Anda di halaman 1dari 20

Pencegahan Korupsi dalam Sistem Jaminan

Sosial Nasional

Niken Ariati
Fungsional Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Jakarta, 8 Oktober 2015
Tugas KPK dalam UU 30 tahun 2002
FOKUS AREA KPK 2011-2015
Dalam Renstra KPK 2011-2015, SJSN menjadi salah satu fokus KPK (selain Ketahanan
Pangan, Ketahanan Energi, Infrastruktur dan Pendidikan), karena :

 Menyangkut hajat hidup orang banyak


 Jumlah anggaran yang makin besar. Alokasi belanja kesehatan di Pemerintah Pusat di
2015 sebesar Rp. 21 Trilyun dan Per 1 Januari 2014, BPJS kesehatan mengelola dana yang
cukup besar (Rp.30 -42 T) dan makin meningkat tiap tahun. Dana Kelolaan BPJS naker saat
ini sangat besar sekitar Rp. 181 Trilyun (2014)
 Besarnya potensi penyimpangan di Fasilitas Kesehatan. Fraud dalam claim layanan
kesehatan di USA 2-10%, dan sudah merupakan ranah FBI
Gambaran Program Pemerintah dalam
Mewujudkan Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan UUD 1945


Sosial

Bantuan Sosial :
1. Bantuan Sosial UU 6/1974 jo UU 11/2009 Asuransi Sosial :
tentang Kesejahteraan
2. Asuransi Sosial Sosial
UU SJSN 40/2004

UU 11/2009, Pasal 1 (15)


:Menteri adalah menteri
Pengelola yang membidangi
BPJS : UU 24/2011
urusan sosial
II. Pencegahan Korupsi oleh KPK
dalam era JKN
•Pemantauan Pelaksanaan rekomendasi
KPK atas hasil kajian Dana Kapitasi di 3
2014 daerah Piloting : Kota Yogyakarta, Kota
Bandung dan Kupang  Pemantauan
•Kajian Sistem JKN dilakukan terhadap Rencana Aksi yang
•Sosialisasi Potensi •Pemantauan Pelaksanaan rekomendasi
disusun oleh Pemda
Korupsi di JKN KPK atas kajian JKN di Kemenkes dan BPJS •Monev Pelaksanaan JKN : Koordinasi
dengan BPKP
kes
•Monev Implementasi Rekomendasi hasil
•Sosialisasi Pencegahan Korupsi di era JKN Kajian atas Sist. Jaminan Sosial

2013
•Kajian Pengelolaan Dana Kapitasi pada Ketenagakerjaan
FKTP Pemda

2015
•Kajian Sistem Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan
• Dasar hukum pelaksanaan kajian:
UU 30/2002 Pasal 14, KPK berwenang untuk:
i. Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di
semua lembaga Negara dan pemerintah;
ii. Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan pemerintah
untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem
pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi;
iii. Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran
Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan tersebut
tidak diindahkan.
HASIL KAJIAN KPK 2013 : POTENSI KORUPSI DI JKN

PBI Pemerintah 4
4 Payers (Kemenkes,
(BPJS) APBN & APBD Kemensos,
(bansos Kemenkes) Pemda)

Non PBI Kapitasi


& Klaim (INA CGB’s) 2&3
5
1

1 2&3
Patients Providers
(perorg/ (RS, FKTP) Industri
Fee for Service
corporate) (moral hazard) (farmasi/alkes)
6
4&6

1. Suap dalam pemberian layanan


2. Korupsi Pengadaan
3. Pemasaran yg tidak sehat
4. Penyalagunaan Wewenang ( top level)
Financial flow 5. Klaim Reimbursement yang tidak sesuai
6. Penipuan dan Penggelapan obat-obatan
HASIL KAJIAN KPK 2014 :
Potensi Korupsi dalam Sistem Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan
Karakteristik Fraud di Indonesia

