2018
Gultom, Samaida
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2823
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PERAWAT DI
RUANG RAWAT INAP RSU BINA KASIH
TAHUN 2017
SKRIPSI
Oleh :
SAMAIDA GULTOM
NIM. 131000302
SKRIPSI
Oleh :
SAMAIDA GULTOM
NIM. 131000302
Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ini beserta seluruh isinya
adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuwan yang berlaku
Samaida Gultom
iii
iv
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
4. Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS selaku Dosen Pembimbing II yang juga
diselesaikan.
5. dr. Fauzi, SKM selaku Dosen Penguji I yang juga telah memberikan saran,
6. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, SKM, M.P.H. selaku Dosen Penguji II
yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesain skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Departemen AKK, seluruh Dosen dan Staff FKM USU
9. Kepala Rumah sakit, Perawat, dan seluruh Staf pegawai serta berbagai
pihak yang berada di Rumah Sakit Bina Kasih Medan, yang telah
10. Teristimewa Kedua orang tua saya tercinta Ayahanda Sabungan Gultom
11. Teristimewa saudara saya tercinta, Abang Sabam S.P, Sahala S.H, kakak
Sarhot S.Pd, Sari intan Amd, adik Prada. Saut, Samuel. Dan juga
terkhusus buat abangda Prada Andro yang memberikan doa dan semangat
12. Seluruh teman- teman dan sahabat saya tercinta yang tidak dapat saya
tuliskan satu persatu, The snake gilrs, princess orong-orong, teman PBL,
vi
skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk
Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu dan ,mendukung
bermanfaat.
Penulis
Samaida Gultom
vii
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ xiii
Tabel 3.1 Distribusi Perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Bina Kasih
Lampiran 1 Kuesioner
Penulis bernama Samaida Gultom yang lahir pada tanggal 05 November 1994
di Sei kramat. Penulis bersuku bangsa Batak Toba dan beragama Kristen. Penulis
merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara oleh pasangan Ayahanda Sabungan
tahun 2001 dan lulus tahun 2007. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP
Swasta HKBP Pematang Siantar pada tahun 2007 dan lulus tahun 2010. Dan
Siantar pada tahun 2010 dan lulus tahun 2013. pada tahun 2013 sampai tahun 2018
viii
PENDAHULUAN
menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang meliputi promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif serta menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis dan penunjang medis,
tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga
nonkesehatan.
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan harus merespons dan produktif
dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan kesehatan yang
yang baik. Pelayanan yang kompleks perlu dikelola secara profesional terhadap sumber daya
maka sempurna pula kinerjanya.Hal tersebut dapat diwujudkan dari kualitas sumber daya
manusia kesehatan selaku pemberi pelayanan kesehatan. Menurut Kepmenkes RI tahun 2009,
sumber daya manusia kesehatan adalah tenaga kesehatan pendukung/ penunjang kesehatan
yang terlibat dan bekerja serta mengabdi. Salah satu yang termasuk sumber daya manusia
adalah Perawat.
Peran perawat di rumah sakit khususnya di instalasi rawat inap sangat penting.
Perawat merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah sakit dan tenaga yang
paling lama berhubungan dengan pasien. Akan tetapi kinerja perawat masih banyak
dikeluhkan oleh pasien dan keluarganya. Menurut Tailor C (dalam Budiono tahun 2015)
perawat adalah seorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dengan
tupoksi yang harus dijalankan. Tupoksi perawat dapat berjalan sesuai dengan harapan jika
perawat memiliki kinerja yang baik, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
di rumah sakit dan meningkatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya. Oleh karena itu
Salah satu unsur yang sangat menentukan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
adalah tenaga kesehatan. Dari tenaga kesehatan yang terdapat di rumah sakit yang terutama
memiliki peranan yang besar adalah perawat, hal ini disebabkan profesi perawat memiliki
proporsi yang relatif besar yaitu hampir melebihi 50% dari seluruh Sumber Daya Manusia
(SDM) Rumah Sakit. Kerja dan tugasnya lebih banyak dibanding tenaga lain, karena sifat dan
fungsi tenaga ini adalah mendukung pelayanan medik berupa pelayanan keperawatan yang
Mengingat perawat sebagai sumber daya terpenting dalam menjalankan roda suatu
rumah sakit dengan tidak mengecilkan arti Sumber Daya Manusia yang lain, maka perawat
dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, kemampuan teknis dan moral.
Hal ini bertujuan memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
Keperawatan memberikan pelayanan di rumah sakit selama 24 jam sehari, serta mempunyai
kontak yang konstan dengan pasien. Oleh karena itu pelayanan keperawatan di rumah sakit
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Kontribusi yang diberikan perawat
sangat menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit. Dengan demikian upaya untuk
peningkatan pelayanan rumah sakit harus diikuti upaya peningkatan kualitas pelayanan
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya
keperawatan adalah:
3. Kurang sabar dalam menghadapi pasien. Masalahnya tentu bukan hanya soal sikap
ramah atau penyabar, tetapi juga mungkin beban kerja yang terlalu tinggi serta
peraturan yang belum jelas baik bagi si pasien maupun keluarganya (Aditama,
2003).
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan mempunyai peran yang sangat penting
dalam proses pelayanan kesehatan yang bersentuhan langsung dengan pasien. Pelayanan
pelayanan yang diterima. Hal ini didasarkan pada tren perubahan saat ini dan persaingan yang
semakin ketat. Oleh karena itu, perawat dapat mendefinisikan, mengimplementasikan dan
mengukur perbedaan bahwa praktik keperawatan harus dapat dijadikan sebagai indikator agar
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang profesional dimasa depan terpenuhi.
Sementara kualitas layanan keperawatan pada masa mendatang belum jelas, peran perawat
harus dapat menunjukkan dampak yang positif terhadap sistem pelayanan kesehatan
(Nursalam, 2009).
Perawat sendiri dikenal sebagai sosok yang lembut dalam melaksanakan pekerjaannya
berdasarkan cinta kasih. Akan tetapi dalam kenyataannya, sering kita mendengar kritik dan
kecaman dari masyarakat terhadap sistem pelayanan yang kurang bermutu, profesional atau
kurang empati dalam melakukan program pelayanan kesehatan terutama di Rumah Sakit dan
Mengingat perawat sebagai sumber daya terpenting dalam menjalankan roda suatu
rumah sakit dengan tidak mengecilkan arti Sumber Daya Manusia yang lain, maka perawat
Hal ini bertujuan memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
Keperawatan memberikan pelayanan di rumah sakit selama 24 jam sehari, serta mempunyai
kontak yang konstan dengan pasien. Oleh karena itu pelayanan keperawatan di rumah sakit
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Kontribusi yang diberikan perawat
sangat menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit. Dengan demikian upaya untuk
peningkatan pelayanan rumah sakit harus diikuti upaya peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan di rumah sakit yang didasari oleh kemampuan dan motivasi kerja yang tinggi
merupakan tuntutan yang sangat mendasar, karena faktor-faktor ini dapat membentuk kinerja
perawat di rumah sakit sehingga mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya
dalam pemberian pelayanan keperawatan. Apabila hal ini kurang mendapat perhatian dan
dibiarkan tanpa upaya penanganan secara tepat dikhawatirkan akan berdampak terhadap
Teori Vroom menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kinerja seseorang dengan
kemampuan dan motivasi yang dimiliki. Berdasarkan teori Vroom tersebut, kinerja
(motivation). Kemampuan seseorang ditunjukkan dengan tingkat keahlian (skill) dan tingkat
pendidikan (knowledge) yang di milikinya, Jadi dengan tingkat motivasi yang sama seseorang
dengan skill dan knowledge yang lebih tinggi akan menghasilkan kinerja yang lebih baik
(Warsito, 2010).
Hasil penelitian yang telah dilakukan Rohayati dalam penelitiannya tentang hubungan
motivasi kerja terhadap kinerja yang diukur berdasarkan insentif, kondisi kerja, hubungan
pelaksana di ruang rawat inap RSUD Swadana Tarutung Tapanuli Utara, didapatkan hasil
pengakuan, tanggung jawab dan pendapatan) terhadap kinerja perawat pelaksana sebesar
85,7%, sisanya 14,3% dipengaruhi oleh faktor tingkat keterampilan, teknologi yang
digunakan, sikap manajemen, cara ,mereka memperlakukan perawat, lingkungan kerja fisik
dan psikologis, serta aspek-aspek lain dari kultur korporasi juga merupakan faktor-faktor
Kondisi kerja yang baik tenaga perawat lebih bersemangat dalam melaksanakan
tugas-tugasnya. Penelitian yang dilakukan oleh Hadriyana (2007) di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) H. A Sultan Daeng Radja, dimana jumlah responden sebanyak 21 orang,
responden yang memiliki kinerja yang baik selalu menerima insentif dari pihak rumah sakit
yaitu 13 orang 32 orang (32,5%) sedangkan responden yang memiliki kinerja buruk dan tidak
pernah menerima insentif sebanyak delapan orang (20,0%). Ini menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara insentif dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan
Menurut Praditiningtyas (2007) motivasi adalah dorongan dalam diri seseorang untuk
menunjukkan perilaku yang diarahkan kepada tujuan tertentu. Motivasi sebagai suatu bentuk
dorongan baik yang bersifat internal maupun eksternal dalam melakukan suatu tindakan
tertentu. Terkait dengan motivasi individu dalam suatu organisasi, motivasi dapat dikaitkan
Rumah sakit umum Bina Kasih merupakan salah satu rumah sakit swasta dengan Tipe
Kelas B pada tahun 2012. Dan sudah terakreditasi dan melayani fasilitas BPJS kesehatan
peningkatan.
Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan di ruang rawat inap ditemukan:
komunikasi antar perawat dengan pasien kurang baik, komunikasi antar sesama perawat
kurang baik, karena adanya pelimpahan tugas dimana harus bekerja membantu perawat di
ruang rawat inap lainnya, perawat kurang memperhatikan pasiennya, kurang ramah, kurang
pasien sebelum melakukan tindakan keperawatan, kurangnya respon cepat tanggap perawat
dalam menangani keluhan pasien. Sehingga pasien dan keluarga pasien memberikan
penilaian bahwa kinerja perawat di ruang rawat inap RSU Bina Kasih kurang baik.
Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap beberapa perawat di ruang rawat inap
diasumsikan bahwa rendahnya kinerja perawat di ruang rawat inap RSU Bina Kasih
dikarenakan tidak adanya evaluasi kinerja secara rutin, beban kerja yang berlebih, mereka
antara perawat dengan kepala ruangan kurang baik, kepala ruangan tidak pernah memberikan
pujian kepada perawat yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik serta tidak ada
penghargaan yang diberikan pihak rumah sakit kepada perawat yang berprestasi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
ini dengan judul “Hubungan Motivasi dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah hubungan antara motivasi kerja dengan
Tujuan Umum:
Menganalisis hubungan motivasi dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSU
Bina Kasih.
Tujuan Khusus:
1. Mengidentifikasi motivasi kerja perawat di ruang rawat inap RSU Bina Kasih.
3. Menganalisis hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat di ruang rawat inap
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, diantaranya:
1. Bagi Peneliti
tentang hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSU
Bina Kasih.
Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam peningkatan motivasi kerja,
sehingga dapat diharapkan dari penelitian ini maka prestasi kerja petugas akan
3. Bagi Akademik
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan atau sumber di dalam mempelajari
ilmu rekam medis dan informasi kesehatan serta meningkatkan wawasan dan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kinerja
Pada dasarnya kinerja seorang perawat merupakan hal yang bersifat individual karena
setiap perawat mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam mengerjakan tugas
pekerjaannya. Kinerja seseorang bergantung pada kombinasi dari kemampuan, usaha dan
merupakan terjemahan dari performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja, sebuah
proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus
dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar
yang telah ditentukan).”.Di dalam organisasi, sejumlah orang harus memainkan peranan
sebagai pemimpin sedangkan yang lainnya harus memainkan peranan sebagai pengikut atau
bawahan. Hubungan antara individu dan kelompok dalam organisasi menghasilkan suatu
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah kemampuan perawat
dalam mencapai kerja yang dapat di pertanggungjawabkan. Kinerja sangat penting untuk
mencapai tujuan dan akan mendorong seseorang untuk lebih baik lagi dalam pencapaian
tujuan. Untuk mengukur tingkat kinerja biasanya menggunakan performance system yang
dikembangkan melalui pengamatan yang dilakukan oleh atasan dari masing-masing unit kerja
dengan beberapa alternatif cara penilaian maupun dengan cara wawancara langsung dengan
kinerja dari para perawat baik secara individu maupun sebagai suatu kesatuan kelompok
kerja. Untuk itu seorang pemimpin diharapkan dapat menetapkan kriteria penilaian yang jelas
serta obyektif sehingga penilaian yang dilakukan memperoleh hasil yang akurat dalam setiap
aktivitas pekerjaan yang dinilai. Untuk penilaian kinerja yang efektif maka dilakukan
penilaian kinerja secara spesifik dalam setiap aktivitas pekerjaan sehingga diharapkan dapat
memberikan umpan balik bagi perawat dalam melaksanakan pekerjaan (Wibowo, 2016).
Penilaian kinerja adalah proses dengan mana kinerja individu di ukur dan di evaluasi.
