Anda di halaman 1dari 2

BAB 4

PEMBAHASAN

Penyakit katup jantung merupakan kelainan aliran darah melintasi katup


jantung. Katup normal adalah aliran searah dan aliran yg tidak terhalangi. Katup
membuka merupakan tekanan proximal katup lebih tinggi dari tekanan dalam ruang
atau pembuluh darah sebelah katup. Katup menutup merupakan tekanan distal lebih
tinggi dari tekanan dalam ruang proximal katup (Purnomo, 2003).
Demam reumatik – inflamasi akut dimediasi – imun yang menyerang katup
jantung akibat reaksi silang antara antigen streptokokus hemolitik-α grup A dan
protein jantung. Penyakit dapat menyebabkan penyempitan pembukaan katup
(stenosis) atau tidak dapat menutup sempurna (inkompetensi atau regurgitasi) atau
keduanya (Muttaqin, 2009).
Salah satu tipe gangguan katup yaitu Insufisiensi Mitral (Regurgitasi) yang
terjadi bila katup mitral tidak dapat saling menutup selama systole. Chordate
tendineae memendek, sehingga bilah katup tidak dapat menutup dengan sempurna,
akibatnya terjadilah regurgitasi aliran balik dari ventrikel kiri ke antrium kiri.
Pemendekan atau sobekan salah satu atau kedua bilah katup mitral mengakibatkan
penutupan lumen mitral tidak sempurna saat ventrikel kiri dengan kuat mendorong
darah ke aorta, sehingga setiap denyut, ventrikel kiri akan mendorong sebagaian darah
kembali ke antrium kiri. Aliran balik darah ini ditambah dengan darah yang masuk
dari paru, menyebabkan antrium kiri mengalami pelebaran dan hipertrofi. Aliran
darah balik dari ventrikel akan menyebabkan darah yang mengalir dari paru ke
antrium kiri menjadi berkurang. Akibatnya paru mengalami kongesti, yang pada
giliranya menambah beban ke ventrikel kanan. Maka meskipun kebocoran mitral
hanya kecil namun selalu berakibat terhadap kedua paru dan ventrikel kanan.
Insufisiensi Mitral (Regurgitasi) inilah yang diderita oleh pasien kelolaan kami
di Ruang ICU GBPT RSUD Dr. Soetomo sehingga harus menjalani operasi
penggantian katup yaitu MVR (Mitral Valve Replacement). MVR atau Mitral Valve
Replacement adalah prosedur operasi jantung yang dilakukan untuk mengganti katup
mitral pasien yang sudah tidak dapat diperbaiki dengan katup jantung buatan (baik itu
mekanik maupun bioprostetik). MVR dapat dilakukan pada pasien dengan stenosis
mitral berat ketika percutaneous balloo nvalvotomy atau MVR tidak mungkin
dilakukan. MVR sangat penting bagi pasien-pasien stenosis mitral yang memiliki
regurgitasi mitral, pasien dengan katup yang distorsi karena berulang kali mendapat
manipulasi, dan pada seseorang yang tidak mungkin mengalami peningkatan fungsi
katup mitral (Thamilarasan, 2004).
Pada pengkajian yang dilakukan tanggal 06 November 2019 didapatkan data
pasien laki- laki berusia 25 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Mawarni, dkk sebagian besar penderita gangguan katup jantung adalah laki- laki yang
mana disebebkan karena pada perempuan terdapat perlindungan estrogen yang
bersifat protectif pada perempuan sehingga melindungi perempuan dari berbagai
faktor penyebab gangguan katup jantung (Mawarni, dkk 2016).
Keluhan utama pasien mengalami penurunan kesadaran setelah operasi. Klien
terpasang ventilator, sesak napas sehingga masalah keperawatan pertama yang
diangkat yaitu gangguan ventilasi spontan (D.0004). Hal ini sesuai dengan gejala dan
tando mayor serta minor berdasarkan SDKI dimana pasien mengalami dispnea,
penggunaan otot bantu napas meningkat, nilai ADG mengalami perubahan. Pada
sistem kardiovaskuler ditemukan data CRT 3 detik, sirkulasi perifer menurun, akral
dingin, warna kulit pucat, interpretasi ECG menunjukkan AV blok derajat 1 sehingga
masalah keperawatan yang diangkat yaitu perfusi perifer tidak efektif (D. 0009). Pada
sistem perkemihan ditemukan data pasien terpasang dower kateter dengan produksi
urine 30 ml/jam, warna kuning pekat, intake oral 500cc/ hari, parenteral 1000cc/ hari,
balance cairan + 780, terdapat pitting edema grade 1 sehingga masalah keperawatan
yang diangkat yaitu hipervolemia (D.0022). Untuk mengatasi masalah- masalah
keperawatan yang ada pada pasien diberikan intervensi keperawatan sesuai dengan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan menentukan tujuan serta
kriteria hasil yang akan dicapai menggunakan Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI).

Anda mungkin juga menyukai