juga pernah mengalami keluhan seperti ini
• Keluarga tidak ada yang mengalami DM, HT, Asma, dan Penyakit Jantung
• Anggot keluarga tidak ada yang memiliki riwayat alergi obat dan makanan
5
VI. RIWAYAT SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA
1. Aktivitas: Pasien sehari-hari bangun pukul 05.00 mempersiapkan sarapan adik-
adiknya dan membersihkan rumah. Berangkat bekerja sekitar pukul 8.00 hingga
16.00. Setelah itu istirahat sebentar, kemudian membantu menyiapkan makan malam.
Kegiatan pasien selain itu menonton televisi di rumah dengan keluarga dan sesekali
bercengkerama dengan tetangga. Pasien sering tidur larut malam karena menelpon
pacarnya yang tinggal di luar kota.
 Jam 04.30 bangun tidur, mandi, ibadah sholat subuh, membangunkan anak untuk
sholat subuh
 Jam 05.15 belanja ke pasar
 Jam 06.00 menyiapkan baju suami dan anak, memasak masakan
 Jam 06.30 sarapan bersama suami dan anak
 Jam 06.15 melakukan kegiatan rumah tangga yaitu membersihkan rumah, mencuci
piring, terkadang mencuci dan menjemur pakaian, terkadang membersihkan kamar
mandi. Bila semua pekerjaan rumah selesai, melanjutkan kegiatan dengan
menonton acara televisi, bercengkrama dengan tetangga, dan terkadang sholat
dhuha
 Jam 11.30 sholat dhuhur, masak untuk makan siang
 Jam 12.30 menonton acara televisi dan terkadang mengambil jemuram serta
menyetrika pakaian
 Jam 13.00 istirahat
 Jam 15.00 sholat ashar
 Jam 15.15 menyapu rumah dan halaman, menonton tv
 Jam 17.30 sholat magrib
 Jam 17.45 memasak untuk makan malam
 Jam 18.00 makan malam
 Jam 18.30 sholat isya
 Jam 18.45 menonton tv dan bercengkrama dengan keluarga di ruang tengah
 Jam 21.00 istirahat malam

2. Kondisi lingkungan : Rumah di kawasan pedesaan yang dekat dengan jalan raya
besar. Rumah orang tua, berdinding tembok, lantai berkeramik, ventilasi cukup.
Sumber penerangan listrik, pencahayaan cukup, MCK 1 buah, milik pribadi. Septic
tank ditanam dibawah banguanan rumah jarak 5 meter dari sumur bor yang juga
ditanam dibawah bangunan.

FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN


KOMPONEN
NO KETERANGAN
LINGKUNGAN
- Tanah dan bangunan milik sendiri
1 Fisik - Luas bangunan 20x10 Meter, 1 lantai
- Jenis dinding : tembok

6
- Jenis lantai : kramik
- Sumber penerangan : listrik dan cahaya matahari
- Ventilasi : cukup , intensitas cahaya yang masuk ke rumah cukup
- Atap terbuat dari genteng tanpa langit-langit
- MCK 1 di dalam rumah
2 Biologi Pasien tidak memelihara hewan maupun merawat tanaman
- Sumber air minum : Menggunakan air sumur yang direbus.
3 Kimia
- Sampah biasanya dibuang ditempat pembuangan sampah depan rumah
- Pasien berinteraksi dengan suami tiap kali suami di rumah
4 Sosial
- Pasien berinteraksi dengan tetangga di sekitar rumah
Hubungan dengan sanak saudara serta tetangga baik dan saling mengenal sa
5 Budaya
berkunjung satu sama lain
6 Psikologi Pasien merupakan pribadi yang terbuka dan mudah bergaul

7 Ekonomi Penghasilan suami dalam sebulan ± Rp 2.500.000

8 Ergonomi Pasien melakukan pekerjaan rumah sendiri dengan peralatan sederhana

3. Jenis dan aktivitas pekerjaan : Senin hingga sabtu pasien bekerja di salon milik
temannya dengan mengendarai motor. Pasien lebih sering berdiri saat bekerja.

