Anda di halaman 1dari 28

Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Manajemen Program Kesehatan Lingkungan


Dosen : Dr. Ir. Hasan Hasyim, M.Si

PERLINDUNGAN DAN KEBIJAKAN


PENYELAMATAN AIR

Oleh:
KelompokII

ANDI BESSE TENRI LUWU K012171093


ANDI DARMA KARTINI K012171113
NURUL KAPITANHITU K012171123
YAZMIN ARMIN ABDULLLAH K012171141

KONSENTRASI KESEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i1
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ...................................................................................................... 4
1.2.Rumusan Masalah ................................................................................................. 6
1.3.Tujuan ................................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Air dan Perlindungan serta Penyelamatan Air ....................................... 7
2.2 Sumber-Sumber Air ............................................................................................. 7
2.3 Kualitas Air .......................................................................................................... 9
2.4 Permasalahan yang terkait dengan Pencemaran Air........................................... 11
2.5 Aspek Legal yang terkait dengan Perlindungan dan Penyelamatan Air ........... 15
2.6 Program yang terkait dengan Perlindungan dan Penyelamatan Air .................... 19
2.7 Upaya-upaya Pelestarian Air ............................................................................... 20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 24
3.2 Saran .................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 25

ii2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas nikmat yang Allah SWT berikan kepada makhluknya.
Sholawat dan salam tercurah kepada Rasululah Muhammad SAW. Alhamdulillah penulis
telah menyelesaikan makalah yang berjudul “Perlindungan dan Penyelamatan Air” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Program Kesehatan Lingkungan.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi sesiapa saja yang telah
membaca makalah ini, utamanya penulis sendiri. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini
sungguh masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon saran dan kritik yang
sifatnnya membangun untuk penyempurnaan tulisan ini.

Makassar, September 2018

Penulis

iii 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Air merupakan sumber unsur sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.
dengan air, kita dapat melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan keinginan kita dan
mengkomsumsinya agar tetap hidup. Bahkan bukan hanya manusia saja yang
membutuhkan, akan tetapi makhluk hidup sangat butuh terhadap air. Bisa dilihat
sebagai bumi bahkan dalam persentasenya bumi hampir dikelilingi air. Sehingga bisa
dibilang bahwa air merupakan denyut nadi untuk kelangsungan kehidupan manusia. Air
sangat penting dalam memenuhi kebutuhan manusia dikarenakan kadar air tubuh
manusia mencapai 68% dan untuk tetap hidup kadar air dalam tubuh harus
dipertahankan.
Menurut World Health Organization (WHO) dan American Public Health
Association (APHA) kualitas air ditentukan oleh jumlah bakteri didalamnya, terdapat
berbagai jenis bakteri yang hidup didalam air yaitu bakteri coliform dan E.coli.Kualitas
dan kuantitas air perlu diperhatikan dan dikendalikan, karena apabila tidak diperhatikan
dan dikendalikan maka akan menimbulkan pengaruh langsung dan tidak langsung yang
berdampak negatif, yaitu timbulnya atau meningkatnya penyakit yang disebabkan oleh
virus, bakteri, dan lain sebagainya yang penularannya melalui air. Penyakit yang di
tularkan melalui air ini disebut waterborne disease atau water-releated disease. Salah
satu contoh waterborn disease adalah penyakit infeksi pada saluran pencernaan.
Di Indonesia, sebagian penduduk yang tersebar di pelosokmasih tergantung pada
air alam. Bahkan ada diantara mereka juga menggunakan air yang tidak berkualitas.
Hal ini terpaksa mereka lakukan karena keterbatasan pengetahuan dan sarana
penunjang penyediaan air bersih.Secara alamiah, keberadaan air dalam lingkungan
sehari-hari tersedia melalui siklus yang sangat sempurna, dimulai dengan lautan yang
menguap yang kemudian dicairkan menjadi hujan dan sebagian terserap oleh tanah dan
sebagian pula dialirkan melalui sungai.
Terkait air bersih, saat ini dilaporkan bahwa jumlah air bersih di dunia hanya 1%
yang dapat dikonsumsi dan tidak semuanya dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat. Organisasi kesehatan dunia menemukan bahwa di tahun 2015, terdapat 663
juta penduduk masih kesulitan dalam mengakses air bersih (Rochmi, 2016). Bahkan

4
diramalkan pada tahun 2025 nanti hampir dua pertiga penduduk dunia akan tinggal di
daerah-daerah yang mengalami kekurangan air (Unesco, 2017).
Selain itu, Indonesia juga dikategorikan memiliki pelayanan ketersediaan air
bersih dan layak konsumsi yang buruk di Asia-Tenggara, bahkan diprediksikan akan
ada 321 juta penduduk yang kesulitan mendapatkan air bersih karena adanya
peningkatan permintaan air bersih sebesar 1,33 kali yang berbanding terbalik dengan
jumlah penduduk yang kekurangan air (Rochmi, 2016).Environmental performance
index juga menunjukkan bahwa di tahun 2016, Indonesia menduduki peringkat ke-128
terkait sumber air dan peringkat ke 104 terkait air bersih dan sanitasi se Asia Tenggara
(Engineer Weekly, 2016).
Semenjak adanya Millenium Development Goals pada tahun 2000, akses air
minum yang sehat menjadi salah satu tujuannya. Berbagai upaya dilakukan untuk
mencapai target yang diharapkan. Capaian ini menjadi salah satu bukti keberhasilan
dari berbagai strategi yang dilakukan pemerintah Indonesia selama ini, baik dalam
penyediaan air bersih maupun pemberdayaan masyarakat melalui perubahan perilaku
higienis (Badan Pusat Statistik, 2015).Namun jika dibandingkan dengan capaian di
beberapa negara tetangga, capaian akses air bersih di Indonesia ini masih tergolong
rendah.
Menurut The Economist World Figures in Pocket 2016, negara yang sudah sukses
dengan akses air bersih yaitu Singapura (100%), Korea (100%), Malaysia (99,6%),
Brazil (97,5%), Thailand (95,8%), Vietnam (95%), India (92,6%), China (91,9%), dan
Philipina (91,8%) (Engineer Weekly, 2016). Untuk itu, masih dibutuhkan upaya keras
dari semua pihak terutama dinas-dinas terkait untuk meningkatkan persentase akses
terhadap air bersih dari 73% menuju 100% yang dapat menjangkau penduduk di tahun
2019 sesuai dengan RPJMN 2015-2016.
Perkembangan teknologi juga turut berperan dalam peningkatan kebutuhan air
pada beberapa sektor, seperti kebutuhan domestik, industri, pertanian, pembangkit
listrik tenaga air, perkebunan, dan sebagainya. Adanya perubahan tata guna lahan juga
turut mempengaruhi kuantitas sumber air baku. Perubahan tata guna lahan di daerah
hulu sampai hilir mengakibatkan fluktuasi debit air baku pada musim hujan dan musim
kemarau sangat besar. Perubahan tata guna lahan menjadi lahan permukiman atau
industri menyebabkan berkurangnya lahan resapan air, akibatnya terjadi penurunan air
tanah. Jika hal ini terjadi di wilayah tepi pantai, maka akan menyebabkan intrusi air lait

