Anda di halaman 1dari 18

PERPAJAKAN II

MENGHITUNG PPH PASAL 21

Disusun Oleh :
Kelompok 2 :
Riska Oktaviani 11160000197
Rizki Iqbal Prayogo 11160000204
Dennis Errique 11160000305

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA


2019
Jl. Kayu Jati Raya 11A Rawamangun Jakarta Timur Indonesia 13220
Tlp. +62-021-4750321 Fax. +62-021-4722371
E-mail. info@stei.ac.id
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kelompok dapat menyelesaikan tugas PERPAJAKAN II
ini. Kelompok menyadari hasil tugas ini baik dari materi dan penyusunannya masih jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki
tugas ini. Tugas kelompok ini memuat tentang MENGHITUNG PPH PASAL 21, dan
sebagai tugas guna menambah nilai.
Selama proses penulisan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam penulisan makalah
ini. Untuk itu dari hati yang paling dalam penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.
Segala kritikan dan masukan dari semua pihak, akan menjadi pengalaman yang sangat
berharga bagi penulis demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Januari 2019

Penulis
MENGHITUNG PPH PASAL 21
1. Defenisi Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran Umum.

2. Pengertian Pajak PPh Pasal 21


PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak
orang pribadi dalam negeri.

3. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan PPh pasal 21

Perhitungan Perubahan PTKP Terbaru Tahun 2016 :


PTKP 2016 Wajib Pajak Tidak Kawin (TK)
Uraian Status PTKP
Wajib Pajak TK0 54.000.000,-
Tanggungan 1 TK1 58.500.000,-
Tanggungan 2 TK2 63.000.000,-
Tanggungan 3 TK3 67.500.000,-
PTKP 2016 Wajib Pajak Kawin
Uraian Status PTKP
WP Kawin K0 58.500.000,-
Tanggungan 1 K1 63.000.000,-
Tanggungan 2 K2 67.500.000,-
Tanggungan 3 K3 72.000.000,-

PTKP 2016 Wajib Pajak Kawin, penghasilan istri dan suami digabung
Uraian Status PTKP
WP Kawin K/I/0 112.500.000,-
Tanggungan 1 K/I/1 117.000.000,-
Tanggungan 2 K/I/2 121.500.000,-
Tanggungan 3 K/I/3 126.000.000,-

Catatan:
 Tunjangan PTKP untuk anak atau tanggungan maksimal 3 orang
 TK : Tidak Kawin

 K : Kawin
 K/I : Kawin dan penghasilan pasangan digabung
Tarif pajak

Penghasilan Netto Tarif pajak


Sampai dengan 50 juta 5%
50 juta sampai dengan 250 juta 15%
250 juta sampai dengan 500 juta 25%
Diatas 500 juta 30%

4. Komponen Perhitungan PPh Pasal 21

Untuk memahami detail perhitungan PPh Pasal 21, Anda bisa mempelajari komponen-
komponen dan konsep dasar cara perhitungan PPh 21 di bawah ini. Komponen-komponen
tersebut terbagi dalam 3 bagian besar yaitu:

A. Penghasilan Bruto (Penghasilan Kotor) PPh Pasal 21


Penghasilan bruto atau penghasilan kotor adalah jenis penghasilan yang dikenakan
pemotongan PPh Pasal 21. Unsur-unsur penambah penghasilan yang termasuk dalam
penghasilan bruto, adalah:
a. Penghasilan Rutin
Cara perhitungan PPh 21 2016 tidak akan terlepas dari penghasilan rutin wajib
pajak orang pribadi, yakni upah atau gaji yang diterima secara teratur dalam
jangka waktu tertentu, seperti:
i. Gaji Pokok
Gaji pokok adalah gaji dasar yang ditetapkan untuk melaksanakan satu
jabatan atau pekerjaan tertentu pada golongan pangkat dan waktu
tertentu.
ii. Tunjangan
Tunjangan adalah penghasilan tambahan di luar gaji pokok yang
berkaitan dalam pelaksanaan tugas dan sebagai insentif. Misalnya
adalah tunjangan jabatan, tunjangan transportasi, tunjangan makan, dll.
b. Penghasilan Tidak Rutin
Penghasilan tidak rutin adalah upah atau gaji yang diterima secara tidak teratur
oleh seorang pegawai atau penerima penghasilan lainnya, seperti:
i. Bonus
Bonus adalah tambahan penghasilan di luar gaji kepada pegawai atau
dividen tambahan kepada pemegang saham.
ii. Tunjangan Hari Raya Keagamaan ( THR )
THR adalah pendapatan non upah yang wajib dibayarkan oleh
pengusaha kepada pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja 1
bulan dengan perhitungan proporsional dan dibayarkan menjelang hari
raya keagamaan.
iii. Upah Lembur
Upah lembur adalah tambahan upah yang dibayarkan perusahaan
karena pekerja melakukan perpanjangan jam kerja dari jam kerja
normal yang telah ditentukan.
c. Iuran BPJS atau premi asuransi pegawai yang dibayarkan perusahaan
BPJS adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan lembaga nirlaba,
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Setiap warga negara Indonesia
dan asing yang telah tinggal di Indonesia selama lebih dari 6 bulan wajib
menjadi anggota BPJS. Iuran BPJS ini dibayarkan oleh pemberi kerja dan
pekerja dengan persentase iuran dari gaji atau upah (tidak dijelaskan dalam
peraturan bahwa apakah gaji ini merupakan gaji pokok, gaji bruto, gaji bersih,
dsb) yang telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah. Iuran BPJS yang
termasuk dalam komponen cara perhitungan PPh 21 ini terdiri dari:
i. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Jaminan Kecelakaan Kerja adalah kompensasi dan rehabilitasi bagi
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan saat mulai berangkat kerja
sampai tiba kembali di rumah atau menderita penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan. Iuran JKK dibayar sepenuhnya oleh
perusahaan. Besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis usaha dan
risiko:
 Kelompok I : premi sebesar 0,24% x upah kerja sebulan.
 Kelompok II : premi sebesar 0,54% x upah kerja sebulan.
 Kelompok III : premi sebesar 0,89% x upah kerja sebulan.
 Kelompok IV : premi sebesar 1,27% x upah kerja sebulan.
 Kelompok V : premi sebesar 1,74% x upah kerja sebulan.
ii. Jaminan Kematian (JK)
Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program
BPJS Ketenagakerjaan yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja.
Pengusaha wajib menanggung iuran program Jaminan Kematian
sebesar 0,3% dari gaji atau upah.
iii. Jaminan Kesehatan (JKes / BPJS Kesehatan) berlaku sejak Juli
2015
Jaminan Kesehatan adalah program BPJS Kesehatan yang diikuti wajib
pajak. Sejak 1 Juli 2015, tarif iuran Jaminan Kesehatan adalah 5% dari
gaji per bulan yaitu sebanyak 4% dibayar oleh pemberi kerja dan 1%
oleh pegawai.
Gaji atau upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan iuran
Jaminan Kesehatan terdiri dari gaji atau upah pokok dan tunjangan
tetap. Batas paling tinggi gaji atau upah per bulan yang digunakan
sebagai dasar perhitungan iuran adalah 2 kali PTKP dengan status
kawin dengan 1 anak. Untuk keluarga lainnya, yaitu terdiri dari anak
keempat dan seterusnya, orang tua dan mertua, besarnya iuran adalah
1% per orang dari gaji/upah.
d. Tunjangan PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan, jika ada)
Bagi pemberi kerja yang memberikan tunjangan PPh 21 kepada pegawainya,
dalam hal ini bisa tunjangan PPh 21 penuh atau sebagian maka jumlah
tunjangan PPh 21 ini merupakan komponen penambah penghasilan bruto.
Sedangkan metode perhitungan gaji bagi pegawai yang menerima tunjangan
PPh 21 adalah metode gaji bersih atau gross-up.
e. Tunjangan BPJS (yang dibayarkan perusahaan, jika ada)
Bagi pemberi kerja yang memberikan tunjangan BPJS (JKK, JK, JP, JKes)
secara penuh dengan metode perhitungan gaji bersih atau gross up, maka
tunjangan ini dijadikan komponen penambah penghasilan bruto.

