KELOMPOK :5
3. Sukmawati (06131181722008)
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT. Atas limpahan rahmat, taufiq
serta hidayah-Nya yang telah menurunkan agama melalui wahyu yang
disampaikan kepada Rasulullah pilihan-Nya, kami mengucapkan terimakasih atas
kesempatan kali ini yang telah diizinkan untuk membahas materi tentang Filsafat
Aliran Pragmatisme dan dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktu
yang telah ditentukan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua umumnya yang membaca
dan khususnya yang menulis. Semoga kedepannya dapat memperbaiki isi makalah
agar menjadi lebih baik.
Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami yakin masih ada
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
(Kelompok 5)
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari aliran pragmatisme.
2. Untuk mengetahui latar belakang munculnya aliran pragmatisme.
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang mengemukakan aliran pragmatisme.
4. Untuk mengetahui pandangan dasar pendidikan menurut aliran
pragmatisme.
5. Untuk mengetahui fokus pendidikan menurut aliran pragmatisme.
6. Untuk mengetahui peran guru dalam pendidikan menurut aliran
pragmatisme.
7. Untuk mengetahui peran siswa dalam pendidikan menurut aliran
pragmatisme.
5
BAB II
PEMBAHASAN
William James lahir di New York pada tahun 1842 M, anak Henry
James, Sr. ayahnya adalah orang yang terkenal, berkebudayaan tinggi,
pemikir yang kreatif. Selain kaya, keluarganya memang dibekali dengan
kemampuan intelektual yang tinggi. Keluarganya juga menerapkan
humanisme dalam kehidupan serta mengembangkannya. Ayah James rajin
mempelajari manusia dan agama. Pokoknya, kehidupan James penuh
dengan masa belajar yang dibarengi dengan usaha kreatif untyuk
menjawab berbagai masalah yang berkenaan dengan kehidupan.
Karya-karyanya antara lain, Tha Principles of Psychology (1890),
Thee Will to Believe (1897), The Varietes of Religious Experience (1902)
dan Pragmatism (1907). Di dalam bukunya The Meaning of Truth, Arti
Kebenaran, James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak,
yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas
dari segala akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus dan
segala yang kita anggap benar dalam pengembangan itu senantiasa
berubah, karena di dalam prakteknya apa yang kita anggap benar dapat
dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh karena itu, tidak ada
kebenaran mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran (artinya, dalam
6
bentuk jamak) yaitu apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman
khusus yang setiap kali dapat diubah oleh poengalaman berikutnya.
Nilai pengalaman dalam pragmatisme tergantung pada akibatnya,
kepada kerjanya artinya tergantung keberhasilan dari perbuatan yang
disiapkan oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar jikalau
bermanfaat bagi pelakunya, jika memperkaya hidup serta kemungkinan-
kemungkinan hidup.
Di dalam bukunya, The Varietes of Religious Experience atau
keanekaragaman pengalaman keagamaan, James mengemukakan bahwa
gejala keagamaan itu berasal dari kebutuhan-kebutuhan perorangan yang
tidak disadari, yang mengungkapkan diri di dalam kesadaran dengan cara
yang berlainan. Barangkali di dalam bawah sadar kita, kita menjumpai
suatu relitas cosmis yang lebih tinggi tetapi hanya sebuah kemungkinan
saja. Sebab tiada sesuatu yang dapat meneguhkan hal itu secara mutlak.
Bagi orang perorangan, kepercayaan terhadap suatu realitas cosmis yang
lebih tinggi merupakan nilai subjektif yang relatif, sepanjang kepercayaan
itu memberikan kepercayaan penghiburan rohani, penguatan keberanian
hidup, perasaan damain keamanan dan kasih kepada sesama dan lain-lain.
James membawakan pragmatisme. Isme ini diturunkan kepada
Dewey yang mempraktekkannya dalam pendidikan. Pendidikan
menghasilkan orang Amerika sekarang. Dengan kata lain, orang yang
paling bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang adalah
William James dan John Dewey. Apa yang paling merusak dari filsafat
mereka itu? Satu saja yang kita sebut: Pandangan bahwa tidak ada hukum
moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final.
Ini berakibat subyektivisme, individualisme, dan dua ini saja sudah cukup
untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan, bahkan
manusianya itu sendiri.
7
b. John Dewey (1859-1952 M)
8
Menurut Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum selesai
penciptaannya. Sikap Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya
dengan meneliti tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme.
Pertama, kata “temporalisme” yang berarti bahwa ada gerak dan kemajuan
nyata dalam waktu. Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat
hari esok dan tidak pada hari kemarin. Ketiga, milionarisme, berarti bahwa
dunia dapat diubah lebih baik dengan tenaga kita. Pandangan ini dianut
oleh William James.
9
sebuah ide yang kita pikirkan itu bisa menjadi jelas. Metode pragmatik
bukan dimaksudkan untuk menetapkan makna semua ide melainkan untuk
konsep intelektual yang dimiliki struktur argumentatif atas fakta obyektif.
Prosedur Penetapan Makna merupakan urunan lain yang dari
Peirce pada pragmatisme. Pertama, suatu makna itu kosong bila tak dapat
diaplikasikan dalam situasi. Kedua, untuk dapat memberikan makna kita
harus membangun sekema sebagai kerangka teoretik untuk mendapatkan
isi konsep empirik yang signifikan.
b. Epistemologi
Melibatkan individu, organisme, dan lingkungan. Individu
berinteraksi dengan lingkungan untuk hidup, tumbuh dan berkembang.
10
Interaksi ini dapat mengubah lingkungan atau bahkan mengubah
individu. Pengetahuan adalah transaksi antara individu sebagai orang
yang belajar dengan lingkungannya. Dasar atas interaksi ini adalah konsep
tentang perubahan. Masing-masing interaksi mungkin memiliki beberapa
aspek umum atau pengalaman-pengalaman yang dapat ditransfer untuk
interaksi berikutnya. Jadi, individu akan berubah dan demikian juga
transaksi akan berubah. Kebenaran bagi pragmatisme adalah ketika suatu
konsep itu bekerja dan mampu digunakan untuk memecahkan masalah.
c. Aksiologi
Aksiologi Oleh karena realitas dalam pendekatan metafisis
pragmatisme adalah realitas yang tidak tetap, tetapi terus berubah, maka
nilai-nilai yang mengikutinya pun akan terus berubah. Konsep nilai dalam
pandangan pragmatisme adalah konsep yang situasional, tergantung
situasi dan lingkungan. Nilai bersifat relatif terhadap waktu, tempat dan
keadaan. Terhadap nilai-nilai lama yang terus dipertahankan dan tidak lagi
memadai, perlu dilakukan uji ulang atas asumsi-asumsi yang
mendasarinya.
11
Hal ini berarti, tujuan Pendidikan dalam persfektif pragmatism
adalah untuk menyiapkan peserta didik menghadapi kehidupan dalam
masyarakatnya yang bersifat praktis. Setiap satuan sosial yang menjalani
Pendidikan bisa saja memiliki tujuan khusus yang berbeda berdasarkan
karakteristik dan kebutuhan masyarakat yang bersifat lokal.
b. Metode Pendidikan
Metode yang digunakan dalam Pendidikan pragmatismeadalah
metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja), serta
metode pemecahan masalah (proble solving method), serta metode
penyelidikan dan penemuan (inquiri and discovery method). Dalam
praktiknya (mengajar), metode ini membutuhkan guru yang memiliki sifat
pemberi kesempatan, bersahabat, seorang pembimbing, berpandangan
terbuka, antusias, kreatif, sadar bermasyarakat, siap siaga, sabar,
bekerjasama, dan bersungguh-sungguh agar belajar berdasarkan
pengalaman dapat diaplikasikan oleh siswa dan apa yang dicita-citakan
dapat tercapai.
c. Kurikulum Pendidikan
Tujuan pendidikan tercermin dalam kurikulum. Tujuan
pragmatis hanya dapat tercermin dalam kurikulum pragmatik.
Kurikulum harus dibingkai berdasarkan prinsip dasar tertentu.
Prinsip konstruksi kurikulum dalam pragmatisme adalah:
Prinsip Berbasis Aktivitas yang mengatakan bahwa kurikulum
harus berbasis aktivitas di mana setiap siswa dapat melakukan
aktivitas dan belajar dari persepsinya sendiri.
Prinsip utilitas itu artinya kurikulum harus bermanfaat untuk
kehidupan di masa depan.
Prinsip keterpusatan anak.
Prinsip pengalaman yang berarti belajar dari indera dan dari
persepsi sendiri.
12
Prinsip integrasi yang mengintegrasikan kegiatan dan
kebutuhan anak di satu sisi, dan kebutuhan demokrasi saat ini
di sisi lain.
Prinsip fleksibilitas yang mengatakan bahwa kurikulum tidak
boleh kaku dan tetap untuk semua waktu melainkan harus
fleksibel sesuai dengan waktu dan kebutuhan siswa.
Menurut pragmatisme, pembelajaran harus didasarkan pada
pengalaman anak serta pekerjaan dan kegiatan. Selain mata
pelajaran sekolah, kegiatan yang bertujuan dan disosialisasikan
secara gratis harus ada dalam kurikulum
Oleh karena itu mata pelajaran tersebut, yang memiliki kegunaan bagi
siswa harus disertakan dalam kurikulum. Subjek yang membawa utilitas
kerja atau kejuruan harus menemukan tempat dalam kurikulum. Bahasa,
kebersihan, sejarah, geografi, fisika, matematika, sains, ilmu pengetahuan
dalam negeri untuk anak perempuan, pertanian untuk anak laki-laki harus
dimasukkan dalam kurikulum.
Para pragmatis menganjurkan agar murid tidak diajarkan fakta dan teori
yang telah diajarkan karena ini mungkin tidak membantu mereka
memecahkan masalah kehidupan. Subyek yang membantu memecahkan
masalah praktis kehidupan harus disertakan dalam kurikulum sekolah,
terutama di tingkat dasar. Tujuan pendidikan pragmatis adalah
mempersiapkan anak untuk kehidupan yang sukses dan disesuaikan
dengan baik. Dia harus sepenuhnya menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
13
harus mencakup pelajaran hidup membaca, menulis, berhitung, studi alam,
pekerjaan tangan dan gambar.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar
adalah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-
akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan pragmatisme adalah manfaat
hidup praktis. Aliran filsafat pragmatisme berkembang di Amerika Serikat dengan
pelopornya yaitu William James dan John Dewey.
3.2 Saran
Sebagai peserta didik, hendaknya dapat memahami aliran pragmatisme ini
agar dapat digunakan dengan bijak pada proses pembelajaran secara tepat.
Sebagai guru atau calon guru hendaknya dapat memberikan pembelajaran
yang bermakna dan dapat memberikan pengalaman bagi siswa serta dapat
membangun kreatifitas siswa agar dapat digunakan pada kehidupan sehari-hari.
15
DAFTAR PUSTAKA
Tafsir, Ahmad. 2014. Filsafat Umum : Akal dan Hati sejak Thales sampai
Capra: Pengantar Filsafat untuk Mahasiswa Perguruan Tinggi. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya
https://bluemington.com/pragmatism-education/
https://www.google.com/url?q=https://afiburhanuddin.wordpress.com/2013/
11/07/pragmatisme-dalam-pendidikan
16