Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PELAYANAN PRIMA (EXCELLENT SERVICE)

’’DESKRIPSI RUMAH SAKIT YANG TIDAK MENERAPKAN


PELAYANAN PRIMA BERDASARKAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT
DAN ASUHAN KEPERAWATAN’’

Dosen: Ucira, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh: Kelompok I
Kelas A2
Angkatan 2018

RASNAWATI : NH0118062
NIRMALA : NH0118055
RICKY SAPUTRA : NH0118066
NURLISA RORANO : NH0118060
NATALIA DELSI : NH0118053
SRIANI : NH0118082
SUSI SUYANTI : NH0118087
SELVIA WATAFUHAN : NH0118077
SOFIYANI W. SALIM : NHO118079
RAHMA BOOY : NH0116135
SONIA TITIN RAHAKRATAT : NH0118080

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Pelayanan Prima (Excellent Service) yang berjudul ’’Deskripsi Rumah
Sakit yang Tidak Menerapkan Pelayanan Prima Berdasarakan Manajemen Rumah
Ssakit dan Asuhan Keperawatan’’.

Makalah ini kami telah susun semaksimal mungkin. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada ibu Ucira, S.Kep., Ns., M.Kep.
Selaku dosen mata kuliah Pelayanan Prima (Excellent Service).

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ’’Deskripsi Rumah Sakit yang
Tidak Menerapkan Pelayanan Prima Berdasarakan Manajemen Rumah Sakit dan
Asuhan Keperawatan’’ ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Makassar, 13 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2

C. Tujuan .................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Pelayanan Prima ....................................................................... 3

B. Konsep Pelayanan Prima ........................................................................ 3

C. Faktor-faktor Pendorong Pasien Indonesia Berobat ke Singapura ......... 4

D. Manajemen Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan Pelayanan Prima .... 6

E. Deskripsi Ruangan Flamboyan RSUD Salewangang Maros yang


Tidak Menerapkan Pelayanan Prima dalam Melakukan Tindakan
Pemasanagan Infus.................................................................................. 7
F. Deskripsi Ruangan Teratai A RSUD Salewangang Maros yang Tidak
Menerapkan Pelayanan Prima dalam Melakukan Tindakan Perawatan
Luka ........................................................................................................ 8
G. Inovasi pada Pemasangan Infus .............................................................. 8
H. Inovasi pada Perawatan Luka ................................................................. 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 10