A. Pengurang Penghasilan Bruto


Pengurang penghasilan bruto adalah biaya-biaya yang dapat mengurangi penghasilan
bruto atau kotor. Termasuk di dalamnya adalah:
a. Biaya Jabatan
Biaya jabatan adalah biaya yang diasumsikan petugas perpajakan bahwa
sebagai pegawai pasti memiliki pengeluaran (biaya) selama setahun yang
berhubungan dengan pekerjaannya. Karena itu ditetapkan dalam Peraturan
Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016 bahwa biaya jabatan adalah
sebesar 5% dari penghasilan bruto setahun dan setinggi-tingginya Rp
500.000,- sebulan atau Rp 6 juta setahun. Dari staf biasa sampai direktur
berhak mendapatkan pengurang penghasilan bruto ini.
b. Biaya Pensiun
Biaya pensiun adalah pengurang penghasilan bruto dalam menghitung PPh
Pasal 21 yang terutang dan harus dipotong atas penghasilan yang diterima oleh
penerima pensiun secara bulanan. Besarnya biaya pensiun yang ditetapkan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016 adalah sebesar 5% dari
penghasilan bruto dan setinggi-tingginya Rp 200.000,- per bulan atau Rp
2.400.000,- per tahun.
c. Iuran BPJS yang Dibayarkan Karyawan
Dalam hal iuran BPJS yang persentasenya dibayarkan karyawan, maka
komponen dimasukkan sebagai pengurang penghasilan bruto. Iuran BPJS
yang termasuk sebagai pengurang penghasilan bruto tersebut adalah:
i. Jaminan Hari Tua (JHT)
Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya
penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat atau hari tua dan
diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Jumlah iuran
program jaminan hari tua yang ditanggung perusahaan adalah 3,7%,
sedangkan yang ditanggung tenaga kerja adalah 2%. Premi JHT yang
diberikan pemberi kerja tidak dimasukkan sebagai komponen
penambah penghasilan. Pengenaan pajaknya akan dilakukan pada saat
karyawan menerima JHT. Sedangkan premi JHT yang dibayar sendiri
oleh karyawan merupakan pengurang penghasilan bruto.
ii. Jaminan Pensiun (JP)
Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan memberikan
derajat kehidupan yang layak bagi pesertanya dan/atau ahli warisnya
dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia
pensiun, cacat total atau meninggal dunia. Jaminan Pensiun (JP) ini
berlaku sejak Juli 2015. Iuran program JP adalah 3%, yang terdiri atas
2% iuran pemberi kerja dan 1% iuran pekerja.
iii. Jaminan Kesehatan (JKes)
Sejak 1 Juli 2015, tarif iuran Jaminan Kesehatan yang dibayarkan oleh
pegawai adalah 1%.
B. PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang merupakan komponen penting cara
perhitungan PPh 21 2018 adalah jumlah nilai penghasilan bruto bagi wajib pajak yang
tidak dikenakan pajak. Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-
16/PJ/2016 dan PMK No. 101/PMK.010/2016 adalah:

o Rp 54.000.000 per tahun atau Rp 4.500.000 per bulan untuk diri Wajib Pajak
orang pribadi
o Rp 4.500.000,- per tahun atau Rp 375.000 per bulan tambahan untuk Wajib
Pajak yang kawin
o Rp 54.000.000 per tahun atau Rp 375.000 per bulan untuk istri yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
o Rp 4.500.000 per tahun atau Rp 375.000 per bulan tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus
serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3
orang untuk setiap keluarga.

Metode Perhitungan Gaji Karyawan

Walaupun perhitungan PPh 21 telah diatur oleh DJP, namun pada praktiknya, setiap
perusahaan memiliki metode perhitungan PPh 21 sendiri yang disesuaikan dengan tunjangan
pajak atau gaji bersih yang diterima karyawannya. Ada 3 metode perhitungan pph 21 2018
yang paling umum, yaitu:

1. Metode Gross (Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak)


Metode gross ini diterapkan bagi pegawai atau penerima penghasilan yang
menanggung PPh Pasal 21 terutangnya sendiri. Ini berarti gaji bruto atau kotor
pegawai tersebut belum dipotong PPh Pasal 21.

