BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
rentan terhadap kerusakan, salah satu kerusakan vaksin karena suhu yang
dan pendistribusiannya harus dalam suhu yang sesuai dari sejak dibuat
dapat berkurang bahkan hilang dan tidak dapat diperbaiki lagi sehingga
Gebbie,2015)
menunjukkan bahwa Semua vaksin disimpan pada suhu 2 oC s/d 8oC, pada
lemari es. Penyimpanan pelarut vaksin pada suhu +20C s.d. +80C atau
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
menangani vaksin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Vaksin
1. Pengertian Vaksin
Semua vaksin merupakan produk biologi yang tidak stabil dan mudah
menjadi rusak akibat pengaruh suhu dan kelembaban udara yang tinggi.
derajat Celsius dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT, Hib, Hepatitis
B dan Hepatitis A) akan tidak aktif bila beku. Vaksin yang disimpan dan
potensi vaksin. Vaksin DPT, DT, dT, hepatitis-B dan Hib akan rusak bila
panas dapat disimpan pada lemari es dan freezer. Umur vaksin polio akan
lebih lama bila disimpan pada suhu freezer jika dibandingkan bila
antara lain meliputi jumlah sasaran, volume vaksin yang akan dimuat,
sumber energi yang ada, sifat, fungsi serta stabilitas suhu sarana
penyimpanan, suku cadang dan anjuran WHO atau hasil penelitian atau uji
2. Penggolongan Vaksin
a. Penggolongan berdasarkan asal antigen (Immunization Essential)
yaitu suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu
tertentu yang telah ditetapkan agar vaksin memiliki potensi yang baik mulai
terdiri dari input, proses, out put, efek, out come dan mekanisme umpan
baliknya.
1. Input
pengelola cold chain. Rumah Sakit dan Rumah Bersalin serta pelayanan
pengelolaan vaksin yang baik akan menurunkan jumlah vaksin yang rusak.
Pada penelitian tersebut dari 170 responden hanya 23% petugas dengan
pekerjaannya.
yang meliputi lemari es, vaccine carrier, termometer, kartu suhu, form
10
penyimpanan vaksin.
2. Proses
a. Permintaan vaksin.
pada saat stock vaksin telah mencapai stock minimum oleh karena itu
b. Penerimaan/pengambilan Vaksin.
yang sudah ditentukan, Misalnya cold box atau vaccine carrier atau
dimasukan kotak cair dingin (cool pack) dan di bagian tengah diletakan
c. Penyimpanan Vaksin.
kepada sasaran maka vaksin harus disimpan pada suhu tertentu dengan
administrasi.
vaksin maka digunakan pemantau suhu. Pada kamar dingin (cold room)
alat pemantau suhu berupa lampu alarm yang akan menyala bila suhu di
lemari es. Agar vaksin tetap mempunyai potensi yang baik sewaktu
12
yang benar dan pencatatan suhu pada kartu suhu atau grafik suhu
diterima atau dikeluarkan dan jumlah sisa yang ada. Susunan vaksin
campak dapat disimpan di refrigerator pada suhu 2-8 oC. Adapun vaksin
d. Pelaksanaan
Stock vaksin harus dilaporkan setiap bulan, hal ini untuk menjamin
kedaluwarsa harus dicatat dalam kartu stok. Sisa atau stok vaksin harus
kondisi VVM sewaktu menerima vaksin juga perlu dicatat di Surat Bukti
3. Output
vaksin disimpan dan ditangani dengan tepat mulai dari pembuatan hingga
dengan melihat indikator VVM dan Freeze tag atau freeze watch.
15
BCG telah dilengkapi dengan VVM. VVM tidak mengukur potensi vaksin
karakteristik yang berbeda, spesifik untuk tiap jenis vaksin. VVM untuk
vaksin polio tidak dapat digunakan untuk vaksin Hb, begitu juga sebaliknya.
Freeze tag dan freeze watch adalah alat pemantau paparan suhu
dingin dibawah 0 oC. Freeze tag dan freeze watch digunakan untuk
beku. Bila menemukan vaksin yang dicurigai beku maka perlu dilakukan
panas yang berlebih atau suhu yang terlalu dingin (beku). Sehingga
atau tidak.
Adapun alat pemantau suhu vaksin antara lain, VVM (Vaccine Vial
apakah vaksin masih layak atau tidak untuk digunakan maka dilakukan
test:
bawah titik beku ?. Bila salah satu atau ketiga jawabannya YA.
b. Pilih satu contoh dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah
c. Beri label .Tersangka beku.. Bandingkan dengan vaksin dari tipe dan
bersamaan.
Bila terjadi :
Uji kocok dilakukan untuk tiap vaksin yang berbeda batch dan
C. Imunisasi
1. Pengertian
secara aktif terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit
ringan.
bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut antigen).
Secara khusus antigen merupakan bagian dari protein kuman atau protein
racunnya. Bila antigen untuk pertama kalinya masuk ke dalam tubuh manusia,
maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti terhadap racun kuman
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan
dibuat oleh individu. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari
Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh.
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat
terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah.
(Hasyim,2012)
19
bertujuan agar zat kekebalan tubuh balita terbentuk ,sehingga resiko untuk
mengalami penyakit yang bersangkutan lebih kecil. dan diharapkan anak menjadi
dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menyusun satgas Imunisasi PP
IDAI. Adapun Kelompok vaksin yang diwajibkan ini disubsidi oleh pemerintah.
