Dosen: Ucira, S.Kep., NS., M.Kep: Oleh: Kelompok I Kelas A2 Angkatan 2018
Dosen: Ucira, S.Kep., NS., M.Kep: Oleh: Kelompok I Kelas A2 Angkatan 2018
Oleh: Kelompok I
Kelas A2
Angkatan 2018
RASNAWATI : NH0118062
NIRMALA : NH0118055
RICKY SAPUTRA : NH0118066
NURLISA RORANO : NH0118060
NATALIA DELSI : NH0118053
SRIANI : NH0118082
SUSI SUYANTI : NH0118087
SELVIA WATAFUHAN : NH0118077
SOFIYANI W. SALIM : NHO118079
RAHMA BOOY : NH0116135
SONIA TITIN RAHAKRATAT : NH0118080
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Pelayanan Prima (Excellent Service) yang berjudul ’’Deskripsi Rumah
Sakit yang Tidak Menerapkan Pelayanan Prima Berdasarakan Manajemen Rumah
Ssakit dan Asuhan Keperawatan’’.
Makalah ini kami telah susun semaksimal mungkin. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada ibu Ucira, S.Kep., Ns., M.Kep.
Selaku dosen mata kuliah Pelayanan Prima (Excellent Service).
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ’’Deskripsi Rumah Sakit yang
Tidak Menerapkan Pelayanan Prima Berdasarakan Manajemen Rumah Sakit dan
Asuhan Keperawatan’’ ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan .................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ............................................................................................. 10
B. Saran........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan rumah sakit sangat penting dalam menunjang kesehatan
masyarakat. Maju atau mundurnya rumah sakit akan ditentukan oleh
keberhasilan dari pihak–pihak ataupun stakeholder dalam rumah sakit. Pihak
rumah sakit harus mampu memahami konsumennya secara keseluruhan
dengan atas kesadaran, tanggung jawab penuh dan moral yang setinggi-
tingginya sesuai dengan etika profesi masing-masing. Pelayanan kesehatan
harus dijaga maupun ditingkatkan kualitasnya sesuai dengan standar
pelayanan yang berlaku menurut peraturan perundang-undangan dan standar
kualitas yang ditetapkan rumah sakit agar masyarakat sebagai konsumen
dapat merasakan pelayanan yang baik (Ningsih, 2018).
Seiring berkembangnya era global saat ini, masyarakat menuntut
adanya peningkatan kualitas kinerja, salah satunya kualitas pelayanan.
Pelayanan yang berkualitas atau sering disebut pelayanan prima merupakan
pelayanan terbaik yang memenuhi standar kualitas pelayanan. Pelayanan
prima di kantor penting dilakukan, karena dengan adanya pelayanan yang
terbaik yang diberikan akan memberikan citra dan nama baik bagi kantor
tersebut. Pelayanan prima memberikan kesan pertama sampai akhir dalam
melayani tamu. Dengan adanya sistem tersebut dapat digunakan oleh semua
pihak dalam pengambilan suatu keputusan maupun mempermudah kegiatan
operasional suatu perusahaan tersebut (Suminar, 2017).
pelayanan prima merupakan totalitas pelayanan yang diberikan suatu
perusahaan, dilakukan secara sadar, terpadu (harus dilakukan oleh seluruh
pegawai) dan konsisten (mutu pelayanan setiap unit harus sama/standar)
dengan mengacu pada standar kualitas pelayanan yang setinggi-tingginya
dengan maksud untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Pelayanan prima
bukanlah istilah baru dalam dunia kerja, baik yang bersifat profit maupun non
profit. Semua tidak terlepas terhadap tiga komponen penting yaitu adanya
attitude, skill dan knowledge yang berakhir pada kompetensi yang handal
sebagai aparatur pemerintah (Asih, 2016).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pelayanan prima?
2. Apa saja konsep dalam pelayanan prima?
3. Apa saja faktor-faktor pendorong pasien Indonesia berobat ke Singapura?
4. Berikan kasus manajemen rumah sakit yang tidak menerapkan pelayanan
Prima?
5. Deskripsikanlah mengenai tindakan pemasangan infus di ruangan
Flamboyan RSUD Salewangang Maros yang tidak menerapkan pelayanan
prima?
6. Deskripsikanlah mengenai tindakan perawatan luka di ruangan Teratai A
RSUD Salewangang Maros yang tidak menerapkan pelayanan prima?
7. Inovasi apa yang dilakukan pada pemasangan infus?
8. Inovasi apa yang dilakukan pada perawatan luka?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan prima.
2. Untuk mengetahui konsep dalam pelayanan prima.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong pasien Indonesia berobat ke
Singapura.
4. Untuk mengetahui manajemen rumah sakit yang tidak menerapkan
pelayanan Prima.
5. Untuk mengetahui tindakan pemasangan infus di ruangan Flamboyan
RSUD Salewangang Maros yang tidak menerapkan pelayanan prima.
6. Untuk mengetahui tindakan perawatan luka di ruangan Teratai A RSUD
Salewangang Maros yang tidak menerapkan pelayanan prima.
7. Untuk mengetahui inovasi pada pemasangan infus.
8. Untuk mengetahui inovasi pada perawatan luka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Pelayanan Prima
Pelayanan prima merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberi
nilai tambah agar dapat memenuhi atau dapat melampaui harapan pelanggan.
Pelayanan prima dalam konteks pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan
yang diberikan kepada pasien yang berdasarkan standar kualitas untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat
memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan loyalitasnya
kepada rumah sakit (Erastus Mosha, 2014).
Pelayanan prima dalam keperawatan adalah pelayanan yang
berdasarkan perilaku caring, dengan sepuluh karatif caring (Suroso, Haryati,
Mustikasari, & Novieastari, 2015).
B. Konsep Pelayanan Prima
Berikut beberapa konsep pelayanan prima, yaitu (Laurena, 2015) :
1. Kemampuan (Ability)
Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan tertentu yang
mutlak diperlukan untuk menunjang program layanan prima, yang
meliputi kemampuan dalam bidang kerja yang ditekuni, melaksanakan
komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi, dan menggunakan
public relation sebagai instrument dalam membina hubungan ke dalam
dan ke luar organisasi.
2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah perilaku atau perangai yang harus ditonjolkan ketika
menghadapi pengguna. Sikap sebagai kumpulan perasaan, keyakinan dan
kecenderungan perilaku yang secara relatif berlangsung lama yang
ditujukan kepada orang, ide, obyek dan kelompok orang tertentu. Ditarik
kesimpulan bahwa sikap meliputi tiga aspek, yaitu keyakinan (aspek
kognitif), perasaan (aspek afektif), dan kecenderungan perilaku (aspek
konitif).
3. Penampilan (Appearance)
Penampilan adalah penampilan seseorang, baik yang bersifat fisik
saja ataupun non fisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan
kredibilitas dari pihak lain. Penampilan adalah perpaduan antara
penampilan fisik dan gaya penampilan seseorang yang akan mewarnai
seseorang bersikap.
4. Perhatian (Attention)
Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan/pengguna
baik yang berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan
pengguna maupun pemahaman atas saran dan kritikannya. Memberikan
perhatian khusus secara penuh kepada pengguna maka hubungan kita
dengan pengguna akan menjadi semakin baik.
5. Tindakan (Action)
Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan
dalam memberikan layanan kepada pengguna. Tidakan adalah perbuatan
atau sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk
menghasilkan sesuatu. Bila dimaksudkan dengan tindakan pelayanan
adalah upaya-upaya atau perbuatan nyata yang ditujukan untuk
memberikan pelayanan yang wajar atau pelayanan yang baik (genuine
service), yang tentunya akan dapat dicapai bila di dalam diri pemberi
layanan terdapat sense of service attitude dengan mengedepankan
perhatian yang ditunjang oleh kemampuan melayani (service ability) dan
tampilan layanan (service appearance) yang baik.
6. Tanggung jawab (Accountability)
Tanggung jawab adalah suatu sikap keberpihakan kepada
pengguna sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan atau
meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan pengguna.
C. Faktor-faktor Pendorong Pasien Indonesia Berobat ke Singapura
Ada 3 faktor, yaitu (Adiwidjaja & Dhuhaniyati, 2012) :
1. Pelayanan Rumah Sakit
Sebagian responden yang tergolong kelas ekonomi tinggi (high
class) mempunyai pendapatan di atas rata-rata dan pengeluaran di atas
rata-rata berobat di rumah sakit berpendapat bahwa pelayanan rumah
sakit di Singapura 42% berpengaruh pada intensi pasien untuk berobat di
Singapura. Sebagian besar responden 72% menyatakan pengobatan di
Indonesia belum mampu menyembuhkan pasien setelah banyaknya biaya
yang dikeluarkan. Pertimbangan mereka berobat keluar negeri adalah
keinginan untuk sembuh yang kuat dari pasien, sehingga kurang
mempertimbangkan biaya. Namun 33% responden yang tergolong kelas
ekonomi menengah ke bawah (middle and llower class) menyatakan tidak
perlu berobat ke luar negeri. Mereka akan beralih ke rumah sakit di
Indonesia apabila pelayanan rumah sakit di Indonesia dinilai sama
baiknya dengan rumah sakit di Singapura dengan pertimbangan jarak dan
biaya. Selain pertimbangan jarak, biaya menjadi pertimbangan untuk
berobat ke Singapura, pengobatan di Singapura cukup mahal. Hal ini
belum di tambah biaya hidup seperti makan dan tempat tinggal, juga
pengurusan surat ke luar negeri.
2. Tenaga Medis
Kualitas tenaga medis yang ada di Indonesia di nilai rendah.
Bahkan semakin banyaknya malpraktek dan banyaknya pengobatan
alternatif di Indonesia. Beberapa pasien yang berobat ke Singapura
disebabkan oleh kekecewaan mereka atas hasil medisnya. Beberapa
pasien yang berobat ke Singapura dikarenakan .telah mengalami
‘keputusasaan’ dengan apa yang diberikan oleh institusi medis, di
Indonesia, sehingga anggapan pasien dengan berobat ke Singapura
dengan institusi medis modern dapat menyembuhkan sakit pasien. Selain
itu kemampuan tenaga medis dari keahlian/ spesialisasi, kebenaran
diagnosa dokter akan penyakitnya dan ketepatan obat dan cara
pengobatannya, kedispilinan menangani pasien dengan selalu mengontrol
pasien, ketepatan, kecepatan tenaga medis di Singapura dianggap dapat
menangani pasien dari kesakitan, menghemat waktu dan biaya penderita.
3. Kualitas Pelayanan Rumah Sakit
Persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan rumah sakit
berpengaruh pada intensi mereka untuk berobat ke Singapura. Rumah
sakit pemerintah di Indonesisa tergolong masih minim dalam hal
pengadaan dan penempatan peralatan kesehatan yang dibutuhkan di
rumah sakit.
D. Manajemen Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan Pelayanan Prima
Ningsih, F. (2018). Urgensi Pelayanan Prima Rumah Sakit Umum Daerah ( Studi
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan ). (1).
Suminar, R. (2017). Pelayanan prima pada orang tua siswa di Sempoa SIP TC
Paramount Summarecon. Sekretari, 4(2), 1–25.