Penilaian kinerja adalah suatu metode formal untuk mengukur seberapa baik pekerja
individual melakukan perkerjaannya dalam hubungan dengan tujuan yang diberikan. Maksud
baik, memberikan umpan balik konstruktif, dan menetepkan tahapan untuk rencana
1. Meningkatkan prestasi kerja staf secara individu atau kelompok dengan memberikan
kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam rangka
2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan
karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka tentang
prestasinya.
lebih tepat guna, sehingga mempunyai tenaga yang cakap dan terampil.
perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitanya melalui jalur
komunikasi dan dialok, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan
bawahan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil
penilaian terhadap pekerjaan yang diukur dari aspek-aspek perilaku seseorang dalam bekerja
meliputi kesetiaan, prestasi kerja tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerja sama, prakarsa
dan kepemimpinan.
Proses keperawatan adalah Suatu metode sistematis dan ilmiah yang digunakan
perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan
biologis, psikologis, sosial, dan spritual yang optimal, melalui tahap pengkajian, identifikasi
dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan masalah klien merupakan titik sentral
keputusan ini harus dilandaskan pada pengetahuan dan penerapan ilmu pengetahuan serta
prinsip-prinsip biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Langkah dan tahapan pada proses
komponen yang dapat disimpulkan dengan melalui tahapan proses keperawatan diantaranya
tahap pengkajian, tahap diagnosis keperawatan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan serta
1. Tahap Pengkajian
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial, atau proses
keperawatan serta kemampuan berpikir secara objektif dan kritis (Suarli dan Bahtiar,
2010).
3. Tahap Perencanaan
dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktek keperawatan,
keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis intruksi keperawatan serta
penetapan tujuan jangka panjang maupun jangka pendek (Suarli dan Bahtiar, 2010).
kesediaan membantu anggota tim lain untuk turut berkontribusi dalam asuhan
keperawatan pasien.
4. Tahap Pelaksanaan
5. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini
terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama
proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi
2.3 Motivasi
Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berarti
“menggerakkan” (to move). Motivasi merupakan proses psikologis yang membangkitkan dan
mengarahkan perilaku pada pencapain tujuan atau goal-directed behavior (Wibowo 2016).
tingkat komitmen seseorang (Suarli dan Bahtiar, 2009). Motivasi sebagai proses yang
menyebabkan insensitas, arah, dan usaha terus menerus individu menuju pencapain tujuan.
Secara sederhana urgensi motivasi adalah menciptakan semangat dan gairah kerja sehingga
produktivitas kerja meningkat, jadi motivasi adalah sesuatu yang pokok yang menjadi
perhatian pada faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan materil dan nonmateril yang diperoleh
dari hasil pekerjaannya. Teori kepuasan (Content Theory) dikenal antara lain:
Teori ini merupakan proses sebab akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil
apa yang diperolehnya. Jika bekerja baik saat ini, maka hasilnya akan diperoleh
baik untuk hari esok. Jadi hasil yang dicapai tercermin dalam bagaimana proses
kegiatan yang dilakukan seseorang, hasil hari ini merupakan kegiatan hari kemarin.
a. Teori Harapan;
b. Teori Keadilan;
c. Teori Pengukuhan.
Dari kedua teori-teori motivasi diatas, dapat dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:
1. Teori Kepuasan
Teori ini dikemukakan oleh Frederick Winslow Taylor, menurut teori ini
biologis ini akan terpenuhi, jika pendapatan yang diberikan cukup besar. Jadi
individu, pencapaian.
perusahaan, status.
kemampuan organisasi.
teori ini seseorang akan berprestasi baik jika ia diterima di lingkungan, diakui
optimis.
e. Teori ERG
dari teori Maslow. Teori ini menurut para ahli lebih mendekati keadaan
a. Teori Pengharapan
dari hasil pekerjaan itu. Berapa besar ia yakin perusahaan akan memberikan
b. Teori Keadilan
objektif bukan atas suka atau tidak suka. Jika prinsip ini diterapkan dengan baik
c. Teori Pengukuhan
Teori ini didasarkan 2 prinsip, yaitu: prinsip hukum ganjaran, prinsip respon dan
memuaskan, memperoleh dorongan positif untuk bekerja keras lagi dimasa yang
akan datang sehingga meraih keberhasilan yang lebih besar dalam karir,
dibagi menjadi dua golongan besar: mereka yang termotivasi oleh faktor-faktor intrinsik,
yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing, dan faktor-faktor ekstrinsik,
yaitu pendorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya
bekerja. Makna dari teori ini adalah bahwa orang yang bekerja terdorong secara intrinsik atau
lebih mudah diajak meningkatkan kinerjanya dibandingkan mereka yang terdorong secara
Menurut Mc. Gregor, para m anajer menggolongkan para bawahannya pada dua
kategori berdasarkan asumsi tertentu. Asumsi pertama adalah, bahwa para bawahan tidak
menyenangi pekerjaan, pemalas, tidak senang memikul tanggung jawab dan harus dipaksa
Sebaliknya staf yang senang bekerja, kreatif, menyenangi tanggung jawab dan mampu
Dari pendapat para pakar tersebut diatas yang dapat memengaruhi motivasi kerja yaitu: faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik serta tipe individu itu sendiri apakah tipe manusia X atau tipe
manusia Y.
untuk dipuaskan . Secara umum, motivasi dikatakan sebagai kebutuhan yang mendorong
seseorang menyadari bahwa dirinya memiliki kebutuhan tertentu. Maka langkah selanjutnya
adalah mengambil tindakan dengan mencari pemuasan akan kebutuhannya, misalnya dengan
1. Tujuan
Sebelum memotivasi pegawai hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah
2. Kepentingan
Dengan mengetahui keinginan pegawai, maka pimpinan tidak hanya melihat dari
Pegawai harus tahu apa yang menjadi kewajibannya jika ia ingin mendapatkan apa
ia inginkan.