Misalnya Ardi, seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji sebulan sebesar Rp
10.000.000,-, maka:
Gaji pokok : Rp 10.000.000,-
PPh 21 (yang ditanggung sendiri) : Rp 220.883,-
Gaji bersih (take home pay) : Rp 9.779.167,-
2. Metode Gross-Up (Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak)
Metode gross-up ini diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang
diberikan tunjangan pajak (gajinya dinaikkan terlebih dahulu) sebesar pajak yang
dipotong.

Misalnya Ardi, seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji sebulan sebesar Rp
10.000.000,-, maka:
Gaji pokok : Rp 10.000.000,-
Tunjangan pajak (dari perusahaan) : Rp 259.796,-
Total gaji bruto : 10.259.796,-
Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan) : Rp 259.796,-
Gaji bersih (take home pay) : Rp 10.000.000,-

3. Metode Net (Gaji Bersih dengan Pajak Ditanggung Perusahaan)


Metode net ini diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang
mendapatkan gaji bersih dengan pajak yang ditanggung perusahaan.

Misalnya jika Ardi, seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji sebulan sebesar Rp
10.000.000,-, maka:
Gaji pokok : Rp 10.000.000,-
Total gaji bruto : Rp 10.000.000,-
Pajak yang ditanggung perusahaan : Rp 220.883,-
Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan) : Rp 220.883,-
Gaji bersih (take home pay) : Rp 10.000.000,-

Kesimpulan

Perhitungan PPh 21 di aplikasi OnlinePajak dilakukan secara otomatis. Pengguna pun dapat
melaporkan PPh 21 secara online melalui aplikasi yang sama. Komponen-komponen penting
dalam perhitungan PPh 21 2018 tersebut adalah sebagai berikut:

 Penghasilan bruto (kotor).


Termasuk dalam penambah penghasilan bruto adalah penghasilan teratur (gaji pokok,
tunjangan tetap), penghasilan tidak teratur (bonus, THR), BPJS yang ditanggung
perusahaan, tunjangan PPh 21 yang ditanggung perusahaan.
 Pengurang penghasilan bruto.
Termasuk dalam pengurang penghasilan bruto adalah biaya jabatan, biaya pensiun,
iuran BPJS yang dibayarkan karyawan (Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, Jaminan
Kesehatan).
 PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak).
Setiap wajib pajak memiliki jatah penghasilan tidak kena pajak yang dihitung
berdasarkan status pernikahan dan jumlah tanggungannya. Pemerintah belum lama ini
telah memperbarui tarif PTKP melalui peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-
16/PJ/2016.
PERHITUNGAN PPH 21
Berikut ini diberikan contoh penghtiungan PPh Pasal 21 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran PER-16/PJ/2016
Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan Pegawai Tetap Dengan
Gaji Bulanan
1. Retto pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Jaya Abadi dengan memperoleh gaji
sebulan Rp. 5.750.000 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp. 200.000, Retto menikah
tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Januari penghasilan Retto dari PT. Jaya Abadi
hanya dari gaji.
Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari adalah sebagai berikut :
Gaji sebulan Rp. 5.750.000,00
Pengurangan :
a. Biaya Jabatan :
5% × Rp. 5.750.000 Rp. 287.500,00
b. Iuran Pensiun Rp. 200.000,00
Rp. 487.500,00
Penghasilan neto sebulan Rp. 5.262.500,00
Penghasilan neto setahun
12 × Rp. 5.262.500 Rp. 63.150.000,00
PTKP setahun
a. untuk WP sendiri Rp. 54.000.000,00
b. Tambahan WP kawin Rp. 4.500.000,00
Rp. 58.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp. 4.650.000,00
PPh Pasal 21 Terutang
5% × Rp. 4.650.000,00 = Rp. 232.500,00
PPh Pasal 21 sebulan
Rp. 232.500 : 12 = Rp. 19.375,00