• Kasus yang terjadi belum se- “Complicated” kasus di


Negara Maju masih seputar (Kasus Suap dan
Pengadaan Barang/Jasa)
• Namun kasus ini menjadi “sulit” diungkapkan karena
karakteristik dominannya adalah KOLUSI.
• Kolusi mengakibatkan “alat-alat kendali” menjadi
tidak berfungsi.
HASIL PEMANTAUAN IMPLEMENTASI PERBAIKAN
2014
JKN ATAS KAJIAN KPK
Laporan Hasil Pemantauan Implementasi Perbaikan JKN telah disampaikan kepada
Kemenkes dan BPJS Kesehatan dengan capaian:
1. Dari 13 rencana aksi Kemenkes yang dijanjikan terimplementasi pada 2014, terdapat 8
renaksi terimplementasi (61,54% closed), dan 5 renaksi belum terimplementasi (38,46%
open).
2. Hal yang diapresiasi atas capaian implementasi Kemenkes di 2014 antara lain :
1. Telah dilakukan penyesuaian tarif INA-CBGs baru yang ditetapkan dalam Permenkes No. 59 Tahun 2014
tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
yang berlaku mulai 1 September 2014. Dengan tarif yang baru ini diharapkan lebih sesuai dengan
kondisi riil di lapangan, sehingga mampu memperkecil potensi fraud di FKTL.
2. Kemenkes telah menerbitkan PMK No. 14 Tahun 2014 tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan
Kemenkes dan terus mensosialisasikannya. Sebagai tindak lanjutnya, Kemenkes juga telah
mengeluarkan Kepmenkes No.HK.02.02/MENKES/306/2014 tentang Juknis Pengendalian Gratifikasi di
Lingkungan Kemenkes.
HASIL PEMANTAUAN IMPLEMENTASI PERBAIKAN JKN ATAS
KAJIAN KPK 2014
3. Untuk perbaikan sistem Pencegahan Korupsi, KPK mendorong Kemenkes untuk segera:
• Menyelesaikan penyusunan pedoman pencegahan fraud di RS serta mensosialiasasikannya ke RS.  Sudah ada
Permenkes No. 36/2015 tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pelaksanaan Program JKN pada SJSN
• Menyelesaikan Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan (PNPK) sesuai target yang telah ditetapkan oleh
Kemenkes
• Mengevaluasi sistem formularium nasional (fornas) dan e-cataloque sehingga permasalahan kelangkaan obat
dan kesulitan pengadaan obat oleh faskes dapat teratasi.
• Mengevaluasi sistem kelas pelayanan pada program JKN untuk mengurangi adverse selection yang
membebani dana jaminan sosial.
4. Dari 22 renaksi BPJS Kesehatan terdapat 11 renaksi yang telah diimplementasikan (50,00% closed) dan 11
renaksi dinyatakan belum terimplementasi (50,00% open). KPK juga mengapresiasi perbaikan yang dilakukan
oleh BPJS Kesehatan untuk mencegah fraud di JKN antara lain adalah:
• BPJS Kesehatan telah membangun unit anti-fraud dan investigasi di Satuan Pengawasan Internal (SPI) serta telah
membangun SPI wilayah yang telah mulai bekerja di 4 (empat) wilayah kerja BPJS Kesehatan per 1 Oktober
2014.
• BPJS Kesehatan telah membentuk Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya di tingkat nasional dan daerah sesuai
dengan pasal 24 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2004
HASIL PEMANTAUAN IMPLEMENTASI PERBAIKAN JKN ATAS
KAJIAN KPK 2014
3. Untuk perbaikan sistem Pencegahan Korupsi, KPK mendorong BPJS Kesehatan untuk segera:
• Meningkatkan kompetensi petugas di lapangan dalam mencegah dan mendeteksi fraud di faskes.
• Mempercepat pembangunan sistem aplikasi deteksi fraud pada layanan faskes dan menyelesaikan aplikasi
pendukung pengawasan internal pada SPI BPJS kesehatan
• Meningkatkan efektifitas pengaduan peserta terhadap layanan yang diterima dari faskes.
4. Beberapa catatan lain yang perlu menjadi perhatian dalam adalah :
• Perlu pemahaman dokter dan paramedis yang komprehensif terhadap penggunaan sistem INA-CBGs dalam
program JKN sehingga renaksi untuk memasukkan kurikulum tentang sistem INA-CBGs dalam pendidikan
kedokteran menjadi sangat penting.
• Belum adanya rencana aksi di area pengawasan yang menyentuh substansi pencegahan korupsi dan fraud
terutama belum terbitnya pedoman anti-fraud dan sistem pengawasan di fasilitas kesehatan yang handal.
• Kegiatan sosialisasi anti-fraud dalam program JKN kepada tenaga medis dan RS belum terbukti efektif
mengurangi fraud sehingga KPK mendorong dilakukannya audit sebagai upaya deteksi oleh aparat pengawas.
HASIL PEMANTAUAN IMPLEMENTASI PERBAIKAN JKN ATAS
KAJIAN KPK 2015
4. Beberapa catatan lain yang perlu menjadi perhatian dalam adalah :
• Perlu pemahaman dokter dan paramedis yang komprehensif terhadap penggunaan sistem INA-CBGs dalam
program JKN sehingga renaksi untuk memasukkan kurikulum tentang sistem INA-CBGs dalam pendidikan
kedokteran menjadi sangat penting.
• Belum adanya rencana aksi di area pengawasan yang menyentuh substansi pencegahan korupsi dan fraud
terutama belum terbitnya pedoman anti-fraud dan sistem pengawasan di fasilitas kesehatan yang handal.
• Kegiatan sosialisasi anti-fraud dalam program JKN kepada tenaga medis dan RS belum terbukti efektif
mengurangi fraud sehingga KPK mendorong dilakukannya audit sebagai upaya deteksi oleh aparat pengawas.
• Berdasarkan Inpres 7 tahun 2015 tentang aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, BPKP
bertanggungjawab melakukan Monev penyelenggaraan JKN dengan melibatkan Kemkes, BPJS
kesehatan, DJSN dan Ombudsman
2015
RENCANA AKSI DARI KEMENKES ATAS TINDAK LANJUT KAJIAN
KPK TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI (2015-2016):
GAMBARAN UMUM