4. Integritas Tujuan
Tujuan organisasi dan tujuan pegawai harus dapat disatukan agar kedua belah pihak
5. Fasilitas
6. Team work
Motivasi merupakan fenomena hidup yang banyak corak dan ragamnya. Secara umum
motivasidiklasifikasikan kedalam 4 (empat) jenis yang satu sama lain memberi warna
ini, semangat kerja bawahan akan meningkat karena manusia pada umumnya senang
rendah). Dengan motivasi yang negatif ini semangat kerja bawahan dalam waktu
pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum, namun untuk jangka panjang
Dalam praktek kedua jenis motivasi diatas sering digunakan oleh manajer suatu
perusahaan. Penggunaanya harus tepat dan seimbang, supaya dapat meningkatkan semangat
kerja pegawai. Motivasi positif efektif untuk jangka panjang, sedangkan motivasi negatif
Motivasi kerja perawat diukur dari variabel tanggung jawab, kondisi kerja, supervisi
1. Tanggung Jawab
Menurut Mustari (2011) tanggung jawab adalah “sikap dan perilaku seseorang untuk
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan
sekaligus eksternal dan yakin bahwa ia dapat mengontrol dirinya dan yakin bahwa
kesuksesan yang dicapainya adalah hasil usahanya sendiri. Menurut Hawari (2012)
menggunaka sumber daya, menjadi toleran dan sabar, menjadi jujur dan adil,
kewajiban karena dorongan didalam dirinya atau bias disebutdengan panggilan jiwa”
Menurut penjelasan dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tanggung
sungguh dengan sukarela, berani menanggung segala resiko dan segala sesuatunya
baik dari perkataan, perbuatan dan sikap. Dengan adanya rasa tanggung jawab dalam
diri seseorang maka hal ini akan mempengaruhi kinerja yang dihasilkannya.
2. Kondisi Kerja
Pada umumnya karyawan akan merasakan kepuasan dalam bekerja apabila didukung
oleh kondisi kerja atau lingkungan kerja yang baik, sehingga kinerja dan output
tempat kerja buruk maka kepuasan karyawan akan menurun, sehingga secara tidak
langsung faktor kondisi kerja tersebut akan memengaruhi kinerja karyawan itu
Mangkunegara, (2005) bahwa kondisi kerja atau lingkungan kerja ialah semua aspek
fisik kerja, psikologis kerja dan peraturan kerja yang dapat memengaruhi kepuasan
menjelaskan bahwa kondisi kerja secara garis besar dibagi menja di dua, yaitu:
yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat memengaruhi karyawan baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungan kerja fisik ini dibagi menjadi
meja, kursi.
Kedua, kondisi lingkungan kerja non-fisik. Yaitu merupakan seluruh kondisi yang
terjadi dan berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun
3. Supervisi
Supervisi berasal dari kata super (latin = di atas) serta videre (latin = melihat),
dengan demikian jika ditinjau dari asal kata, supervisi berarti melihat dari atas.
dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksa nakan oleh bawahan untuk
kemudian apabila ada masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Nursalam (2011) mengemukakan
4. Insentif
Insentif merupakan sarana motivasi yang mendorong para karyawan untuk bekerja
dengan kemampuan yang optimal, yang dimaksudkan sebagai pendap atan ekstra di
luar gaji atau upah yang telah ditentukan. Pemberian insentif dimaksudkan agar
pembayaran upah yang dikaitkan secara langsung atau tidak langsung dengan
dirumuskan sebagai balas jasa yang memadai kepada karyawan yang prestasinya
bagi karyawan untuk bekerja lebih baik agar kinerjanya dapat meningkat. Menurut
memberikan imbalan kinerja tidak berdasarkan senioritas atau jam kerja. Menurut
Dessler (2009), insentif adalah peningkatan gaji yang dihadiahkan kepada seorang
karyawan pada satu waktu yang ditentukan dalam bentuk gaji pokok yang lebih
sehingga akan menimbulkan dampak baik bagi perusahaan dengan adanya kinerja
yang baik dan berkualitas seorang karyawan. Berdasarkan pendapat di atas dapat
rangka mencapai produktivitas dan hasil kerja sesuai dengan tujuan perusahaan.
MOTIVASI KERJA
a. Tanggung Jawab
b. Kondisi Kerja KINERJA PERAWAT
c. Supervisi
d. Insentif
Gambar 2. 1
Kerangka Konsep Penelitian
2.4.1 Definisi Variabel
yang me rupakan:
1. Tanggung jawab adalah suatu kewajiban yang timbul dalam diri perawat untuk
instalasi rawat inap rumah sakit, meliputi: pelaksanaan asuhan keperawatan tepat
keperawatan.
2. Kondisi kerja adalah suasana terjadinya interaksi timbal balik antara perawat
dengan lingkungan kerja di rumah sakit yang meliputi kondisi tempat kerja,
asuhan keperawatan.
Kinerja perawat pelaksana adalah hasil kerja dan mutu pelayanan keperawatan yang
Berdasarkan kerangka konsep, landasan teori dan tujuan penelitian serta latar
”Ada Hubungan motivasi (meliputi: tanggung jawab, kondisi kerja, supervisi dan insentif)
METODE PENELITIAN
motivasi dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSU Bina Kasih. (Sugiyono
2006).
Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Mei 2017- Januari 2018
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang ada di ruang
1. Ruang Nuri 22
2. Ruang Mawar 20
3. Ruang Melati 16
4. Ruang Cendrawas ih 10
Jumlah 68
Data primer, yaitu data berasal dari objek penelitian secara langsung
Data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan data-data dan laporan yang
terdiri dari:
1. Motivasi
2008):
kategori yaitu:
yaitu:
2. Kinerja perawat
Kinerja perawat adalah hasil kerja perawat sesuai dengan uraian tugas
a. Pengkajian
b. Diagnosa
d. Implementasi
e. Evaluasi,
telah dicapai.
kategori yaitu:
dapat diukur dalam bentuk item pernyataan (indikator). Secara rinci dapat dilihat
interval yang memiliki 3 kategori peringkat dari Sering hingga tidak pernah.
Teknik analisis data yang digunakan adalah uji Korelasi Pearson atau yang
biasa disebut dengan Korelasi Product Moment yang bertujuan untuk mengetahui
supervisi dan insentif dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU
Bina Kasih Tahun 2017. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua tahap analisis
HASIL PENELITIAN
RSU Bina Kasih diresmikan pada tanggal 17 September 2005 oleh kepala Dinas
Kesehatan Dr. Hj. Linda Wardani pada Tanggal 26 Maret 2012. RSU Bina Kasih berlokasi di
JL. Jend. TB Simatupang No. 148 Sunggal-Medan. RSU Bina Kasih terus berinovasi untuk
pengembangan setiap segi, baik sarana maupun prasarana, serta pelayanan kesehatan yang
didukung oleh dokter-dokter yang ahli, tenaga-tenaga kesehatan yang profesional pada
bidangnya serta didukung oleh peralatan medis dengan teknologi yang canggih.