Catatan :
a. Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja
sebagai pegawai tetap tanpa memandang jabatan ataupun tidak.
b. Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki NPWP.
Dalam hal pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh
Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar: 120% x Rp. 19.375,00 = Rp.
50.700.000,00.
c. Untuk contoh-contoh selanjutnya diasumsikan penerima penghasilan yang dipotong
PPh Pasal 21 sudah memiliki NPWP, kecuali disebut lain dalam contoh tersebut.
2. Ikha Hapsari karyawati dengan status menikah dan mempunyai 3 anak bekerja pada PT
Sinar Unggul. Suami dari Ikha Hapsari merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil di
Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggerang. Ikha hapsari menerima gaji Rp. 5.000.000,00
sebulan. PT Sinar Unggul mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan. Perusahaan
membayar iuran pensiun kepada dana pensiun yang pendirianya telah disahkan oleh
Menteri keuangan, sebesar Rp. 60.000,00 ssebulan, Ikha Hapsari juga membayar iuran
pensiun sebesar Rp. 50.000,00 sebulan. Disamping itu perusahaan membayarkan
iuran Jaminan Hari Tua karyawannya setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan
Ikha membayaran iuran jaminan hari tua setiap bulan sebesar 2,00% dari gaji. Premi
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah
masing-masing sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji. Pada bulan juli 2016 disamping
menerima pembayaran gaji ikha juga menerima uang lembur (overtime) sebesar Rp.
2.000.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2016 sebagai berikut :
Penghitungan PPh Pasal 21 :
Gaji sebulan Rp. 5.000.000,00
Lembur (Overtime) Rp. 2.000.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp. 50.000,00
Premi Jaminan Kematian Rp. 15.000,00
Penghasilan Bruto Sebulan Rp. 7.065.000,00
Pengurangan :
a. Biaya Jabatan
5% x Rp. 7.065.000,00 Rp. 353.250,00
b. Iuran Pensiun Rp. 50.000,00
c. Iuran Jaminan Hari Tua Rp. 100.000,00
Rp. 503.250,00
Penghasilan neto sebulan Rp. 6.561.750,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp. 6.561.750,00 Rp. 78.741.000,00
PTKP
a. Untuk WP sendiri Rp. 54.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak adalah Rp. 24.741.000,00


PPh Pasal 21 setahun
5% x Rp. 24.741.000,00 = Rp. 1.237.050,00
PPh Pasal 21 sebulan
Rp. 1.237.050,00 : 12 = Rp. 103.087,00
Catatan :
Karena suami Ikha Hapsari menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP
Ikha Hapsari adalah PTKP untuk dirinya sendiri.
Dengan Gaji Mingguan dan Gaji Harian
1. Oka Sagala, belum menikah, pada tahun 2016 bekerja sebagai pegawai tetap pada
perusahaan PT. Mahagoni Gemilang menerima gaji yang dibayar mingguan sebesar
Rp. 2.000.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 minggu pertama bulan Agustus 2016
apabila dalam minggu tersebut hanya menerima penghasilan berua gaji saja adalah :
Perhitungan PPh Pasal 21 sebagai berikut :

Oka Sagala, belum menikah, pada tahun 2016 bekerja sebagai pegawai tetap pada
perusahaan PT Mahagoni Gemilang menerima gaji yang dibayar mingguan sebesar
Rp. 2.000.000,00. Penghasilan PPh Pasal 21 minggu pertama bulan Agustus 2016 apabila
dalam minggu tersebut hanya menerima penghasilan berupa gaji saja adalah :

Penghitungan PPh Pasal 21 :


Gaji (4 x Rp. 2.000.000,00) Rp. 8.000.000,00
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% x Rp. 8.000.000,00 Rp. 400.000,00
Penghasilan neto sebulan Rp. 7.600.000,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp. 7.600.000,00 Rp. 91.200.000,00
PTKP
a. Untuk WP sendiri Rp. 54.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak setahun Rp. 37.200.000,00


PPh Pasal 21
5% x Rp. 37.200.000,00 = Rp. 1.860.000,00
PPh Pasal 21 sebulan
Rp. 1.860.000,00 : 12 = Rp. 155.000,00
PPh Pasal 21 atas gaji/upah
Mingguan Rp. 155.000,00 : 4 Rp. 38.750,00

2. Indradi pada tahun 2016 bekerja sebagai pegawai tetap pada perusahaan PT. Rejo
Indonusa dengan memperoleh gaji yang dibayar harian sebesar Rp. 250.000,00. Indradi
kadin dan mempunyai seorang anak. PT. Indonusa masuk program BPJS
Ketenagakerjaan, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar
oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar 1,00% dan 0,30%
dari gaji. PT Rejo Indonusa membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar
3,70% dari gaji dan Indradi membayar iuran pensiun Rp. 35.000,00 dan jaminan hari tua
sebesar 2,00% dari gaji :
Perhitungan PPh Pasal 21 sebagai berikut :