 Revisi Permenkes 28/2014 tentang Pedoman Pelaksanaan JKN  untuk item


ketentuan penggunaan sisa lebih dana kapitasi, perluasan penggunaan jenis
belanja, peningkatan kompetensi SDM pada FKTP milik Pemda, Indikator Monev
untuk FKTP berkoordinasi dengan oleh Dinkes Prov
 Mempublikasikan hasil monev FKTP ke Publik
 Menyusun Panduan Pembinaan dan Pengawasan Yankes oleh Dinkes Kab/Kota
 Menyusun surat edaran kepada Dinkes kab/kota agar menyiapkan ruang konsultasi
dan pengaduan terkait pengelolaan dana kapitasi
 Menyusun Pedoman Pelaksanaan Rujukan dan Rujuk Balik Ke FKTP
 Menyusun Permenkes tentang Pedoman Penilaian FKTP Berprestasi
2015
RENCANA AKSI DARI BPJS NAKER yang dipantau oleh KPK di
tahun 2015

 Menghilangkan potensi CoI dengan meminta riviu rencana anggaran tahunan BPJS
naker ke DJSN
 Melakukan perbaikan internal terhadap fungsi Kepatuhan dan Perluasan SPI (Satuan
Pengawas Internal)
 Membangun sistem IT yang handal untuk meningkatkan kepesertaan, penerimaan
dana jaminan sosial dan pengendalian fraud
 Memberikan usulan regulasi terkait kepesertaan dan sanksi ke Pemerintah
Grand Strategi KPK

1. Pencegahan Terintegrasi: 3. Pencegahan dan Penindakan


Pencegahan dilakukan secara yang Terintegrasi: Terhadap
terintegrasi dalam satu “paket focus area yang telah dilakukan
Pencegahan KPK”, yakni dalam Penindakan, akan dilakukan
rangka membangun Sistem
Integritas Nasional (SIN) sesuai improve (recovery) melalui
dengan fokus area pada masing- Pencegahan. Atau sebaliknya,
masing fase. Penindakan akan dilakukan
2. Penindakan Terintegrasi: apabila Pencegahan yang
Penindakan yang dilakukan dilakukan terhadap focus area
terhadap Grand Corruption tidak efektif (belum berhasil).
sesuai dengan focus area pada
masing-masing fase, dengan
pembangunan kasus (case
building)
Beberapa catatan tentang
Upaya Pemberantasan Korupsi

• Ada tiga komponen penting pemberantasan korupsi :


– Penindakan untuk keadilan dan mendapatkan deterrent effect.
– Pencegahan untuk mengurangi niat untuk korupsi dan mengurangi
kesempatan untuk korupsi.
– Perlu partisipasi seluruh komponen bangsa : birokrasi, dunia usaha, masyarakat.
• Dari sisi pencegahan, perlu dilakukan melalui upaya :
– Pelaksanaan prinsip-prinsip good governance (GPG, GCG, GCSG)
– Kode Etik yang tegas yang disertai pemantauan Komite Etika dan sanksi.
Semua harus menjadi
Subyek Pemberantasan Korupsi
Aparat
• Pemberantasan korupsi menuntut Pemerintah
keserasian langkah penindakan dan
pencegahannya.
• Dari sisi pencegahan korupsi, KPK Sektor
Swasta Masyarakat
mendorong terciptanya :

• Good public governance Ada korelasi antara mutu governance


di aparat pemerintahan. dan hasil pembangunan

• Good corporate governance Ada korelasi antara tingkat korupsi,


di sektor swasta. kemiskinan, & investasi

• Good civil society governance Pengalaman Korsel menunjukkan


di masyarakat. bahwa pendidikan antikorupsi dapat
mengurangi sikap permisif
TERIMA KASIH
20

• website: www.kpk.go.id
Direktorat Penelitian dan Pengembangan • Jl. HR Rasuna Said Kav. C1 Jakarta 12920
Jl. HR Rasuna Said Kav C1 Jaksel 12920 • PO BOX 575 - Jakarta 10120
Telp. (021) 2557 8300 • Public Complaint: pengaduan@kpk.go.id
Fax. (021) 5289 2456 • Telp. 021-25578300 ata 021.25578437 (Public Complaint)
Email: informasi@kpk.go.id • SMS: 0811.959.575 atau 0855.8.575.575

Anda mungkin juga menyukai