Anda di halaman 1dari 20

Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

PEMANFAATAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY


PT. SISIRAU DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DIDESA SIDODADI

Ruki Maya Sari, SH – Rizki Maulana, S.Sos, MSP

ABSTRAK
Masalah dasar yang seringkali muncul ke permukaan terkait
penyaluran dan pengelolaan CSR di Indonesia, yakni mengenai kejelasan
bagaimana sebuah perusahaan seharusnya mengimplementasikan program
CSR-nya, apakah dikelola secara langsung atau dilaksanakan oleh pihak
ketiga dan bagaimana proses program CSR tersebut dilaksanakan serta
bagaimana mensenergikan dari setiap aktivitas pelaksanaan dan penyaluran
CSR agar masyarakat bisa merasakan secara langsung manfaat pelaksanaan
programCSRdariperusahaantersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengkaji: (1) Bagaimana Pemanfaatan CSR PT. Sisirau terhadap
pemberdayaan masyarakat di Desa Sidodadi Kec. Kejuruan Muda Kab. Aceh
Tamiang (2) Bagaimana Permasalahan Corporate Social Responsibility
(CSR) PT Sirsirau Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Desa
Sidodadi Kec. Kejuruan Muda Kab. Aceh Tamiang, Hasil penelitian ini
adalahPemanfaatan CSR PT. Sisirau terhadap pemberdayaan masyarakat di
Desa Sidodadi Kec. Kejuruan Muda Kab. Aceh Tamiang, Dari proses
prosedur pengeluaran diatas lahirlah program-program CSR dalam
pemberdayaan masyarakat, diantarnya Program Pendidikan dan Dana
Tunjangan, Program Pembangunan Sarana Umum, Pogram Ekonomi berupa
pemberian Sembako kepada masyarakat Lansia dan Pogram pemanfaatan
dibidang sosial. Adapun Kendala dan PermasalahanCorporate Social
Responsibility (CSR) PT Sirsirau Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat
di Desa Sidodadi Kec. Kejuruan Muda Kab. Aceh Tamiang adalah Masalah
dasar dalam pengelolaan CSR di PT Sirsirau adalah anggapan bahwa
tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) barulah sebatas kewajiban yang
harus ditaati karena merupakan perintah UU yang ada. PT Sirsirau juga
masih enggan dalam menyelenggarakan CSR yang bersifat sebagai
“kewajiban” yang benar-benar harus dilaksanakan, tanpa harus memandang
hal itu sebagai kewajiban kontraktual dan perintah Undang-Undang dan
Esensi dan signifikansi dari CSR masih belum dapat terbaca sepenuhnya
oleh pelaku bisnis, sehingga CSR sendiri bagi sebagian pelaku bisnis baru
sekedar wacana dan terkadang implementasinya berdasarkan atas tuntutan
masyarakat serta Belum tingginya ketegasan pemerintah di dalam memaksa

157
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

pihak perusahaan untuk betul-betul melaksanakan kewajiban mereka


menerapkan CSR yang baik, tepat sasaran dan berorientasi pada peningkatan
kesejateraan masyarakat. Dalam konteks ini, pemerintah juga dinilai masih
enggan untuk memberikan sanksi tegas kepada perusahaan yang tidak
menerapkan CSR secara maksimal. Keengganan ini berakibat pelaksanaan
CSR masih setengah-setengah atau belum menyentuh masalah yang
sesungguhnya.

A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki kekayaan
sumber daya alam yang melimpah. Selain sumber daya alam yang melimpah,
Indonesia juga memiliki sumber daya manusia yang memadai. Kedua
sumber daya tersebut adalah modal utama dalam pembangunan Indonesia.
Salah satu kegiatan pembangunan di Indonesia yaitu pembangunan dalam
bidang industri. Keberadaan Industrialisasi di Indonesia tentu tidak hanya
dilakukan oleh penduduk pribumi saja, tetapi hal ini memancing investor-
investor asing untuk menanamkan modalnya dan mengelola perusahaan di
Indonesia.
Dalam undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas (PT) khususnya pasal 1 dinyatakan bahwa :
“Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjajian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-undang ini disertai peraturan pelaksananya”1

Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No.40 Tahun 2007 dijelaskan,


perseroan terbatas adalah organisasi bisnis berbadan hukum resmi yang
dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku

1
Undang-undang Perseroan terbatas, (Bandung, Fokusmedia,2010),h. 2

158
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

pada perusahaan tampa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada
didalamnya.2
Di dalam Perseroan Terbatas (PT) Pemilik modal tidak harus menjadi
pemimpin perusahaan, karena dapat menunjuk orang lain diluar pemilik
modal untuk menjadi pimpinan. Untuk mendirikan PT atau perseroan
Terbatas dibutuhkan sejumlah modal, minimal dalam jumlah tertentu dan
berbagai persyaratan lainya.
Definisi perseroan terbatas terdiri dari unsur-unsur :
1. Persekutuan
2. Modal perseroan yang tertentu yang dibagi atas saham-saham
3. Para persero ikut serta dalam modal itu dengan mengambil satu saham
atau lebih
4. Melakukan perbuatan hukum dibawah mana yang sama dengan
tanggung jawab yang semata-mata terbatas pada modal yang mereka
setorkan.3
Operasional perushaan tersebut tentu saja berkaitan langsung dengan
masyarakat sekitar perusahaan atau local community. Dari operasional
perusahaan tersebut bisa terdapat dampak positif dan negatif terhadap
masyarakat sekitar. Oleh karena itu perusahaan diminta bertanggung jawab
terhadap masyarakat, bentuk kepedulian tersebut bisa direalisasikan dengan
mengembangakan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dapat
memberikan manfaat langsung bagi masyarakat untuk meningkatkan kualitas
hidupnya.
Corporate Social Responsibility atau Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan

2
Penjelasan Undang-Undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Tebata
3
Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, (Bandung: Eresco,1993),h. 6

159
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada


keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan.4 Menurut Yusuf Wibisono Corporate Social Responsibility
(CSR) adalah Komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak etis,
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi,
bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan
keluarganya sekaligus peningkatan kualitas komunikasi lokal dan
masyarakat secara lebih luas.5 Dalam pengertian lain, Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan diartikan sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk
bertindak dengan cara mereka sendiri untuk melayani kepentingan organisasi
maupun kepentingan publik eksternal.6
Menurut UU No. 40 Tahun 2007 mengenai pengelolaan CSR
perseroan terbatas, dikatakan bahwa CSR memiliki tanggung jawab sosial
dan lingkungan yang harus dilaksanakan apabila :
1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan.
2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.

4
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta : Sinar Grafika,
2008), h 1
5
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Ampikasi CSR, (Gresik : Fascho
Publishing, 2007), h 7
6
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri : Memperkuat Tanggung Jawab
SosialPerusahaan, (Bandung : Refika Aditama, 2007), h 102

160
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan


Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.7
PT. Sisirau merupakan salah satu perusahaan minyak kelapa sawit
yang berlokasi di Desa Sidodadi Kec. Kejuruan Muda Kab. Aceh Tamiang.
Sadar akan tugas dan tanggung jawab sosial perusahaan seperti yang telah
diamanatkan dalam Undang-Undang, PT. Sisirau telah menerapkan
Corporate Social Responsibility (CSR) dalam manajemen usahanya. Namun
demikian disadari bahwa perkembangan lingkungan perusahaan berjalan
sedemikian cepat, sehingga membutuhkan berbagai inovasi dan kreasi
kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang mampu dirasakan
secara optimal oleh masyarakat.
Disinilah peran Corporate Social Responsibility (CSR) dibutuhkan,
khususnya PT. Sisirau, untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial di luar
kegiatan pokok perusahaan, agar kepentingan masyarakat luar dapat
terpenuhi semaksimal mungkin, sehingga kesejahteraan hidup mereka
mengalami kenaikan. Salah satu elemen penting dalam kesejahteraan hidup
adalah adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan.
Dalam hal ini peran manajemen sangat penting dalam upaya untuk
memformulasikan berbagai program dan kegiatan dalam Corporate Social
Responsibility (CSR) PT. Sisirau, sehingga terjadi hubungan simbiosis
mutualisme antara perusahaan dan masyarakat luas.