Gedung RSU Bina Kasih pada awal berdirinya hanya berkapasitas 75 tempat tidur
Tahun 2009 RSU Bina Kasih menambah kapasitas tempat tidur menjadi 150 TT. RSU Bina
Kasih kembali menambah kapasitas tempat tidur menjadi 258 TT pada tahun 2012 dan pada
tahun 2017 kapasitas tempat tidur RSU Bina Kasih Medan bertambah menjadi 313 TT,
bersamaan dengan ditetapkannya RSU Bina Kasih sebagai Rumah Sakit Umum Kelas – B,
RSU Bina Kasih Medan memiliki pelayanan administrasi umum, BPJS Kesehatan,
BPJS Ketenagakerjaan, Asuransi Kesehatan, Pelayanan Kesehatan yang terdiri dari : Instalasi
Gawat Darurat, Instalasi Farmasi, Instlalasi Rawat Jalan / Poliklinik, Poliklinik Spesialis,
Rawat Inap, Ruang Bersalin, Ruang Baby, Instalasi Bedah/Operasi, Instalasi Trauma Center,
ICU, NICU/PICU, Hemodialisa, Unit BDRS, (Bank Darah Rumah Sakit, Endoscopy,
Fasilitas Ambulance.
Spesialis sebanyak 33 orang, Dokter Spesialis Gigi sebanyak 2 orang, Perawat pelaksana
4.2.1 Visi
“Menjadikan RSU Bina Kasih Medan menjadi Rumah Sakit yang mengedepankan
4.2.2 Misi
2. Pengolahan Rumah Sakit secara profesional sehingga secara bisnis tumbuh secara
Hasil pengumpulan data primer yang berasal dari 68 responden yang diperoleh
Masa kerja, dan Ruang tugas, sebagai perawat di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan.
4. Masa Kerja
a. Kurang dari 1 Tahun 36 52,9
b. 1 – 3 Tahun 24 35,3
c. Lebih dari 3 Tahun 8 11,8
a. Jumlah 68 100
Berdasarkan usia responden yang paling besar adalah 24 – 29 tahun 46 orang
(67,6%), berikutnyausia kurang dari 24 tahun 20 orang (29,4%), dan usia lebih dari 29 tahun
2 orang (2.9%).
Berdasarkan masa kerja responden, terdapat 36 orang (52,9%), memiliki masa kerja
kurang dari 1 tahun, 24 orang (35,3) memiliki masa kerja 1-3 tahun, dan 8 orang (11,8)
penuh tanggung jawab, 32 orang (47,1%) menyatakan bahwa jarang menyusun jadwal dan
jenis pekerjaan yang akan dilakukan, 40 orang (58,8%) menyatakan bahwa responden sering
melakukan asuhan keperawatan tepat waktu sesuai kebutuhan pasien, 34 orang (50%)
menyatakan sering melakukan tugas yang ditetapkan oleh atasan, 39 orang (57,3%)
orang (55,9%) kategori baik, sedangkan 24 orang (35,3%) memiliki motivasi tanggung
jawab sedang, dan 6 orang (8,8%) memiliki motivasi tanggung jawab buruk.
responden menyatakan bahwa sering kondisi kerja yang nyaman akan membuat asuhan
keperawatan dengan baik, 48 orang (70,5%) menyatakan bahwa sering dengan alat yang
tersedia membuat perawat melakukan asuhan keperawatan dengan baik, 42 orang (61,8%)
menyatakan bahwa responden sering tempat bekerja bersih dan rapi, 44 orang (64,7%)
menyatakan sering lingkungan sekitar membuat tenang dan produktif dalam bekerja.
orang (83,8%) kategori baik, sedangkan 7 orang (10,3%) memiliki motivasi kondisi kerja
menyatakan bahwa sering terjalin hubungan yang baik antara perawat dengan atasan, 46
orang (67,6%) menyatakan bahwa sering atasan memberikan pujian dan dukungan atas kerja
yang baik, 41 orang (60,2%) menyatakan bahwa sering atasan memberikan kesempatan
(58,8%) menyatakan sering atasan memberikan penjelasan/ info terbaru tentang asuhan
keperawatan, 38 orang (55,9%) menyatakan sering atasan membantu dan memberikan solusi
(58,8%) kategori baik, sedangkan 22 orang (32,4%) memiliki motivasi supervisi sedang, dan
menyatakan bahwa sering dengan pemberian insentif secara adil sesuai dengan prestasi kerja
perawat, 48 orang (70,5%) menyatakan bahwa sering pemberian insentif sesuai dengan
ketentuan atasan, 39 orang (57,3%) menyatakan bahwa sering termotivasi bekerja dengan
adanya pemberian insentif, 37 orang (54,4%) menyatakan bahwa responden sering menerima
insentif sewaktu melaksanakan tugas atas perintah atasan, 36 orang (52,9%) menyatakan
(76,5%) kategori baik, sedangkan 10 orang (14,7%) memiliki motivasi insentif sedang, dan 6
dilihat pada tabel 4.2 yang dicantumkan dibawah ini sebagai berikut:
menyatakan bahwa sering mengumpulkan data biopsiko, sosial, spiritual tentang data pasien
bersama tim, 38 orang (55,9%) menyatakan sering tim mencatat data sesuai dengan pedoman
pengkajian data pasien, 37 orang (54,4%) menyatakan bahwa responden sering bersama tim
melakukan anamnesa, biodata pasien, keluhan untuk mengkonfirmasi kepada ketua tim
biodata pasien, keluhan,wawancara, dan pemeriksaan fisik dengan data pasien, 30 orang
pasien yang ditangani, 33 orang (48,5%) menyatakan sering bersama tim merumuskan
masalah yang mengacu pengelompokan diagnosis keperawatan untuk setiap pasien, 31 orang
gejala yang dominan untuk pasien, 39 orang (57,3%) menyatakan sering merencanakan
tindakan keperawatan dengan tujuan khusus berdasarkan aspek kognitiff, dan efektif kepada
melibatkan keluarga pasien dalam rencana tindakan keperawatan kepada pasien, 32 orang
(47,1%) menyatakan sering bekerja sama dengan tim kesehatan lain dalam membuat rencana
tindakan untuk pasien, 43 orang (63,2%) menyatakan sering melatih tentang cara-cara
perawatan kebersihan diri secara mandiri, makan, berdandan, yang kurang perawatan diri
pada seluruh pasien, 36 orang (52,9%) menyatakan sering memberikan pendidikan kesehatan
tentang cara merawat pasien kepada keluarga pasien, 37 orang (54,4%) menyatakan sering
mengajari tentang manfaat obat-obatan, waktu makan obat dan cara makan obat kepada
pasien, 35 orang (51,5%) menyatakan sering berperan serta dalam melaksanakan terapi
pasien, 34 orang (50%) menyatakan jarang membuat rencana lanjutan jika hasil tindakan
(58,8%) kategori baik, sedangkan 21 orang (30,9%) memiliki kinerja perawat sedang, dan 7
1 Baik 40 58,8
2 Sedang 21 30,9
3 Buruk 7 10,3
Total 68 100
4.4. Uji Statistik Antara Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Perawat
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas meliputi faktor
motivasi (tanggung jawab, kondisi kerja, supervisi dan insentif) terhadap variabel terikat
Correlations
Tanggung
Jawab Kinerja Perawat
diperoleh nilai Pearson Correlation antara hubungan tanggung jawab dengan kinerja
perawat yaitu sebesar 0,416 dengan nilai Sig. (2-tailed)= 0.000.Suatu variabel dikatakan
berhubungan signifikan jika nilai signifikansi yang dimiliki lebih kecil dari tingkat
probabilitas 5% (0,05). Maka dengan ketentuan tersebut dapat diartikan bahwa tanggung
jawab kerja memiliki hubungan yang signifikan (nyata/bermakna) terhadap kinerja perawat
karena memiliki signifikan yang lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.000.
