17-Article Text-32-1-10-20160823 PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA PERAWATAN LUKA PERINEUM

DI RUANG NIFAS PUSKESMAS CUKIR DIWEK JOMBANG

(Midwifery Care Postpartum Mother In Wound Care Perineum Health In The Postpartum
Cukir Diwek Jombang)

Clara pinggarsiwi kw1, Suparyanto2


1. Program Studi D3 Kebidanan Stikes Pemkab Jombang
2. Program Studi D3 Keperawatan Stikes Pemkab Jombang

ABSTRAK

Pendahuluan : Salah satu penyebab terjadinya penyulit masa nifas sampai dengan pada kematian
puerperium adalah terjadinya infeksi pada luka perineum karena kurangnya perawatan luka yang memadai
sehingga dapat menimbulkan perdarahan sekunder kala nifas, dan dapat memicu timbulnya infeksi yang
bersifat local maupun general. Metode : Desain penelitian kualitatif secara deskriptif dengan Studi kasus.
Besar sampel penelitian 2 ibu post partum yang sama-sama mempunyai luka perineum derajat dua diruang
nifas puskesmas cukir diwek jombang. Teknik berupa paparan hasil penerapan proses asuahan kebidanan
kepada pasien secara ideal sesuai dengan teori dan berisi pembahasan atau kesenjangan yang terjadi
dilapangan. Untuk menentukan hasil berhasil dengan hasil yang sesuai dengan tujuan asuhan. Hasil : Hasil
penelitian didapatkan hasil Ny.I P10001 post partum fisiologis dan Ny.R P30003 post partum fisiologis dengan
penatalaksanaan post partum fisiologis, bahwa apa yang telah direncanakan telah terlaksana dan dievaluasi
dengan hasil yang baik yaitu luka perineum ibu dalam keadaan baik. Pembahasan : penelitian asuhan
kebidanan dengan perawatan luka perineum dan obat sesuai advis dokter dan bidan selama 7 hari
menunjukan adanya pengaruh untuk penyembuhan luka perineum lebih cepat.

Kata Kunci : Nifas, Luka perineum

ABSTRACT

Introduction: One Of The Causes Of Complications During Childbirth Until The Puerperal Death Is
Infection In The Wound Perineum Due To Lack Of Adequate Treatment Of Wounds That Can Cause
Secondary Haemorrhage Puerperal Time, And Can Lead To Infections That Are Local Or General.
Methods: A Case Study Of This Research. Patients Research Post Partum Mothers Who Both Have Second-
Degree Perineal Wound Diruang Postpartum Health Centers Cukir Diwek Jombang. Techniques Such As
Exposure To The Results Of Applying The Process To The Patient Obstetrics Asuahan Ideally Accordance
With The Theory And Unbiased Discussion Or Gaps That Occur In The Field. To Determine The Results Of
Successful Results In Accordance With The Purpose Of Upbringing. Results: The Results Showed Ny.I Post
Partum Physiological P10001 And P30003 Post Partum Physiological Ny.R To Management Of Post Partum
Physiological, That What Was Planned Has Been Implemented And Evaluated With Good Results, Ie
Maternal Perineal Wound Is In Good Condition. Discussion: The Study Of Midwifery Care With Perineal
Wound Care And Medicine According To The Advice Of Doctors And Midwives For 7 Days Shows The
Influence Of Perineal Wound Healing Faster

.Keywords: Postpartum, Perineum Lesion

PENDAHULUAN nifas sampai dengan pada kematian


puerperium adalah terjadinya infeksi pada
Rawannya derajat kesehatan ibu post luka perineum karena kurangnya perawatan
partum memberi dampak yang bukan untuk luka yang memadai sehingga dapat
ibu saja, akan tetapi juga berpengaruh secara menimbulkan perdarahan sekunder kala
langsung terhadap derajat kesehatan bayi nifas, dan dapat memicu timbulnya infeksi
pada minggu pertama kehidupannya yang bersifat local maupun general. Untuk
(perinatal). Dengan demikian, upaya menjaga agar tidak terjadi infeksi pada luka
peningkatan kesehatan perinatal tak dapat jahitan perineum maka sangat dibutuhkan
dipisahkan dengan upaya kesehatan ibu. peranan aktif ibu dalam menjaga kebersihan
Salah satu penyebab terjadinya penyulit masa dirinya sendiri, sebab sebuah perlukaan
karena persalinan merupakan tempat perineum,dalam waktu 6-7 hari luka sudah
masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga kering dan tidak ada tanda- tanda infeksi.
