Anda di halaman 1dari 9

Model ASSURE Dalam Merancang Pembelajaran yang

Menggunakan Teknologi dan Media Secara Efektif

Disusun oleh

Kelompok 6

(7) Uswatun Khasannah 06131181722009

(23) Ade Septiani 06131281722017

(24) Ayu Aulia Zaqqia Kholfi 06131281722018

Dosen Pengasuh : Dra. Asnimar, M.Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
MODEL ASSURE

A. Pengertian Model Assure


Model Assure adalah langkah merencanakan pelaksanaan pembelajaran di ruang kelas
secara sistematis dengan memadukan penggunaan teknologi dan media. Model Assure
menggunakan tahap demi tahap untuk membuat perancangan pembelajaran yang dapat dilihat
dari nama model tersebut yaitu, ASSURE.
Menurut Smaldino (2007 : 86) yaitu :
A = Analyze learners
S = State standard and objectives
S = Select strategy, technology, media, and materials
U = Utilize technology
R = Require learner participation
E = Evaluated and revise

1. Analyze learners (Menganalisis pembelajaran)


Langkah yang pertama adalah mengidentifikasi karakteristik pelajar. Media dan
teknologi dikatakan efektif bila ada kesesuaian antara karakteristik pelajar dengan metode
media dan karakteristik pebelajar.
faktor kunci Yang dibahas dalam analisis pembelajar adalah sebagai berikut :
a. General characteristict ( Karakteristik Umum )
Karakteristik umum meliputi faktor-faktor usia , tingkat pendidikan , pekerjaan
/posisi, kebudayaan dan sosial ekonomi . Dengan analisis pebelajar akan membantu
pemulihan metode dan media pembelajaran yang sesuai
b. Spesifik entri competencies ( kompetensi tertentu )
Sebuah komponen penting dari merancang pelajaran adalah untuk mengidentifikasi
kompetensi spesifik dari siswa . Kita dapat melakukan ini melalui cara-cara informal
(seperti di kelas mempertanyakan) atau cara formal lebih (seperti meninjau hasil tes
standar). Tes kemampuan awal merpakan penilaian , baik formal maupun informal , yang
diperlukan. Dengan menganalisis kemampuan yang telah dimiliki pebelajar, guru dapat
memilih metode dan media yang sesuai .
c. Learning Style ( Gaya belajar )
Gaya belajar berkenaan dengan pengelompokan sifat-sifat psikologis yang
menentukan bagaimana seseorang individu merasakan berinteraksi dengan dan merespon
secara emosional pada lingkungan belajar . Gardner (1999) mengemukakan 3 jenis gaya
belajar seseorang yaitu : visual , auditory , dan kinestetik. Teori Gardner
mengimplikasikan bahwa guru yang efektif perlu sadar akan adanya gaya belajar yang
berbeda di antara para pebelajar . Cara yang terbaik untuk mengatasinya yaitu dengan
memberikan variasi pembelajaran . Guru , Perancang kurikulum , dan spesialis media
harus bekerjasama mendesain kurikulum sehingga pebelajar memiliki kesempatan
mengembangkan perbedaan gaya belajar. Variabel gaya belajar dapat dikategorikan
menjadi 3 kelompok yaitu :
1) Kekuatan persepsi
Pendukung pentingnya variabel ini mengatakan bahwa sebagian besar pelajar
tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk menangkap pelajaran melalui
pendengaran dan menyaksikan keluasan penggunaan metode guru.
2) Kebiasaan memproses informasi
Variabel ini berkaitan dengan bagaimana kecenderungan pebelajar memproses
informasi . Model Gregore (dalam Molenda , dkk , 2005) tentang ‘gaya belajar’ yaitu
4 kategori utama pada gaya berfikir :
a) Pebelajar kategori berurutan kongkrit , lebih suka pengalaman langsung dan
penyampaian dengan urutan yang logis .
b) Pebelajar katagori acak konkrit , lebih senang pendekatan coba-coba (trial &
error), membuat kesimpulan cepat dari pengalaman yang terjadi .
c) Pebelajar kategori berurutan abstrak. Kelompok ini terampil menyandi pesan
verbal dan simbolik khususnya bila disajikan dalam urutan yang logis .
d) Pebelajar kelompok acak abstrak , menunjukan kemampuannya untuk
menangkap makna dan presentasi yang disajikan , merespon nada dan gaya
pembicara sebaik menangkap pesannya .
3) Faktor-Faktor motivasional
Berbagai faktor emosianoal sangat berpengaruh pada perhatian terhadap sesuatu ,
berapa lama memperhatikan, seberapa jauh usaha memahami pelajaran , dan
bagaimana perasaan ikut ambil bagian dalam kegiatan belajar. Yang membedaka
aspek penting motivasi , yaitu :
a) Atensi , berkenaan dengan apakah pebelajar merasa bahwa pembelajaran menarik
dan berguna untuk dipertimbangkan
b) Relevan, berkaitan dengan apakah pebelajar merasa bahwa pembelajaran berkaitan
dengan tujuannya
c) Confidence, berkenaan dengan apakah pebelajar mengharapkan kesuksesan
berdasarkan pada usahanya sendiri
d) Satisfaction, berkaitan dengan penghargaan yang diterima pelajar dari
pembelajaran itu.

