Penyakit katup jantung merupakan kelainan aliran darah melintasi katup
jantung. Katup normal adalah aliran searah dan aliran yg tidak terhalangi. Katup membuka merupakan tekanan proximal katup lebih tinggi dari tekanan dalam ruang atau pembuluh darah sebelah katup. Katup menutup merupakan tekanan distal lebih tinggi dari tekanan dalam ruang proximal katup (Purnomo, 2003). Demam reumatik – inflamasi akut dimediasi – imun yang menyerang katup jantung akibat reaksi silang antara antigen streptokokus hemolitik-α grup A dan protein jantung. Penyakit dapat menyebabkan penyempitan pembukaan katup (stenosis) atau tidak dapat menutup sempurna (inkompetensi atau regurgitasi) atau keduanya (Muttaqin, 2009). Salah satu tipe gangguan katup yaitu Insufisiensi Mitral (Regurgitasi) yang terjadi bila katup mitral tidak dapat saling menutup selama systole. Chordate tendineae memendek, sehingga bilah katup tidak dapat menutup dengan sempurna, akibatnya terjadilah regurgitasi aliran balik dari ventrikel kiri ke antrium kiri. Pemendekan atau sobekan salah satu atau kedua bilah katup mitral mengakibatkan penutupan lumen mitral tidak sempurna saat ventrikel kiri dengan kuat mendorong darah ke aorta, sehingga setiap denyut, ventrikel kiri akan mendorong sebagaian darah kembali ke antrium kiri. Aliran balik darah ini ditambah dengan darah yang masuk dari paru, menyebabkan antrium kiri mengalami pelebaran dan hipertrofi. Aliran darah balik dari ventrikel akan menyebabkan darah yang mengalir dari paru ke antrium kiri menjadi berkurang. Akibatnya paru mengalami kongesti, yang pada giliranya menambah beban ke ventrikel kanan. Maka meskipun kebocoran mitral hanya kecil namun selalu berakibat terhadap kedua paru dan ventrikel kanan. Insufisiensi Mitral (Regurgitasi) inilah yang diderita oleh pasien kelolaan kami di Ruang ICU GBPT RSUD Dr. Soetomo sehingga harus menjalani operasi penggantian katup yaitu MVR (Mitral Valve Replacement). MVR atau Mitral Valve Replacement adalah prosedur operasi jantung yang dilakukan untuk mengganti katup mitral pasien yang sudah tidak dapat diperbaiki dengan katup jantung buatan (baik itu mekanik maupun bioprostetik). MVR dapat dilakukan pada pasien dengan stenosis mitral berat ketika percutaneous balloo nvalvotomy atau MVR tidak mungkin dilakukan. MVR sangat penting bagi pasien-pasien stenosis mitral yang memiliki regurgitasi mitral, pasien dengan katup yang distorsi karena berulang kali mendapat manipulasi, dan pada seseorang yang tidak mungkin mengalami peningkatan fungsi katup mitral (Thamilarasan, 2004). Pada pengkajian yang dilakukan tanggal 06 November 2019 didapatkan data pasien laki- laki berusia 25 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mawarni, dkk sebagian besar penderita gangguan katup jantung adalah laki- laki yang mana disebebkan karena pada perempuan terdapat perlindungan estrogen yang bersifat protectif pada perempuan sehingga melindungi perempuan dari berbagai faktor penyebab gangguan katup jantung (Mawarni, dkk 2016). Keluhan utama pasien mengalami penurunan kesadaran setelah operasi. Klien terpasang ventilator, sesak napas sehingga masalah keperawatan pertama yang diangkat yaitu gangguan ventilasi spontan (D.0004). Hal ini sesuai dengan gejala dan tando mayor serta minor berdasarkan SDKI dimana pasien mengalami dispnea, penggunaan otot bantu napas meningkat, nilai ADG mengalami perubahan. Pada sistem kardiovaskuler ditemukan data CRT 3 detik, sirkulasi perifer menurun, akral dingin, warna kulit pucat, interpretasi ECG menunjukkan AV blok derajat 1 sehingga masalah keperawatan yang diangkat yaitu perfusi perifer tidak efektif (D. 0009). Pada sistem perkemihan ditemukan data pasien terpasang dower kateter dengan produksi urine 30 ml/jam, warna kuning pekat, intake oral 500cc/ hari, parenteral 1000cc/ hari, balance cairan + 780, terdapat pitting edema grade 1 sehingga masalah keperawatan yang diangkat yaitu hipervolemia (D.0022). Untuk mengatasi masalah- masalah keperawatan yang ada pada pasien diberikan intervensi keperawatan sesuai dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan menentukan tujuan serta kriteria hasil yang akan dicapai menggunakan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).