B. PEMBAHASAN
A. Pemanfaatan
Pemanfaatan merupakan turunan kata dari kata ’Manfaat’, yakni
suatu penghadapan yang semata-mata menunjukan kegiatan
menerima. Penghadapan tersebut pada umumnya mengarah pada

7
Undang-undang Perseroan terbatas, (Bandung, Fokusmedia,2010), h.11.

161
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

perolehan atau pemakaian yang hal-hal yang berguna baik di


pergunakan secara langsung maupun tidak langsung agar dapat
bermanfaat.8
Pemanfaatan CSR bagi perusahaan
a. Meningkatkan citra perusahaan.
b. Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain.
c. Memperkuat brand merk perusahaan dimata masyarakat.
d. Membedakan perusahan tersebut dengan para pesaingnya.
e. Memberikan inovasi dan Pembelajaran untuk Meningkatkan
Pengaruh bagi perusahaan
f. Membuka Akses untuk Investasi dan Pembiayaan bagi
Perusahaan
g. Meningkatkan Harga Saham
Pemanfaatan CSR bagi Masyarakat
a. Meningkatknya kesejahteraan masyarakat sekitar dan
kelestarianlingkungan.
b. Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
c. Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.
d. Adanya pembangunan desa/fasilitas masyarakat yang bersifat
sosial dan berguna untuk masyarakat banyak khususnya
masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.
B. Corporate Social Responsibility (CSR)
1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR merupakan upaya perusahaan yang bersifat proaktif,
terstruktur, dan berkesinambungan dalam mewujudkan operasi bisnis
yang dapat diterima secara sosial (Socially Acceptable) dan ramah
lingkungan (Environmentally Friendly) guna mencapai kesuksesan

8
Kartika Sari, Teori Pemanfaatan, (Jakarta; PT. Grasindo, 2006),h.5.

162
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

finansial, sehingga dapat memberikan added valuebagi seluruh


stakeholder.9
2. Konsep Dasar Corporate Social Responsibility (CSR)
John Elkington pada tahun 1997 dalam Reza rahman melalui
bukunya “Cannibals with Fork, the Triple Bottom Line of Twentieth
Century Business”.Elkington mengembangkan konsep triple bottom
line dalam istilah economic prosperity, environmental quality dan
social justice.Elkington memberikan pandangan bahwa perusahaan
yang ingin berkelanjutan, harus memperhatikan “3P”.Selain mengejar
profit, perusahaan juga mesti memperhatikan dan terlibat pada
pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi
aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).10 Hubungan ini
kemudian diilustrasikan dalam bentuk segi tiga sebagai berikut:

9
Ismail Sholikhin, Corporate Social Responsibility from charity to
suitainability…,h. 73.
10
Reza rahman, Corporate Social Responsibility (Antara Kenyataan Dan Teori),
(Jogjakarta, Medpress, 2009), h. 13

163
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

C. Pemanfaatan CSR PT. Sisirau terhadap pemberdayaan


masyarakat di Desa Sidodadi Kec. Kejuruan Muda Kab. Aceh
Tamiang

a. Prosedur pengeluaran CSR


Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilaksanakan penulis,
dapat dilihat bahwa PT. Sisirau telah melaksanakan berbagai macam
program CSR di Desa Sidodadi Kec. Kejuruan Muda Kab. Aceh Tamiang
dan dalam menjalankan CSRnya PT. Sisirau dikolaborasikan dengan
menerima masukan-masukan dari masyarakat dalam pertemuan yang
dikordinir oleh pejabat Desa setempat.
Dari pemaparan diatas dapat pula dilihat bahwa pihak PT. Sisirau
cukup partisipatif dengan melibatkan masyarakat dalam menghasilkan
program-program CSR nya melalui pertemuan yang bertujuan untuk
mengkolaborasikan hasil sociaal mapping dan masukan/harapan
masyaarakat. Berikut bagan alur bagaimana program CSR PT Sirsirau.

b. Penyaluran CSR PT Sirsirau


Dari proses prosedur pengeluaran diatas lahirlah program-program
yang peneliti kategorikan sebagai berikut:
1. Program Pendidikan dan Dana Tunjangan
2. Program Pembangunan Sarana Umum
3. Pogram Ekonomi berupa pemberian Sembako kepada masyarakat
Lansia
4. Pogram pemanfaatan dibidang social berupa pemberian pakan ternak
(solid)

164
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

D. Permasalahan dalam penyaluran CSR


Pada hakekatnya setiap orang, kelompok dan organisasi mempunyai
tanggung jawab sosial (social responsibility) pada
lingkungannya.Tanggungjawab sosial seseorang atau organisasi adalah etika
dan kemampuan berbuat baik pada lingkungan sosial hidup berdasarkan
aturan, nilai dan kebutuhan masyarakat.Berbuat baik atau kebajikan
merupakan bagian dari kehidupan sosial.Dan segi kecerdasan, berbuat
kebajikan adalah salah satu unsur dari kecerdasan spiritual.Sementara dalam
konteks perusahaan, tanggung jawab sosial itu disebut tanggung jawab sosial
perusahaan (Corporate SocialResponsibility).
Tanggungjawab perusahaan sebagaimana konsep Piramida CSR yang
dikembangkan Archie B. Carol dalam Susioladi memberi justifikasi teoritis
dan logis mengapa sebuah perusahaan menerapkan CSR bagi masyarakat di
sekitarnya. DalampandanganCarol, CSRadalah puncak piramida yang
eratterkait dan bahkan identikdengantanggungjawabfilantropis,11antaralain:
a. Tanggungjawab ekonomis.
b. Tanggungjawab legal.
c. Tanggungjawab etis.
d. Tanggungjawab filantropis.
Setiap perusahaan memiliki cara pandang yang berbeda terhadap CSR,
dan cara pandang inilah yang bisa dijadikan indikator kesungguhan
perusahaan tersebut dalam melaksanakan CSR atau hanya sekedar membuat
pencitraan di masyarakat. Setidaknya terdapat tiga kategori paradigma
perusahaan dalam menerapkan program CSR menurut
Wibisono,diantaranya:

11
PriyantoSusioladi, Implementasi Corporate Social Responsibility Untuk
Mendukung PembangunanBerkelanjutan(Jakarta:Piramedia,2010), h.71.

165
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

1) Sekedar basa-basi dan keterpaksaan, artinya CSR dipraktekkan lebih


karena faktor eksternal, baik karena mengendalikan aspek sosial
(social driven) maupun mengendalikan aspek lingkungan
(environmental driven). Artinya pemenuhan tanggungjawab sosial
lebih karena keterpaksaan akibat tuntutan daripada kesukarelaan.
Berikutnya adalah mengendalikan reputasi (reputation driven), yaitu
motivasi pelaksanaan CSR untuk mendongkrak citra perusahaan.
Banyak korporasi yang sengaja berupaya mendongkrak citra dengan
mamanfaatkan peristiwa bencana alam seperti memberi bantuan uang,
sembako, medis dan sebagainya, yang kemudian perusahaan berlomba
menginformasikan kontribusinya melalui media massa. Tujuannya
adalah untukmengangkatreputasi.
2) Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance).CSR
diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum dan aturan
yang memaksanya, misalnya karena ada kendali dalam aspek pasar
(market driven). Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan
CSR ini menjadi tren seiring dengan maraknya kepedulian masyarakat
global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan
diproduksidenganmemperhatikankaidah-kaidahsosial.12
E. Permasalahan CSR Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat
Desa Sidodadi Kec. Kejuruan Muda Kab. Aceh Tamiang

Prinsip profesional perusahaan dan prinsip CSR untuk pemberdayaan


masyarakat perlu dibuat seimbang sehingga terjalin hubungan yang baik
antara perusahaan dengan masyarakat sekitar. Hubungan yang bersifat
mutualis perlu dibangun, demi kelangsungan perusahaan dan keberlanjutan
kehidupan masyarakat. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh
perusahaan melalui program CSR.