menimbulkan infeksi pada kala nifas. Kebanyakan robekan pada perineum
Target MDG’s untuk penurunan AKI terjadi sewaktu melahirkan dan
adalah sebesar 102 per 100.000 KH pada penanganannya merupakan masalah
tahun 2015. Pada tahun 2013 tercatat 18 kebidanan. Robekan perineum dibagi atas
kematian ibu melahirkan (yang dilaporkan) di empat tingkatan atau derajat. Robekan terjadi
jombang, dengan AKI 89,7 per 100.000 KH. bisa karena robekan spontan atau karena
Sedangkan pada tahun 2014 AKI dijombang tindakan episiotomi. Beberapa cidera
26 orang dengan 128,6per 100.000 KH. Hal jaringan penyokong, baik cidera akut maupun
ini menunjukkan bahwa upaya untuk nonakut, baik yang telah diperbaiki atau
menekan AKI di kabupaten jombang masih belum diperbaiki, dapat menjadi masalah
kurang menunjukkan hasil. Pada tahun 2013 ginekologis dikemudian hari. Kerusakan pada
di Jawa Timur cakupan pelayanan nifas jalan lahir dapat segera diperbaiki setelah
sebesar (88,31%) menurun dibandingkan proses persalinan (Bobak,2005). Faktor-
tahun 2012 (95,86%), hal ini perlu antisipasi faktor yang mengakibatkan luka perinium
dan perlu usaha serta dukungan penuh dari adalah kesalahan mengejan,gawat
beberapa pihak untuk pemberian pelayanan janin,kelainan letak dan bayi besar. Dampak
ibu nifas secara paripurnadan menyeluruh. yang ditimbulkan sangat besar jika perawatan
Pada tahun 2013 menurut WHO Angka yang kurang maksimal diantaranya
Kematian Ibu ( AKI ) sebesar 109/100.000 penyembuhan luka yang lama dan terjadi
kelahiran hidup. Namun pada tahun 2014 infeksi pada luka perinium, kondisi perineum
AKI kembali naik menjadi 214/100.000 yang terkena lochea menjadi lembab,hal itu
kelahiran hidup. Hal ini disebabkan menunjang pengembangbiakan bakteri yang
banyaknya kelompok kehamilan yang dapat menyebabkan infeksi pada perineum
beresiko. Sedangkan AKI di Jawa Timur dan hal itu tentu saja akan menghambat
pada tahun 2013 mengalami penurunan penyembuhan luka perineum (Widyasih,
sedikit yaitu menjadi 97,39/100.000 2009). Adanya lochea atau darah dan kotoran
kelahiran hidup. Tahun 2014 jumlah pada masa nifas inilah yang mengharuskan
kematian ibu dipropinsi Jawa Timur ibu memebersihkan daerah vaginanya dengan
mengalami penurunan yang bermakna dari seksama setelah BAK (buang air kecil) atau
642 kematian ibu (tahun 2013) menjadi 291 BAB (buang air besar). Bila tidak,
kematian hingga Agustus 2014 (Kemenkes dikhawatirkan vagina akan mengalami
RI, 2014). Berdasarkan Survey Demografi infeksi.
dan Kesehatan Indonesia (SDKI,2012), AKI Bidan sebagai salah satu tenaga
Di Indonesia mencapai 109/100.000 , Infeksi kesehatan yang paling dekat dengan
masih menyumbangkan angka kematian pada masyarakat dan sebagai salah satu pusat
ibu nifas jika tidak tertangani akan pelayanan ibu nifas bertanggung jawab untuk
menimbulkan komplikasi seperti infeksi pada memberikan pelayanan dan informasi yang
kandung kemih maupun infeksi dari jalan tepat mengenai masalah- masalah dalam
lahir, infeksi ini tidak bisa dibiarkan karena masa nifas terutama dalam hal perawatan
menyebabkan kematian pada ibu nifas luka perineum guna penyembuhan luka
sebanyak 50%. Faktor penyebab tingginya perineum. Dengan memberikan konseling
AKI adalah perdarahan (45%), terutama masalah- masalah ibu nifas terutama dalam
perdarahan post partum. Selain itu ada hal perawatan luka perineum guna membantu
keracunan kehamilan (24%), infeksi (11%). penyembuhan luka perineum. Agar tidak
Menurut penelitian Siswin di terjadi infeksi tersebut maka diperlukan
puskesmas cukir jombang pada tahun 2014 perawatan luka perinium yang bertujuan
didapat hasil 10 orang ibu masa nifas 4 untuk mencegah terjadinya infeksi
(40%) orang yang mengalami keterlambatan sehubungan dengan penyembuhan luka
penyembuhan luka perineum yang dalam jaringan atau luka dari episiotomi.