Dari hasil UjiKorelasi Pearson dapat dilihat bahwa tanggung jawab memiliki nilai
Korelasi Pearson sebesar 0,416.Sehingga dapat diketahui bahwa arah hubungan antara
tanggung jawab dengan kinerja perawat adalah positif. Hal ini berarti jika tanggung jawab
seorang perawat ditingkatkan maka kinerja dari perawat tersebut juga akan meningkat.
Berdasarkan penilaian Korelasi Pearson menurut Sugiyono (2006) maka diketahui hubungan
tanggung jawab dengan kinerja perawat masuk dalam kategori sedang (Nilai 0.400 sampai
0.599).
Deskripsi hubungan kondisi kerjadengan kinerja perawat dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Correlations
Kondisi
Kerja Kinerja Perawat
diperoleh nilai Pearson Correlation antara hubungan kondisi kerja dengan kinerja perawat
yaitu sebesar 0,497 dengan nilai Sig. (2-tailed) = 0.000. Suatu variabel dikatakan
berhubungan signifikan jika nilai signifikansi yang dimiliki lebih kecil dari tingkat
probabilitas 5% (0,05). Maka dengan ketentuan tersebut dapat diartikan bahwa kondisi kerja
Dari hasil Uji Korelasi Pearson dapat dilihat bahwa kondisi kerja memiliki nilai
Korelasi Pearson sebesar 0,497. Sehingga dapat diketahui bahwa arah hubungan antara
kondisi kerja dengan kinerja perawat adalah positif. Berdasarkan penilaian Korelasi Pearson
menurut Sugiyono (2006) maka diketahui hubungan kondisi kerja dengan kinerja perawat
diperoleh nilai Pearson Correlation antara hubungan supervisi dengan kinerja perawat yaitu
sebesar 0,317 dengan nilai Sig. (2-tailed) = 0.008. Suatu variabel dikatakan berhubungan
signifikan jika nilai signifikan yang dimiliki lebih kecil dari tingkat probabilitas 5% (0,05).
Maka dengan ketentuan tersebut dapat diartikan bahwa supervisi memiliki hubungan yang
signifikan (nyata/bermakna) terhadap kinerja perawat karena memiliki signifikan yang lebih
Dari hasil Uji Korelasi Pearson dapat dilihat bahwa supervisi memiliki nilai
Korelasi Pearson sebesar 0,317. Sehingga dapat diketahui bahwa arah hubungan antara
supervisi dengan kinerja perawat adalah positif. Hal ini berarti jika supervisi seorang perawat
ditingkatkan maka kinerja dari perawat tersebut juga akan meningkat. Berdasarkan penilaian
Korelasi Pearson menurut Sugiyono (2006) maka diketahui hubungan supervisi dengan
kinerja perawat termasuk dalam kategori rendah (Nilai 0.200 sampai 0.399).
diperoleh nilai Pearson Correlation antara hubungan insentif dengan kinerja perawat yaitu
sebesar 0,509 dengan nilai Sig. (2-tailed) = 0.000. Suatu variabel dikatakan berhubungan
signifikan jika nilai signifikansi yang dimiliki lebih kecil dari tingkat probabilitas 5% (0,05).
Maka dengan ketentuan tersebut dapat diartikan bahwa insentif memiliki hubungan yang
signifikan (nyata/bermakna) terhadap kinerja perawat karena memiliki signifikan yang lebih
Dari hasil UjiKorelasi Pearson dapat dilihat bahwa insentif memiliki nilai Korelasi
Pearson sebesar 0,509. Sehingga dapat diketahui bahwa arah hubungan antara insentifdengan
kinerja perawat adalah positif. Hal ini berarti jika insentif seorang perawat ditingkatkan
maka kinerja dari perawat tersebut juga akan meningkat. Sebaliknya jika insentif diturunkan
Korelasi Pearson menurut Sugiyono maka diketahui hubungan insentif dengan kinerja
Deskripsi hubungan insentif dengan kinerja perawat dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Correlations
Kinerja
Insentif Perawat
Insentif Pearson
1 ,509**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,000
N 68 68
Kinerja Perawat Pearson
,509** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,000
N 68 68
4.5 Hubungan Motivasi (Tanggung Jawab, Kondisi Kerja, Supervisi dan Insentif)
Setelah mengetahui hubungan tanggung jawab, kondisi kerja, supervisi dan insentif
secara individual terhadap kinerja perawat. Maka selanjutnya tanggung jawab, kondisi kerja,
supervisi dan insentif yang merupakan bagian dari motivasi perawat diuji hubungannya
terhadap kinerja perawat. Deskripsi hubungan motivasi perawat dengan kinerja perawat
Correlations
Kinerja
Motivasi Perawat
Motivasi Pearson Correlation 1 ,675**
Sig. (2-tailed) ,000
N 68 68
Kinerja Perawat Pearson Correlation ,675** 1
Sig. (2-tailed) ,000
SPSS, diperoleh nilai Pearson Correlation antara hubungan motivasi dengan kinerja perawat
yaitu sebesar 0,675 dengan nilai Sig. (2-tailed) = 0.000. Suatu variabel dikatakan
berhubungan signifikan jika nilai signifikansi yang dimiliki variabel tersebut lebih kecil dari
tingkat probabilitas yang digunakan. Dalam penelitian ini tingkat probabilitas yang
digunakan adalah 5% (0,05). Maka dengan ketentuan tersebut dapat diartikan bahwa
perawat karena memiliki signifikan yang lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.000.
Dari hasil Uji Korelasi Pearson dapat dilihat bahwa motivasi memiliki nilai
Korelasi Pearson sebesar 0,675. Sehingga dapat diketahui bahwa arah hubungan antara
motivasi dengan kinerja perawat adalah positif. Hal ini berarti jika motivasi seorang perawat
ditingkatkan maka kinerja dari perawat tersebut juga akan meningkat. Berdasarkan penilaian
Korelasi Pearson menurut Sugiyono (2006) maka diketahui hubungan motivasi dengan
kinerja perawat masuk dalam kategori kuat (Nilai 0.600 sampai 0.799).