5
ke dalam air tanah. Selain itu, penurunan kuantitas air juga menyebabkan konsentrasi
polutan dalam badan air semakin pekat, sehingga kualitas air menurun.
Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi,dan
meningkatnya kebutuhan masyarakatterhadap air mengakibatkan perubahan fungsi
lingkungan yang berdampak negatif terhadap kelestarian sumber daya air dan
meningkatnya daya rusak air. Dalam mengatasi perubahan tersebut diperlukan
pengelolaan sumber daya air yang utuh dari hulu sampai ke hilir dengan basis wilayah
sungai tanpa dipengaruhi oleh batas-batas wilayah administrasi yang dilaluinya.Untuk
terselenggaranya perlindungan dan penyelamatan air secara berkelanjutan, diperlukan
pembiayaan serta kebijakan Air yang dapat berasal dari pemerintah, swasta, serta peran
masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi air dan perlindungan serta penyelamatan air?
2. Bagaimana macam-macam sumber air?
3. Bagaimanakah kualitas air?
4. Bagaimana permasalahan yang terkait dengan pencemaran air?
5. Apa aspek legal yang terkait dengan perlindungan dan penyelamatan air?
6. Program apa yang terkait dengan perlindungan dan penyelamatan air?
7. Bagaimana upaya-upaya dalam pelestarian air?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi air dan perlindungan serta penyelamatan air
2. Untuk mengetahui macam-macam sumber air
3. Untuk mengetahui kualitas air
4. Untuk mengetahui permasalahan yang terkait dengan pencemaran air
5. Untuk mengetahui aspek legal yang terkait dengan perlindungan dan penyelamatan
air
6. Untuk mengetahui Program yang terkait dengan perlindungan dan penyelamatan air
7. Untuk mengetahui upaya-upaya dalam pelestarian air

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Air dan Definisi perlindungan serta penyelamatan air


Secara alamiah air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan
mempunyai daya regenerasi yaitu selalu mengalami sirkulasi dan mengikuti daur.
Tahapan-tahapan yang dilalui air yaitu melalui atmosfer, penguapan dari tanah atau
laut, kondensasi untuk membentuk awan, presipitasi akumulasi di dalam tanah maupun
tubuh air dan menguap kembali.Secara umum, yang dimaksud dengan air adalah semua
air yang terdapat pada, diatas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam
pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.
Perlindungan dan penyelamatan air merupakan bagian dari pengelolaan sumber
daya air yang meliputi upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber
daya air, dan pengendalian daya air rusak (Yung, 2016).
2.2 Sumber-Sumber Air
Berdasarkan sumbernya, air dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Air Atmosfer
Air atmosfer terjadi dari proses evaporasi air permukaan dan evapotranspirasi dari
tumbuh-tumbuhan oleh bantuan sinar matahari melalui proses kondensasi kemudian
jatuh ke bumi dalambentuk hujan, salju ataupun embun. Air atmosfer mempunyai
sifat tanah (soft water) karena kurang mengandung garam-garam dan zat-zat
mineral sehingga terasa kurang segar dan juga akan boros terhadap pemakaian
sabun. Disamping itu, air atmosfer mempunyai sifat agresif terutama pada pipa-pipa
penyalur maupun bak-bak reservoir sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya
korosi.
2. Air Laut
Air laut mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar garam dalam
air laut kurang lebih 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat
untuk air minum apabila belum diolah terlebih dahulu. Air laut jarang digunakan
sebagai air baku untuk air minum karena pengolahan untuk menghilangkan kadar
garamnya membutuhkan biaya yang cukup besar.

3. Air Permukaan

7
Air permukaan merupakan air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. Pada
umumnya air ini akan mengalami pengotoran selama pengalirannya. Beban
pengotoran ini untuk masing-masing air permukaan akan berada tergantung daerah
pengaliran air permukaan. Macam-macam air permukaan antara lain :
- Air Sungai
Dalam penggunannya sebagai air minum haruslah mengalami suatu pengolahan
yang sempurna, mengingat bahwa air mempunyai derajat pengotoran yang
tinggi. Air sungai merupakan penampungan dari berbagai jenis limbah yang
terdapat disekitarnya baik itu limbah domestik maupun limbah industri. Sungai
yang telah tercemar oleh limbah industri yang berat akan sulit diolah serta
membutuhkan proses yang lebih kompleks.
- Air Rawa
Pada umumnya air rawa berwarna, karena adanya zat-zat organik yang telah
membusuk. Dengan banyaknya zat organik menyebabkan kadar O2 yang
terlarut dalam air sedikit sehingga kadar Fe dan Mn yang terlarut dalam air
menjadi tinggi. Pada permukaan air ini akan tumbuh alga (lumut) karena adanya
sinar matahari dan O2, maka untuk mengambil air ini sebaiknya pada bagian
tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn serta lumut tidak terbawa.
4. Air Tanah
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air, air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah. (Undang-undang RI No. 7, 2004) Air tanah berasal dari air
hujan yang jatuh ke pemukaan bumi lalu meresap ke dalam tanah dan mengalami
proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di
dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuatair tanah menjadi lebih baik dan
lebih murni dibandingkan air permukaan. Airtanah terbagi atas :
- Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena adanya proses peresapan air daripermukaan
tanah. Lumpur akan tertahan, demikian juga dengan sebagianbakteri sehingga
air tanah ini akan jernih tetapi lebih banyak mengandungzat-zat kimia karena
melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsurkimia tertentu untuk
masing-masing lapisan tanah. Pengotoran juga masihterus berlangsung terutama
pada permukaan air yang dekat permukaantanah. Air tanah dangkal ini
dimanfaatkan untuk sumber air minummelalui sumur-sumur dangkal.
8
- Air Tanah Dalam
Air tanah dalam terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama.
Untukmengambil air ini diperlukan bor karena kedalamannya berkisar
antara100-300 meter. Jika tekanan air tanah ini besar maka air akan
menyemburkepermukaan sumur. Sumur ini disebut sumur atesis. Jika air tidak
dapatkeluar dengan sendirinya maka diperlukan pompa.
- Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaantanah.
Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruhioleh musim
dan kuantitas serta memiliki kualitas yang sama dengan airtanah dalam.
2.3 Kualitas air
Secara umum, kualitas air terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Persyaratan Fisik
Menurut Kusnaedi (2004), syarat-syarat sumber mata air yang bisa digunakan
sebagai air bersih adalah sebagai berikut :
- Kekeruhan. Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisik seperti
berikut jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-
butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan tanah liat maka
air semakin keruh. Derajat kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.
- Tidak berwarna.Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang
berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
- Rasanya tawar. Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa
asam, manis, pahit, atau asin menunjukan bahwa kualitas air tersebut tidak baik.
Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air,
sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam
anorganik.
- Tidak berbau, Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh
maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan organik
yang sedang mengalami dekomoposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
- Temperaturnya normal. Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan
temperatur udara (20- 26 C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur
di atas atau di bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang
mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.

9
- Tidak mengandung zat padatan. Bahan padat adalah bahan yang tertinggal
sebagai residu pada penguapan dan pengeringan.
Tabel 1. Persyaratan Kualitas Air Secara Fisik

2. Persyaratan Kimia
Kualiats air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kima sebagai berikut :
- pH netral.pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan
intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan. Skala pH diukur dengan pH
meter atau lakumus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH di bawah 7 berarti
air bersifat asam, sedangkan bila di atas 7 bersifat basa (rasanya pahit).
- Tidak mengandung bahan kimia beracun.Air yang berkualitas baik tidak
mengandung bahan kimia beracun seperti sianida sulfida, fenolik.
- Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam. Air yang berkualitas baik
tidak mengandung garam atau ion-ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Cl,
Cr, dan lain-lain.
- Kesadahan rendah.Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh
adanya ion-ion (kation) logam valensi dua. Tingginya kesadahan berhubungan
dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama garam Ca dan Mg.
- Tidak mengandung bahan organik

10
Tabel 2. Persyaratan Kualitas Air Secara Kimia

3. Persyaratan Bakteriologis
Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli
dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia. dimana Total bakteri
Coliform50/100 ml dan E. Coli 0/100 ml.
2.4 Permasalahan yang terkait dengan Pencemaran Air
Saat ini dunia telah mengalami krisis air bersih. Jumlah air bersih di dunia hanya
1% yang dapat dikomsumsi.Dari 1% air bersih yang tersedia tersebut, tidak semuanya
dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat. Data WHO 2015 menemukan bahwa
663 juta penduduk masih kesulitan dalam mengakses air bersih (Rochmi, 2016).
Berkaitan dengan krisis air ini, diramalkan pada tahun 2025 nanti hampir dua pertiga
penduduk dunia akan tinggal di daerah-daerah yang mengalami kekurangan air
(Unesco, 2017). Ramalan itu dilansir World Water Assesment Programme (WWAP),
bentukan United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (Unesco).
Terkait Indonesia, pada tahun 2012 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
mencatat Indonesia menduduki peringkat terburuk dalam pelayanan ketersediaan air

11
bersih dan layak konsumsi se-Asia Tenggara (Rochmi, 2016). Bahkan Direktur
Pemukiman dan Perumahan Kementerian PPN (Bappenas) memperkirakan bahwa
Indonesia juga akan mengalami krisis air. Hal ini karena melihat ketersediaan air bersih
melalui jumlah sungai yang mengalirkan air bersih terbatas, sedangkan cadangan air
tanah (green water) di Indonesia hanya tersisa di dua tempat yakni Papua dan
Kalimantan. Indonesia juga diprediksi bahwa akan ada 321 juta penduduk yang
kesulitan mendapatkan air bersih. Sebab permintaan air bersih naik sebesar 1,33 kali,
berbanding terbalik dengan jumlah penduduk yang kekurangan air (Rochmi, 2016).
Di sisi lain, kabar baik datang dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2016. BPS mencatat bahwa saat ini Indonesia telah mengalami peningkatan yang cukup
signifikan terkait persentase rumah tangga dengan sumber air minum bersih yang layak,
yaitu dari 41,39% pada tahun 2012 menjadi 72,55% pada tahun 2015 (Badan Pusat
Statistik, 2016). Namun jika dibandingkan dengan tujuan Sustainable Development
Goals (SDGs), capain tersebut masih belum mencapai target. Per 2030 dalam milestone
SDGs, setiap negara diharapkan telah mampu mewujudkan 100% akses air minum
layak untuk penduduknya. Indonesia meletakkan target pencapaiannya lebih awal yaitu
akhir tahun 2019 sebagaimana amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2016 (Portal Sanitasi Indonesia, 2015). Walaupun capaian
belum 100%, ini merupakan capaian yang cukup baik mengingat permasalahan sanitasi
dan air dikategorikan sebagai sektor yang sulit untuk mencapai target. Faktor ekonomi,
faktor wilayah geografis, dan faktor ketersediaan sumber air teridentifikasi sebagai
faktor penyebab kesulitan akses air bersih tersebut (Rochmi, 2016).
Rendahnya ketersediaan air bersih memberikan dampak buruk pada semua sektor,
termasuk kesehatan. Disebutkan bahwa tanpa akses air minum yang higienis
mengakibatkan 3.800 anak meninggal tiap hari oleh penyakit. Penyakit kolera, kurap,
kudis, diare/disentri, atau thypus adalah sebagian kecil dari penyakit yang mungkin
timbul jika air kotor tetap dikonsumsi (Untung, 2008). Bahkan ditemukan bahwa
sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang tidak aman
berkontribusi terhadap 88% kematian anak akibat diare di seluruh dunia (Unicef
Indonesia, 2012).
Di Indonesia, insiden penyakit diare dilaporkan mengalami peningkatan dari
301/1000 penduduk pada tahun 2000 naik menjadi 411/1000 penduduk pada tahun
2010. Bahkan Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan case
fatality rate (CFR) yang masih tinggi (Depkes RI, 2011). Risiko kematian ini dapat
12
dicegah melalui penurunan faktor lingkungan yang beresiko, yaitu dengan penyediaan
air bersih, sanitasi, dan kebersihan (Chola, Michalow, Tugendhaft, & Hofman, 2015)
seperti yang dicanangkan oleh UNICEF dan WHO. Tujuannya adalah untuk
menghambat transmisi kuman patogen penyebab diare dari lingkungan ke tubuh
manusia.
Kualitas air sungai di Indonesia sebagian besar berada pada status tercemar.
Pencemaran air didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya (PP RI, 2001). Direktorat Jenderal
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK) melaporkan bahwa di tahun 2015 hampir 68% mutu air sungai
di 33 provinsi di Indonesia dalam status tercemar berat. Angka ini mengalami
penurunan jika dibandingkan pencemaran di tahun 2014 yang mencapai 79%.Walaupun
mengalami penurunan, namun persentasenya masih tergolong tinggi, terutama di
sungai-sungai yang terletak di wilayah regional Sumatera (68%), Jawa (68%),
Kalimantan (65%), dan Bali Nusa Tenggara (64%).Sedangkan di wilayah regional
Indonesia Timur seperti Sulawesi dan Papua relatif lebih kecil, yaitu 51%
(Wendyartaka, 2016).
Terkait penentuan status air sungai tercemar atau tidak, terdapat tujuh parameter
yang digunakan untuk menghitung indeks kualitas air yang dianggap mewakili kondisi
riil kualitas air sungai. Tujuh parameter tersebut meliputi:
 Total Suspended Solid (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh
saringan dengan ukuran partikel maksimal 2,0 μm, yang konsentrasinya dapat
digunakan untuk indikator tingkat sedimentasi.
 Dissolved Oxygen (DO) untuk mengukur banyaknya oksigen yang terkandung
dalam air, yang diindikasikan memiliki tingkat pencemaran tinggi jika air memiliki
DO rendah.
 Biochemical Oxygen Demand (BOD) menunjukkan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan senyawa organik pada
kondisi aerobik.

13
 Chemical Oxygen Demand (COD) digunakan untuk pengukuran jumlah senyawa
organik dalam air yang setara dengan kebutuhan jumlah oksigen untuk
mengoksidasi senyawa organik secara kimiawi.
 Total Phosfat (T-P) menunjukkan keberadaan senyawa organik seperti protein,
urea, dan hasil proses penguraian.
 Fecal Coli menunjukkan keberadaan mikroorganisme yang umumnya terdapat
pada limbah domestik dalam jumlah banyak seperti coliform, fecal coli, dan
salmonella, dan
 Total Coli sebagai indikator adanya pencemaran yang disebabkan oleh tinja
manusia (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015).
Banyak faktor yang menjadi penyebab pencemaran air, namun limbah domestik
atau rumah tangga seperti kotoran manusia, limbah cucian piring dan baju, kotoran
hewan, dan pupuk dari perkebunan dan peternakan teridentifikasi sebagai sumber
utama pencemaran (Whitten, Soeriaatmadja, & Afiff, 1999; Wendyartaka, 2016).
Limbah rumah tangga berupa feses dan urin berperan dalam meningkatkan kadar fecal
coli atau bakteri E. coli dalam air yang merupakan sumber berbagai penyakit. Bahkan
dilaporkan bahwa di kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta, kandungan E. coli
di sungai maupun air sumur penduduk melebihi ambang batas normal (Wendyartaka,
2016).
Di sisi lain, pencemaran oleh limbah industri juga tidak dapat diabaikan.
Pencemaran ini diperkirakan memberi kontribusi rata-rata 25-50%. Penelitian di
Surabaya menemukan bahwa limbah domestik tidak berpengaruh signifikan dalam
meningkatkan pencemaran sungai, namun kondisi air di hulu yang banyak dipengaruhi
limbah industri justru sebagai faktor yang paling berkontribusi terhadap pencemaran air
di sungai Surabaya (Nugroho, Masduqi, & Widjanarko Otok, 2014). Kondisi
pencemaran di sebagian besar sungai di perkotaan Indonesia perlu mendapat perhatian,
mengingat banyaknya sungai di daerah perkotaan Indonesia yang dijadikan sebagai
sumber air baku untuk keperluan air minum. Bahkan secara global ditemukan bahwa
minimal 1,8 milyar penduduk minum air dari sumber yang terkontaminasi feses (WHO,
2016).
Hal ini tentunya akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat yang mengonsumsinya. Ada banyak penyakit yang disebabkan oleh
pencemaran air, dengan resiko terbesar menjangkit mereka yang memiliki sistem imun

14
lemah seperti bayi, anak, wanita hamil, dan lansia. Bahkan WHO (2015) menyebutkan
bahwa dari 133 penyakit, diperhitungkan terdapat 101 yang mempunyai hubungan yang
signifikan dengan lingkungan, diantaranya berkaitan dengan air yang tidak aman.
2.5 Aspek Legal yang terkait dengan Perlindungan dan Penyelamatan Air
1. PERMEN RI Nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air.
Peraturan tersebut berisi tentang:
a. Pasal 1 yang tercantum bahwa Pencemaran air adalah masuknya atau
dimasukkannyamakhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air
oleh kegiatan manusia,sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak dapatberfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Pengendalian pencemaran air adalah upayapencegahan dan penanggulangan
pencemaran air serta pemulihan kualitas air untukmenjamin kualitas air agar
sesuai dengan baku mutu air. Mutu air adalah kondisikualitas air yang diukur
dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu danmetoda tertentu
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. SedangkanBaku
mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi,
ataukomponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang
ditenggangkeberadaannya di dalam air.
b. Pasal 2 yang tercantum bahwa Pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran airdiselenggarakan secara terpadu dengan pendekatan ekosistem
dan Keterpaduansebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan,pengawasan, dan evaluasi.
c. Pasal 4 tentang Pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin
kualitas airagar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan
penanggulanganpencemaran air serta pemulihan kualitas air
d. Pasal 8 tentang Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas :
 Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, danatau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaantersebut.
 Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasiair, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

15
pertanaman, danatau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaantersebut.
 Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan airtawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yangmempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
 Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanamandan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengankegunaan tersebut
e. Pasal 14 tentang Status mutu air ditetapkan untuk menyatakan :
 kondisi cemar, apabila mutu air tidak memenuhi baku mutu air
 kondisi baik, apabila mutu air memenuhi baku mutu air
2. Undang-undangNomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber daya Air
Undang-undang ini berisi tentang Air adalah semua air yang terdapat pada,
di atas, ataupun di bawah permukaan tanah,termasuk dalam pengertian ini air
permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang beradadi darat. Seperti tercantum
dalam :
a. Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: Pendayagunaan
sumber dayaair adalah upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan,
pengembangan, danpengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil
guna dan berdaya guna.Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk
mencegah, menanggulangi, danmemulihkan kerusakan kualitas lingkungan
yang disebabkan oleh daya rusak air.Pemeliharaan adalah kegiatan untuk
merawat sumber air dan prasarana sumber daya airyang ditujukan untuk
menjamin kelestarian fungsi sumber air dan prasarana sumberdaya air.
b. Pasal 21 tentang Perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk
melindungidan melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaannya
terhadap kerusakan ataugangguan yang disebabkan oleh daya alam, termasuk
kekeringan dan yang disebabkanoleh tindakan manusia. (2) Perlindungan dan
pelestarian sumber air sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
 pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air.
 pengendalian pemanfaatan sumber air.
 pengisian air pada sumber air.