2. State standard and objectives (Menentukan standar dan tujuan)


Langkah berikutnya adalah merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan ini dijabarkan
dari silabus , buku teks, kurikulum atau dikembangkan sendiri oleh gurunya . Suatu
pernyataan tujuan , bukan apa yang direncanakan oleh guru dalam pembelajaran melainkan
apa yang harus dicapai pebelajar dengan pembelajaran itu. Suatu tujuan merupakan
pernyataan tentang apa yang akan dicapai, bukan bagaimana tujuan itu akan dicapai . Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam perumusannya adalah :
1. Tetapkan ABCD
Teknik ABCD untuk menyatakan tujuan (Mager, 1997)
A (Audience)– instruksi yang kita ajukan harus fokus kepada apa yang harus dilakukan/
dikerjakan oleh pembelajar bukan apa yang harus dilakukan pengajar, B (Behavior) – kata
kerja yang mendeskripsikan kemampuan baru yang harus dimiliki pembelajar setelah
melalui proses pembelajaran dan harus dapat diukur, C (Conditions) –pernyataan tujuan
yang meliputi kondisi dimana unjuk kerja itu diamati , D (Degree) – pernyataan tujuan
yang mengidentifikasi standar atau kriteria yang menjadi dasar pengukuran tingkat
keberhasilan pembelajar.
2. Mengklasifikasikan Tujuan
Pengelopokan tujuan sangat penting karena pemilihan metode dan media serta cara
mengevaluasi tergantung pada jenis tujuan yang diterapkan. Suatu tujuan mungkin
diklasifikasikan menurut jenis belajar utama yang akan dicapai . Meskipun ada rentangan
pendapat mengenai cara terbaik untuk mendiskripsikan dan menorganisasikan jenis-jenis
belajar , ada 3 kategori (domain) yang secara luas diterima yaitu : ketrampilan kognitif,
afektif, dan psikomotor.
3. Perbedaan Individu
Berkaitan dengan kemampuan individu pebelajar dalam menuntaskan atau memahami
sebuah materi yang diberikan. Pebelajar yang tidak memiliki kesulitan belajar dengan
pebelajar yang memiliki kesulitan belajar pasti memiliki waktu ketuntasan terhadap materi
yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut, maka timbullah mastery learning (kecepatan
dalam menuntaskan materi tergantung dengan kemampuan yang dimiliki tiap individu).

3. Select Strategies,Technology,Media,And Materials (Memilih, Strategi,


Teknologi, Media Dan Bahan Ajar)

Langkah selanjutnya dalam membuat pembelajaran yang efektif adalah mendukung


pemblajaran dengan menggunakan teknologi dan media dalam sistematika pemilihan strategi,
teknologi dan media dan bahan ajar.

a. Memilih Strategi Pembelajaran


Pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan standar dan tujuan pembelajaran.
Selain itu juga memperhatikan gaya belajar dan motivasi siswa yang nantinya dapat
mendukung pembelajaran. Strategi pembelajaran yang mengandung ARCS
model (Smaldino dari Keller,1987). ARCS model dapat membantu strategi mana yang
dapat membangun Attention (perhatian) siswa, pembelajaran berhubungan
yang Relevant dengan keutuhan dan tujuan, Convident , desain pembelajaran dapat
membantu pemaknaan pengetahuan oleh siswa dan Satisfaction dari usaha belajar siswa.
Strategi pembelajaran dapat terlebih dahulu menentukan metode yang tepat. Dalam
menentukan atau memilih metode yakinlah bahwa tidak ada satu metode pun yang paling
baik untuk semua kegiatan belajar. Untuk suatu kegiatan pembelajaran mungkin
diperlukan gabungan metode satu dengan yang lainnya untuk tujuan yang berbeda pada
pelajaran yang berbeda pula. Misalnya suatu pelajaran menggunakan metode simulasi
untuk menambah perhatian dan menimbulkan minat pada awal pelajaran , kemudian
menggunakan demonstrasi untuk menampilkan informasi baru, selajutnya memberikan
latihan komputer untuk memprektekkan ketrampilan baru tersebut

b. Memilih Teknologi dan Media yang sesuai dengan Bahan Ajar


Kata Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium
yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. Menurut Lesle
J.Brigges dalam Sanjaya (2008 : 204) menyatakan bahwa media adalah alat untuk
perangsang bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.
Bentuk media adalah bentuk fisik dimana sebuah pesan digabungkan dan ditampilkan.
Bentuk media meliputi, sebagai contoh, diagram (gambar diam dan teks) slide ( gambar
diam lewat proyektor) video (gambar bergerak dalam TV), dan multimedia komputer
(grafik, teks, dan barang bergerak dalam TV) Setiap media itu mempunyai kekuatan dan
batasan dalam bentuk tipe dari pesan yang bisa direkam dan ditampilkan. Memilih
sebuah bentuk media bisa menjadi sebuah tugas yang kompleks-merujuk kepada cakupan
yang luas dari media yang tersedia, keanekaragaman siswa dan banyak tujuan yang akan
dicapai.
Tidak lupa yang perlu dipertimbangkan yakni kita harus memperhatikan karakteristik
media , karakteristik siswa , aspek ekonomi, aspek lingkungan , sifat materi yang akan
diajarkan dan yang terpenting juga harus memperhatikan kemampuan tiap bentuk media
dalam memberikan balikan kepada pembelajar .

c. Memilih , Mengubah, dan Merancang Materi


Langkah selanjutnya adalah memilih materi yang diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan mata pelajaran. Materi yang disediakan untuk peserta didik sesuai dengan
yang dibutuhkan dalam menguasai tujuan. Materi bisa juga dimodifikasi, peserta didik
bisa merancang dan membuat materi sendiri. Materi dapat berupa program perangkat
lunak khusus, musik, kaset video, gambar, dan peralatan seperti overhead prejector,
komputer, printer, scanner, TV dll. Materi mungkin perlu disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik atau tempat pembelajaran dan peralatan.

4. Utilize Technology,Media And Materials (Menggunakan Teknologi,Media dan


Bahan Ajar)

(memanfaatkan Teknologi , media, dan bahan ajar). Perubahan peradigman pembelajaran dari
teacher-centered ke student-centered , yang lebih memungkinkan pembelajar memanfaatkan materi ,
baik secara mandiri maupun kelompok kecil daripada mendengarkan presentasi guru secara klasikal.
Untuk mengaplikasikan media dan meteri , baik untuk teacher-centered maupun student-centered,
perlu melakukan 5 P yaitu :

a. Preview the materials (mengkaji bahan ajar)


Seorang Pengajar tidak pernah menggunakan materi tanpa melakukan pengkajian awal
dahulu . Selama proses pemilihan , harus menentukan apakah materi itu sesuai untuk
pembelajar dan tujuan yang telah ditetapkan.
b. Prepare the materials (siapkan bahan ajar)
Pengajar perlu menyiapkan media dan materi untuk mendukung kegiatan pembelajaran
yang telah direncanakan. Langkag pertama adalah menyiapkan seluruh materi dan
peralatan atau media yang dibutuhkan oleh pebelajar , dan menentukan urutan apakah
yang akan digunakan untuk memanfaatkan media dan materi tersebut . Apakah yang
akan dilakukan pebelajar ? Guru membuat daftar urutan materi dan perlengkapan yang
diperlukan untuk tiap pelajaran dan urutan presentasi kegiatan.
c. Prepare Environment (siapkan lingkungan)
Dimanapun kegiatan pembelajaran dilakukan , fasilitas harus ditata terlebih dahulu
sebelum pebelajar mengunakan media dan materi pembelajaran. Faktor-faktor yang
sering dianggap perlu dalam situasi pembelajaran tertentu , seperti tempat duduk yang
nyaman, ventilasi yang baik misal suhu udara , pencahayaan dll.
d. Prepare the learners (siapkan pembelajar atau peserta didik)
Banyak hasil riset menunjukkan bahwa belajar dari suatu kegiatan tergantung pada
bagaimana pembelajar disiapkan untuk kegiatan pembelajaran . Beberapa fungsi seperti,
mengarahkan perhatian , memberitahykan tujuan, meningkatkan motivasi, menjelaskan
secara rasional dalam mempelajari suatu materi , merupakan kegiatan untuk menyiapkan
pebelajar, naik kelas yang teacher-centered maupun student-centered.
e. Provide the learning experience (tentukan pengalaman belajar)
Jika materi itu berpusat pada guru , maka guru harus menyajikan sebagai seorang
professional. Jika pengalaman yang akan diberikan kepada pebelajar student-centered,
guru harus berperan sebagai fasilitator atau pembimbing . Sebagai guru kita dapat
memberikan pengalaman belajar seperti : presentasi di depan kelas dengan projector,
demonstrasi, latihan, atau tutorial materi..

5. Require Learner Participation (Mengembangkan Peran Serta Peserta Didik)


Pendidik yang merealisasikan partisipasi aktif dalam pembelajaran, maka akan
meningkatkan kegiatan belajar . Menurut John Dewey pada tahun 90’an , telah menemukakan
pertisipasi tersebut. Perkembangan selanjutnya muncul teori belajar kognitif yang
menekankan pada proses mental, juga mendukung partisipasi aktif tersebut. Kaum behavioris
menyarankan bahwa individu harus melakukan sesuatu, jadi belajar merupakan suatu proses
untuk mencoba berbagai perilaku dengan hasil yang menyenangkan. Dengan pendekatan ini
berarti perancang pembelajaran harus mencari cara agar peserta didik dapat melakukan
sesuatu. Dari sudut pandang psikologi kognitif disarankan bahwa peserta didik membangun
skematamental ketika otaknya secara aktif mengingat atau mengaplikasikan beberapa konsep
atau prinsip. Kaum konstruktivis seperti juga behavioris memandang belajar sebagai proses
aktif . Tetapi penekanannya berbeda. Aliran konstruktifistik lebih menekankan pada proses
mental, bukan pada kegiatan fisik. Peran peserta didik adalah hal terpenting dalam kegiatan
belajar mengajar. Gagne berpendapat bahwa belajar efektif dapat terjadi jika peserta didik
dilibatkan dan memiliki peran serta didalamnya.

Tujuan utama dari pembelajaran adalah adanya partisipasi peserta didik terhadap materi
dan media yang kita tampilkan. Seorang guru pada era teknologi sekarang dituntut untuk
memiliki pengalaman dan praktik menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi
ketimbang sekedar memahami dan memberi informasi kepada peserta didik. Ini sejalan
dengan gagasan konstruktivis bahwa belajar merupakan proses mental aktif yang dibangun
berdasarkan pengalaman yang autentik, dimana para peserta didik akan menerima umpan
balik informative untuk mencapai tujuan mereka dalam belajar.

6. Evaluate and Revise (Menilai dan Memperbaiki)

Penilaian dan perbaikan adalah aspek yang sangat mendasar untuk mengembangkan
kualitas pembelajaran. Penilaian dan perbaikan dapat berdasarkan 3 tahapan yaitu:

a. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Pernyataan tentang hasil tujuan akan membantu untuk mengembangkan kriteria guna
mengevaluasi unjuk kerja peserta didik baik individual maupun kelompok. Cara menilai
pencapaian hasil belajar tergantung pada hakekat tujuan ini. Ada tujuan yang menuntut
keterampilan kognitif , misalnya mengingat hukum OHM, membedakan kata sifat dengan
kata keterangan, menyimpulkan sesuatu .
b. Menilai dan Memperbaiki Strategi,teknologi dan Media

Evaluasi juga menilai metode dan media pembelajaran . Apakah materi pembelajarn
efektif? Dapatkah meningkatkan pembelajaran ? apakah penyajian membutuhkan waktu yang
lebih banyak daripada apa yang seharusnya? Analisis reaksi peserta didik pada metode
pembelajaran dapat membantu untuk memperoleh data dengan cara yang halus. Misalnya :
diskusi guru dengan peserta didik mengindikasikan bahwa peserta didik lebih suka belajar
mandiri pada waktu presentasi kelompok . Percakapan dengan spesialis media akan
memutuskan perhatian pada nilai khusus media dalam suatu unit pembelajaran, yang
diperlukan untuk meningkatkan pembelajaran dimasa mendatang.

c. Revisi Strategi,Teknologi,dan Media

Langkah terakhir adalah melihat kembali hasil data evaluasi yang dikumpulkan. Adakah
kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Apakah peserta didik
mencapai suatu tujuan ? Bagaimana peserta didik mereaksi materi dan media yang disajikan?
Apakah pengajar puas dengan nilai materi yang dipilih? Pengajar seharusnya melakukan
refleksi pelajaran dan tiap komponen di dalamnya. Buat catatan segera sebelum
mengimplementasikan pelajaran lagi. Bila dari hasil data evaluasi menunjukkan ada
kelemahan pada komponen tertentu, kembalilah pada bagan itu dengan merencanakan dan
merevisinya.

Ada beberapa fungsi dari evaluasi antara lain :

1. Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi peserta didik.
2. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian
peserta didik dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan.
3. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum.
4. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan peserta didik secara individual dalam
mengambil keputusan.
5. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan
tujuan khusus yang ingin dicapai.
6. Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik untuk orang tua,guru,pengembang
kurikulum,pengambil kebijakan.

B. Manfaat Model Pembelajaran Assure

a. Model pembelajaran yang sederhana,sehingga mudah untuk diterapkan.


b. Karena sederhana,maka dapat di kembangkan sendiri oleh pengajar.
c. Komponen kegiatan belajar mengajar lengkap
d. Peserta didik pun dilibatkan dalam persiapan untuk kegiatan belajar mengajar.
e. Dilihat dari sistem modelnya dari model-model lain,model pembelajaran assure ini
sangat simple.Namun kegunaannya lebih cocok untuk pembelajaran di lingkup
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Erlina.Assure Model. Dari Http://Wordpress.htm (di akses 6 february)

Amanah.2011. MODEL PEMBELAJARAN ASSURE ( Menciptakan Pengalaman Belajar )


Dari Http://Wordpress.htm (di akses 6 february)

Anda mungkin juga menyukai