Anda di halaman 1dari 4

Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri MalangVolume 8 – ISSN: 2085-2347

DETEKSI WARNA SKINTONE BERDASARKAN GRAYLEVEL


UNTUK MENDAPATKAN KOMBINASI WARNA WPAP
Andika Dwi Hadiwinata1, Gulpi Qorik O. P.2, Ahmadi Andianto3
1,3
Jurusan Teknik Informatika, STT Nurul Jadid, Paiton Probolinggo
1
andikadialektik@gmail.com, 2gulpi.qorik@gmail.com, 3andianto@gmail.com

Abstrak

Warna menjadi salah satu ciri has WPAP (Wedha’s Pop Art Portrait), karenanya warna adalah hal yang perlu
diperhatikan dalam desain WPAP. Pada proses pembuatan WPAP pemilihan warna tidak berlaku sembarang,
harus memperhatikan fungsi dan keindahan dari sebuah bidang satu dengan yang lainnya untuk menimbulkan
dimensi warna yang menarik tanpa mempengaruhi karakter objek.

Hasil dari penelitian ini adalah warna WPAP dapat ditentukan oleh berbagai tingkat abu-abu setiap bidang pada
histogram. Dengan aplikasi deteksi warna skintone, pembuatan WPAP akan lebih mudah. Selain itu, tidak hanya
pegiat WPAP yang dapat menikmati aplikasi deteksi warna ini, melainkan masyarakat akan lebih mengenal seni
desain WPAP yang diciptakan oleh anak negeri sendiri.

Kata kunci : Warna , WPAP , Skintone , Gray Level

1. Pendahuluan warna, sehingga objek yang telah berhasil di tracing


1.1 Latar Belakang (jiplak gambar) yang kemudian diberi warna
WPAP (Wedha’s Pop Art Portrait) adalah Skintone (tahap pewarnaan dalam WPAP yang
gaya ilustrasi potret manusia yang didominasi menggunakan warna-warna grayscale yang sudah di
bidang-bidang datar marak warna depan, tengah dan tracing) tidak mendapatkan kombinasi warna yang
belakang untuk menimbulkan dimensi. Dibentuk sesuai dengan keinginan hati. Oleh karena itu,
dari garis-garis imajiner tegas dimana bentuk wajah, dibutuhkan alat bantu deteksi warna Skintone untuk
posisi elemen-elemen anggota wajah dan mendapatkan kombinasi warna pada WPAP, yang
proporsinya tetap sama dengan potret aslinya berguna untuk mempermudah para pegiat seni
menggunakan proses tracing (jiplakan gambar) WPAP dalam mendapatkan kombinasi warna WPAP
kreatif yang tidak tunduk 100 persen pada apa yang yang marak warna, khususnya bagi pemula.
sedang di trace. Dengan memadukan berbagai Hal ini mencoba memberikan trobosan baru
macam warna pada potret hingga menjadi WPAP bagi dunia WPAP guna mempermudah proses
yang menarik. [1] pewarnaan dari potret Skintone ke WPAP yang
Warna menjadi salah satu ciri has WPAP, beracuan pada gray level (skala keabuan).
karenanya warna adalah hal yang perlu diperhatikan Berdasarkan permasalahan di atas,
dalam desain WPAP. Pada proses pembuatan WPAP diperlukannya satu aplikasi deteksi warna Skintone
pemilihan warna tidak berlaku sembarang, harus berdasarkan gray level untuk mendapatkan
memperhatikan fungsi dan keindahan dari sebuah kombinasi warna pada WPAP.
bidang satu dengan yang lainnya untuk
menimbulkan dimensi warna yang menarik tanpa 1.2 Rumusan Masalah
mempengaruhi karakter objek. [1] Berdasarkan latar belakang yang telah
Jenis warna tertentu dapat menimbulkan kesan diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
yang berbeda–beda. Warna kuning dan oranye permasalahannya yaitu “Bagaimana mengubah
misalnya, dapat menimbulkan kesan yang ceria. warna Skintone menjadi warna-warni berdasarkan
Warna juga dapat menimbulkan perasaan yang Gray Level?.
berbeda terhadap psikologis. Kombibasi warna pada
WPAP menjadi salah satu faktor penting yang dapat 1.3 Batasan Masalah
memberikan kesan pada karakter potret tersebut. Penelitian ini memiliki batasan penelitian yang
Proses pewarnaan dalam pembuatan WPAP mencakup:
tidaklah mudah, seperti banyak ditemukan di grup 1. Program menerima bentuk potret Skintone
belajar WPAP. Banyak dari pegiat WPAP yang (tahap pewarnaan dalam WPAP yang
belum bisa membedakan gelap terang suatu warna, menggunakan warna grayscale yang sudah di
banyak kekeliruan memahami tingkat ketebalan tracing).
warna, banyaknya kesalahan dalam pemilihan

A-148
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri MalangVolume 8 – ISSN: 2085-2347
2. Sistem tidak memberi saran warna kepada Dengan menggunakan JST tersebut dapat
pengguna aplikasi. menghasilkan identifikasi objek berdasarkan citra
3. Potret Skintone yang akan diberi warna tidak warna.
memperhatikan gaya potret, dengan asumsi Penelitian lainnya dilakukan oleh (Liantoni,
potret tersebut dapat beri warna apapun. 2015) berjudul “Deteksi Citra Daun Mangga
4. Deteksi warna Skintone ini dikembangkan Menggunakan Algoritma ANT Colony
berdasarkan gray level. Optimization”. Daun mangga memiliki variasi
dalam segi bentuk, ukuran dan warna daun, yang
1.4 Tujuan menunjukkan keragaman genetik yang cukup luas.
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan Karena itu penelitian ini menggunakan ACO untuk
adalah : deteksi tepi citra daun mangga dan hasilnya akan
1. Menganalisa proses penetuan warna WPAP dibandingkan dengan deteksi tepi menggunakan
dan kombinasinya. metode Robert, prewitt, dan sobel. Pada praproses
2. Menganalisa proses pewarnaan menggunakan dilakukan konversi citra RGB menjadi citra
metode gray level. keabuan dengan menggunakan metode luminosity.
3. Memberikan solusi dengan tampilan yang Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kinerja
mudah dipahami user. algoritma ACO untuk deteksi tepi citra mampu
menghasilkan fitur lebih baik karena menghasilkan
1.5 Manfaat penelitian deteksi tepi citra yang lebih detail dan memiliki
Manfaat yang dapat diperoleh dari penilitian garis tepi yang lebih tebal dibandingkan
ini adalah sebagai berikut : menggunakan metode robert, prewitt, dan sobel.
1. Membantu kinerja pegiat seni WPAP dalam
2. Landasan Teori
menentukan warna.
2.1 Grayscale
2. Hasil penelitian diharapkan bisa bermanfaat Proses awal yang banyak dilakukan dalam
bagi perkembangan ilmu teknologi khususnya image processing adalah mengubah citra berwarna
di bidang seni WPAP. menjadi citra gray-scale, hal ini digunakan untuk
menyederhanakan model citra. Seperti telah
1.6 Kajian pustaka dijelaskan di depan, citra berwarna terdiri dari 3
Tahun 2011 penelitian yang berjudul layer matrik yaitu R-layer, G-layer dan B-layer.
“Identifikasi dan tracking Objek Berbasis Image Sehingga untuk melakukan proses-proses
Processing secara real time” Jurusan selanjutnya tetap diperhatikan tiga layer di atas. Bila
Telekomunikasi Politeknik Elektronika Negeri setiap proses perhitungan dilakukan menggunakan
Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember tiga layer, berarti dilakukan tiga perhitungan yang
(ITS) Surabaya. Yang diteliti oleh : Hendy sama. Sehingga konsep itu diubah dengan mengubah
Mulyawan, M Zen Hadi Samsono, Setiawardhana. 3 layer di atas menjadi 1 layer matrik gray-scale dan
Penelitian ini pengembangan dari teknologi hasilnya adalah citra gray-scale. Dalam citra ini
terdahulu yang dinilai kurang efektiv dalam tidak ada lagi warna, yang ada adalah derajat
melakukan pengolahan citra digital. Karenanya keabuan.
diperlukan pengembangan aplikasi digital image
processing yang mentransformasikan citra masukan 2.2 Garis
menjadi citra lain agar keluaran memiliki kualitas Garis merupakan sekumpulan titik yang
yang lebih baik dibandingkan kualitas citra berderet. Adapun deretannya berwujud melingkar,
masukan. Untuk mempermudah pengguna tracking segitiga, persegi panjang, berkelok-kelok,
objek secara sederhana dan tidak rumit dibutuhkan melengkung, bahkan lurus. Sekumpulan titik yang
metode template matching serta sofware disebut garis dan ujudnya beraneka ragam itu,
pendukung yaitu open cv. Sehingga menghasilkan ternyata setiap bentuk ragamnya membawa karakter
sofware yang dapat megidentifikasi dan melakukan sendiri-sendiri. Garis yang visualnya tegak lurus
tracking objek secara real-time sebagai teknologi misalnya, punya karakter visual yang kaku dan
yang lebih modern. statis. Sedangkan yang horisontal membawa
Adhi Kusnadi, melakukan penelitian dengan karakter datar. Adapun yang berkelok membawa
judul “Identifikasi Objek Berdasarkan Citra Warna karakter yang dinamis.
Menggunakan Matlab” Vol. 4 No. 2 Juni 2011.
Masalah pada penelitian ini adalah banyaknya data 2.3 Pengolahan Citra Digital
atau informasi, baik berupa teks, audio (bunyi, Pengolahan citra digital (digital image
suara, musik) dan vidio pada citra yang memiliki processing) adalah sebuah disiplin ilmu yang
bermacam-macam jenisnya. Karena itu, untuk mempelajari tentang teknik-teknik mengolah citra.
mempermudah identifikasi data pada citra Citra yang dimaksud disini adalah gambar diam
digunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) (foto) maupun gambar bergerak (yang berasal dari
yang berguna untuk mengenali atau membedakan webcam). Sedangkan digital disini mempunyai
suatu objek berbentuk citra berdasarkan warna.

A-149
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri MalangVolume 8 – ISSN: 2085-2347
maksud bahwa pengolahan citra/gambar dilakukan 3.3. Pengembangan Sistem
secara digital menggunakan komputer (Wijanarto, 3.3.1. Tahapan Metode Waterfall
2009). Metode pengembangan sistem yang digunakan
Secara matematis, citra merupakan fungsi pada aplikasi deteksi warna Skintone ini adalah
kontinu (continue) dengan intensitas cahaya pada metode waterfall. Menurut Sommerville (2003:43)
bidang dua dimensi. Agar dapat diolah dengan model ini dikenal sebagai “model air terjun” atau
komputer digital, maka suatu citra harus siklus hidup perangkat lunak. Tahap-tahap utama
dipresentasikan secara numerik dengan nilai-nilai dari model ini memetakan kegiatan-kegiatan
diskrit. Repersentasi dari fungsi kontinyu menjadi pengembangan dasar yaitu analisis dan definisi
nilai-nilai diskrit disebut digitalisasi citra (Pambudi, persyaratan, perancangan sistem dan perangkat
2011). lunak, implementasi dan pengujian unit, integrasi
Sebuah citra digital dapat diwakili oleh sebuah dan pengujian sistem juga operasi dan
matriks dua dimensi f(x,y) yang terdiri dari M kolom pemeliharaan.
dan N baris, dimana perpotongan antara kolom dan Berikut ini adalah gambar dari metode
baris disebut pixel (pixel = picture element) atau pengembangan sistem model Waterfall:
elemen terkecil dari sebuah citra (Pambudi, 2011)

2.4 Klasifikasi
Klasifikasi adalah proses menentukan suatu
obyek ke dalam suatu kelas atau kategori yang
telah ditentukan. Penentuan obyek dapat
menggunakan suatu model tertentu. Model itu
sendiri bisa berupa classification (IF-THEN) rules,
decision tree, formula matematis atau neural (Pahlevi, 2012)
network. Metode-metode klasifikasi antara lain Gambar 3.1. Metode Waterfall
C4.5, RainForest, Naïve Bayesian, neural
network, genetic algorithm, fuzzy, case-based a. Analisis dan definisi persyaratan
reasoning, dan K-Nearest Neighbor (Krisandi, Pelayanan, batasan dan tujuan sistem ditentukan
Helmi, & Prihandono, 2013). melalui konsultasi dengan user sistem yaitu pihak
komunitas WPAP tanjung51 Paiton Probolinggo.
3. Teknik Pengumpulan Data b. Perancangan sistem dan Perangkat Lunak
Metode pengumpulan data adalah salah satu Kegiatan ini menentukan arsitektur sistem secara
cara yang dapat digunakan dalam mengumpulkan keseluruhan. Perancangan perangkat lunak
beberapa data dengan cara melakukan suatu melibatkan identifikasi dan deskripsi abstraksi
penelitian, perumusan masalah, dan analisa data sistem perangkat lunak yang mendasar dan
sehingga tersusun suatu laporan. Dalam tahap ini, hubungan-hubungannya.
terdapat beberapa metode yang digunakan, yaitu: c. Implementasi dan Pengujian Unit
3.1. Observasi Pada tahap ini, perancangan perangkat lunak
Observasi dilakukan pada tanggal 04 April direalisasikan sebagai serangkaian program atau unit
2016, pengamatan secara langsung tentang proses program. Pengujian unit melibatkan verifikasi
belajar WPAP yang dilakukan di komunitas bahwa setiap unit telah memenuhi spesifikasinya
tanjung51. Dari hasil observasi yang telah d. Integrasi dan Pengujian Sistem
dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan Unit program atau program invidual
proses pembuatan WPAP masih menggunakan diintegrasikan dan diuji sebagai sistem yang lengkap
sistem manual. Kesulitan lain ketika dalam proses untuk menjamin bahwa persyaratan sistem telah
pewarnaan yang banyak ditemukan kekeliran. terpenuhi
e. Operasi dan Pemeliharaan
3.2. Wawancara (Interview) Sistem yang telah diserahkan kemudian diinstal
Pengumpulan data dilakukan dengan cara dan dipakai. Pemeliharaan mencakup koreksi dari
wawancara secara langsung dengan Amir berbagai error yang tidak ditemukan pada tahap-
Mahmud selaku Master WPAP tanjung51 Paiton tahap terdahulu.
Probolinggo. Wawancara ini dilakukan pada hari
sabtu, tanggal 05 april 2016 malam hari pukul 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
12.30 wib di Caffe Qwerty Paiton Probolinggo. 4.1. Analisis Sistem
1. Proses belajar WPAP masih menggunakan Setelah melakukan kegiatan wawancara dan
aplikasi manual. observasi dengan Master WPAP, Amir Mahmud di
2. Proses pewarnaan membutuhkan waktu lama komunitas tanjung51 Paiton Probolinggo, maka
dikarenakan kesulitan menentukan warna. dapat ditemukan beberapa permasalahan yang
muncul antara lain:

A-150
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri MalangVolume 8 – ISSN: 2085-2347

1. Pegiat desain WPAP sering mendapatkan


kesulitan dalam pewarnaan. 5. Kesimpulan dan Saran
2. Sering ditemukan kekeliruan dalam member Adapun beberapa saran yang perlu untuk dikaji
warna yang mengakibatkan objek tidak demi menyempurnakan program aplikasi ini yaitu:
mempunyai karakter. 1. Kemajuan teknologi yang semakin hari
3. Sulit menentukan gelap terang suatu warna semakin pesat menuntut adanya penyesuaian
pada gambar yang menjadi acuan dalam terhadap kebutuhan user, maka dari itu perlu
pewarnaan WPAP. adanya upgrade terhadap program ini agar dapat
4. Pemberian warna pada gambar Skintone yang memenuhi kebutuhan user.
telah di tracing masih dilakukan secara 2. Demi kenyamanan pada aplikasi ini maka
manual. perlu adanya penambahan palet warna untuk
Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa menghindari kesamaan warna pada objek-objek
proses pewarnaan WPAP di tanjung51 banyak lainnya.
ditemukan kesalahan-kesalahn dalam pemilihan
warna dan aplikasi masih menggunakan manual. Daftar Pustaka:

4.2. Desain Sistem [1]http://wpapcommunity.com/site/index.php/about


4.2.1. Bagan Alur Sistem (flowchat) -wpap
Bagan alir sistem (system flowchart) Hendy Mulyawan Dkk. (2011): “Identifikasi dan
merupakan bagan yang menunjukkan arus pekerjaan tracking Objek Berbasis Image Processing
secara keseluruhan dari sistem. Bagan ini secara real time” Institut Teknologi Sepuluh
menjelaskan urut-urutan dari prosedur-prosedur Nopember (ITS) Surabaya.
yang ada di dalam sistem. Bagan alir sistem Adhi Kusnadi. (2011): “Identifikasi Objek
menunjukkan apa yang dikerjakan oleh sistem. Berdasarkan Citra Warna Menggunakan
Berikut ini adalah flowchart dari aplikasi deteksi Matlab” Vol. 4 No. 2 Juni 2011.
warna: Liantoni. (2015): “Deteksi Citra Daun Mangga
Menggunakan Algoritma ANT Colony
Optimization”.

Gambar 4.1. alur sistem (Flowchat)

Gambar 4.2. hasil deteksi warna

A-151

Anda mungkin juga menyukai