16
 pengaturan prasarana dan sarana sanitasi.
 perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan
pembangunan danpemanfaatan lahan pada sumber air.
 pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu.
 pengaturan daerah sempadan sumber air.
 rehabilitasi hutan dan lahan; dan/ataupelestarian hutan lindung, kawasan
suaka alam,dan kawasan pelestarian alam.
c. Pasal 23 tentang Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
ditujukanuntuk mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan
yang ada padasumber-sumber air. Pengelolaan kualitas air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan cara memperbaikikualitas air pada
sumber air dan prasarana sumberdaya air.
d. Pasal 24 tercantum bahwa Setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan
kegiatanyang mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya,
mengganggu upayapengawetan air, dan/atau mengakibatkan pencemaran air.
e. Pasal 25 tentang Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau,
waduk,rawa, cekungan air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan
suaka alam,kawasan pelestarian alam, kawasan hutan, dan kawasan pantai.
f. Pasal 26 tentang Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui
kegiatanpenatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan
pengusahaan sumber dayaair dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber
daya air yang ditetapkan pada setiapwilayah sungai. Pendayagunaan sumber
daya air ditujukan untuk memanfaatkan sumberdaya air secara berkelanjutan
dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokokkehidupan masyarakat
secara adil
3. Peraturan Menteri KesehatanRepublik IndonesiaNomor 32 Tahun 2017 Tentang
Standar Baku Mutu KesehatanLingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, KolamRenang, Solus Per Aqua dan Pemandian Umum.
Peraturan tersebut menjelaskan tentang :
a. Pasal 1 Dalam Perauran Menteri ini yang dimaksud dengan: Air untuk
KeperluanHigiene Sanitasi adalah air dengan kualitas tertentu yang digunakan
untuk keperluansehari-hari yang kualitasnya berbeda dengan kualitas air minum

17
b. Pasal 2 Setiap Penyelenggara wajib menjamin kualitas Air untuk Keperluan
HigieneSanitasi, air untuk Kolam Renang, air untuk SPA, dan air untuk
Pemandian Umum,yang memenuhi Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
dan PersyaratanKesehatan.
c. Pasal 7 Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan, kualitas Air untuk
KeperluanHigiene Sanitasi, air untuk Kolam Renang, air untuk SPA, dan air
untuk PemandianUmum tidak memenuhi Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan PersyaratanKesehatan, Penyelenggara harus melakukan
pelindungan dan peningkatan kualitas airsesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. PERMEN LH RI No 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Peraturan tesebut mencangkum tentang :
a. Pasal 1 Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair.Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha
dan/atau kegiatanpemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan,
apartemen dan asrama. Bakumutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar
unsur pencemar dan/atau jumlahunsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuangatau dilepas ke dalam media
air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
b. Pasal 6 Dalam hal air limbah dibuang ke laut, Menteri dalam menerbitkan
izinpembuangan air limbah ke laut wajib menggunakan baku mutu air limbah
yangdiperoleh dari hasil kajian dokumen lingkungan atau kajian pembuangan
air limbahke laut
c. Pasal 7 Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksuddalam Pasal 3 ayat (1) ditinjau paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun. (2)Peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan kajian ilmiahmengenai: kemampuan daya tampung beban pencemaran
air; dan/atauperkembangan teknologi yang lebih baik.
d. Pasal 12 melakukan pengolahan limbah domestik dan limbah bahan berbahaya
danberacun, wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum
dalamLampiran XLIV bagian A dan bagian B Peraturan Menteri ini.
e. Pasal 14 Baku mutu air limbah usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud
padaayat (1) berlaku dengan ketentuan: jika air limbah yang dibuang ke badan
airpenerima sungai kelas I maka usaha dan/atau kegiatan tersebut mengikuti
18
baku mutuair limbah golongan I dalam tabel baku mutu air limbah bagi usaha
dan/atau kegiatanyang belum memiliki baku mutu air limbah yang ditetapkan
sebagaimana tercantumdalam Lampiran XLVII
2.6 Program yang terkait dengan Perlindungan dan Penyelamatan Air
1. Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA)
Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air menyebutkan
bahwa Sumber Daya Alam dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan
lingkungan hidup, dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan Sumber Daya Alam
yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk
mewujudkan hal itu salah satunya adalah dengan membentuk gerakan penyelamatan
air. Gerakan tersebut, kemudian terkordinasi secara nasional yang disebut Gerakan
Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA). GN-KPA dicanangkan Presiden
Republik Indonesia pada tanggal 28 April 2005. Salah satu tujuan GN-KPA adalah
mengembalikan keseimbangan siklus hidrologi pada daerah aliran sungai (DAS),
sehingga keandalan sumber-sumber air baik kuantitas maupun kualitasnya dapat
memadai. Ada enam elemen dari GN-KPA, yaitu:
- Penataan ruang, pembangunan fisik, pertanahan dan kependudukan;
- Rehabilitasi hutan dan lahan serta konservasi SDA;
- Pengendalian daya rusak air;
- Pengelolaan kualitas air
- Penghematan
- Penggunaan air dan pengelolaan permintaan air;
- Pendayagunaan SDA secara adil, efisien dan berkelanjutan.
2. Smart City (Smart Environment)
Smart City merupakan konsep kota cerdas yang dirancang untuk membantu
berbagai hal kegiatan masyarakat terutama dalam upaya mengelola sumber daya
yang ada dengan efisien serta memberikan kemudahan mengakses informasi kepada
masyarakat, hingga untuk mengantisipasi kejadian yang tidak terduga sebelumnya.
Tujuan Smart City untuk membentuk suatu kota yang aman dan nyaman bagi warga
serta untuk memperkuat daya saing kota dalam hal perekonomian sehingga dapat
dijelaskan bahwa tujuan pelaksanaan Smart City dapat dibagi menjadi tiga agenda
utama, yaitu untuk menunjang kota di dalam dimensi sosial (keamanan), ekonomi
(daya saing) dan Lingkungan (kenyamanan). Di era sekarang ini Smart City

19
menjadi salah satu parameter keberhasilan suatu kota, yaitu sebagai kota yang
mampu mengontrol dan mengintegrasi semua infrastruktur termasuk dalam
menciptakan lingkungan yang cerdas. Lingkungan cerdas (Smart Environment)
merupakan lingkungan yang dapat memberikan kenyamanan, keberlanjutan sumber
daya, keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun tidak, bagi masyarakat dan
publik (Antariksa, 2017). Salah satu tujuan dari Lingkungan cerdas (Smart
Environment) yaitu Pengembangan kualitas dan kuantitas air bersih.Selain karena
merupakan salah satu sumber daya yang vital, air juga merupakan penyebab utama
masalah-masalah lingkungan yang dialami oleh penduduk, terutama yang tinggal di
daerah perkotaan, bahkan ketersedian air, terutama air bersih menjadi salah satu
penentu kualitas hidup masyarakat.
2.7 Upaya-upaya daalam Pelestarian Air
Pelestarian air agar tidak menjadi bencana dan mencemari kesehatan makhluk
hidup. Berikut akan dipaparkan cara menjaga kelestarian air agar dapat menjaga
kelangsungan hidup makhluk hidup :
1. Menjaga lingkungan. Dengan menjaga lingkungan, maka air di sekitar kehidupan
kita tidak akan mudah tercemar. Sehingga, air yang dipakai dan yang dikonsumsi
tidak tercemar dan kotor srta aman untuk digunakan. Sampah-sampah yang ada
disungai, diselokan, maupun dijalanan sangatlah berpengaruh bagi kelestarian air
yang dikonsumsi bagi makhluk hidup, sebab dapat mencemari air dan
mempengaruhi kebersihan air sebelumnya.
2. Mengurangi penggunaan air. Penggunaan air yang digunakan secara boros dan
tidak bertanggung jawab akan mengakibatkan kekeringan. Kebiasaan ini sering
dilakukan oleh masyarakat seperti mandi yang terlalu lama, lupa untuk mematikan
air keran setelah mandi atau memakainya atau juga setelah menyiram bunga dan
membersihkan kendaraan. Ini sangat perlu diperhatiakn, karena dengan berbagai
kelakuan manusia tersebut akan dapat megurangi jumlah ar dan mengakibatkan
kebutuhan air yang sangat tinggi serta menjadi salah satu dampak kekeringan.
3. Membuang sampah pada tempatnya. Seperti halnya menjadi penyebab salah satu
bencana banjir dan terjadinya pencemaran air adalah sampah yang ada dimana-
mana. Dengan sampah tersebut, maka airpun akan sangat mudah tercemar dan kotor
serta dapat menyumbat aliran sungai dan selokan, sehingga dapat merusak
kelangsungan hidup manusia dan ruang publik untuk kehidupan dan air akan susah
untuk dikonsumsi seperti biasanya.
20
4. Meminimalisirkan penggunaan bahan kimia. Meminimalkan penggunaaan
bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu cara yang sangat
tepat untuk melindungi perairan global saat ini. Karena, ketika bahan-bahan kimia
yang telah dipakai larut ke dalam air, maka mereka akan dapat merusak ekosistem
air tersebut. contohnya saja seperti zat-zat kimia yang ada di air akan dapat
menghancurkan alga-alga yang merupakan makanan plankton.
5. Membuang bahan kimia dengan benar.Bahan bahan kimia tersebut sangatlah
berbahaya bagi kelestarian air dan merusak lapisan atmosfer di kehidupan ini.
Bahan berbahaya seperti cat, oli, oli motor atau bahan kimia lainnya jika di buang
dengan sembarangan seperti membuang bahan-bahan tersebut ke dalam sungai atau
selokan serta sumber-sumber air akan dapat mencemari air disekitarnya.
Dampaknya akan kembali ke manusia itu sendiri. Air akan tercemar dan susah
untuk dicari dan dikonsumsi.
6. Mendaur ulang bahan bekas. Barang-barang yang dapat di daur ulang biasanya
sering sekali tidak terpikirkan oleh manusia saat ini dan membuangnya
sembarangan seperti membuang barang tersebut ke sungai atau ke laut. Contohnya
saja seperti botol mineral yang dapat di daur ulang menjadi mainan anak-anak,
plastik-plastik bermerek yang bisa di dair ulang menjadi alas atau tas, dan lain-
lainnya.
7. Mengadakan penyuluhan.Hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang belum
sadar akan pentingnya dalam menjaga kelestarian air. Maka dari itu, sangat
diperlukan adanya penyuluhan tentang pentingnya menjaga kelestarian air di
lingkungan masyarakat saat ini. Hal ini sangat di perlukan agar masyarakat saat ini
sadar bahwa air sangatlah penting dalam kehidupan. Penyuluhan-penyuluhan
tersebut bisa berupa seminar-seminar tentang pentingnya menjaga kelestarian air.
Selain itu, bisa juga dilakukan dengan cara mengajak masyarakat untuk gotong
royong dan kerja bakti bersama untuk membersihkan sampah-sampah yang
berkeliaran yang dapat mencemari kelestarian air.
8. Mencegah adanya penebangan pohon secara liar.Hal ini sangat perlu di ketahui
dan di cegah, sebab dengan adnaya penebaangan poho secara liar atau menebang
phon-pohon yang ada dihutan akan mengakibatkan tercemarnya sumber sumber
mata air yang ada disekitarnya. Ini akan mengakibatakn simber sumber tersebut
akan tercemar dan tidak dapat dikonsumsi lagi oleh makhluk hidup, bahkan akan

21
menimbulkan pengaruh pada kesehatan makhluk hiudp itu sendiri. Selain itu,
ekosistem yanng ada disekitarnya akan menjadi tidak seimbang.
9. Mengadakan reboisasi pada hutan. Dengan adanya reboisasi akan mengurangi
dampak akibat kerusakan hutan, pohon-pohon tersebut akan terjaga kelestariannya
yang juga mempengaruhi kelestarian ekosistem sumber-sumber air yang ada
disekitarnya. Sehingga sumber-sumber air terebut tidak tercemar dan berih serta
dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup.
10. Tidak membuang limbah pabirik sembarangan. Biasanya, pabrik-pabrik yang
berada di sekitar perairan seperti sungai, danau dan laut, akan membuang limbah
pabriknya ke perairan tersebut. ini akan menyebabakan pencemaran airw akan
terjadi. Air sungai dan laut akan menjadi kotor dan tercemar, sehingga tidak dapat
di pakai lagi oleh makhluk hidup dan akan lebih mudah menjadi penyebab
pemanasan global Setidaknya, jangan membuang limbah-limbah tersebut ke
perairan yang ada di dekat pabrik tersebut, karena dapat merusak kelestarian air dan
akan berdampak pada masyarakat yang ada di daerah tersebut.
11. Pengecekan saluran pipa air secara rutin.Pengecekan pipa air secara rutin
sangatlah penting karena jika pipa-pipa air tersebut bocor dan air-air yang mengalir
keluar, maka akan menyebabkan terjadinya pemborosan air. Ini akan
mengakibatkan pelestarian air berkurang sehingga nanti akan terjadi kebutuhan air
yang sangat tinggi di kalangan masyarakat.
12. Menjaga kestabilitasan ketersedian air bersih di sumber-sumber air. Hal ini
sangat dipentingkan dalam menjaga kelestarian air. Dengan menjaga stabilitas
ketersediaan air bersih di berbagai sumber-sumber yang mengandung air, maka
ketersediaan air tidak berkurang, sehingga masyarakat tidak perlu kebingungan
terhadap air bersih karena banyaknya air bersih di sumber-sumber yang
mengandung air. Yang biasa stabil ketersediaan airnya adalah dengan adanya
bantuan dari manfaat pantai dan manfaat pasang surut air laut.
13. Menciptakan lingkungan yang asri. Dengan lingkungan yang asri, maka
lingkungan di sekitarnya dan ekosistem di sekitarnya akan terjaga dengan baik.
Perairan pun tidak mudah untuk tercemar dan bersih. Dalam menciptakan
lingkungan yang asri tersebut, bisa dilakukan melalui rumah kita sendiri.
Lingkungan rumah yang asri akan menciptakan fungsi lingkungan hidup tersebut
menjadi bersih, begitu juga dengan sektor air yang dipakai dan dikonsumsi.

22
Pemakaian air untuk kegiatan sehari-hari menjadi bersih dan pengkonsumsian air
menjadi bersih dan tidak tercemar akibat lingkungan rumah yang indah dan bersih.
14. Menggunakan shower ketika mandi. Ketika mandi, sebaiknya menggunakan
shower atau hal hal yang tidak mengakibatkan pemborosan air. Hal ini sangat perlu
diperhatikan bagi kalangan masyarakat yang biasanya mandi dengan cara
berendam. Dengan berendam, maka air yang dipakai untuk berendam tersebut akan
terbuang sia-sia, sehingga terjadinya pemborosan air dan mengurangi kelestarian
terhadap air.
15. Tidak mengambil air sumur secara berlebihan.Masyarakat saat ini ketika
mengambil atau menggunakan sumur-sumur yang ada seperti sumur resapan,
mereka mengambilnya secara sangat berlebihan tanpa memikirkan betapa
pentingnya dalam menghemat sumber air yang memberikan manfaat sumur
resapan. Sebab, jika air bersih yang ada di sumur-sumur tersebut dikuras atau
diambil secara berlebihan, maka sumber air tersebut akan berkurang dan kering,
sehingga akan terjadinya kekeringan air dan masyarakat akan kebingungan dalam
mencari air bersih.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
Air merupakan denyut nadi untuk kelangsungan kehidupan manusia. Air sangat
penting dalam memenuhi kebutuhan manusia dikarenakan kadar air tubuh manusia
mencapai 68% dan untuk tetap hidup kadar air dalam tubuh harus dipertahankan.
Pentingnya ketersediaan air bersih bagi kehidupan dan kesehatan.Jika suatu kota dapat
mencapai 100% akses air bersih, tidak hanya keberhasilan dalam menciptakan
lingkungan cerdas melalui infrastruktur perairan, namun juga keberhasilan dalam
meningkatkan kualitas kehidupan melalui penurunan kejadian penyakit diare pada anak.
Bahkan tercapaianya akses air minum yang sehat juga menjadi salah satu indikator
bahwa kota tersebut adalah kota layak anak.
3.2 Saran
1. Pemerintah Kota/Kabupaten perlu melakukan pengawasan secara teratur untuk
setiap 3 bulan sekali untuk perlindungan dan penyelamatan dalam pencemaran air.
2. Pemberian denda serta sanksi hukum kepada masyarakat dan industri yang tidak
mentaati peraturan tentang perlindungan dan penyelamatan air.
3. Perlunya penguatan peraturan daerah di setiap wilayah tentang perlindungan dan
penyelamatan air.

24
DAFTAR PUSTAKA

Antariksa, S. 2017. Smart city menuju Kota kita yang dinamis dan smart Kota yang menjadi
Impian Masyarakat.

Badan Pusat Statistik. 2015. Mewujudkan aksesibilitas air minum dan sanitasi yang aman dan
berkelanjutan bagi semua. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2016. Perkembangan beberapa indikator utama sosial-ekonomi


Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Chandra Y, Hadi MC, dan Yulianty AE. 2013. Hubungan antara keadaan sanitasi sarana air
bersih dengan kejadian diare pada balita di desa Denbantas Tabanan tahun 2013.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, 4(1):112-117.

Chola L, Michalow J, Tugendhaft A, and Hofman K. 2015.Reducing diarrhoea deaths in


South Africa: costs and effects of scaling up essential interventions to prevent and
treat diarrhoea in under- five children. BMC Public Health, 15(394):1-10.

Depkes RI. 2011. Situasi diare di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia.

Engineer Weekly. 2016. Mengelola air bersih. Dari http://pii.or.id.

Freeman, MC, Stocks, ME, Cumming O, Jeandron A, Higgins JP, Wolf J, Pruss-Ustun A,
Bonjour, S, Hunter PR, Fewtrell L, Curtis V. (2014). Hygiene and helath: systematic
review of handwashing practises worlwide and update of helath effets. Trop Med Int
Health, 19 (8): 906-916.

I Wayan Sudiarsa. 2004. Air Untuk Masa Depan. Jakarta : PT. Rieneka Cipta

Kemenkes RI. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MEN.KES/PER/IX/1990


Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.

Kemenkes RI. 2015. Profil kesehatanIndonesia tahun 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.(2015). Statistik Kementerian Lingkungan


Hidup dan Kehutanan Tahun 2014. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

KM-ITB. 2014. Apa itu GreyWater?.Diakses dari https://km.itb.ac.id/apa-itu-grey-water/.

Komariah, I. & Matsumoto, T. 2016.Investigation on the Expert Communities Awareness of


the Urban River Water Quality, Case Study of Sugutamu River, Indonesia. Journal
Sampurasun: Interdisciplinary Studies for Cultural Heritage, 2 (1), p.115.

25
Luvita, V., Sugiarto, A.T., & Wijonarko, S. 2015.Pengolahan grey water menjadi air bersih
menggunakan ozonasi dan filtrasi carbon aktif. Publikasi ilmiah PPI-KIM, LIPI-
14059: 235-242.

Mahyudin, Soemarno, & Prayogo. 2015. Analisis Kualitas Air Dan Strategi Pengendalian
Pencemaran Air Sungai Metro di Kota Kepanjen Kabupaten Malang. J-PAL, 6 (2):
105-114.

Nugroho, AR., Masduqi, A., & Widjanarko Otok, B. 2014.Aplikasi Partial Least Square
Structural Equation Modelling untuk Menilai Faktor Pencemar Air Kali Surabaya.
Jurnal Purifikasi, 14 (2): 136- 148.

Okezone Finance. 2016. Mengenal Konsep Wilayah Smart city.Diakses dari


http://economy.okezone.com/read/2016/03/22/470/1342503/mengenal-konsep wilaya
h-smart-city.

PERMEN RI Nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua dan Pemandian Umum.

PERMEN LH RI No 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah.

PAM Jaya. 2015. BUMN usulkan solusi penanganan krisis air bersih. Diakses dari
http://www.pamjaya.co.id/detail//328/this-bumn-proposed- clean-water-crisis-
solution.

Parikesit, Husodo T., Okubo S., Herwanto T., Badri, I., Gunawan, R., Megantara, E.N.,
Muhammad,D., Takeuchi, K. 2017. Urban-rural interrrelations in water resource
management: Problems and factors affecting the sustainability of the drinking water
supply in the city of Bandung, Indonesia. Sustainable Landscape Planning in Selected
Urban Regions.DOI 10.1007/978-4-431-56445-4_15.

Permatasari, AC & Sinuraya, RK. 2016. Perbaikan Sanitasi, Higienitas, dan Ketersediaan Air
Bersih dalam Pencegahan Diare.Farmaka, 4 (4): 1-16.

PP RI. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.Diakses dari
http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peraturan- pemerintah-nomor-82-
tahun-2001-tentang-pengelolaan-kualitas- air-dan-pengendalian-pencemaran-air.pdf.

Portal Sanitasi Indonesia. 2015. Sanitasi dan Sustainable Development Goals (SDGs).
Diakses dari http://www.sanitasi.or.id/?p=709.

Pruss-ustun, A., dkk. 2016. Preventing diseases through healthy environments. A global
asessment of the burden of disease from environmental risks. Switzerland: World
Health Organization.

26
Rosiana M., R., Handayani, FS.,& Qomariah, S. 2016. Strategi Pengendalian Pencemaran Air
Sungai Pepe. E-Jurnal Matriks Teknik Sipil: 562-569.

Rochmi, MN. 2016. Akses air bersih masih jauh dari target. Diakses dari
https://beritagar.id/artikel/editorial/hapuskan-perda- penyebab-ekonomi-biaya-tinggi.

Said, N.I. 1999. Kesehatan Masyarakat dan Teknologi Pengolahan Air.Diakses


darihttp://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuKesmas/BAB1.pdf.

Siregar W, Chahaya I, & Naria E. 2016.Hubungan sanitasi lingkungan dan personal hygiene
ibu dengan kejadian diare pada balita di lingkungan pintu angin Kelurahan Sibolga
Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016. Laporan Penelitian
Universitas Sumatera Utara. Diakses 31 Juli 2017, dari
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/.

TSM. 2012. Sea water RO Indonesia-RO air laut- desalinasi pengolahan air laut menjadi air
minum dan air bersih. Diakses dari http://www.tsm.or.id/products/sea-water-ro-
indonesia-ro-air-lautdesalinasi-pengolahan-air-laut-menjadi-air-minum-dan-air-
bersih.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber daya Air.

Untung, O. 2008.Menjernihkan air kotor. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.

Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian: Air Bersih, Sanitasi, & Kebersihan. Diakses
tanggal 02 Juli 2017, dari https://www.unicef.org/indonesia/id/A8_-
_B_Ringkasan_Kajian_Air_Bersih.pdf.

Unesco. 2017. Global Climate Change.Diakses dari www.unesco.org.

WHO. 2015. The Global Health Observatory.Diakses dari http://www.who.int/gho/en/.

WHO. 2016. Drinking-water. Diakses dari


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs391/en/.

WHO. 2017. Diarrhoeal Disease.Diakses dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/


fs330/en/.

Whitten, T., Soeriaatmadja, RE.,& Afiff, SA. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Alih bahasa oleh
Kartikasari, S.N, Utami, T.B, & Widyantoro, A. Jakarta: Prenhallindo.

Wendyartaka, A. 2016. Air Sungai di Indonesia Tercemar Berat. Diakses dari


http://print.kompas.com.

Wolf J, Pruss-Ustun A, Cumming O, Bartram J, Bonjour S, Caincross S, Clasen T, Colford


JM Jr, Curtis V, De France J, Fewtrell L, Freeman MC, Gordon B, Hunter PR,
Jeandron A, Johnston RB, Mausezahl D, Mathers C, Neira M, Higgins JP. (2014).
Assessing the impact of drinking water and sanitation on diarrhoeal disease in low-
and middle-income settings: systematic review and meta-regression. Trop Med Int
Health, 19 (8): 928-942.

27
Widiyanto, D. & Rijanta, R. 2012. Lingkungan kota layak anak (child- friendly city)
berdasarkan Persepsi Orangtua di Kota Yogyakarta. Jurnal Bumi Lestari, 12 (2): 211-
216.

Wrzesniewski, M. & Harrison, E. (2017). Reverse osmosis desalination: The solution to


water scarcity. University of Pittsburgh, Swanson School of Engineering.

Yung, Savitri. 2016. Pengelolaan Dan Perlindungan Air Baku Dalam Upaya Penyediaan Air
Minum Yang Berkelanjutan. Jurnal Penelitian. Magister Teknik Sanitasi
LingkunganInstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

28

Anda mungkin juga menyukai