Anda di halaman 1dari 2

Cara Mengajukan Gugatan Cerai Isteri Kepada Suami Di Pengadilan Agama

Bahwa Pengadilan Agama berwenang memeriksa dan mengadili perkara cerai bagi
perkawinan yang dilakukan menurut agama islam yang diakui sah oleh hukum negara
Indonesia. Salah satu ciri utama bahwa perkawinan dilakukan secara agama islam dan
sah secara hukum negara Indonesia adalah adanya Buku Nikah yang dikeluarkan oleh
Kantor Urusan Agama (KUA). Sehingga semua perkawinan warga negara indonesia yang
mempunyai Buku Nikah, maka saat akan melakukan perceraian harus diajukan di
Pengadilan Agama setempat.

Bahwa gugatan cerai di Pengadilan Agama tersebut dapat diajukan baik oleh Suami
kepada Isterinya maupun oleh Isteri kepada Suaminya. Gugatan yang diajukan Suami
kepada Isterinya disebut dengan Permohonan Cerai Talak, dimana nantinya suami
menjadi Pemohon dan Isteri menjadi Termohon. Sedangkan terhadap gugatan cerai yang
diajukan oleh Isteri kepada Suaminya disebut Gugatan Perceraian, dimana isteri
sebagai Penggugat dan suami sebagai Tergugat.

Jika isteri hendak mengajukan gugatan cerai kepada suaminya, maka Pengadilan agama
yang berwenang untuk memeriksa dan mengadilinya adalah Pengadilan Agama dimana
Isteri tersebut berdomisili hukum. Domisili hukum dapat dibuktikan dengan adanya
Kartu Tanda Penduduk (KTP), artinya jika isteri berdomisili hukum di Kabupaten
Magelang dan Suami bertempat tinggal di Jakarta, maka Pengadilan Agama yang
berwenang adalah Pengadilan Agama tempat domisili hukum isteri yaitu Pengadilan
Agama Kabupaten Magelang.

Adapun beberapa alasan yang dapat dijadikan alasan bagi seorang isteri yang ingin
mengajukan gugatan cerai kepada suaminya adalah sebagai berikut :

Suami berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang
sukar disembuhkan;
Suami meninggalkan isteri selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin isteri dan
tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya;
Suami mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah
perkawinan berlangsung;
Suami melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan Isterinya;
Suami mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan
kewajibannya sebagai suami;
Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan
tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Dari beberapa alasan yang dapat dijadikan alasan untuk mengajukan permohonan /
gugatan cerai talak diatas, penulis memberikan rekomendasi agar memilih alasan
point 6, dengan pertimbangan pembuktiannya lebih mudah dan merupakan alasan yang
paling banyak digunakan dan paling banyak dikabulkan oleh Hakim Pengadilan Agama
dalam memutus kasus gugatan perceraian.

Dalam mengajukan gugatan cerai, isteri mempunyai hak untuk mengajukan tuntutan
tambahan yang dapat berupa :

Tuntutan Nafkah Terutang, yaitu jika selama masa tertentu dalam perkawinannya,
ternyata Suami tidak memberikan biaya hidup kepada isteri, maka isteri dapat
menuntut agar Hakim menghukum suami membayar nafkah terutang kepada bekas isterinya
kelak.
Tuntutan Hak Asuh Anak, yaitu isteri berhak untuk mendapatkan hak pengasuhan atas
anak yang belum mumaziz (dibawah 12 tahun).
Tuntutan Nafkah Anak sampai dewasa 21 tahun, jika nantinya hak asuh anak jatuh ke
tangan isteri, maka hakim atas permintaan anda dapat menentapkan agar bekas suami
memberikan nafkah kepada anak yang hak asuhnya ditangan isteri, sampai anak
tersebut dewasa atau berumur 21 tahun.
Nafkah Idah, dapat diminta oleh isteri sebagai nafkah selama masa idah yaitu 3
(tiga) bulan lamanya.
Nafkah Mut’ah, dapat juga diminta oleh isteri kepada hakim agar suami ditetapkan
agar membayar nafkah Mut’ah (hadiah) kepada bekas isterinya.
Selain mengajukan tuntutan nafkah, isteriu yang akan mengajukan gugatan cerai dapat
juga mengajukan gugatan pembagian harta bersama (gono-gini) bersamaan dan dalam
satu naskah dengan gugatan cerai dimaksud. Penulis menyarankan jika seorang isteri
ingin mengajukan gugatan cerai dan tahu ada harta bersama, maka sebaiknya bersamaan
pengajuan gugatan cerai sekaligus pengajuan gugatan pembagian harta bersamanya
diajukan dalam satu naskah gugatan.

Selain membuat surat gugatan, isteri yang akan menggugat suaminya juga harus
mempersiapkan bukti-bukti dan saksi-saksi yang diperlukan. Bukti-bukti yang
diperlukan adalah sebagai berikut :

Bukti Pernikahan yang berupa Buku Nikah yang dikeluarkan oleh KUA.
Bukti Domisili Hukum sebagai Penggugat berupa KTP Penggugat.
Bukti kelahiran anak yang berupa Akta Lahir Anak dari Catatan Sipil.
Kartu Keluarga.
Bukti-bukti yang menunjukan alasan perceraian.
Bukti Penghasilan suami, jika akan menuntut Nafkah kepada suami.
Bukti tentang Harta Bersama, jika mengajukan gugatan pembagian harta bersama.
Demikian sekilas tentang Pengajuan Gugatan Cerai seorang isteri kepada suaminya di
Pengadilan Agama tersebut.

Anda mungkin juga menyukai