B. Saran........................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peranan rumah sakit sangat penting dalam menunjang kesehatan
masyarakat. Maju atau mundurnya rumah sakit akan ditentukan oleh
keberhasilan dari pihak–pihak ataupun stakeholder dalam rumah sakit. Pihak
rumah sakit harus mampu memahami konsumennya secara keseluruhan
dengan atas kesadaran, tanggung jawab penuh dan moral yang setinggi-
tingginya sesuai dengan etika profesi masing-masing. Pelayanan kesehatan
harus dijaga maupun ditingkatkan kualitasnya sesuai dengan standar
pelayanan yang berlaku menurut peraturan perundang-undangan dan standar
kualitas yang ditetapkan rumah sakit agar masyarakat sebagai konsumen
dapat merasakan pelayanan yang baik (Ningsih, 2018).
Seiring berkembangnya era global saat ini, masyarakat menuntut
adanya peningkatan kualitas kinerja, salah satunya kualitas pelayanan.
Pelayanan yang berkualitas atau sering disebut pelayanan prima merupakan
pelayanan terbaik yang memenuhi standar kualitas pelayanan. Pelayanan
prima di kantor penting dilakukan, karena dengan adanya pelayanan yang
terbaik yang diberikan akan memberikan citra dan nama baik bagi kantor
tersebut. Pelayanan prima memberikan kesan pertama sampai akhir dalam
melayani tamu. Dengan adanya sistem tersebut dapat digunakan oleh semua
pihak dalam pengambilan suatu keputusan maupun mempermudah kegiatan
operasional suatu perusahaan tersebut (Suminar, 2017).
pelayanan prima merupakan totalitas pelayanan yang diberikan suatu
perusahaan, dilakukan secara sadar, terpadu (harus dilakukan oleh seluruh
pegawai) dan konsisten (mutu pelayanan setiap unit harus sama/standar)
dengan mengacu pada standar kualitas pelayanan yang setinggi-tingginya
dengan maksud untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Pelayanan prima
bukanlah istilah baru dalam dunia kerja, baik yang bersifat profit maupun non
profit. Semua tidak terlepas terhadap tiga komponen penting yaitu adanya
attitude, skill dan knowledge yang berakhir pada kompetensi yang handal
sebagai aparatur pemerintah (Asih, 2016).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pelayanan prima?
2. Apa saja konsep dalam pelayanan prima?
3. Apa saja faktor-faktor pendorong pasien Indonesia berobat ke Singapura?
4. Berikan kasus manajemen rumah sakit yang tidak menerapkan pelayanan
Prima?
5. Deskripsikanlah mengenai tindakan pemasangan infus di ruangan
Flamboyan RSUD Salewangang Maros yang tidak menerapkan pelayanan
prima?
6. Deskripsikanlah mengenai tindakan perawatan luka di ruangan Teratai A
RSUD Salewangang Maros yang tidak menerapkan pelayanan prima?
7. Inovasi apa yang dilakukan pada pemasangan infus?
8. Inovasi apa yang dilakukan pada perawatan luka?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan prima.
2. Untuk mengetahui konsep dalam pelayanan prima.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong pasien Indonesia berobat ke
Singapura.
4. Untuk mengetahui manajemen rumah sakit yang tidak menerapkan
pelayanan Prima.
5. Untuk mengetahui tindakan pemasangan infus di ruangan Flamboyan
RSUD Salewangang Maros yang tidak menerapkan pelayanan prima.
6. Untuk mengetahui tindakan perawatan luka di ruangan Teratai A RSUD
Salewangang Maros yang tidak menerapkan pelayanan prima.
7. Untuk mengetahui inovasi pada pemasangan infus.
8. Untuk mengetahui inovasi pada perawatan luka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Pelayanan Prima
Pelayanan prima merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberi
nilai tambah agar dapat memenuhi atau dapat melampaui harapan pelanggan.
Pelayanan prima dalam konteks pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan
yang diberikan kepada pasien yang berdasarkan standar kualitas untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat
memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan loyalitasnya
kepada rumah sakit (Erastus Mosha, 2014).
Pelayanan prima dalam keperawatan adalah pelayanan yang
berdasarkan perilaku caring, dengan sepuluh karatif caring (Suroso, Haryati,
Mustikasari, & Novieastari, 2015).
B. Konsep Pelayanan Prima
Berikut beberapa konsep pelayanan prima, yaitu (Laurena, 2015) :
1. Kemampuan (Ability)
Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan tertentu yang
mutlak diperlukan untuk menunjang program layanan prima, yang
meliputi kemampuan dalam bidang kerja yang ditekuni, melaksanakan
komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi, dan menggunakan
public relation sebagai instrument dalam membina hubungan ke dalam
dan ke luar organisasi.
2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah perilaku atau perangai yang harus ditonjolkan ketika
menghadapi pengguna. Sikap sebagai kumpulan perasaan, keyakinan dan
kecenderungan perilaku yang secara relatif berlangsung lama yang
ditujukan kepada orang, ide, obyek dan kelompok orang tertentu. Ditarik
kesimpulan bahwa sikap meliputi tiga aspek, yaitu keyakinan (aspek
kognitif), perasaan (aspek afektif), dan kecenderungan perilaku (aspek
konitif).
3. Penampilan (Appearance)
Penampilan adalah penampilan seseorang, baik yang bersifat fisik
saja ataupun non fisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan
kredibilitas dari pihak lain. Penampilan adalah perpaduan antara
penampilan fisik dan gaya penampilan seseorang yang akan mewarnai
seseorang bersikap.
4. Perhatian (Attention)
Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan/pengguna
baik yang berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan
pengguna maupun pemahaman atas saran dan kritikannya. Memberikan
perhatian khusus secara penuh kepada pengguna maka hubungan kita
dengan pengguna akan menjadi semakin baik.
5. Tindakan (Action)
Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan
dalam memberikan layanan kepada pengguna. Tidakan adalah perbuatan
atau sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk
menghasilkan sesuatu. Bila dimaksudkan dengan tindakan pelayanan
adalah upaya-upaya atau perbuatan nyata yang ditujukan untuk
memberikan pelayanan yang wajar atau pelayanan yang baik (genuine
service), yang tentunya akan dapat dicapai bila di dalam diri pemberi
layanan terdapat sense of service attitude dengan mengedepankan
perhatian yang ditunjang oleh kemampuan melayani (service ability) dan
tampilan layanan (service appearance) yang baik.
6. Tanggung jawab (Accountability)
Tanggung jawab adalah suatu sikap keberpihakan kepada
pengguna sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan atau
meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan pengguna.
C. Faktor-faktor Pendorong Pasien Indonesia Berobat ke Singapura
Ada 3 faktor, yaitu (Adiwidjaja & Dhuhaniyati, 2012) :
1. Pelayanan Rumah Sakit
Sebagian responden yang tergolong kelas ekonomi tinggi (high
class) mempunyai pendapatan di atas rata-rata dan pengeluaran di atas
rata-rata berobat di rumah sakit berpendapat bahwa pelayanan rumah
sakit di Singapura 42% berpengaruh pada intensi pasien untuk berobat di
Singapura. Sebagian besar responden 72% menyatakan pengobatan di
Indonesia belum mampu menyembuhkan pasien setelah banyaknya biaya
yang dikeluarkan. Pertimbangan mereka berobat keluar negeri adalah
keinginan untuk sembuh yang kuat dari pasien, sehingga kurang
mempertimbangkan biaya. Namun 33% responden yang tergolong kelas
ekonomi menengah ke bawah (middle and llower class) menyatakan tidak
perlu berobat ke luar negeri. Mereka akan beralih ke rumah sakit di
Indonesia apabila pelayanan rumah sakit di Indonesia dinilai sama
baiknya dengan rumah sakit di Singapura dengan pertimbangan jarak dan
biaya. Selain pertimbangan jarak, biaya menjadi pertimbangan untuk
berobat ke Singapura, pengobatan di Singapura cukup mahal. Hal ini
belum di tambah biaya hidup seperti makan dan tempat tinggal, juga
pengurusan surat ke luar negeri.
2. Tenaga Medis
Kualitas tenaga medis yang ada di Indonesia di nilai rendah.
Bahkan semakin banyaknya malpraktek dan banyaknya pengobatan
alternatif di Indonesia. Beberapa pasien yang berobat ke Singapura
disebabkan oleh kekecewaan mereka atas hasil medisnya. Beberapa
pasien yang berobat ke Singapura dikarenakan .telah mengalami
‘keputusasaan’ dengan apa yang diberikan oleh institusi medis, di
Indonesia, sehingga anggapan pasien dengan berobat ke Singapura
dengan institusi medis modern dapat menyembuhkan sakit pasien. Selain
itu kemampuan tenaga medis dari keahlian/ spesialisasi, kebenaran
diagnosa dokter akan penyakitnya dan ketepatan obat dan cara
pengobatannya, kedispilinan menangani pasien dengan selalu mengontrol
pasien, ketepatan, kecepatan tenaga medis di Singapura dianggap dapat
menangani pasien dari kesakitan, menghemat waktu dan biaya penderita.
3. Kualitas Pelayanan Rumah Sakit
Persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan rumah sakit
berpengaruh pada intensi mereka untuk berobat ke Singapura. Rumah
sakit pemerintah di Indonesisa tergolong masih minim dalam hal
pengadaan dan penempatan peralatan kesehatan yang dibutuhkan di
rumah sakit.
D. Manajemen Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan Pelayanan Prima