Penghasil sebulan
(26 x 250.000) Rp. 6.500.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp. 65.000,00
Premi Jaminan Kematian Rp. 19.500,00
Penghasilan bruto Rp. 6.584.500,00

Pengurangan :
a. Biaya jabatan
5% x Rp. 6.584.500,00 Rp. 329.225,00
b. Iuran pensiun Rp. 35.000,00
c. Iuran Jaminan Hari Tua Rp. 130.000,00
Rp. 494.225,00
Penghasilan neto sebulan adalah Rp. 6.090.275,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp. 6.090.275,00 Rp. 73.083.300,00

PTKP
a. untuk wajib pajak Rp. 54.000.000,00
b. tambahan karena menikah Rp. 4.500.000,00
c. tambahan seorang anak Rp. 4.500.000,00
Rp. 63.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp. 10.083.300,00

PPh Pasal 21 setahun


5% x Rp. 10.083.300,00 = Rp. 504,165,00
PPh Pasal 21 sebulan
Rp. 504,165,00 : 12 = Rp. 42.013,00
PPh Pasal 21 sehari
Rp. 42.013,00 : 26 = Rp. 1.615,00
Penghitungan Pemotong PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan Berupa : Jasa Produksi,
Tantiem Gratfikasi, Tunjangan Hari Raya atau Tahun Baru, Bonus, Premi, dan
Penghasilan Sejenis Lainnya yang Sifatnya Tidak Tetap dan Pada Umumnya Diberikan
Sekali Dalam Setahun.

1. Karyawati Shanaya Aqeela (tidak kawin) bekerja pada PT Prabu Kedaton dengan
memperoleh gaji sebesar Rp. 5.000.000 sebulan. Perusahaan ikut dalam program BPJS
Ketenagakerjaan. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan Premi Jaminan Kematian dan
iuran Jaminan Hari Tua di bayar oleh pemberi kerja setiap bulan masing-masing sebesar
1,00%, 0,30% dan 3,70% dari gaji. Shanaya Aqeela membayar iuran pensiun
Rp. 50.000,00 dan iuran jaminan hari tua sebesar 2,00% dari gaji untuk setiap bulan.
Pada bulan Apri 2016 Shanaya Aqeela memperoleh bonus sebesar Rp. 6.000.000,00
sehingga pada bulan april 2016 Shanaya Aqeela menerima pembayaran beruba gaji
sebesar Rp. 5.000.000,00 dan bonus sebesar Rp. 6.000.000. Cara menghitung PPh Pasal
21 atas bonus adalah sebagai berikut :

Cara menghitung PPh Pasal 21 atas bonus adalah sebagai berikut :


a. PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun)
Gaji setahun (12 x 5.000.000,00) Rp. 60.000.000,00
Bonus Rp. 6.000.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja :
12 x Rp. 50.000,00 Rp. 600.000,00
Premi Jaminan Kematian
12 x Rp. 15.000,00 Rp. 180.000,00
Penghasilan bruto setahun Rp. 66.780.000,00

Pengurangan :
1). Biaya Jabatan
5% x Rp. 66.780.000,00 = Rp. 3.339.000,00
2). Iuran pensiun setahun
12 x Rp. 50.000,00 = Rp. 600.000,00
3). Iuran Jaminan Hari Tua
12 x Rp. 100.000,00 = Rp. 1.200.000,00
Rp. 5.139.000,00
Penghasilan neto setahun Rp. 61.641.000,00
PTKP
1). Untuk WP sendiri Rp. 54.000.000,00
Penghasilan kena pajak Rp. 7.641.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp. 7.641.000,00 = Rp. 382.050,00

b. PPh Pasal 21 atas Gaji Setahun


Gaji setahun (12 x 5.000.000,00) Rp. 60.000.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja :
12 x Rp. 50.000,00 Rp. 600.000,00
Premi Jaminan Kematian
12 x Rp. 15.000,00 Rp. 180.000,00
Jumlah Rp. 60.780.000,00

Pengurangan :
1). Biaya Jabatan
5% x Rp. 60.780.000,00 = Rp. 3.039.000,00
2). Iuran pensiun setahun
12 x Rp. 50.000,00 = Rp. 600.000,00
3). Iuran Jaminan Hari Tua
12 x Rp. 100.000,00 = Rp. 1.200.000,00
Jumlah Rp. 4.839.000,00
Penghasilan neto setahun = Rp. 55.941.000,00
PTKP
1). Untuk WP sendiri Rp. 54.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp. 1.941.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp. 1941.000,00 = Rp. 97.050,00
c. PPh Pasal 21 atas Bonus
PPh Pasal 21 atas Bonus adalah :
Rp. 382.050,00 – Rp. 97.050,00 = Rp. 285.000,00
Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Yang Sebagian atau
Seluruhnya Diperoleh Dalam Mata Uang Asing
Neil Mc Leary adalah seorang pegawai tetap memperoleh gaji pada bulan Januari 2016 dalam
mata uang asing sebesar US$2.000 sebulan. Kurs yang berlaku untuk bulan Januari 2016
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan adalah Rp. 13.766,00 per US$1,00. Neil Mc Leary
berstatus menikah dengan 1 anak.
Penghitungan PPh Pasal 21 sebagai berikut :
Penghasil sebulan
(US$ 2.000 x Rp. 13.766,00 ) Rp. 27.532.000,00

Pengurangan :
Biaya jabatan
5% x Rp. 27.532.000,00 Rp. 1.376.000,00
Maksimum Diperkenakan Rp. 500.000,00

Penghasilan neto sebulan adalah Rp. 27.032.000,00


Penghasilan neto setahun
12 x Rp. 27.032.000,00 Rp. 224.384.000,00

PTKP
d. untuk wajib pajak Rp. 54.000.000,00
e. tambahan karena menikah Rp. 4.500.000,00
f. tambahan seorang anak Rp. 4.500.000,00
Rp. 63.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp. 161.384.000,00

PPh Pasal 21 setahun


5% x Rp.50.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00
15% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 15.000.000,00
25% x Rp. 11.384.000,00 = Rp. 2.846.000,00
Rp. 20.346.000,00

PPh Pasal 21 Sebulan


Rp. 20.346.000,00 : 12 Rp. 1.695.500,00

Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Penerimaan Dalam Bentuk Natura dan Kenikmatan
lainnya Yang Diberikan Oleh Wajib Pajak Yang Pengenaan Pajak Penghasilan Bersifat
final atau Berdasarkan Norma Penghitungan Khusus (Deemed Profit)
Maydina Aprilianto adalah warga Negara RI yang bekerja padda suatu perwakilan dagang
asing yang pengenaan pajaknya menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit),
pada bulan Agustus 2016 memperoleh gaji sebesar Rp. 5.000.000,00 sebulan beserta beras 50
Kg dan gula 10 Kg. Maydina Aprilianto berstatus menikah dengan 1 orang anak. Nilai uang
dari beras dan gulas dihitung berdasarkan harga pasar yaitu : beras perKg Rp. 15.000,00 dan
gula perKg Rp. 12.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 sebagai berikut :
Penghasil sebulan Rp. 5.000.000,00
Beras : 50 x Rp. 15.000,00 Rp. 750.000,00
Gula : 10 x Rp. 12.000,00 Rp. 120.000,00
Penghasilan Bruto Sebulan Rp. 5.870.000,00
Pengurangan :
Biaya jabatan
5% x Rp. 5.870.000,00 Rp. 293.500,00

Penghasilan neto sebulan adalah Rp. 5.576.500,00


Penghasilan neto setahun
12 x Rp. 5.576.500,00 Rp. 66.918.000,00

PTKP
a. untuk wajib pajak Rp. 54.000.000,00
b. tambahan karena menikah Rp. 4.500.000,00
c. tambahan seorang anak Rp. 4.500.000,00
Rp. 63.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp. 3.918.000,00

PPh Pasal 21 setahun


5% x Rp. 3.918.000,00 Rp. 195.900,00

PPh Pasal 21 Sebulan


Rp. 195.900,00 : 12 Rp. 16.325,00

Anda mungkin juga menyukai