PEMBAHASAN
memiliki karakteristik usia yang frekuensinya paling tinggi adalah usia 24 sampai 29 tahun
yaitu sebanyak 46 orang (67,6%). Bahwa dari hasil survei pendahuluan yang menyebabkan
usia kerja 24 sampai 29 tahun lebih tinggi adalah gaji yang rendah, sehingga perawat yang
bekerja di RSU Bina Kasih tidak bertahan lama. Oleh sebab itu dari hasil penelian
frekuensi paling tinggi adalah belum menikah yaitu sebanyak 56 orang (82,4%). Dari hasil
survei pendahuluan perawat yang bekerja disana, yang masi baru dan belum pengalaman
memiliki frekuensi paling tinggi adalah kurang dari 1 tahun yaitu sebanyak 36 orang
(52,9%). Dari hasil survei pendahuluan bahwa setiap perawat yang bekerja disana tidak
bertahan lama, disebabkan karena gaji yang rendah. Oleh sebab itu dari hasil penelitian
menyatakan bahwa masa kerja responden paling tinggi adalah kurang dari 1 tahun.
Motivasi tanggung jawab kerja perawat yang berada di ruang rawat inap RSU Bina
Kasih menunjukkan bahwa sebanyak 38 orang perawat (55,9%) memiliki kategori tanggung
jawab yang baik, sedangkan 24 orang perawat (35,3%) memiliki motivasi tanggung jawab
yang sedang, dan 6 orang perawat(8,8%) memiliki motivasi tanggung jawab yang buruk.
sebanyak 57 orang perawat(83,8%) memiliki kategori kondisi kerja yang baik, sedangkan 7
orang (10,3%) memiliki kondisi kerja sedang, dan 4 orang (5,9%) memiliki kondisi kerja
yang buruk.
Motivasi supervisi di ruang rawat inap RSU Bina Kasih menunjukkan bahwa
sebanyak 40 orang perawat (58,8%) memiliki kategori supervisi yang baik, sedangkan 22
orang (32,4%) memiliki motivasi supervisi sedang, dan 6 orang (8,8%) memiliki motivasi
supervisi buruk. Motivasi insentif di ruang rawat inap RSU Bina Kasih menunjukkan
bahwasebanyak 52 orang perawat (76,5%) memiliki kategori insentif yang baik, sedangkan
10 orang (14,7%) memiliki motivasi insentif sedang, dan 6 orang (8,8%) memiliki motivasi
insentif buruk.
Berdasarkan hasil tersebut, secara umum motivasi kerja yang dimiliki perawat di
ruang rawat inap RSU Bina Kasih memiliki kategori yang baik, baik diukur berdasarkan
tanggung jawab, kondisi kerja, supervisi maupun insentif. Motivasi merupakan karakteristik
psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Motivasi
sebagai proses yang menyebabkan insensitas, arah, dan usaha terus menerus individu menuju
pencapain tujuan.
Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat dalam
bekerja atau dengan kata lain pendorong semangat kerja. Seseorang yang memiliki motivasi
kerja tinggi akan bekerja dengan baik, mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas yang
Secara sederhana urgensi motivasi adalah menciptakan semangat dan gairah kerja
sehingga produktivitas kerja meningkat, jadi motivasi adalah sesuatu yang pokok yang
menjadi dorongan seseorang untuk bekerja.Apabila motivasi kerja perawat tinggi, maka
perawat dapat bekerja secara maksimal sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik pula.
Akumulasi kinerja perawat di ruang rawat inap RSU Bina Kasih menunjukkan
bahwa sebanyak 40 orang perawat (58,8%) memiliki kategori kinerja yang baik, sedangkan
21 orang (30,9%) memiliki kategori kinerja perawat yang sedang dan sisanya 7 orang
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja
perawat di ruang rawat inap RSU Bina Kasih adalah baik. Hal ini dilihat berdasarkan jumlah
perawat yang memiliki kategori kinerja yang baik yaitu sebanyak 40 orang atau 58,8% dari
total sampel penelitian.Kinerja merupakan hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses
organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya
secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan)”. Di
dalam organisasi, sejumlah orang harus memainkan peranan sebagai pemimpin sedangkan
yang lainnya harus memainkan peranan sebagai pengikut atau bawahan. Hubungan antara
individu dan kelompok dalam organisasi menghasilkan suatu harapan terhadap perilaku kerja
individu.
Dengan memiliki kinerja perawat yang baik maka hal ini akan menunjang kinerja
rumah sakit itu sendiri sehingga kepuasan pasien atau kepuasan pelanggan dapat tercapai.
wewenang, tugas dan tanggung jawabnya dalam 10 rangka pencapaian tujuan tugas pokok
profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit organisasi. Kinerja perawat sebenarnya sama
dengan prestasi kerja diperusahaan. Perawat ingin diukur kinerjanya berdasarkan standar
obyektif yang terbuka dan dapat dikomunikasikan. Jika perawat diperhatikan dan dihargai
sampai penghargaan superior, mereka akan lebih terpacu untuk mencapai prestasi pada
yang lebih kecil dari tingkat probabilitas 5% (0,000 < 0,05). Maka dengan hasil tersebut
dapat diartikan bahwa tanggung jawab kerja memiliki hubungan yang signifikan
(nyata/bermakna) terhadap kinerja perawat. Dari hasil uji Korelasi Pearson dapat dilihat
bahwa jika tingkat tanggung jawab seorang perawat akan meningkat maka kinerja yang
dimilikinya juga akan semakin meningkat, begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat
tanggung jawab yang dimiliki perawat maka kinerjanya juga akan semakin menurun.
Secara teoritis, Menurut Nitisemito (2008), “Tanggung jawab dalam bekerja adalah
melakukan pekerjaan secara tuntas, tidak menunda-nunda waktu, sehingga pekerjaan lebih
bahwa tanggung jawab menunjukkan tingkat penyelesaian kerja dan kualitas hasil pekerjaan
yang mengarah pada terciptanya efisiensi dan efektivitas dalam menyelesaikan pekerjaan.
tanggung jawab yang tinggi seluruh personalia dalam suatu organisasi. Melalui tanggung
jawab yang baik diharapkan pekerjaan akan cepat terselesaikan dan memperoleh hasil yang
lebih baik. Dengan teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab yang tinggi
akan mengarahkan seseorang ke kinerja yang semakin baik. Hal ini sesuai dengan hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini bahwa tanggung jawab memiliki hubungan yang signifikan
Berdasarkan hasil uji Korelasi Pearson diperoleh nilai signifikan sebesar 0.000
yang lebih kecil dari tingkat probabilitas 5% (0,000 < 0,05). Maka dengan hasil tersebut
dapat diartikan bahwa kondisi kerja memiliki hubungan yang signifikan (nyata/bermakna)
terhadap kinerja perawat. Dari hasil uji Korelasi Pearsondapat dilihat bahwa jika tingkat
kondisi kerja seorang perawat meningkat maka kinerja yang dimilikinya juga akan semakin
mengungkapkan bahwa kondisi kerja atau lingkungan kerja ialah semua aspek fisik kerja,
psikologis kerja dan peraturan kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan
didukung oleh kondisi kerja atau lingkungan kerja yang baik, sehingga kinerja dan output
perusahaan dapat meningkat. Sebaliknya apabila kondisi kerja atau lingkungan tempat kerja
buruk maka kepuasan karyawan akan menurun, sehingga secara tidak langsung faktor
kondisi kerja tersebut akan mempengaruhi kinerja karyawan itu sendiri dan outputnya
terhadap perusahaan.