STATUS SOSIAL
NO KOMPONEN KETERANGAN (Deskripsikan dengan lengka

1 Pekerjaan Ibu rumah tangga  melakukan pekerjaan rumah dengan perlatan sed
• Mandi
• Ibadah (subuh, dzuhur, ashar, maghrib, isya)
• Belanja ke pasar
• Menyiapkan baju suamidan anak
• Memasak masakan
• Sarapan bersama suami dan anak
2 Aktifitas Pekerjaan • Membersihkan rumah
• Mencuci piring
• Mencuci dan menjemur pakaian
• Membersihkan kamar mandi
• Menonton acara televisi
• Bercengkrama dengan tetangga
• Mengambil jemuran dan menyetrika pakaian

4. Lingkungan pekerjaan: Hubungan pasien dengan rekan kerja baik. Pasien nyaman
dengan tempat kerja sekarang.
5. Budaya atau kebiasaan: Pasien mengendarai motor saat pergi bekerja atau bepergian.
Sering tidak menggunakan helm jika jarak dekat.
7
6. Upaya pengobatan: Saat keluhan pusing berputarnya kambuh, pasien dibawa ke
fasilitas kesehatan.
7. Peran keluarga: Ibu pasien sering mengingatkan pasien untuk istirahat dan tidak
terlambat makan di sela-sela bekerja.

8
VII. ASPEK FUNGSIONAL
Aspek fungsional skala 2: kondisi kesehatan pasien sedikit memberikan pengaruh
terhadap fungsi aktivitas pasien dimana pasien masih mampu melakukan pekerjaan
ringan sehari-hari di dalam dan di luar rumah (sedikit kesulitan).

VIII. PENDEKATAN HOLISTIK KOMPREHENSIF:

Penatalaksanaan Komprehensif
Diagnosis Holistik
(Langkah operasional yang dapat
No (Uraian permasalahan atau penyebab
dilaksanakan oleh pasien)
masalah kesehatan)
1 Diagnosis Biologis/Medis/Klinis (ICD Promotif:
X): - Memberikan edukasi kepada pasien
a. Diagnosis kerja: Vertigo perifer dan keluarganya mengenai penyakit
(BPPV) (H.82) vertigo yang dideritanya serta
b. Diagnosis banding: Vertigo sentral kemungkinan untuk kambuh kembali
- Memberikan edukasi mengenai cara
pencegahan kekambuhan, dengan
tidak melakukan gerakan mendadak
saat dari posisi tidur ke duduk atau
berdiri
2 Diagnosis Psikis:
a. Harapan: Dapat segera sembuh dan Preventif:
tidak kambuh lagi - Menyarankan untuk tidak sering
b. Ketakutan: Takut pusing berputar tidur larut malam
kambuh kembali - Menyarankan kegiatan fisik
c. Faktor risiko psikis: - secukupnya dan berolahraga

Kuratif:
Medikamentosa:
- Betahistine 6 mg 3x1
3 Diagnosis Sosial: - Flunarizine 5 mg 2x1
a. Faktor risiko sosial: - - Domperidone 10 mg 3x1
b. Faktor risiko budaya: sering tidur Non Medikamentosa:
larut malam - Manuver Brand Daroft
c. Aspek fungsional (ICPC): skala 2
Rehabilitatif:
- Mengkonsumsi obat yang diberikan
sesuai aturan
- Istirahat yang cukup
- Makan makanan yang bergizi
- Rutin olahraga

Keterangan:
1. Diagnosis klinis/biologis/medis merupakan kesimpulan dokter terhadap
permasalahan kesehatan yang dihadapi pasien dengan mengacu pada diagnosis
internasional, seperti tertuang dalam International Code Diagnosis seri X (ICD X).

9
2. Diagnsosi psikis adalah kesimpulan dokter terkait faktor psikis yang dialami oleh
pasien, dimana faktor psikis ini dapat menjadi penyebab masalah kesehatan pasien
yang dapat memperburuk atau mempengaruhi penyembuhan masalah kesehatan
pasien.
Pada saat pasien datang ke dokter dengan menyampaiakan keluhan, maka secara tidak
lansung terdapat suatu masalah kesehatan yang ditakutkan dan pasien mempunyai
harapan kepada dokter untuk dapat menyelesaikan masalah kesehatan yang
dialaminya.
3. Diagnosis sosial adalah kesimpulan dokter terkait faktor lain yang dialami oleh
pasien, dimana faktor psikis ini dapat menjadi penyebab masalah kesehatan pasien
yang dapat memperburuk atau mempengaruhi penyembuhan masalah kesehatan
pasien. Faktor ini meliputi sosial, budaya, ekonomi dan aspek fungsional, termasuk
pula perilaku sehari-hari dan perilaku dalam upaya mencari pengobatan. Aspek
fungsional pasien menentukan sejauhmana seseorang dengan kondisi sakitnya masih
dapat beraktifitas dan produktif, artinya selama pengobatan pasien dapat mandiri atau
sangat tergantung kepada orang lain.

IX. RESUME KASUS


1. Epidemiologi

Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan
otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai
keadaan atau penyakit. Perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai
dengan mual dan kehilangan keseimbangan. vertigo bisa berlangsung hanya beberapa
saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. penderita kadang merasa
lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita
tidak bergerak sama sekali. Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis
antara lain pemeriksaan neurologis.1

Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan


prevalensi sebesar 7 %. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidikiepidemiologi
dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness. Dizziness telah
ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh pasien, yaitu sebesar
20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness vertigo merupakan yang
paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi mengemukakan vertigo lebih
banyak ditemukan pada wanita disbanding pria (2:1), sekitar 88% pasien mengalami
episode rekuren. 8

10
Di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap tahunnya.
Dari stroke yang terjadi, 85% merupakan stroke iskemik, dan 1,5% diantaranya terjadi
di serebelum. Rasio stroke iskemik serebelum dibandingkan dengan stroke perdarahan
serebelum adalah 3-5: 1. Sebanyak 10% dari pasien infark serebelum, hanya
memiliki gejala vertigo dan ketidakseimbangan. Insidens sklerosis multiple berkisar
diantara 10-80/ 100.000 per tahun. Sekitar 3000 kasus neuroma akustik didiagnosis
setiap tahun di Amerika Serikat.8

Vertigo sentral biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya
faktor resiko yang berkaitan, diantaranya hipetensi, diabetes melitus, atherosclerosis,
dan stroke. Rata-rata pasien dengan infark serebelum berusia 65 tahun, dengan
setengah dari kasus terjadi pada mereka yang berusia 60-80 tahun. Dalam satu seri,
pasien dengan hematoma serebelum rata-rata berusia 70 tahun. 8

Hipertensi didefinisikan sebagai peningakatan tekanan darah sistolik sedikitnya


140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg menurut JNC VII. Data
epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi usia lanjut maka
jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga bertambah, di mana baik
hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada
lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan
darah yang dahulu terus meningkat dalam dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan
lagi (pola kurva mendatar) dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari
seluruh pasien hipertensi.

Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negara
maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES)
menunjukkan bahwa dari tahun ke 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa
adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika dan
terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991. Hipertensi esensial
sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.1

2. Etiologi

Vertigo perifer terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Vertigo jenis ini biasanya diikuti gejala-gejala seperti: pandangan gelap, rasa lelah dan

11
stamina menurun, jantung berdebar, hilang keseimbangan, tidak mampu berkonsentrasi,
perasaan seperti mabuk, otot terasa sakit, mual dan muntah-muntah, memori dan daya
pikir menurun, sensitif pada cahaya terang dan suara, berkeringat.10

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain


penyakit-penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat
kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali
menyebabkan hilang pendengaran) , vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf
keseimbangan) , dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran). 10

a. Benign Paroxysmal Positional Vertigo

Merupakan penyakit yang sering ditemukan, dimana vertigo terjadi secara


mendadak dan berlangsung kurang dari 1 menit. perubahan posisi kepala (biasanya terjadi
ketika penderita berbaring, bangun, berguling diatas tempat tidur atau menoleh ke
belakang) biasanya memicu terjadinya episode vertigo ini. penyakit ini tampaknya
disebabkan oleh adanya endapan kalsium di dalam salah satu kanalis semisirkularis di
dalam telinga bagian dalam. vertigo jenis ini mengerikan, tetapi tidak berbahaya dan
biasanya menghilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan. tidak disertai
hilangnya pendengaran maupun telinga berdenging Saat ini dikaitkan dengan kondisi
otoconia (butir kalsium di dalam kanalis semisirkularis) yang tidak stabil. Terapi fisik dan
manuver Brandt-Daroff dianggap lebih efektif daripada medikamentosa. 10

b. Penyakit Menier

Dianggap disebabkan oleh pelebaran dan ruptur periodik kompartemen


endolimfatik di telinga dalam. Selain vertigo, biasanya disertai juga dengan tinitus dan
gangguan pen-dengaran. Belum ada pengobatan yang terbukti efektif; terapi profilaktik
juga belum memuaskan; tetapi 60-80 % akan remisi spontan. Dapat dicoba pengggunaan
vasodilator, diuretik ringan bersama diet rendah garam. Kadang-kadang dilakukan
tindakan operatif berupa dekompresi ruangan endolimfatik dan pe-motongan
n.vestibularis. Pada kasus berat atau jika sudah tuli berat, dapat dilakukan labirintektomi
atau merusak saraf dengan instilasi aminoglikosid ke telinga dalam (ototoksik lokal).
Pencegahan antara lain dapat dicoba dengan menghindari kafein, berhenti merokok,
membatasi asupan garam. Obat diuretik ringan atau antagonis kalsium dapat meringankan
gejala. Simtomatik dapat diberi obat supresan vestibluer. 11

c. Neuritis vestibularis

12
Merupakan penyakit yang self limiting, diduga disebabkan oleh infeksi virus;
jika disertai gangguan pendengaran disebut labirintitis. Sekitar 50% pasien akan sembuh
dalam dua bulan. Di awal sakit, pasien dianjurkan istirahat di tempat tidur, diberi obat
supresan vestibuler dan anti emetik. Mobilisasi dini dianjurkan untuk merangsang
mekanisme kompensasi sentral. 11

d. Vertigo akibat obat

Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan
hilangnya pendengaran. Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop,
antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung platina.
Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin; sedangkan
kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik. Antimikroba lain yang
dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol
dan minosiklin.
Terapi berupa penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik; penggunaan obat supresan
vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer.
Obat penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan keluhan
rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo. 10,11

Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak,
khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum
(otak kecil). Gejala vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap, penderita akan
mengalami hal-hal seperti: penglihatan ganda, sukar menelan, kelumpuhan otot-otot
wajah, sakit kepala yang parah, kesadaran terganggu, tidak mampu berkata-kata,
hilangnya koordinasi, mual dan muntah-muntah, tubuh terasa lemah.

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo sentral termasuk antara


lain stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang belakang dan otak), tumor, trauma
dibagian kepala, migren, infeksi, kondisi peradangan, neurodegenerative illnesses
(penyakit akibat kemunduran fungsi saraf) yang menimbulkan dampak pada otak kecil.
Penyebab dan gejala keluhan vertigo biasanya datang mendadak, diikuti gejala klinis tidak
nyaman seperti banyak berkeringat, mual,dan muntah. Faktor penyebab vertigo adalah
Sistemik, Neurologik, Ophtalmologik, Otolaringologi, Psikogenik, dapat disingkat
SNOOP.

13
Yang disebut vertigo sistemik adalah keluhan vertigo yang disebabkan oleh
penyakit tertentu, misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan jantung. Sementara itu,
vertigo neurologik adalah gangguan vertigo yang disebabkan oleh gangguan saraf.
Keluhan vertigo yang disebabkan oleh gangguan mata atau berkurangnya daya
penglihatan disebut vertigo ophtalmologis; sedangkan vertigo yang disebabkan oleh
berkurangnya fungsi alat pendengaran disebut vertigo otolaringologis.

Selain penyebab dari segi fisik, penyebab lain munculnya vertigo adalah pola
hidup yang tak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan suatu masalah hingga
stres. Vertigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan emosional disebut vertigo
psikogenik. Vertigo sering kali disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan yang
berpusat di area labirin atau rumah siput di rongga telinga. kemungkinan penyebab vertigo
antara lain: Infeksi virus seperti influenza yang menyerang area labirin, Infeksi bakteri di
telinga bagian tengah, Radang sendi di daerah leher, Serangan migren, Sirkulasi darah
yang terlalu sedikit sehingga menyebabkan aliran darah ke pusat keseimbangan otak
menurun, Mabuk kendaran, Alkohol dan obat-obatan tertentu. 9-11

Tabel 1. Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non Vestibular

Gejala Vertigo Vestibular Vertigo Non Vestibular

Sifat vertigo rasa berputar melayang, hilang


keseimbangan
Serangan episodik
kontinu
Mual/muntah +
-
Gangguan pendengaran +/-
-
Gerakan pencetus gerakan kepala
gerakan obyek visual
Situasi pencetus -
keramaian, lalu lintas

Tabel 2. Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral

Gejala Vertigo Vestibular Perifer Vertigo Vestibular Sentral

14
Bangkitan vertigo lebih mendadak lebih lambat

Derajat vertigo berat ringan

Pengaruh gerakan kepala ++ +/-

Gejala otonom (mual, ++ +


muntah, keringat)

Gangguan pendengaran + -
(tinitus, tuli)

Tanda fokal otak


- +
Nistagmus
+ _

3. Patogenesis

Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang


mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang sebenarnya
dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat kesadaran). Susunan aferen
yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang
secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain
yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan
nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan
vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap
oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan
kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.5

Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat


keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan
kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan
diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala
dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer
atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang
aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya

15
muncul gejala vertigo dan gejala otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot
menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus,
unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.6

4. Penatalaksanaan sesuai dengan standar diagnosis (medikamentosa dan non


medikamentosa)

Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat


terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan
simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat
dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan :

ANTIHISTAMIN

Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat
meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin.
Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di
susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan
kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah
sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan
dampak yang positif.

Betahistin

Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di telinga
dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah
gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.

 Betahistin Mesylate (Merislon)

Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.

 Betahistin di Hcl (Betaserc)

Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa
dosis.

Dimenhidrinat (Dramamine)

16
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan
intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4
kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.

Difhenhidramin Hcl (Benadryl)

Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50
mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek samping
mengantuk.16,17

ANTAGONIS KALSIUM

Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium


Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan obat
supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan
kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti
kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam
mengatasi vertigo belum diketahui.

 Cinnarizine (Stugerone)

Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons


terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3 kali sehari atau
1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau
konstipasi, mulut rasa kering dan “rash” di kulit.15

 Fenotiazine

Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun
tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan
Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan
kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.

 Prometazine

Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama


aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg – 25 mg (1 draze), 4
kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping

17
yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal
lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya.

 Khlorpromazine (Largactil)

Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat
ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Dosis
yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi
(mengantuk).14,15

OBAT SIMPATOMIMETIK

Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat


simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin. Lama
aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari. Khasiat obat ini
dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek samping ialah
insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah – gugup.15

OBAT PENENANG MINOR

Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang


diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut kering dan
penglihatan menjadi kabur.

 Lorazepam: Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 m

 Diazepam : Dosis dapat diberikan 2 mg – 5 mg.

OBAT ANTI KHOLINERGIK

Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular
dan dapat mengurangi gejala vertigo. Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan
fenotiazine atau efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3
mg – 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.16

Terapi fisik

18
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan
keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang kemampuan
adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan
lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya.
Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular.
Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau
mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan. Tujuan latihan ialah :

1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk


meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.

2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.

3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan

Contoh latihan :

1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.

2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring).

3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.

4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup.

5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh jari
kaki lainnya dalam melangkah).

6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.

7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.

8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga memfiksasi pada
objek yang diam.17

5. Komplikasi

Komplikasi dari vertigo tidaklah berbahaya, komplikasi yang lebih berbahaya dari

vertigo adalah penyakit pencetusnya dari kelainan cerebrovascular yang dapat

menyebabkan kematian.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Wilkinson I, Lennox G. Essential neurology. 4th edition. Massachusetts: Blackwell


Publishing; 2005. P. 25.

2. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008

3. Snell RS. Kepala dan leher. Dalam: Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran.
Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. h.761-2

4. Wilkinson I, Lennox G. Essential neurology. 4th edition. Massachusetts: Blackwell


Publishing; 2005. P. 25.

5. Ginsberg L. Lecture note: Neurology. 8th edition. Jakarta: Erlangga; 2007. P. 89

6. Morris JH. Sistem saraf. Dalam: Robbins SL, Kumar V,eds. Buku ajar patologi.
Volume 2. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC; 2002. h.474-510.

7. Corwin EJ. Patofisiologi : buku saku ; alih bahasa, Subekti NB; editor Yudha EK. 3rd
edition. Jakarta: EGC; 2009. P. 251

8. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular

migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338

9. Wilkinson I, Lennox G. Essential neurology. 4th edition. Massachusetts: Blackwell


Publishing; 2005. P. 25.

10. Greenberg DA, Aminoff MJ, Simon RP. Clinical neurologi. 8th edition. New York:
McGraw-Hill; 2012. P. 2276.

11. Price SA & Wilson LM. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit jilid 2.
EGC. Jakarta. 2006: 1110-19.

12. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign Paroxysmal

Positional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing. December:2006

13. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of American Family

Physician March 15,2005:71:6.

20
14. Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with

Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and wilkins)

15. Antunes MB. CNS Causes of Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 10 September 2009.

Diunduh tanggal 27 Januari 2015. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/

16. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family

Physician January 15, 2006 ◆ Volume 73, Number 2

17. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care,

BJMP 2010;3(4):a351

21
LAMPIRAN

22
23

Anda mungkin juga menyukai