Oleh karena itu, baik dari segi harga maupun ketersediaanya, vaksin-vaksin
tersebut mudah dijangkau oleh masyarakat luas melalui puskesmas dan posyandu.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jenis vaksin dalam kelompok ini,
(Yanti,2013)
20
imun pejamu, faktor genetik pejamu, serta kualitas dan kuantitas vaksin.
semasa fetus mendapat antibody maternal spesifik terhadap virus campak, bila
imunisasi campak diberikan pada saat kadar antibodi spesifik terhadap virus
Demikian pula air susu ibu (ASI) yang mengandung IgA sekretori (slgA)
diberikan secara oral, namun pada umumnya kadar slgA terhadap virus polio
pada ASI sudah rendah pada waktu bayi berumur beberapa bulan. Kadar slgA
tinggi terdapat pada kolostrum. Karena itu bila imunisasi polio diiberikan pada
masa pemberian kolostrum (kurang atau sama dengan 3 hari setelah lahir),
hendaknya ASI kolostrum jangan diberikan dahulu 2 jam sebelum dan sesudah
imunisasi.
antigen karena ekspresi HLA (human leucocyte antigen) masih kurang pada
rendah, demikian pula aktivitas kemotaktik serta daya lisisnya. Fungsi sel Ts (T
21
supresor) relatif lebih menonjol dibandingkan pada bayi atau anak karena
fungsi imun pada masa intra uterin lebih ditekankan pada toleransi, dan hal ini
masih terlihat pada bayi baru lahir. Pembentukan antibodi spesifik terhadap
antigen tertentu masih kurang. Jadi dengan sendirinya, imunisasi pada neonatus
akan memberikan hasil yang kurang dibandingkan pada anak. Oleh karenanya,
Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan fungsi sel sistem imun
seperti makrofag dan limfosit. Imunitas selular menurun dan imunitas humoral
b. Faktor Genetik
genetik. Secara genetic respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik,
repsons rendah terhadap antigen tertentu namun terhadap antigen lain dapat
22
lebih tinggi. Karena itu tidak heran bila kita menemukan keberhasilan
ajuvan yang dipergunakan dan jenis vaksin. Hal- hal yang harus diperhatikan
sistemik saja.
2) Dosis vaksin terlalu tinggi atau rendah juga mempengaruhi respons imun
yang terjadi. Dosis terlalu tinggi akan menghambat respons imun yang
imunokompeten. Dosis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji klinis,
karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan.
efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya dan afinitasnya lebih
yang berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi,
maka akan segera dinetralkan oleh antibodi spesifik yang masih tinggi.
23
antigen pada atau dekat dengan suntikan sehingga tidak cepat hilang, dan
imunokompeten lainnya.
lebih besar dan lama dengan pemberian satu dosis. Rangsangan sel Tc
harus sesuai dengan persyaratan agar potensi vaksin tetap terjamin sampai di
lapangan. Vaksin tidak poten disebabkan oleh buruknya sistem rantai vaksin
dari pabrik sampai ke pelayanan. Ada penurunan yang bermakna titer virus
vaksin sejak dari Biofarma sampai dengan tingkat posyandu. Vaksin yang
telah dilarutkan lebih dari 8 jam potensinya telah menurun. Bila vaksin
24
sudah dilarutkan, vaksin harus terlindung dari sinar matahari dan hanya
kesehatan baik itu Pegawai Negeri Sipil maupun Honorer, yang terdapat di
Polio, Campak dan BCG, vaksin Hepatitis B, DPT, TT dan DT. Jumlah
orang.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri atas variabel terikat dan variabel bebas. Sebagai
bebasnya meliputi :
1. Fungsi lemari es
26
3. Ketersediaan thermometer
4. Suhu lemari es
E. Defenisi Operasional
1. Variabel terikat
2. Variabel bebas
berikut:
27
F. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang
penilaian kualitas dilakukan dengan cara check list format wawancara dan
observasi langsung
G. Pengolahan Data
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, 2009, Pedoman Pengelolaan Vaksin, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,
Jakarta. http://Pedoman.pengeloaan.vaksin.ac.id.pdf, diakses 18 Januari
2018
Check
No. variabel Pengamatan Ket.
list
1. Fungsi lemari khusus vaksin
es
2. Vaksin tidak Ada yang kadaluarsa
kadaluarsa
3. Ketersediaan Ada thermometer
thermometer
4. Suhu lemari es Suhu 2-8 oC
5. Ketersediaan Tersedia kartu catatan suhu
kartu/catatan
suhu
6. Ketersediaan Ada pedoman pengelolaan
pedoman vaksin
pengelolaan
vaksin
7. Cara Vaksin dibawa dalam
membawa termos/vaccine carrier yang
Vaksin berisi cool pack dan
termometer
8. Cara - vaksin heat sensitif
Penyimpanan diletakkan di rak atas dan
vaksin vaksin freeze sensitive
diletakan di rak bawah
- tidak ada vaksin di rak
pintu
9. Cara pemilihan vaksin didasarkan
pemakaian pada prinsip EEFO dan
Vaksin pertimbangan kondisi VVM
10. Cara suhu dipantau secara rutin 2
pemantauan kalisehari
Suhu
31
Lampiran I
SKEMA KERJA
Kepala Puskesmas
Pitumpanua Kabupaten Wajo
PENGUMPULAN DATA
PENGOLAHAN DATA
PEMBAHASAN
KESMIPULAN