waktu 6-7 hari luka masih tampak oedem, Berdasarkan kejadian tersebut,maka
kemerahan dan terdapat sedikit pus, serta 6 peneliti ingin melakukan asuhan kebidanan
(60%) orang ibu yang tidak mengalami pada ibu nifas dengan perawatan luka
keterlambatan penyembuhan luka perinium.
METODE PENELITIAN dilakukan robekan perineum juga
dikarenakan bayi tidak kunjung lahir. Pada
Menguraikan desain penelitian yang di pola kebiasaan sehari-hari tidak ada
pakai pada penelitian kualitatif dengan perbedaan, pada kasus I ibu mengatakan
deskriptif, metode yang di gunakan dalam tidak tarak makanan menu makanan
penulisan KTI adalah Studi kasus. Penelitian (nasi,sayur dan lauk pauk) sekali ibu makan
studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi buah-buahan untuk pola minumnya ibu
suatu masalah kebidanan dengan batasan minum air putih 6-7kali air per hari,
terperinci, memiliki pengambilan data yang sedangkan pada kasus II ibu mengatakan
mendalam dan menyertakan berbagai sumber tidak tarak makanan apapun dengan menu
informasi. Penelitian studi kasus di batasi yang sama namun ibu hannya minum air
oleh waktu dan tempat, serta kasus yang di putih 500 ml-1 L. Dan dari hasil anamnese
pelajari berupa peristiwa, aktifitas atau suami pasien pertama juga menyatakan ibu
individu. mengeluh nyeri pada luka perineum sehingga
Penelitian studi kasus ini adalah studi menyebkan ibu belum berani mobilisasi
untuk mengeksplorasi masalah asuhan secara berlebihan, sudah bisa BAK dan
kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan belum bisa BAB dan ini pertama kalinya ibu
luka perinium di Ruang Nifas Puskesmas melahirkan dan anamnese pada bidan yang
Cukir Diwek Jombang. merawat menyatakan ibu nifas fisiologis.
Sampel Penelitian tentang kasus 2 ibu Sedangkan hasil anamnese yang didapat dari
nifas dengan perawatan luka perinium akan suami pasien yang kedua mengatakan bahwa
dilakukan di Ruang Nifas Puskesmas Cukir isterinya mengalami nyeri pada luka jalan
diwek jombang. Pada kasus ini ibu nifas yang lahir seperti sebelumnya yang melahirkan
mempunyai luka perinium yang sama dan anak pertama dan kedua, dan dari bidan yang
akan diobservasi selama 3 hari selama tiga merawat menyatakan bahwa ibu nifas
hari tersebut diobservasi dengan setiap pagi fisiologis.
dan diharapkan setiap observasi pasien ada Hasil pemeriksaan umum kasus I dan II
perkembangan tentang penyembuhan luka ditemukan hasil keadaan umum baik,
periniumnya. Perawatan luka perinium kesadaran composmentis, TD 120/80 mmHg,
dibutuhkan waktu kurang lebih 7 hari dari Nadi 82/menit, Suhu 36,3oC, RR 20x/menit.
tanggal 09-07-2015 s/d 15-07-2015 pada Sedangkan dari hasil pemeriksaan umum
pasien pertama dan tanggal 26-07-2015 s/d pada kasus II ditemukan hasil keadaan umum
01-08-2015 pada pasien kedua (dengan baik, kesadaran composmentis, TD 120/70
mengunjungi 1 kali dalam sehari). mmHg, Nadi 80x/menit, Suhu 36,6oC, RR
20x/menit. Dari hasil pemeriksaan fisik pada
HASIL PENELITIAN kasus 1 ditemukan muka tidak pucat,
konjungtivamerah muda, skera putih, tidak
Hasil dari dua kasus tersebut ikteris, bibir tampak lembab, lidah bersih,
berdasarkan keluhan hampir sama, sama- pada payudara bersih, puting susu menonjol,
sama mengeluhkan nyeri pada luka hyperpiegmentasi areola mamae, asi sudah
perineum, pada kasus I ibu hanya merasakan keluar, tidak ada nyeri tekan, abdomen TFU
nyeri saja pada luka perineum, sedangkan 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong,
pada kasus II ibu mengeluhkan nyeri luka kontraksi uterus baik, Genetalia tampak
perineum hilang timbul sehingga ibu sudah lochea rubra ±50cc, luka episiotomi masih
bisa mobilisasi langsung. Dalam riwayat basah, benang bertaut,tidak ada tanda-tanda
kesehatan sebelumnya pada kedua kasus infeksi, ektremitas atas dan bawah tidak
tersebut terdapat perbedaan, pada kasus I ini oedema, simetris, tidak ada kelainan jumlah
merupakan pertama kalinya ibu melahirkan jari, tidak ada kelainan gerak. Hasil anamnese
dan nyeri pada luka jahitan, sedangkan pada dari suami pasien pertama dankedua sama-
kasus II ini merupakan ketiga kalinya ibu sama mengatakan isterinya sejak selesai
melahirkan dan dilakukan pejahitan pada proses persalinan selesai ibu mengeluh nyeri
luka perineum, pada anak pertama ibu pada luka jahitan, begitu juga dari bidan pada
dirawat di rumah sakit dan dilakukan jahitan kasus I dan II hasil sama.
pada luka perineum karena bayi tidakkunjung Identifikasi diagnosa pada kasus I dan
lahir, yang kedua di puskesmas dan kasus II sama yaitu ibu post partum fisiologis
yang sama-sama membutuhkan perawatan anamnese suami pasien pertama mengatakan
luka perineum. Hasil anamnese bidan yang ibu sudah merasa tenang pada harikedua
merawat mengatakan kasus I memerlukan iniibu sudah mulai berjalan-jalan dan
perawatan luka perineum begitu juga dengan meneteki bayinya, Dan suami pasien kedua
kasus II juga memerlukan perawatan luka mengatakan ibu sudah merasa tenang karena
perineum. sudah bisa beaktifitas kembali.
Intervensi kedua kasus tersebut secara Pada kunjungan hari ke 3 pada pukul
keseluruhan hampir sama yaitu sama-sama 07.00-07.40 WIB ibu pada kasus I sudah
diberikan intervensi pemeriksaan fisik, tidak ada keluhan apapun dan pada kasus II
memberikan KIE dan merawat luka perineum sama ibu tidak ada keluhan apapun. Setelah
dan memberikan obat atau terapi sesuai advis dilakukan evaluasi dari hasil implementasi,
dokter. Anamnese dari bidan yang merawat pada kasus I ibuu sudah membaik dan pola
juga mengatakan Kasus I dan II memerlukan aktifitasnya juga mulai seperti biasanya,
perawatan luka perineum yang benar. Pada begitu juga pada kasus II ibu sudah membaik
hari ke 1 pada pukul 07.00-08.00 WIB dan pola aktifitasnya juga mulai seperti
kesehatan ibu pada kasus I ibu nyeri pada biasanya dan pada luka perineum masih sama
luka jahitan , pada kasus II juga masih yaitu luka masih basah dan tidak ada tanda-
terdapat keluhannya yang sama dengan kasus tanda infeksi. Dan dari hasil anamnese suami
I, perbedaannya hanya nyeri hilang timbul. pasien pertama mengatakan ibu sudah mulai
Setelah dilakukan evaluasi dari hasil beraktifitas seperti biasanya, bidan juga
implementasi, pada kasus 1 ditemukan hasil mengatakan pasien terlihat seger. Dan suami
ibu sudah merasa tenang dan sudah mulai pasien kedua mengatakan ibu sudah merasa
mobilisasi bertahap, sedangkan pada kasus 2 lebih tenang tapi belum mau makan begitu
ditemukan hasil ibu sudah mulai merasa juga bidan yang merawat pasien kedua juga
tenang dan sudah bisa berjalan-jalan. Dan mengatakan ibu sudah merasa tenang dan
dari hasil anamnese suami pasien pertama terlihat sudah segar.
mengatakan ibu sudah mulai merasa tenang Pada kunjungan hari ke 4 pada pukul
setelah di berikan penjelasan tentang 07.00-07.40 WIB ibu pada kasus I sudah
keluhannya, bidan juga mengatakan pasien tidak ada keluhan apapun dan pada kasus II
tempak terlihat lebih tenang, sudah mau sama ibu tidak ada keluhan apapun. Setelah
mobilisasi sedikit-sedikit dan sudah diizinkan dilakukan evaluasi dari hasil implementasi,
untuk pulang. Dan suami pasien kedua pada kasus I ibuu sudah membaik dan pola
mengatakan ibu sudah merasa terlihat tenang aktifitasnya juga mulai seperti biasanya,
dan sudah bisa berjalan-jalan kecil, sudah begitu juga pada kasus II ibu sudah membaik
meneteki bayinya dan sudah diizikan untuk dan pola aktifitasnya juga mulai seperti
pulang bidan yang merawat pasien kedua biasanya. Dan tidak ada perbedaan pada luka
juga mengatakan ibu sudah merasa tenang perineum pada kasus I dan II yaitu luka
dan sudah bisa berjalan-jalan kecil dan masih sama-sama basah namun tidak ada
diizinkan pulang. tanda-tanda infeksi pada luka. Dan dari hasil
Pada kunjungan hari ke 2 pada pukul anamnese suami pasien pertama mengatakan
07.00-07.50 WIB ibu pada kasus I sudah ibu sudah kembali seperti biasanya, bidan
merasa tenang dan sudah bisa berjalan-jalan, juga mengatakan keadaan pasien sudah
sedangkan keadaan ibu pada kasus II ibu kembali pulih. Dan suami pasien kedua juga
merasa tenang dan beraktifitas kembali. mengatakan sudah bisa beraktifitas seperti
Setelah dilakukan evaluasi dari hasil biasanya begitu juga bidan yang merawat
implementasi, pada kasus I ditemukan hasil pasien kedua juga mengatakan ibu sudah
ibu sudah mulai bisa berjalan-jalan, kembali pulih.
sedangkan pada kasus 2 ditemukan hasil ibu Pada kunjungan hari ke 5 pada pukul
sudah bisa beraktifitas kembali. Dan bidan 16.00-16.30 WIB ibu pada kasus I sudah
juga menjelaskan kasus I keaddan luka cukup tidak ada keluhan apapun dan pada kasus II
bagus sehingga disarankan untuk selalu sama ibu tidak ada keluhan apapun. Setelah
merawat luka perineum sesuai yang dilakukan evaluasi dari hasil implementasi,
dianjarkan, Pada kasus II juga sama pada kasus I ibu sudah membaik dan pola
disarankan selalu merawat luka perineum aktifitasnya juga mulai seperti biasanya,
sesuai yang diajarkan. Dan dari hasil begitu juga pada kasus II ibu sudah membaik
dan pola aktifitasnya juga mulai seperti mengatakan keadaan pasien sudah kembali
biasanya. Dan tidak ada perbedaan pada pulih. Dan suami pasien kedua juga
keadaan luka perineum pada kasus I dan II mengatakan sudah bisa beraktifitas seperti
yaitu luka masih sama-sama basah namun biasanya begitu juga bidan yang merawat
tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka. Pada pasien kedua juga mengatakan ibu sudah
kasus I dan kasus II Ibu sudah bisa kembali pulih.
melakukan perawatan luka perineum secara
mandiri. Dan dari hasil anamnese suami PEMBAHASAN
pasien pertama mengatakan ibu sudah
kembali seperti biasanya, bidan juga Evaluasi dilakukan pada setiap
mengatakan keadaan pasien sudah kembali kunjungan setelah dilakukannya
pulih. Dan suami pasien kedua juga implementasi, dari kedua kasus tersebut
mengatakan sudah bisa beraktifitas seperti berdasarkan hasil evaluasi dalam setiap
biasanya begitu juga bidan yang merawat kunjungan selalu mengalami kemajuan, pada
pasien kedua juga mengatakan ibu sudah kasus I hari pertama ibu masih nyeri pada
kembali pulih. luka jahitan, benang bertaut, tidak ada tanda-
Pada kunjungan hari ke 6 pada pukul tanda infeksi pada luka perineum, pada hari
16.00-16.20 WIB ibu pada kasus I sudah kedua ibu masih nyeri pada luka jahitan,
tidak ada keluhan apapun dan pada kasus II benang bertaut, tidak ada tanda-tanda infeksi,
sama ibu tidak ada keluhan apapun. Setelah pada hari ketiga ibu sudah tidak nyeri lagi
dilakukan evaluasi dari hasil implementasi, pada luka jahitan, namun luka jahitan masih
pada kasus I ibu sudah membaik dan pola basah, benang bertaut, tidak ada tanda-tanda
aktifitasnya juga mulai seperti biasanya, infeksi, pada hari keempat ibu sudah tidak
begitu juga pada kasus II ibu sudah membaik nyeri lagi pada luka jahitan, namun luka
dan pola aktifitasnya juga mulai seperti jahitan masih basah, benang bertaut, tidak
biasanya. Dan tidak ada perbedaan pada ada tanda-tanda infeksi, pada hari kelima ibu
keadaan luka perineum pada kasus I dan II sudah tidak nyeri lagi pada luka jahitan,
yaitu luka sudah kering dan benang sudah namun luka jahitan masih basah, benang
sedikit terlepas dan tidak tanda-tanda infeksi bertaut, tidak ada tanda-tanda infeksi, pada
pada luka. Pada kasus I dan kasus II Ibu hari keenam ibu sudah tidak nyeri lagi pada
sudah bisa melakukan perawatan luka luka jahitan, namun luka jahitan sudah agak
perineum secara mandiri. Dan dari hasil kering, benang terlepas sebagian, tidak ada
anamnese suami pasien pertama mengatakan tanda-tanda infeksi. pada hari ketujuh ibu
ibu sudah kembali seperti biasanya, bidan sudah tidak nyeri lagi pada luka jahitan,
juga mengatakan keadaan pasien sudah namun luka jahitan sudah kering, benang
kembali pulih. Dan suami pasien kedua juga terlepas, tidak ada tanda-tanda infeksi.
mengatakan sudah bisa beraktifitas seperti Sedangkan pada kasus I hari pertama ibu
biasanya begitu juga bidan yang merawat masih nyeri pada luka jahitan, benang
pasien kedua juga mengatakan ibu sudah bertaut, tidak ada tanda-tanda infeksi pada
kembali pulih. luka perineum, pada hari kedua ibu masih
Pada kunjungan hari ke 7 pada pukul nyeri pada luka jahitan, benang bertaut, tidak
16.00-16.20 WIB ibu pada kasus I sudah ada tanda-tanda infeksi, pada hari ketiga ibu
tidak ada keluhan apapun dan pada kasus II sudah tidak nyeri lagi pada luka jahitan,
sama ibu tidak ada keluhan apapun. Setelah namun luka jahitan masih basah, benang
dilakukan evaluasi dari hasil implementasi, bertaut, tidak ada tanda-tanda infeksi, pada
pada kasus I ibu sudah membaik dan pola hari keempat ibu sudah tidak nyeri lagi pada
aktifitasnya juga mulai seperti biasanya, luka jahitan, namun luka jahitan masih basah,
begitu juga pada kasus II ibu sudah membaik benang bertaut, tidak ada tanda-tanda infeksi,
dan pola aktifitasnya juga mulai seperti pada hari kelima ibu sudah tidak nyeri lagi
biasanya. Dan tidak ada perbedaan pada pada luka jahitan, namun luka jahitan masih
keadaan luka perineum pada kasus I dan II basah, benang bertaut, tidak ada tanda-tanda
yaitu luka sudah kering dan tidak tanda-tanda infeksi, pada hari keenam ibu sudah tidak
infeksi pada luka. Dan dari hasil anamnese nyeri lagi pada luka jahitan, namun luka
suami pasien pertama mengatakan ibu sudah jahitan sudah agak kering, benang terlepas
kembali seperti biasanya, bidan juga sebagian, tidak ada tanda-tanda infeksi. pada
hari ketujuh ibu sudah tidak nyeri lagi pada setiap habis BAK dan BAB. Hari kelima
luka jahitan, namun luka jahitan sudah mendampingi ibu untuk melakukan
kering, benang terlepas, tidak ada tanda-tanda perawatan luka perineum secara mandiri dan
infeksi. Dan pada kasus I dan II sama-sama memberikan KIE pada ibu untuk makan-
tidak tarak makanan sehingga mempercepat makanan sayur dan buah agar bisa BAB. Hari
penyembuhan luka. Suami pasien pertama keenam mengevaluasi keadaan luka dan luka
mengatakan isterinya mengalami kemajuan sudah kering sebagian benang sudah terlepas
saat dirawa di rumah, bidan juga mengatakan dan hari ketujuh mengevaluasi keadaan luka
kemajuan penyembuhan luka cepat. Begitu dan keadaan luka sudah kering. Kemudian
juga pada suami pasien yang kedua isterinya implementasi hari pertama yang diberikan
mengalami kemajuan dan bidan juga pada kasus II sama seperti pada kasus I
mengatakan keadaan ibu mengelami namun terapi obat yang diberikan hari
kemajuan penyembuhan luka perineum dari pertama pada kasus II sama dengan kasus I,
pada persalinan anak pertama dan kedua. namun pada hari ke 3 terapi obat yang
Data subjektif dan objektif dari kasus I diberikan berbeda pada ibu kasus II. Pada
dan II hampir sama. Keluhaan yang muncul kasus I ibu diberikan vitamin C namun pada
pada hari pertama adalah nyeri pada luka kasus II tidak diberikan vitamin C
jahitan, dan belum bisa BAB, sedangkan dikarenakan pemberian vitamin C sangat
hasil pemeriksaan pada daerah luka perineum membantu proses metabolisme yang terlibat
masih terlihat basah. Hal ini sesuai dengan dalam penyembuhan luka, dan pada kasus II
teori yang ada. Hasil pengkajian data tidak melakukan perawatan payudara.
subjektif dan objektif dengan pasien, suami Evaluasi kedua kasus tersebut yakni sama-
atau keluarga pasien dan bidan yang merawat sama mengalami perubahan setelah diberikan
serta pemeriksaan umum dan pemeriksaan asuhan, pada kasus I ibu masih merasakan
fisik dapat menegakkan diagnosa bahwa nyeri pada luka perineum tapi sudah tidak
kasus I dan kasus II adalah post partum nyeri luka perineum lagi pada hari ke 2
fisiologis. Intervensi yang diberikan pada sampai pada luka dinyatakan kering, ibu
kasus I dan kasus II sama yakni pendekatan diperbolehkan pulang pada hari 1 dengan
secara terapeutik, pemeriksaan umum dan post partum fisiologis. Pada kasus II sama
fisik, pada hari pertama sampai hari ketujuh ibu masih mengeluhkan nyeri pada luka
mengajarkan merawat payudara, cara cebok perineum dan pada hari ke 2 sudah tidak
yang benar, cara meneteki yang benar dan mengeluhkan nyeri luka lagi sampai pada
merawat luka perineum yang benar, luka dinyatakan kering, dan pada hari 2 ibu
mengevaluasi keadaan luka dan merawat luka sudah diizikan pulang dengan post partum
perineum, memberikan KIE tentang nutrisi fisiologis.
untuk mempercepat penyembuhan luka.
Implementasi yang diberikan pada kasus I KESIMPULAN DAN SARAN
pada hari pertama adalah pendekatan secara
terapeutik, pemeriksaan umum dan fisik, KESIMPULAN
perawatan pada payudara, cara meneteki
yang benar, cara cebok yang benar, merawat Kesimpulannya adalah pada kunjungan
luka perineum, KIE tentang nutrisi, dan ke 7 evaluasi kedua kasus tersebut yakni
kolaborasi dengan dokter terapi pasien, sama-sama mengalami perubahan setelah
Kemudian pada hari kedua mengajarkan diberikan asuhan, pada kasus I ibu masih
perawatan payudara, mengevaluasi luka merasakan nyeri pada luka perineum tapi
perineum dan merawat luka perineum, Kie sudah tidak nyeri luka perineum lagi pada
tentang nutrisi. Dan pada hari ke tiga hari ke 2 sampai pada luka dinyatakan
menganjurkan ibu untuk makan putih telur kering, ibu diperbolehkan pulang pada hari 1
sehari empat butir telur,melakukan perawatan dengan post partum fisiologis. Pada kasus II
luka perineum dan menganjurkan ibu untuk sama ibu masih mengeluhkan nyeri pada luka
minum obat secara rutin, Pada hari ke empat perineum dan pada hari ke 2 sudah tidak
melakukan perawatan luka perineum, mengeluhkan nyeri luka lagi sampai pada
mengajarkan ibu cara cebok yang benar luka dinyatakan kering, dan pada hari 2 ibu
dengan menggunakan cairan antiseptik, sudah diizikan pulang dengan post partum
menganjurkan pasien untuk mengganti softek fisiologis.