RSUD Salewangang Maros


(Limono, Najmi 2018)

Puluhan dokter spesialis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)


Salewangang Maros, melakukan aksi mogok kerja dan tidak melayani pasien
di poliklinik. Hal tersebut dilakukan dokter spesialis, karena mereka
menganggap buruknya pelayanan kesehatan RSUD Salewangang Maros.
Pasalnya RSUD Salewangang telah menjadi sorotan dalam beberapa tahun
belakangan. Koordinator Lapangan (korlap) Dr. Chairuddin menuturkan,
selama ini pelayanan dokter dan tenaga medis selalu menjadi kambing hitam
jika RSUD dalam sorotan. Dia menganggap, mereka hanyalah korban dari
buruknya managemen dan tata kelola rumah sakit yang tidak profesional,
akuntabel dan transparan.

"Upaya kami secara internal untuk membenahi sistem pelayanan


kesehatan tidak mendapat respon yang memadai dari managemen dan
stakeholder terkait. Aksi mogok kerja ini merupakan hal berat dan pahit yang
harus kami lakukan agar semua kita yang terlibat melakukan pembenahan
demi terwujudnya pelayanan kesehatan terbk bagi masyarakat," ujar dokter
spesialis THT.

Chaeruddin menjelaskan, buruknya sistem dalam managemen RSUD


Salewangang, mencakup kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang
pelayanan rumah sakit, kurangnya transparannya alur pembagian BPJS.
Dugaan penyelewengan yang dilakukan managemen dalam hal Pusat
Pengendali Pelayani Rumah Sakit (P3RS).
lebih jauh Chaeruddin menuturkan, penyelewengan yang dilakukan
adalah penerimaan jasa untuk managemen rumah sakit sebanyak 10 persen
dari total klaim BPJS Kesehatan.

"Managemen rumah sakit juga kurang transparan soal rekap data


pasien yang telah terlayani dari rumah sakit, terkait status pembayaran baik
pending atau belum dibayarkan. Kami juga menganggap P3RS yang dibentuk
oleh managemen rumah sakit tidak memiliki aturan. Ini tidak sesuai dengan
aturan yang ada," katanya.

Apalagi lanjutnya, SK insentif P3RS JKN dan pelayanan kesehatan


lainnya yang diterbitkan Bupati Maros tidak disertai dengan bukti penerimaan
jasa.

E. Deskripsi Ruangan Flamboyan RSUD Salewangang Maros yang Tidak


Menerapkan Pelayanan Prima dalam Melakukan Tindakan
Pemasasnagan Infus
Perawat berpendapat pemasangan infus adalah hal yang sudah biasa
dikerjakan. Bahkan ketika ditanya masalah Standar Operasional Prosedur
(SOP) pemasangan infus, perawat sedikit mengetahui isi dari SOP tersebut
dan ketika diobservasi saat melakukan pemasangan infus ternyata ada
beberapa aspek tidak dilakukan yang sesuai dengan isi SOP (Siagan &
Kristano, 2019).
Pemasangan infus sudah tidak asing lagi dilakukan oleh perawat,
bahkan setiap pasien yang opname masing-masing terpasang infus.
Pemasangan infus dilakukan dengan cara memasukkan IV Cateter (abocath)
langsung pada vena pasien yang dihubungkan dengan infus set (makro/mikro)
yang terhubung dengan cairan sesuai kebutuhan, tindakan ini dilakukan untuk
mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit
tubuh. Namun siapa sangka tindakan pemasangan infus ini sering kali tidak
sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan seperti yang saya saksikan saat
observasi dilahan praktik tidak menggunakan tourniquet untuk membendung
vena pasien dan tidak menyiapkan nierbekken atau bengkok untuk tempat alat
dan bahan bekas pakai serta tidak menjelaskan kepada pasien mengenai
tujuan tindakan yang dilakukan.
F. Deskripsi Ruangan Teratai A RSUD Salewangang Maros yang Tidak
Menerapkan Pelayanan Prima dalam Melakukan Tindakan Perawatan
Luka
Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi
ketika kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan
radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan
yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan
fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka.
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh
kembali pulih, ditunjukkan dengan tandatanda dan respon yang berurutan
dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi
secara normal (Titi Handayani, 2016).
Tindakan perawatan luka (ganti verband) pada prinsipnya dibutuhkan
sterilisitas sebab luka sangat rentan terhadap masuknya mikroorganisme dan
adanya disintegritas jaringan. Selain itu, hal-hal penting yang juga perlu
diperhatikan oleh petugas kesehatan (perawat) yaitu penggunaan APD (Alat
Pelindung Diri) seperti masker, handscoon, celemek, kap kepala, kacamata,
dan sepatu boots serta perlunya memperhatikan alat-alat yang harus
disiapkan. Tetapi, pada saat saya mengobservasi tindakan perawatan luka
yang dilakukan oleh perawat di lahan praktek tidak terlalu memperhatikan
keselamatan diri, sebab APD yang digunakan tidak lengkap (hanya memakai
masker dan handscoon) dan meletakkan handscoon bekas pakai di troli tanpa
menyediakan nierbekken atau bengkok, hal ini mengurangi kualitas atau tidak
memperhatikan SOP yang telah ditetapkan.
G. Inovasi pada Pemasangan Infus
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap
pemasangan dan perawatan infus perlu memberikan penjelasan dan
pemahaman yang lengkap kepada pasien terkait infus yang digunakannya.
Selain itu juga perawat perlu memberikan perhatian dan perawatan infus yang
tepat sehingga dapat mengurangi masalah yang dialami pasien terkait infus
yang digunakan dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan
yang diberikan kepada pasien (Bayhakki, Erwin, & Utomo, 2017).
Sebagai seorang perawat hendaknya memperbanyak pengetahuan
melalui pelatihan-pelatihan atau diskusi dalam keperawatan khususnya pada
tindakan pemasangan infus agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
dalam tindakan tersebut, serta belajar dari pengalaman orang lain untuk dapat
dianalisis apakah tindakan tersebut tepat atau tidak.
H. Inovasi pada Perawatan Luka
Resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dapat diminimalkan dengan
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan,
monitoring dan evaluasi. Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi bisa
dilakukan dengan memutus mata rantai penularan. Komponen rantai
penularan infeksi yaitu mulai dari agen infeksi, reservoir, pintu keluar, cara
penularan, pintu masuk dan penjamu. Perawat termasuk dalam komponen
rantai penularan infeksi dan dapat dimasukkan dalam pejamu rentan dan
tempat tumbuhnya agen penyebab infeksi. Seorang perawat yang dalam
keadaan daya tahan tubuh menurun akan berpotensi terkena infeksi saat
bekerja, sehingga perawat perlu menggunakan alat pelindung diri (APD) saat
melakukan tindakan kepada pasien. Salah satu dampak dari tidak
menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan dan masker) saat bekerja
yaitu terkena infeksi nosokomial (Arifianto, 2017).
Sebagai seorang perawat hendaknya kita memperhatikan keselamatan
dalam bekerja seperti menyediakan dan menggunakan APD dengan tepat
dalam melakukan tindakan khususnya pada perawatan luka, agar kita dapat
menghindari terjadinya penyebaran infeksi serta melakukan diskusi dan
bekerjasama dengan petugas K3 dalam penyediaan APD.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan prima dalam konteks pelayanan rumah sakit merupakan
pelayanan yang diberikan kepada pasien yang berdasarkan standar kualitas
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat
memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan loyalitasnya
kepada rumah sakit. Dalam memberikan pelayanan ada 6 konsep yang
sebaiknya diterapkan, yaitu Kemampuan (Ability), sikap (attitude),
penampilan (appearance), perhatian (attention), tindakan (action), dan
tanggung jawab (accuntability). Adapun faktor pendorong yang menyebabkan
pasien Indosnesia berobat ke Singapura yaitu karena pelayanan rumah sakit di
Indonesia yang kurang bagus, tenaga medis yang kurang terampil, dan
kualitas pelayanan rumah sakit yang kurang memadai dari segi penyediaan
alat atau sarana dan pra-sarana.
B. Saran
Sebaiknya dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam pelayanan
kesehatan hendaknya membuahkan pelayanan yang bisa berdampak positif
atau memberi manfaat untuk sesama agar target pelayanan kesehatan dapat
berjalan secara efektif serta dapat memberikan kualitas yang dapat bersaing
secara global.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwidjaja, I., & Dhuhaniyati, L. (2012). Implikasi pelayanan prima (service


excellence) dan paket agenda reformasi layanan kesehatan : pelajaran
menarik dari Singapura dan Malaysia bagi Indonesia. Reformasi, 2(110–
112), 109–115.

Arifianto. (2017). Kepatuhan Perawat dalam Menerapkan Sasaran Keselamatan


Pasien pada Pengurangan Resiko Infeksi dengan Penggunaan Alat
Pelindung diri di RS. Roemani Muhammadiyah Semarang.

Asih, N. S. (2016). Pengaruh Pelayanan Prima (Service Excellence) Terhadap


Kepuasan Pelanggan Salon Agata Singaraja. Jurnal Program Studi
Pendidikan Ekonomi (JPPE), 7(3).

Bayhakki, Erwin, & Utomo, W. (2017). Pengalaman Menggunakan Infus saat di


Rawat di Rumah Sakit. Idea Nursing Journal, VIII(2), 35–42.

Erastus Mosha. (2014). Pelayanan prima. 1–43.

Laurena, D. J. (2015). Analisis pelayanan prima dengan konsep a6 pada


perpustakaan tinggi negeri di surabaya. Deby Julia Laurena.

Ningsih, F. (2018). Urgensi Pelayanan Prima Rumah Sakit Umum Daerah ( Studi
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan ). (1).

Siagan, E., & Kristano, E. N. (2019). In House Training pada Perawat PK I – IV


terhadap In House Training On Clinical Nurses I-IV to Knowledge. (1), 9–
20.

Suminar, R. (2017). Pelayanan prima pada orang tua siswa di Sempoa SIP TC
Paramount Summarecon. Sekretari, 4(2), 1–25.

Suroso, Haryati, R. T. S., Mustikasari, & Novieastari, E. (2015). Pelayanan


keperawatan prima berbasis budaya berpengaruh terhadap tingkat kepuasan
pasien di rumah sakit. 18(1), 38–44.
Titi Handayani, L. (2016). Studi Meta Analisis Perawatan Luka Kaki Diabetes
dengan Modern Dressing. Studi Meta Analisis Perawatan Luka Kaki
Diabetes Dengan Modern Dressing, 6(2), 149–159.

Limonu, Najmi. 2018. Puluhan Dokter di RSUD Salewangang Maros Mogok


Kerja.[Online].Tersedia:
https://makassar.sindonews.com/read/18239/4/puluhan-dokter-spesialis-di-
rsud-salewangang-maros-mogok-kerja-1545019957. Diakses pada 13
Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai