Anda di halaman 1dari 3

Komunikasi singkat:

Komposisi spesies mangrove di wilayah pesisir Banggai Kabupaten, Sulawesi Tengah,

RAMLI UTINA 1,2,♥, ABUBAKAR SIDIK KATILI 1,2, ♥♥, NURAIN LAPOLO 3, TALHA DANGKUA 4

1 Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Gorontalo. Jl. Jenderal Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128, Indonesia. Tel .: + 62-435-
821125; Faks .: + 62-435-821752.♥email:ramli.utina@ung.ac.id; ♥dikykatili@gmail.com

2Ekologi Timur Berdasarkan Pusat Penelitian Kearifan Lokal, Universitas Negeri Gorontalo. Jl.
Jenderal Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128, Indonesia

3 Program Studi Kependudukan dan Lingkungan, Universitas Negeri Gorontalo. Jl. Jenderal
Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128, Indonesia

4 Departemen Geografi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Muhammadiyah Gorontalo. Jl.
Mansoer Pateda, Kabupaten

Gorontalo 96181, Indonesia

Naskah diterima: 3 Juli 2018. Revisi diterima: 26 Februari 2019.

Abstrak. Utina R, Katili AS, Lapolo N, Dangkua T. 2019. Komunikasi Singkat: Komposisi spesies mangrove
di wilayah pesisir Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Indonesia. Biodiversitas 20: 840-846. Ekosistem
bakau memiliki ekologi yang unik fungsi. Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan untuk
menyiapkan laporan tentang kondisi mangrove di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah Provinsi,
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi komposisi spesies mangrove dan
zonasi mangrove di pesisir daerah Banggai. Data dikumpulkan dengan metode survei yang tersebar
dalam 16 titik, dengan total luas 7.387 hektar. Data itu dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 32 famili tanaman bakau di Banggai, diklasifikasikan menjadi 53
spesies, terdiri dari 25 spesies mangrove sejati dan 28 spesies mangrove terkait. Spesies bakau yang
terancam punah adalah ditemukan, yaitu, Scyphiphora hydrophyllacea. Spesies yang terancam punah ini
hanya ditemukan di Desa Tingki-wingki dan Desa Uwedikan (Balean dan Pulau Poteran) dari Banggai.
Pola zonasi mangrove di dalam lokasi penelitian mengikuti pola zonasi mangrove biasa ditemukan di
seluruh Indonesia. Keluarga Rhizophoraceae (Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora mucronata, Rhizophora
Apiculata, Rhizophora stylosa, dan Ceriops tagal) ditemukan lebih sering daripada keluarga lain di lokasi
penelitian. Ini berarti bahwa Keluarga Rhizophoraceae memiliki area distribusi yang luas di dalam lokasi.

PENGANTAR
Bakau sangat penting secara ekologis dan signifikansi sosial-ekonomi sebagai penghubung bagi laut
tropis organisme Hutan bakau juga salah satu di dunia gudang keanekaragaman hayati terkaya.
Selanjutnya, 90% organisme laut menghabiskan sebagian hidupnya dalam hal ini
ekosistem dan 80% dari tangkapan ikan global tergantung pada hutan bakau (Sandilyan dan Kathiresan
2012). Ekosistem ini ditampilkan dengan karakteristik dan unik berbagai fungsi bermanfaat bagi manusia
dan lainnya organisme Pendekatan rasional dalam pemanfaatan mangrove yang melibatkan masyarakat
setempat sangat penting untuk pelestarian fungsi ekologi mangrove. Keterlibatan masyarakat setempat
dianggap sebagai langkah awal untuk pelestarian mangrove berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan
pernyataan bahwa, suatu pendekatan yang dapat dilakukan dilakukan untuk menjaga kondisi alam bakau
dan menjadikan ekosistemnya sebagai zona penyangga dengan melibatkan orang di sekitar area bakau
(Katili et al. 2017). Selanjutnya mengungkapkan bahwa cara lain untuk mengurangi degradasi bakau
Tingkat yang bisa dilakukan adalah menumbuhkan bibit dan bakau penanaman kembali daerah yang
rusak; pengenalan berbagai spesies mangrove dan penggunaannya melalui kegiatan belajar di sekolah-
sekolah di sekitar area bakau; dan juga tempat penetasan manajemen dengan tetap mempertimbangkan
kesesuaian faktor lingkungan seperti jenis media dan salinitas.
Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia terdiri dari pemandangan laut penting bagi
lingkungan karena keberadaan spesies flora dan fauna yang terancam punah secara global, seperti penyu
sisik, kerang raksasa, teripang, dan lainnya. Status yang terancam punah menjadi lebih buruk karena
kerusakan ekosistem mangrove dan terumbu karang. ini juga disumbangkan oleh eksploitasi sumber
daya laut secara ilegal menggunakan metode destruktif, seperti bom ikan, kompresor, dan bahan kimia
beracun. Selain itu juga, hutan bakau sangat rentan terhadap degradasi setelah konversi lahan menjadi
kolam ikan, konstruksi infrastruktur dan untuk pemukiman, dan ilegal dan penebangan berlebihan untuk
bahan bangunan rumah. Tambahan, upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dan lingkungan
konservasi cukup minim dan tidak mencukupi ketersediaan data dan informasi profil mangrove dan
keanekaragamannya. Menurut laporan tahun 2010 dari Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi
Tengah, sebagian besar hutan bakau rusak parah: 5.652 ha dari 7.387 ha, di Banggai, 209 ha dari 350 ha
di Timur Kabupaten Luwuk, dan 605 ha dari 762 ha di Kecamatan Pagimana. Daerah itu di bawah
perlindungan dan pemeliharaan Dinas Kehutanan setempat Kabupaten Banggai, tetapi dengan
penerbitan UU No. 23 tahun 2014 kewenangan sekarang di bawah Dinas Kehutanan Daerah Provinsi
Sulawesi Tengah, Indonesia.
Berdasarkan situasi kritis yang dijelaskan di atas, sebuah penelitian ekosistem mangrove di daerah
tersebut dianggap penting untuk melakukan. Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan
pelaporan pada kondisi bakau di Banggai. Tujuan dari ini Studi ini mengeksplorasi komposisi spesies
mangrove
dan zonasi mangrove.
Gambar 1. Lokasi penelitian di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia; di antara situs
tersebut adalah: A. Desa

Lambangan,Kecamatan Pagimana; dan B. Desa Uwedikan, Kecamatan Luwuk Timur; situs lain dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Situs pengamatan mangrove di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai