HOLISTIK KOMPREHENSIF
“VERTIGO”
Oleh :
Didi Yudha Trisandya
(201720401011161)
Pembimbing:
dr. Rubayat Indradi, MOH
dr. M. Faiq Sulaifi
RS Muhammadiyah Babat
SMF Ilmu Kedokteran Islam Keluarga dan Industri
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
2019
1
I. IDENTITAS
A. PENDERITA
1. Nama (Inisial) : Tn. R
2. Umur/ BB : 24 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Status Perkawinan : Belum menikah
7. Jumlah Anak :-
8. Pendidikan terakhir : SMA
9. Alamat lengkap : Kalongan Banaran RT 01 RW 08 Babat
B. PASANGAN
1. Nama (Inisial) : Ny. R
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :-
4. Agama :-
5. Pekerjaan :-
6. Status Perkawinan : -
7. Jumlah Anak :-
8. Pendidikan terakhir : -
9. Alamat lengkap :-
2
II. GENOGRAM
: Laki-laki
: Meninggal
3
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan Utama : Pusing berputar
Anamnesis :
Pasien datang ke IGD RS Muhammadiyah Babat dengan keluhan pusing berputar
sejak 2 hari yang lalu. Keluhan pusing berputar hilang timbul dan muncul tiba-tiba,
terutama saat pasien bangun dari posisi tidur maupun duduk. Keluhan berkurang saat
posisi berbaring dan memejamkan mata. Pasien berjalan dengan sempoyongan, merasa
bahwa seisi ruangan berputar. Pasien juga mengeluh mual dan muntah sebanyak 5x isi
makanan. Pasien tidak mengeluh adanya rasa berdengung di kedua telinga. Nafsu makan
pasien menurun. Pasien mengaku akhir-akhir ini sedang banyak pikiran.
Pasien merasa lemas akibat tidak nafsu makan karena mual dan saat makan sesendok
langsung muntah. BAK lancar, tidak panas sat BAK, tidak nyeri saat BAK, dan terakhir
BAK kurang lebih 5 jam yang lalu, pada saat mengalami BAK jumlahnya lebih sedikit
dari biasanya dan berwarna lebih pekat.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan Umum : Tampak lemah
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V5 M6
Vital sign :
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit, reguler
RR : 20 x/menit
Temp : 36,8 C
BB : 58 kg
TB : 169 cm
IMT : 18,9 (Ideal)
Status Generalisata :
o Kepala/leher : A(-)/I(-)/C(-)/D(-), Pembesaran KGB (-), mukosa bibir
tampak kering
o Thorax : Normochest, pergerakan dinding dada simetris
4
COR
I : Tidak tampak pulsasi, iktus kordis (-)
P : Iktus kuat angkat (-), thrill (-)
P : Batas jantung normal
A : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
PULMO
I : Tidak ada retraksi, spider nevi (-)
P : Deviasi trachea (-), ekspansi dinding dada simetris, stem
fremitus simetris
P : Sonor/sonor
A : Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
o Abdomen
I : Flat, tidak ada penonjolan
A : Bising usus (+) meningkat
P : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar, lien, renal, tidak teraba
P : Timpani, meteorismus (-), shifting dullness (-)
o Genitalia
Dalam Batas Normal
o Ekstremitas
Akral hangat, kering, merah pada keempat ekstremitas
CRT < 2 detik
Turgor 1 detik
o Status Neurologis
Tes Nistagmus (+)
2. Kondisi lingkungan : Rumah di kawasan pedesaan yang dekat dengan jalan raya
besar. Rumah orang tua, berdinding tembok, lantai berkeramik, ventilasi cukup.
Sumber penerangan listrik, pencahayaan cukup, MCK 1 buah, milik pribadi. Septic
tank ditanam dibawah banguanan rumah jarak 5 meter dari sumur bor yang juga
ditanam dibawah bangunan.
6
- Jenis lantai : kramik
- Sumber penerangan : listrik dan cahaya matahari
- Ventilasi : cukup , intensitas cahaya yang masuk ke rumah cukup
- Atap terbuat dari genteng tanpa langit-langit
- MCK 1 di dalam rumah
2 Biologi Pasien tidak memelihara hewan maupun merawat tanaman
- Sumber air minum : Menggunakan air sumur yang direbus.
3 Kimia
- Sampah biasanya dibuang ditempat pembuangan sampah depan rumah
- Pasien berinteraksi dengan suami tiap kali suami di rumah
4 Sosial
- Pasien berinteraksi dengan tetangga di sekitar rumah
Hubungan dengan sanak saudara serta tetangga baik dan saling mengenal sa
5 Budaya
berkunjung satu sama lain
6 Psikologi Pasien merupakan pribadi yang terbuka dan mudah bergaul
3. Jenis dan aktivitas pekerjaan : Senin hingga sabtu pasien bekerja di salon milik
temannya dengan mengendarai motor. Pasien lebih sering berdiri saat bekerja.
STATUS SOSIAL
NO KOMPONEN KETERANGAN (Deskripsikan dengan lengka
1 Pekerjaan Ibu rumah tangga melakukan pekerjaan rumah dengan perlatan sed
• Mandi
• Ibadah (subuh, dzuhur, ashar, maghrib, isya)
• Belanja ke pasar
• Menyiapkan baju suamidan anak
• Memasak masakan
• Sarapan bersama suami dan anak
2 Aktifitas Pekerjaan • Membersihkan rumah
• Mencuci piring
• Mencuci dan menjemur pakaian
• Membersihkan kamar mandi
• Menonton acara televisi
• Bercengkrama dengan tetangga
• Mengambil jemuran dan menyetrika pakaian
4. Lingkungan pekerjaan: Hubungan pasien dengan rekan kerja baik. Pasien nyaman
dengan tempat kerja sekarang.
5. Budaya atau kebiasaan: Pasien mengendarai motor saat pergi bekerja atau bepergian.
Sering tidak menggunakan helm jika jarak dekat.
7
6. Upaya pengobatan: Saat keluhan pusing berputarnya kambuh, pasien dibawa ke
fasilitas kesehatan.
7. Peran keluarga: Ibu pasien sering mengingatkan pasien untuk istirahat dan tidak
terlambat makan di sela-sela bekerja.
8
VII. ASPEK FUNGSIONAL
Aspek fungsional skala 2: kondisi kesehatan pasien sedikit memberikan pengaruh
terhadap fungsi aktivitas pasien dimana pasien masih mampu melakukan pekerjaan
ringan sehari-hari di dalam dan di luar rumah (sedikit kesulitan).
Penatalaksanaan Komprehensif
Diagnosis Holistik
(Langkah operasional yang dapat
No (Uraian permasalahan atau penyebab
dilaksanakan oleh pasien)
masalah kesehatan)
1 Diagnosis Biologis/Medis/Klinis (ICD Promotif:
X): - Memberikan edukasi kepada pasien
a. Diagnosis kerja: Vertigo perifer dan keluarganya mengenai penyakit
(BPPV) (H.82) vertigo yang dideritanya serta
b. Diagnosis banding: Vertigo sentral kemungkinan untuk kambuh kembali
- Memberikan edukasi mengenai cara
pencegahan kekambuhan, dengan
tidak melakukan gerakan mendadak
saat dari posisi tidur ke duduk atau
berdiri
2 Diagnosis Psikis:
a. Harapan: Dapat segera sembuh dan Preventif:
tidak kambuh lagi - Menyarankan untuk tidak sering
b. Ketakutan: Takut pusing berputar tidur larut malam
kambuh kembali - Menyarankan kegiatan fisik
c. Faktor risiko psikis: - secukupnya dan berolahraga
Kuratif:
Medikamentosa:
- Betahistine 6 mg 3x1
3 Diagnosis Sosial: - Flunarizine 5 mg 2x1
a. Faktor risiko sosial: - - Domperidone 10 mg 3x1
b. Faktor risiko budaya: sering tidur Non Medikamentosa:
larut malam - Manuver Brand Daroft
c. Aspek fungsional (ICPC): skala 2
Rehabilitatif:
- Mengkonsumsi obat yang diberikan
sesuai aturan
- Istirahat yang cukup
- Makan makanan yang bergizi
- Rutin olahraga
Keterangan:
1. Diagnosis klinis/biologis/medis merupakan kesimpulan dokter terhadap
permasalahan kesehatan yang dihadapi pasien dengan mengacu pada diagnosis
internasional, seperti tertuang dalam International Code Diagnosis seri X (ICD X).
9
2. Diagnsosi psikis adalah kesimpulan dokter terkait faktor psikis yang dialami oleh
pasien, dimana faktor psikis ini dapat menjadi penyebab masalah kesehatan pasien
yang dapat memperburuk atau mempengaruhi penyembuhan masalah kesehatan
pasien.
Pada saat pasien datang ke dokter dengan menyampaiakan keluhan, maka secara tidak
lansung terdapat suatu masalah kesehatan yang ditakutkan dan pasien mempunyai
harapan kepada dokter untuk dapat menyelesaikan masalah kesehatan yang
dialaminya.
3. Diagnosis sosial adalah kesimpulan dokter terkait faktor lain yang dialami oleh
pasien, dimana faktor psikis ini dapat menjadi penyebab masalah kesehatan pasien
yang dapat memperburuk atau mempengaruhi penyembuhan masalah kesehatan
pasien. Faktor ini meliputi sosial, budaya, ekonomi dan aspek fungsional, termasuk
pula perilaku sehari-hari dan perilaku dalam upaya mencari pengobatan. Aspek
fungsional pasien menentukan sejauhmana seseorang dengan kondisi sakitnya masih
dapat beraktifitas dan produktif, artinya selama pengobatan pasien dapat mandiri atau
sangat tergantung kepada orang lain.
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan
otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai
keadaan atau penyakit. Perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai
dengan mual dan kehilangan keseimbangan. vertigo bisa berlangsung hanya beberapa
saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. penderita kadang merasa
lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita
tidak bergerak sama sekali. Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis
antara lain pemeriksaan neurologis.1
10
Di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap tahunnya.
Dari stroke yang terjadi, 85% merupakan stroke iskemik, dan 1,5% diantaranya terjadi
di serebelum. Rasio stroke iskemik serebelum dibandingkan dengan stroke perdarahan
serebelum adalah 3-5: 1. Sebanyak 10% dari pasien infark serebelum, hanya
memiliki gejala vertigo dan ketidakseimbangan. Insidens sklerosis multiple berkisar
diantara 10-80/ 100.000 per tahun. Sekitar 3000 kasus neuroma akustik didiagnosis
setiap tahun di Amerika Serikat.8
Vertigo sentral biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya
faktor resiko yang berkaitan, diantaranya hipetensi, diabetes melitus, atherosclerosis,
dan stroke. Rata-rata pasien dengan infark serebelum berusia 65 tahun, dengan
setengah dari kasus terjadi pada mereka yang berusia 60-80 tahun. Dalam satu seri,
pasien dengan hematoma serebelum rata-rata berusia 70 tahun. 8
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negara
maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES)
menunjukkan bahwa dari tahun ke 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa
adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika dan
terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991. Hipertensi esensial
sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.1
2. Etiologi
Vertigo perifer terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Vertigo jenis ini biasanya diikuti gejala-gejala seperti: pandangan gelap, rasa lelah dan
11
stamina menurun, jantung berdebar, hilang keseimbangan, tidak mampu berkonsentrasi,
perasaan seperti mabuk, otot terasa sakit, mual dan muntah-muntah, memori dan daya
pikir menurun, sensitif pada cahaya terang dan suara, berkeringat.10
b. Penyakit Menier
c. Neuritis vestibularis
12
Merupakan penyakit yang self limiting, diduga disebabkan oleh infeksi virus;
jika disertai gangguan pendengaran disebut labirintitis. Sekitar 50% pasien akan sembuh
dalam dua bulan. Di awal sakit, pasien dianjurkan istirahat di tempat tidur, diberi obat
supresan vestibuler dan anti emetik. Mobilisasi dini dianjurkan untuk merangsang
mekanisme kompensasi sentral. 11
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan
hilangnya pendengaran. Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop,
antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung platina.
Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin; sedangkan
kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik. Antimikroba lain yang
dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol
dan minosiklin.
Terapi berupa penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik; penggunaan obat supresan
vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer.
Obat penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan keluhan
rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo. 10,11
Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak,
khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum
(otak kecil). Gejala vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap, penderita akan
mengalami hal-hal seperti: penglihatan ganda, sukar menelan, kelumpuhan otot-otot
wajah, sakit kepala yang parah, kesadaran terganggu, tidak mampu berkata-kata,
hilangnya koordinasi, mual dan muntah-muntah, tubuh terasa lemah.
13
Yang disebut vertigo sistemik adalah keluhan vertigo yang disebabkan oleh
penyakit tertentu, misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan jantung. Sementara itu,
vertigo neurologik adalah gangguan vertigo yang disebabkan oleh gangguan saraf.
Keluhan vertigo yang disebabkan oleh gangguan mata atau berkurangnya daya
penglihatan disebut vertigo ophtalmologis; sedangkan vertigo yang disebabkan oleh
berkurangnya fungsi alat pendengaran disebut vertigo otolaringologis.
Selain penyebab dari segi fisik, penyebab lain munculnya vertigo adalah pola
hidup yang tak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan suatu masalah hingga
stres. Vertigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan emosional disebut vertigo
psikogenik. Vertigo sering kali disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan yang
berpusat di area labirin atau rumah siput di rongga telinga. kemungkinan penyebab vertigo
antara lain: Infeksi virus seperti influenza yang menyerang area labirin, Infeksi bakteri di
telinga bagian tengah, Radang sendi di daerah leher, Serangan migren, Sirkulasi darah
yang terlalu sedikit sehingga menyebabkan aliran darah ke pusat keseimbangan otak
menurun, Mabuk kendaran, Alkohol dan obat-obatan tertentu. 9-11
14
Bangkitan vertigo lebih mendadak lebih lambat
Gangguan pendengaran + -
(tinitus, tuli)
3. Patogenesis
15
muncul gejala vertigo dan gejala otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot
menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus,
unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.6
ANTIHISTAMIN
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat
meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin.
Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di
susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan
kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah
sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan
dampak yang positif.
Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di telinga
dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah
gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa
dosis.
Dimenhidrinat (Dramamine)
16
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan
intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4
kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50
mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek samping
mengantuk.16,17
ANTAGONIS KALSIUM
Cinnarizine (Stugerone)
Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun
tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan
Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan
kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
Prometazine
17
yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal
lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya.
Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat
ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Dosis
yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi
(mengantuk).14,15
OBAT SIMPATOMIMETIK
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular
dan dapat mengurangi gejala vertigo. Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan
fenotiazine atau efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3
mg – 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.16
Terapi fisik
18
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan
keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang kemampuan
adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan
lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya.
Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular.
Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau
mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan. Tujuan latihan ialah :
Contoh latihan :
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring).
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup.
5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh jari
kaki lainnya dalam melangkah).
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga memfiksasi pada
objek yang diam.17
5. Komplikasi
Komplikasi dari vertigo tidaklah berbahaya, komplikasi yang lebih berbahaya dari
menyebabkan kematian.
19
DAFTAR PUSTAKA
3. Snell RS. Kepala dan leher. Dalam: Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran.
Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. h.761-2
6. Morris JH. Sistem saraf. Dalam: Robbins SL, Kumar V,eds. Buku ajar patologi.
Volume 2. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC; 2002. h.474-510.
7. Corwin EJ. Patofisiologi : buku saku ; alih bahasa, Subekti NB; editor Yudha EK. 3rd
edition. Jakarta: EGC; 2009. P. 251
10. Greenberg DA, Aminoff MJ, Simon RP. Clinical neurologi. 8th edition. New York:
McGraw-Hill; 2012. P. 2276.
11. Price SA & Wilson LM. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit jilid 2.
EGC. Jakarta. 2006: 1110-19.
12. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign Paroxysmal
20
14. Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with
15. Antunes MB. CNS Causes of Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 10 September 2009.
http://emedicine.medscape.com/article/
16. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family
17. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care,
BJMP 2010;3(4):a351
21
LAMPIRAN
22
23