Kondisi kerja atau yang sering disebut sebagai lingkungan kerja adalah kehidupan
sosial psikologi dan fisik dalam organisasi yang berpengaruh terhadap pekerjaan karyawan
dalam melaksanakan tugasnya. Dengan teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kondisi
kerja yang baik akan mengarahkan seseorang ke kinerja yang semakin baik. Hal ini sesuai
dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa kondisi kerja memiliki hubungan
yang signifikan terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan.
Berdasarkan hasil uji Korelasi Pearson diperoleh nilai signifikan sebesar 0.008
yang lebih kecil dari tingkat probabilitas 5% (0,000 < 0,05). Maka dengan hasil tersebut
terhadap kinerja perawat. Dari hasil uji Korelasi Pearson dapat dilihat bahwa jika tingkat
meningkat, begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat supervisi yang dimiliki perawat
pekerjaan (Sarwono, 2011). Supervisi dikenal juga dalam bahasa asing sebagai coaching.
(Wilson, 2011) terdapat beberapa definisi dari coaching, yang dapat diringkas sebagai
kinerja.
hubungan terhadap kinerja seseorang. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini bahwa supervisi memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja perawat
Berdasarkan hasil uji Korelasi Pearson diperoleh nilai signifikan sebesar 0.000
yang lebih kecil dari tingkat probabilitas 5% (0,000 < 0,05). Maka dengan hasil tersebut
terhadap kinerja perawat. Dari hasil uji Korelasi Pearson dapat dilihat bahwa jika tingkat
insentif yang diterima seorang perawat ditingkatkan maka kinerja yang dimilikinya juga
akan semakin meningkat, begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat insentif yang
diterima perawat maka kinerjanya juga akan semakin menurun karena hal tersebut.
kompensasi yang diterima oleh pegawai berupa kompensasi finansial (remunerasi) dan
kompensasi non finansial (promosi, mutasi, pujian, penghargaan). Insentif dapat digunakan
sebagai alat untuk memotivasi para karyawan guna mewujudkan tujuan organisasi, karena
insentif merupakan pendekatan kompensasi dengan memberi imbalan atas hasil kerja
bentuk umum, yaitu kompensasi langsung (terdiri atas gaji dan upah pokok, insentif dan bagi
hasil) dan kompensasi tidak langsung (berbentuk program kesejahteraan dan pelayanan).
Sehingga dengan adanya insentif yang diberikan perusahaan terhadap karyawannya akan
mendorong karyawan untuk memperbaiki kinerja dan kualitas kerja yang dilaksanakannya.
hubungan terhadap kinerja seseorang. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini bahwa insentif memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja perawat di
5.8 Hubungan Motivasi (Tanggung Jawab, Kondisi Kerja, Supervisi dan Insentif)
Motivasi kerja berhubungan dengan kinerja atau prestasi kerja karena apabila
motivasi kerja seseorang rendah maka kinerjanya pun akan tidak optimal. Motivasi kerja
berkaitan dengan kemauan atau dorongan seseorang untuk melakukan pekerjaan. Aspek
motivasi kerja seseorang terkait erat dengan kebutuhan yang mendasari seseorang untuk
bekerja seperti kebutuhan akan berprestasi (kinerja), penghargaan, rasa tanggung jawab,
Penelitian yang dilakukan oleh Tjahjono dan Gunarsih (2006) hasil penelitian
kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Dolok sanggul dalam memberikan pelayanan kepada
pasien. Berdasarkan data deskriptif penelitian tersebut menunjukkan bahwa motivasi perawat
dalam kategori baik dan lebih banyak yang menyatakan bahwa dengan peningkatan motivasi
akan meningkatkan kinerja perawat. Selain itu Badi’ah (2008) juga menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara motivasi yang digambarkan dengan motivasi internal dan
Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa motivasi yang diukur dengan tanggung
jawab, kondisi kerja, supervisi dan insentif memiliki hubungan yang signifikan terhadap
kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan. Hasil penelitian ini didukung
oleh hasil penelitian Tjahjono dan Gunarsih (2006), Sihotang (2007) dan Badi’ah (2008)
yang menyatakan bahwa motivasi memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja
6.1 Kesimpulan
1. Motivasi kerja perawat pada ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Bina
2. Kinerja perawat pada ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Bina Kasih
terhadap kinerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Bina
Kasih Medan.
6.2 Saran
sebelumnya, maka hal-hal sebagai berikut perlu diperhatikan sebagai saran dalam
penelitian ini:
merupakan hal yang dapat mempengaruhi kinerja rumah sakit itu sendiri.
Medan.
Abdullah dan Rahma. 2010. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Aditama, T.Y. 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi ke dua.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Akhmad. S. 2008. Teori-Teori Motivasi ,http://akhmadsudrajat.wordpress.com
(aksestanggal 2 September 2017).
67
68
69
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Usia anda saat ini : a. < 25 Tahun b. 25-35 Tahun c. 36-45 Tahun
5. Masa kerja :
6. Bertugas di Ruang :
paling sesuai dan mohon mengisi bagian yang membutuhkan jawaban tertulis.
B. Kondisi Kerja
D.Insentif
Tanggung
Jawab Kondisi Kerja Supervisi Insentif Kinerja Perawat
N Valid 68 68 68 68 68
Missing 0 0 0 0 0
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Status Perkawinan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Masa Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Ruang Tugas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Mawar 20 29,4 29,4 29,4
Tanggung Jawab
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kondisi Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Supervisi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Insentif
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kinerja Perawat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Correlations
Tanggung
Jawab Kinerja Perawat
**
Tanggung Jawab Pearson Correlation 1 ,416
N 68 68
**
Kinerja Perawat Pearson Correlation ,416 1
N 68 68
Correlations
N 68 68
**
Kinerja Perawat Pearson Correlation ,497 1
N 68 68
Correlations
N 68 68
**
Kinerja Perawat Pearson Correlation ,317 1
N 68 68
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
N 68 68
**
Kinerja Perawat Pearson Correlation ,509 1
N 68 68