12
YusufWibisono, MembedahKonsepdanAplikasiCSR...,h.109.

166
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

Perusahaan perlu melakukan hal terbaik dalam rangka pemberdayaan


masyarakat. Berdasarkan Info Komunitas CSR, ada 8 komponen utama yang
dapat digunakan untuk penerapan CSR yang baik, yaitu:
1. Tingkah laku bisnis etis, meliputi: sifat adil dan jujur, standar kerja
tinggi, melatih etis para pimpinan dan eksekutif;
2. Komitmen tinggi pada stakeholders, meliputi: keuntungan untuk semua
stakeholders, adanya inisiatif dan mewujudkan dialog;
3. Peduli masyarakat, meliputi: membangun hubungan timbal balik, dan
melibatkan masyarakat dalam operasi perusahaan;
4. Terhadap konsumen, melindungi hak-haknya, kualitas layanan, dan
memberi informasi jujur;
5. Terhadap pekerja, meliputi: membangun lingkungan kekeluargaan,
tanggung jawab (accountable), upah yang wajar, komunikasi yang
luwes, dan mengembangkan pekerja;
6. investasi secara kompetitif;
7. Untuk pemasar: berbisnis secara adil;
8. Komitmen terhadap lingkungan, meliputi: menjaga kualitas
lingkungan, dan komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan.13
Perusahaan perlu memahami 8 komponen tersebut dan
menggunakannya untuk memberikan CSR terbaik bagi masyarakat.
Komponen-komonen tersebut sekaligus juga dapat menjadi pedoman untuk
melakukan evaluasi apakah selama ini perusahaan telah melakukan hal-hal
yang benar dan tepat terkait CSR.
Komponen-komponen tersebut perlu dilihat kembali apakah sudah
dilakukan sesuai prosedur dan memenuhi kriteria dalam pemberdayaan
masyarakat. CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan

13
Reza rahman, Corporate Social Responsibility (Antara Kenyataan Dan Teori),
(Jogjakarta, Medpress, 2009), h. 15-16

167
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

kepedulian yang selayaknya dilakukan oleh perusahaan untuk masyarakat,


agar mereka mendapat benefit dari keberadaan perusahaan di wilayahnya,
dan bukan merugi akibat kehilangan lahan serta sebagian ritual
kehidupannya.
Di Indonesia CSR diatur dalam Pasal 74 UU No. 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas dan Pasal 15, Pasal 17, dan Pasal 34 UU No. 25
tahun 2007 tentang Penanaman. Terkait kewajiban CSR bagi perusahaan,
Pasal 74 Ayat (1) UU PT No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan. Terkait anggaran CSR, Ayat (2) UU PT
menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan
kewajiban perseroan yang dianggarkan & diperhitungkan sebagai biaya
perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memerhatikan kepatutan
& kewajaran. Sedangkan terkait ancaman pidana, Ayat (3) UU PT
menyatakan bahwa perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut
dapat dipidana Perusahaan harus memerhatikan masyarakat dan lingkungan
di mana mereka beroperasi. Hal ini diatur dalam UU No. 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal.14
Pasal 15 UU tersebut menyatakan bahwa setiap penanam modal
berkewajiban:
1. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
2. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
3. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;
4. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan
usaha penanaman modal;

14
Undang-undang Perseroan terbatas, (Bandung, Fokusmedia,2010), h.19.

168
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

5. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan. Terkait


dengan kelestarian lingkungan, Pasal 17 UU Pasar Modal
menyatakan bahwa penanam modal yang mengusahakan sumber
daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana
secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar
kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan
terkait ancaman pidana, Pasal 34 UU Pasar Modal Ayat (1)
menyatakan bahwa badan usaha atau usaha perseorangan yang
tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal
15 dapat dikenai sanksi administratif dan sanksi pidana lainnya
sesuai ketentuan perundang-undangan.15
Banyak hal yang menjadi persoalan dan tidak teratasi karena tidak
adanya hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat di
sekitarnya. Berdasarkan Permasalahan dalam Implementasi CSR di
Indonesia ada beberapa hal yang layak dicatat dalam hal ini yaitu:
1. Perusahaan kurang memerhatikan kondisi masyarakat di mana
perusahaan beroperasi. Seperti kasus Freeport, Indo Rayon, dan
sebagainya mencerminkan kekakuan hubungan antara perusahaan dan
lingkungannya, di mana masyarakat seolah justru menjadi objek atau
pelengkap penderita bagi perusahaan. Masyarakat pun merasa
dikesampingkan keberadaannya, sehingga muncul konflik yang
kemudian mengganggu proses operasional perusahaan;
2. Perusahaan melakukan bisnis tanpa memerhatikan kerusakan
lingkungan alam di wilayah yang ditempatinya, padahal wilayah
tersebut juga menjadi tempat bergantungnya kehidupan masyarakat.
Pencemaran yang terjadi di Teluk Buyat adalah contoh dari pengabaian

15
Undang-undang Perseroan terbatas, (Bandung, Fokusmedia,2010), h.21-22.

169
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

itu, yang mengakibatkan penderitaan masyarakat karena harus


tercemar limbah tailing;
3. Perusahaan melakukan eksploitasi alam hingga merusaknya dan
merugikan kehidupan masyarakat yang luas, tanpa memperhitungkan
ganti rugi masyarakat secara adil. Kasus lumpur Lapindo adalah
contoh konkret kejamnya perusahaan terhadap masyarakat sekitar, dan
bahkan hingga kini permasalahan belum teratasi secara tuntas;
4. Perusahaan masih memandang sebelah mata pada pentingnya program
CSR bagi kelangsungan perusahaan, dan bahkan ada perusahaan yang
menganggap CSR sebagai kendala dalam upaya mereka meraih
keuntungan yang maksimal;
5. Perusahaan masih setengah hati dalam mengimplementasikan CSR,
sehingga masyarakat tidak dapat merasakan sepenuhnya manfaat
program yang diberikan. Hal ini terlihat pada sejumlah kasus di mana
masyarakat hanya diperlakukan seperti objek, dan perusahaanlah yang
banyak menentukan kegiatan program, padahal dalam upaya
pemberdayaan dibutuhkan partisipasi yang baik dari masyarakat;
6. Perusahaan mengimplementasikan CSR hanya untuk dalih pencitraan
perusahaan. Implementasi dengan model seperti ini pada umumnya
kurang banyak manfaatnya bagi masyarkat karena biasanya
programprogram yang dilakukan bersifat instan, sehingga benefitnya
tidak berkelanjutan bagi masyarakat. CSR dan Kesejahteraan Sosial
CSR merupakan bagian dari permasalahan kesejahteraan sosial.
Kesejahteraan sosial pada umumnya terkait dengan masalah
kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhankebutuhannya
terutama kebutuhan-kebutuhan yang bersifat dasar. Jika seseorang atau
sekelompok orang tidak mampu memenuhi kebutuhankebutuhan
dasarnya, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai orang yang

170
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

miskin atau dengan kata lain tidak sejahtera. Jadi kesejahteraan sosial
terkait dengan tingkat kemiskinan yang ada dalam masyarakat.
Kemiskinan sendiri mempunyai banyak rentetan persoalan yang perlu
dicermati jika negara ingin berhasil dalam penanggulangan
kemiskinan.16

Kesejahteraan terkait dengan tantangan-tantangan yang dihadapi


manusia pada jamannya, dan oleh karenanya upaya peningkatan
kesejahteraan harus disesuaikan dengan tantangantantangan yang dihadapi.
Apa yang terjadi saat ini tentu berbeda dengan apa yang terjadi 20 tahun lalu,
di mana saat ini bangsa Indonesia telah memasuki era global.
Menurut Untung Budi Hendrik “Proses globalisasi bergerak sejalan
dalam tiga arena kehidupan manusia: arena ekonomi, politik, dan budaya. Di
dalam arena ekonomi proses tersebut memengaruhi pengaturan-pengaturan
sosial dalam produksi, pertukaran barang, distribusi, dan konsumsi baik
barang maupun pelayanan (service).17
Dalam arena politik proses globalisasi menyatakan diri di dalam
pengaturan sosial dalam kaitannya dengan konsentrasi serta aplikasi
kekuasaan. Dalam arena budaya proses globalisasi menyatakan diri di dalam
pengaturan sosial dalam kaitannya dengan pertukaran dan ekspresi simbol
mengenai fakta, pengertian, kepercayaan, selera, dan nilai-nilai.”
Berdasarkan Tilaar, maka upaya pemberdayan masyarakat di era globalisasi
perlu dilakukan di tiga ranah besar yaitu ekonomi, politik, dan budaya.
Dalam hal ini penyelenggaraan CSR harus mampu menangkap apa yang
sesungguhnya menjadi kebutuhan masyarakat di sekitar perusahaan agar

16
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri : Memperkuat Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan, (Bandung : Refika Aditama, 2007), h 105
17
Untung Budi Hendrik,Corporate Social Responsibility, (Jakarta, Cet Ke-2. Sinar
Grafika2008), h. 55

171
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

dapat disusun formulasi yang tepat untuk memberdayakan mereka. Upaya


perwujudan kesejahteraan sosial perlu dilakukan bukan saja melalui
perencanaan jangka pendek, namun juga perencanaan jangka panjang.
Terkait dengan ini, Bappenas telah menyusun perencanaan yang
komprehensif untuk pembangunan Indonesia.18
Menurut Heri Sudarsono, ada banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya proses kemiskinan, di mana satu sama lainnya terjalin dalam satu
kerangka yang disebut ’perangkap kemiskinan’ atau ‘deprivation trap’ yang
terdiri dari 5 unsur yaitu:
1. Kemiskinan itu sendiri;
2. Kelemahan fisik;
3. Keterasingan atau kadar isolasi;
4. Kerentanan; dan
5. Ketidakberdayaan.19

Berdasarkan Heri Sudarsono, perangkap kemiskinan harus dicegah dan


diatasi, karena perangkap kemiskinan bisa membawa manusia ke dalam
jurang terdalam penderitaan, yang mengakibatkan semakin jauhnya
kesejahteraan. Program CSR seharusnya melihat masalah perangkap
kemiskinan yang dialami masyarakat, sehingga program CSR daat memilih
jenis program yang paling tepat dengan kondisi masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat harus didukung oleh penguatan institusi.
Meskipun telah ada UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
dan UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang mewajibkan
perusahaan untuk melakukan CSR bagi masyarakat sekitar, namun
Pemerintah perlu terus mendorong dan melakukan pembinaan terkait CSR.

18
Ibid., h.57
19
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam (Yogakarta, Ekonisia, cet ke-5, 2007),
h, 190

172
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

Pengawasan dan pembinaan perlu dilakukan pada kedua belah pihak, baik
kepada perusahaan maupun masyarakat, agar program CSR dapat dilakukan
dengan sebaik-baiknya oleh setiap perusahaan untuk masyarakat di
sekitarnya. Ada berbagai jenis kegiatan program CSR yang bisa dipilih oleh
perusahaan, dan salah satunya adalah pemberdayaan masyarakat
Dari paparan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Masalah dasar dalam pengelolaan CSR di PT Sirsirau adalah
anggapan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) barulah
sebatas kewajiban yang harus ditaati karena merupakan perintah
UU yang ada.
2. PT Sirsirau masih enggan dalam menyelenggarakan CSR yang
bersifat sebagai “kewajiban” yang benar-benar harus dilaksanakan,
tanpa harus memandang hal itu sebagai kewajiban kontraktual dan
perintah Undang-Undang.
3. Kesadaran terhadap CSR (Corporate Social Responsibility) yang
seharusnya telah terintegrasi dalam hierarki perusahaan sebagai
strategi dan policy manejemen, belum mencapai tatanan
keseimbangan dunia usaha antara pelaku dan masyarakat sekitar.
4. Esensi dan signifikansi dari CSR masih belum dapat terbaca
sepenuhnya oleh pelaku bisnis, sehingga CSR sendiri bagi
sebagian pelaku bisnis baru sekedar wacana dan terkadang
implementasinya berdasarkan atas tuntutan masyarakat.
5. Belum tingginya ketegasan pemerintah di dalam memaksa pihak
perusahaan untuk betul-betul melaksanakan kewajiban mereka
menerapkan CSR yang baik, tepat sasaran dan berorientasi pada
peningkatan kesejateraan masyarakat. Dalam konteks ini,
pemerintah juga dinilai masih enggan untuk memberikan sanksi
tegas kepada perusahaan yang tidak menerapkan CSR secara

173
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

maksimal. Keengganan ini berakibat pelaksanaan CSR masih


setengah-setengah atau belum menyentuh masalah yang
sesungguhnya, yakni mendorong adanya usaha untuk membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat
disekitar perusahaan tersebut berada.
6. Masyarakat juga masih belum sepenuhnya menyadari arti penting
dari implementasi CSR yang baik dan tepat sasaran. Umumnya
masyarakat hanya memandang bahwa perusahaan berkewajiban
membagi sebagian kecil keuntungan perusahaan untuk diberikan
kepada masyarakat, melalui berbagai macam kegiatan atau
aktivitas. Hal ini tertampak pada masih kecilnya manfaat yang
secara langsung bisa diterima oleh masyarakat sebagai akibat dari
rendahnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya perusahaan
menunaikan kewajiban CSR mereka kepada masyarakat.

C. PENUTUP
Pemanfaatan CSR PT. Sisirau terhadap pemberdayaan masyarakat di
Desa Sidodadi Kec. Kejuruan Muda Kab. Aceh Tamiang, Dari proses
prosedur pengeluaran diatas lahirlah program-program CSR dalam
pemberdayaan masyarakat, diantarnya Program Pendidikan dan Dana
Tunjangan, Program Pembangunan Sarana Umum, Pogram Ekonomi berupa
pemberian Sembako kepada masyarakat Lansia dan Pogram pemanfaatan
dibidang sosial. PermasalahanCorporate Social Responsibility (CSR) PT
Sirsirau Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Desa Sidodadi Kec.
Kejuruan Muda Kab. Aceh Tamiang adalah Masalah dasar dalam
pengelolaan CSR di PT Sirsirau adalah anggapan bahwa tanggungjawab
sosial perusahaan (CSR) barulah sebatas kewajiban yang harus ditaati karena
merupakan perintah UU yang ada. PT Sirsirau juga masih enggan dalam

174
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

menyelenggarakan CSR yang bersifat sebagai “kewajiban” yang benar-benar


harus dilaksanakan, tanpa harus memandang hal itu sebagai kewajiban
kontraktual dan perintah Undang-Undang dan Esensi dan signifikansi dari
CSR masih belum dapat terbaca sepenuhnya oleh pelaku bisnis, sehingga
CSR sendiri bagi sebagian pelaku bisnis baru sekedar wacana dan terkadang
implementasinya berdasarkan atas tuntutan masyarakat serta Belum
tingginya ketegasan pemerintah di dalam memaksa pihak perusahaan untuk
betul-betul melaksanakan kewajiban mereka menerapkan CSR yang baik,
tepat sasaran dan berorientasi pada peningkatan kesejateraan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Budi Untung, Hendrik. Corporate Social Responsibility.Jakarta :
Sinar Grafika, 2008.

Bungin,Burhan. Metodologi Penelitian Sosial,.Surabaya :


Airlangga,2001.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian : Memberi


Bekal Teoritis pada Mahasiswa tentang Metodologi Penelitian serta
diharapkan dapat Melaksanakan Penelitian dengan Langkah-langkah yang
benar.Jakarta:PT.Bukti Aksara,2005.

Ismail Solihin. Corporate Social Responsibility : From Charity to


Sustainability. Jakarta : Salemba Empat. 2014

J.Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT.


Remaja Rosdakarya.2000

Prof.Dr.Sugiyono, Metode Penelitian Pendidika.Bandung:


Alfabeta,2007.

Rahman, Reza. Corporate Social Responsibility (Antara Kenyataan


Dan Teori).Jogjakarta, Medpress, 2009.

Sari, Kartika. Teori Pemanfaatan,.Jakarta; PT. Grasindo, 2006.

175
Esensi (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah), Vol II Edisi I 2019

Soemitro, Rachmat.Hukum Perseroan Terbatas,.Bandung:


Eresco,1993.

Suharto,Edi. Pekerja Sosial di Dunia Industri : Memperkuat


Tanggung Jawab SosialPerusahaan,.Bandung : Refika Aditama, 2007.

Wibisono,Yusuf.,MembedahKonsepdanAplikasiCSR.Gresik:FaschoP
ublishing, 2007

176

Anda mungkin juga menyukai