SARAN Jannah,N. 2011. Biologi Reproduksi.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Medika
Bagi pendidikan dapat menjadi sumber Manuaba, Ida Bagus. 2010. Ilmu kebidanan
wawasan dan bahan kepustakan dalam penyakit kandungan dan keluarga
memberikan asuhan kebidanan ibu nifas pada berencana untuk pendidikan bidan.
Perawatan Luka Perineum.Bagi peneliti dapat Jakarta: EGC
menjadi sumber informasi kepada peneliti Mauren,B. 2008. Pemulihan Luka. Jakarta:
tentang asuhan kebidanan ibu nifas pada EGC
Perawatan Luka Perineum.Bagi peneliti Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan kebidanan
selanjutnya dapat menjadi informasi dasar nifas dan menyusui. Yogyakarta:
mengenai asuhan kebidanan ibu nifas pada Pustaka Pelajar
Perawatan Luka Perineum.Bagi lahan praktek Maryunani, Anik. 2009. Asuhan pada ibu
hasil penulisan ini dapat memberikan dalam masa nifas (Post partum).
masukan pada tenaga kesehatan untuk lebih Jakarta: EGC
mempertahankan dan meningkatkan Mochtar, Rustam. 2009. Sinopsis Obstetri.
pelaksanaan praktek layanan asuhan Jakarta: EGC
kebidanan khususnya ibu nifas pada Moya,J. 2005. Manajemen Luka. Jakarta:
Perawatan Luka Perineum di Ruang Nifas EGC
Puskesmas Cukir Diwek Kabupaten Jombang Notoadmodjo,S. 2010. Metodologi Penelitian
dapat dipertahankan. Bagi klien dapat Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
menjadi bahan masukan dan tambahan ilmu Potter,R. 2005. Fundamental Keperawatan
pegetahuan serta pengalaman dan Jilid II. Jakarta: EGC
melaksanakan tindakan-tindakan yang telah Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang.
diberikan bidan. Bagi masyarakat hasil http://www. Profil Dinkes Kabupaten
penulisan ini dapat memberikan informasi Jombang. Pdonline diakses April 2015
dan menambah wawasan masyarakat Profil Kesehatan Indonesia. 2012.
terutama ibu nifas dalam melakukan http://www. Depkes. go.id/Profil
perawatan luka perineum. Kesehatan Indonesia 2012. Pdonline
diakses April 2015
DAFTAR PUSTAKA Profil Kesehatan Jawa Timur 2013.
http://www. Depkes. go.id/Profil
Ambarwati, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2013.
Masa Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika Pdonline diakses April 2015
Anggraeni, Yetty. 2010. Asuhan Kebidanan Rukiyah,dkk. 2011. Asuhan Kebidanan III
Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka (Nifas). Jakarta: Transinfomedia
Rihama Saleha,S. 2009. Asuhan Kebidanan Masa
Azwar,S. 2013. Sikap Manusia. Yogyakarta: Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Pustaka Pelajar Smeltser, SC & Barre. 2002. Buku Ajar
Bahiyatun. 2010. Buku Ajar Kebidanan Nifas Keperawatan Medikal Bedah Bruner &
Normal. Jakarta: EGC Suddart Edisi 2,vol 1. Jakarta: EGC
Damayanti, Ika Putri,dkk. 2014. Buku Ajar Sulistiani. 2012. Modul Kebidanan Nifas.
Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Jakarta: EGC
Ibu Bersalin Dan Bayi Baru Lahir. Sulisyawati,A. 2009. Asuhan Kebidanan
Yogyakarta: Deepublish Persalinan. Yogyakarta: Rohima Press
Dewi, vivian nani lea. 2013. Asuhan Syaiffudin. 2007. Panduan Praktis
kebidanan ibu nifas. Jakarta: Salemba Pelayanan Kesehatan Material
Medika Neonatal. Jakarta: JNPKKR.
Hamilton, Mary Persis. 2010. Dasar-dasar
keperawatan maternitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai