Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

DENGUE SHOCK SYNDROM

Disusun oleh:
dr. Astari Pindi Riani

Pembimbing:
dr. Eti Sutarti

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBINONG


PROGRAM INTRENSIP
2019
BAB I
IDENTIFIKASI KASUS

1. Identitas Pasien
No. Rekam Medik : 11182966
Nama : Tn. UP
Usia : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir: Kebumen, 13-05-1991
Alamat : DK. Keburuhan RT 003 RW 001 Kab. Kebumen
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Masuk RS : 25 Maret 2019

2. Anamnesis
Keluhan utama: Demam
Pasien datang ke IGD RSUD Cibinong dengan keluhan demam. Demam
dirasakan sejak 4 hari SMRS. Demam dirasakan tiba-tiba, mendadak tinggi, dan
naik turun, dari sore ke malem. Pasien mengalami demam tinggi terus menerus
sampai 3 hari SMRS.
Keluhan demam disertai dengan nyeri kepala sejak 3 hari SMRS. Nyeri
kepala dirasakan terus menerus. Keluhan juga disertai nyeri perut dengan mual.
Pasien mengalami muntah 10x. Keluhan disertai dengan wajah memerah dan nyeri
pada badan, tangan dan kaki terasa pegal-pegal sejak 4 hari SMRS. Pasien
mengatakan jumlah air seni menjadi sedikit 7 jam terakhir.
Pasien menyangkal adanya bintik-bintik kemerahan, gusi berdarah,
mimisan, nyeri perut hebat, muntah terus menerus atau muntah darah dan BAB
hitam. Pasien menyangkal adanya nyeri saat berkemih,BAK berwarna kemerahan,
seperti teh atau kehitaman. Kulit kekuningan, mata kuning disangkal. Pasien
menyangkal adanya batuk, pilek, nyeri menelan, dan mata merah. Pasien
menyangkal adanya sesak.
Di lingkungan rumah yaitu tetangga pasien terdapat penderita demam
berdarah berjumlah 4 orang. Keluarga serumah tidak mempunyai keluhan yang
serupa atau yang meninggal karna demam berdarah. Di kamar terdapat baju
menggantung dan air menggenang pada lingkungan rumah pasien. Lingkungan
rumah tidak pernah di fogging dalam waktu dekat.
 Riwayat Pengobatan
Pasien Demam sudah pernah diobati dengan parasetamol yang dibeli sendiri
sejak 3 hari SMRS.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit dengan diagnose DBD saat 7
tahun yang lalu. Keluarga pasien menyangkal adanya keluhan yang sama.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis (tidak adekuat)
Tanda Vital:
 Tekanan darah : tidak terukur
 Nadi : tidak teraba
 Respirasi : 24 x/m
 Suhu : 36,1o C

Status Gizi
Berat Badan : 60 Kg
Tinggi Badan : 165 cm

Kulit
Ptekie (-), tidak pucat, sianosis (-), jaundice (-), vesikel (-). Uji torniquet (-)

Kepala
 Bentuk : Normosefal
 Wajah : Simetris, edema (-), deformitas (-), flushing (-),
makulo papular rash (-), vesikel (-)
 Rambut : Hitam halus, tidak mudah rontok
 Mata : Simetris, konjungtiva anemis (-/-), injeksi konjungtiva (-/-),
sklera ikterik (-/-), pupil isokor, refleks cahaya (+/+), cekung
(-/-)
 Telinga : lokasi normal, simetris, sekret (-), hiperemis (-)
 Hidung : Simetris, epistaksis (-/-), secret (-/-), PCH (-/-)

Mulut
 Bibir : tampak basah, sianosis (-)
 Mukosa : tidak ada kelainan, basah
 Lidah : Tidak ada kelainan, lidah kotor (-), tremor (-)
 Tonsil : T1/T1 normal, kripta melebar -/-, Detritus -/-
 Faring : Hiperemis (-)

Leher
 JVP : tidak meningkat
 Kel. Tiroid : tidak ada pembesaran
 KGB : tidak teraba pembesaran

Thoraks
Paru
 Inspeksi : bentuk normal, pergerakan simetris, retraksi intercostal (-)
 Palpasi : Sela iga tidak melebar
 Perkusi : Sonor pada semua lapang paru
 Auskultasi : VBS kanan=kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-), slam (-/-),

Jantung
 Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
 Palpasi : iktus kordis tidak teraba di ICS IV linea midclavikula sinistra
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : Bunyi jantung S1, S2 murni regular, murmur (-) gallop (-)

Abdomen
 Inspeksi : bentuk datar, retraksi epigastrik (-)
 Auskultasi : bising usus + 12x/m , normal
 Palpasi : lembut, nyeri tekan (+) epigastrik, hepar tidak
teraba, spleen tidak teraba
 Perkusi : timpani, pekak samping (-) shifting dullness (-), asites (-)
Ekstremitas
 Bentuk normal, deformitas (-), sianosis (-) ptekie (-)
 Akral hangat
 CRT < 2 detik
 Edema (-)

4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


25/3/2019 pukul 07.00

Pemeriksaan Hasil

Hemoglobin 20,8 g/dL

Hematokrit 63 %

Leukosit 9660 / mm3

Trombosit 25000/ mm3 (150.000-400.000)

25/3/2019 pukul 11.00

Pemeriksaan Hasil

Hemoglobin 18,2 g/dL

Hematokrit 55,1 %

Leukosit 46570 / mm3

Trombosit 26000/ mm3 (150.000-400.000)

5. Diagnosis Kerja
Dengue Shock Syndrome

6. Tatalaksana
02 3LPM
Loading NaCl 0,9% 1500 cc dalam 30 menit  Td 80/60, Nadi 140x lemah
NaCl 0,9% 1500 cc dalam 30 menit td 90/70, Nadi 120 x, lemah
Gelofusin 500cc dalam 30 menit  Td 90/60, Nadi 110x
Pasang kateter urin  produksi 500 cc dalam 4 jam
IVFD RL 30 tpm
Inj. Omeprazole 2x40mg
Inj. Ondancentron 2x 8mg
Paracetamol 3x500mg jika demam
Cek H2TL tiap 6 jam
Observasi KU, TTV, tanda perdarahan
Konsul dr. Erni Marjuny Sp.PD
Diagnosis : DSS
Rawat ICU
Ro thorax
Cek ureum, kreatinin
Konsul dr. Luki Sumaratih Sp.An
Acc untuk rawat ICU

7. Prognosis
 Quo ad vitam : Ad malam
 Quo ad functionam : Ad malam
 Quo ad sanationam : Dubia Ad malam

8. Follow Up
Tanggal Keluhan TTV Pemeriksaan Fisik Treatment

25-03- Demam (-) KU: CM PF :  02 3lpm


2019 Pusing (+) TD : 106/72 c/p: s1 s2 reg murmur -, vbs  RL 2000 / 24 jam
(ICU) Mual (+) N : 105 x/m ka=ki, rh -/- wh -/-  Omeprazol 2x40 mg
Lemas 1emah abd:nyeri tekan epigastrik  Ondancentron 2x8 mg
BAB hitam R : 24 x/m (+), defans muscular (-)  cek serial DR /12 jam
S : 36.3 C ekst: akral hangat, CRT< 2
detik, ptechiae (-)

Dx : DSS
Ur: 57
Cr 1,5
26-03-19 Nyeri perut, perut KU: CM PF : PF : Konsul dr. Erny Sp.PD
(ICU) kembung TD : 132/77 c/p: s1 s2 reg murmur -, vbs  BNO 3 posisi
Mual (+) N : 103 x/m ka=ki, rh -/- wh -/-  Konsul spesialis bedah
Lemas 1emah abd:nyeri tekan epigastrik  02 3lpm
R : 24x/m (+), defans muscular (+)  RL 2000 / 24 jam
S : 36.7 C shifting dullnes bu -  Omeprazol 2x40 mg
ekst: akral hangat, CRT< 2  Ondancentron 2x8 mg
detik, ptechiae (-) cek serial DR /12 jam
konsul dr. Brata Sp.B
Dx : DSS  Tidak didapatkan
Susp peritonitis tanda acute abdomen
atau peritonitis, terapi
Usg abdomen : sesuai Sp.PD
Koleksi cairan di rongga
abdomen

27-03-19 Demam (-) KU: CM PF :  02 3lpm


Pusing (+) TD : 125/790 c/p: s1 s2 reg murmur -, vbs  RL 1500 / 24 jam
Mual (+) N : 90 x/m ka=ki, rh -/- wh -/-  Omeprazol 2x40 mg
Lemas R : 20x/m abd:nyeri tekan epigastrik  Ceftriaxone 2x2gr
Nyeri uluhati (+) S : 36.8 C (+), shifting dullness +  Dexamethasone 2x1gr
ekst: akral hangat, CRT< 2 cek serial DR /12 jam
detik, ptechiae (-)  pindah ke ruang rawat
inap penyakit dalam
UO : 0,5cc/kg/jam
Dx: DSS + infeksi bakteri

28-03-19 Demam (-) KU: CM PF :  02 3lpm


Mual (+) TD : 110/70 c/p: s1 s2 reg murmur -, vbs  RL 1500 / 24 jam
Lemas N : 80x/m ka=ki, rh -/- wh -/-  Omeprazol 2x40 mg
R : 20x/m abd:nyeri tekan epigastrik  Ceftriaxone 2x2gr
S : 36 C (+),  Dexamethasone 2x1gr
ekst: akral hangat, CRT< 2 cek serial DR /12 jam
detik, ptechiae (-)

Dx : DSS + infeksi bakteri


29-03-19 Demam (-) KU: CM PF :  RL 1500 / 24 jam
Pusing (+) TD : 110/70 c/p: s1 s2 reg murmur -, vbs  Omeprazol 2x40 mg
Mual (-) N : 84 x/m 1 ka=ki, rh -/- wh -/-  Ceftriaxone 2x2gr
Lemas R : 24x/m abd:nyeri tekan epigastrik (-  Dexamethasone 2x1gr
Nyeri uluhati (+) S : 36. 6 C ),  cek serial DR /12 jam
Makan (+) ekst: akral hangat, CRT< 2  Aff DC
Badan terasa pegal detik, ptechiae (-)

Dx : DSS + infeksi bakteri


30-03-19 Demam (-) KU: CM PF :
Mual (-) TD : 110/70 c/p: s1 s2 reg murmur -, vbs Terapi lanjutkan
Makan (+) N : 82x/m ka=ki, rh -/- wh -/-
Pusing (+) R : 18x/m abd:nyeri tekan epigastrik (-
S : 36. 0 C ),
ekst: akral hangat, CRT< 2
detik, ptechiae (-)

Dx : DSS + infeksi bakteri


31-03-19 Demam (-) KU: CM PF : Terapi lanjutkan
Pusing (-) TD : 110/70 c/p: s1 s2 reg murmur -, vbs
Mual (-) N : 84x/m ka=ki, rh -/- wh -/-
Lemas (+) R : 18x/m abd:nyeri tekan epigastrik (-
Nyeri uluhati (-) S : 36. 6 C ),
Makan (+) ekst: akral hangat, CRT< 2
detik, ptechiae (-)

Dx : DSS + infeksi bakteri


01-04- Demam (-) KU: CM PF : BLPL
2019 Pusing (-) TD : 110/70 c/p: s1 s2 reg murmur -, vbs
Mual (-) N : 80x/m ka=ki, rh -/- wh -/-
Lemas (-) R : 18x/m abd:nyeri tekan epigastrik (-
Nyeri uluhati (-) S : 36. 2C ),
Makan (+) ekst: akral hangat, CRT< 2
detik, ptechiae (-)

Dx : DSS + infeksi bakteri


Hasil Lab darah rutin

Tanggal Jam Hemoglobin (g/dL) Hematokrit (%) leukosit (sel/mm3) Trombosit (sel/mm3)

25-03-19 18.00 20.3 61,2 8090 33000

23.45 20,1 59,3 12000 38000

26-03-19 06.00 18,8 55,7 13740 24000

18.00 17,4 51,3 19280 48000

27-03-19 07.00 15,1 45,2 21260 29000

28-03-19 06.00 14,1 41,9 31300 75000

29-03-19 06.00 13.4 40,1 29100 80.000

30-03-19 06.00 12,9 39,6 19429 72000

31-03-19 06.00 12,8 40,1 13880 78000

01-04-19 06.00 12,7 39,1 13410 92000


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dengue Hemorrahgic Fever


I. Definisi Infeksi Virus Dengue
Infeksi virus dengue merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue genus flavivirus, famili flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotype yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Manifestasi klinis berat : DEN-3, lalu DEN-2.

DHF berdasarkan WHO:

•Selama 2-7 hari


Demam akut
•Bifasik.

•Tes tourniquet (+)


•Pteki, ekimosis, atau purpura
Kecenderungan
•Perdarahan dari mukosa, perdarahan saluran
perdarahan
gastrointestinal, injection sites atau lokasi lain
•Hematemesis dan/atau melena

Trombositopenia •≤100.000/mm3

•Peningkatan Ht ≥20% diatas rata-rata usia, jenis


kelamin, dan populasi.
Plasma leakage karena
•Penurunan Ht setelah volume-replacement
peningkatan permeabilitas
treatment ≥20% dari baseline.
vascular
•Tanda-tanda plasma leakage seperti: efusi
pleura, asites, dan hipoproteinemia.
Seluruh tanda DHF + Tanda •Rapid and weak pulse
Gangguan sirkulasi •Penyempitan denyut nadi (<20mmHg)

Atau dimanifestasikan oleh •Hypotension


: •Cold, clummy skin

II. Epidemiologi
- Tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Karibia.
- Indonesia merupakan wilayah endemis DBD. Pada tahun 2003, terdapat
delapan Negara bagian Asia Tenggara dengan kasus dengue, yaitu
Bangladesh, India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Sri Lanka, Thailand dan
Timor Leste. Indonesia termasuk ke dalam jumlah terbanyak dari infeksi
dengue pada bagian Asia Tenggara dengan estimasi dari 80,065 kasus pada
tahun 2010
- Morbiditas dan mortalitas dipengaruhi oleh usia, kepadatan vektor, tingkat
penyebaran virus, dan kondisi iklim
- Berdasarkan data Provinsi Jawa Barat tahun 2012 didapatkan 19.739 kasus
dan meninggal dunia 167 orang. Kasus DBD tertinggi di Jawa Barat salah
satu nya Kota Bandung yaitu berjumlah 1.127 kasus
- Di Indonesia (berdasarkan DepKes 2014) sekitar 71.668 mengidap DHF
dan sekitar 641 orang meninggal dunia, dengan angka kejadian terbanyak
pada Provinsi Jawa Barat.

III. Etiollogi
Penyebab : Virus dengue
Virus dengueTerdiri dari 4 serotipe = DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Masing-masing serotipe memiliki genotipe sebagai berikut: DEN-1 memliki 3
genotipe, DEN-2 memiliki 2 genotipe DEN-3 memiliki 4 genotipe,dan DEN-4
memiliki 4 genotipe DEN-3 merupakan serotipe terbanyak di Indonesia. Virus
tersebut ditularkan oleh gigitan vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Tempat berkembanganya vektor nyamuk adalah air bersih terutama
pada penampungan seperti ember, ban bekas, bak mandi, kaleng dan sebagainya.
Biasanya nyamuk Aedes menggigit pada pagi dan sore hari
IV. Patogenesis
Infeksi primer virus dengue, akan mempunyai antibody yang dapat menetralisir
serotype virus yang sama (homologous)
• Limfosit B  antibodi homotipik dan heterotipik  netralisasi atau antibody-
dependent enhancement  membentuk kompleks imun  ikatan dgn reseptor di
makrofag & monosit  memudahkan virus untuk multipikasi  viremia
• Kompleks imun  aktivasi sistem komplemen  C3a dan C5a  peningkatan
permeabilitas vaskuler
• Sel T  sitokin (inflamasi dan permeabilitas) & lisis sel terinfeksi
• Kemiripan NS1 dengan komponen sel endotel & trombosit (molecular mimicry)
 penghancuran trombosit & permeabilitas vaskuler  perembesan plasma &
trombositopenia

V. Transmisi Virus Dengue


1. Vektor
Perkembangbiakan, kebiasaan mengigit, kepadatan vector lingkungan,
transportasi vector dari 1 tempat ke tempat lain.
2. Host
Terdapat penderita dengue di lingkungan / keluarga, paparan terhadap nyamuk,
usia, jenis kelamin, status imunitas.
3. Lingkungan
Curah hujan, suhu, sanitasi kepadatan penduduk

VI. Siklus Hidup Aedes Aegypti


- Telur  menetas menjadi jentik (larva) pupa nyamuk dewasa
- Perkembangannya itu dari telur sampai menjadi nyamuk yaitu sekitar 9-10
hari
- Aedes aegypti  diurnal (aktif pagi – siang hari)
- Habitat : genangan air bersih.

VII. Penularan
- Ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina.
- Nyamuk mendapatkan virus dengue sewaktu menggigit/menghisap darah
orang yang sedang demam akut.
- Setelah masa inkubasi ekstrinsik selama 8 sampai 10 hari, kelenjar air liur
nyamuk menjadi terinfeksi dan virus disebarkan ketika nyamuk yang infektif
menggigit dan menginjeksikan air liur ke pada orang lain.
- setelah masa inkubasi pada tubuh manusia selama 3-14 hari (rata-rata 4-6 hari)
sering kali terjadi rangkaian mendadak penyakit ini, yang ditandai dengan
demam, sakit kepala, mialgia, hilang nafsu makan, dan berbagai tanda serta
gejala non spesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit.

VIII. Klasifikasi
Menurut WHO 2011
Keterangan:
 Undifferentiated fever / sindrom infeksi virus
Merupakan manifestasi demam yang tidak dapat dibedakan dengan penyebab virus
lain. Demam disertai rash maculopapular, gejala saluran pernapasan, atau saluran
cerna.
 Expanded Dengue Syndrome / Isolated Organopathy
Manifestasi berat dari infeksi dengue yang dapat meliputi organ seperti hepar,
ginjal, otak, dan jantung akibat infeksi penyerta, komorbiditas, atau komplikasi dari
shock yang berkepanjangan.
 Demam Berdarah Dengue derajat III – IV disebut juga Sindrom Syok Dengue
(Dengue Shock Syndrome/DSS).
 Tekanan nadi (pulse pressure) = tekanan sistolik – diastolic
IX. Manifestasi Klinis
 Ruam (rash), demam, mialgia, sakit punggung dan gejala konstitusional lain
yang tidak spesifik seperti rasa lemah (malaise), anoreksia, gangguan rasa
kecap, mual muntah, nyeri retroorbital
 Demam umumnya timbul mendadak, tinggi (39-40 c), terus menerus (pola
demam kurva kontinyu), bifasik, biasanya berlangsung antara 2-7 hari. Pada
hari ketiga sakit umumnya suhu tubuh menurun, namun masih di atas normal,
kemudian suhu naik tinggi kembali, pola ini disebut sebagai pola demam
bifasik.
 Pada hari ke 3-4 ditemukan ruam makulopapular atau rubeliformis. Pada masa
penyembuhan timbul ruam di kaki dan tangan berupa ruam makulopapular
dan petekie diselingi bercak-bercak putih
 Pemeriksaan lab : leukosit normal, namun pada beberapa kasus menjadi
menurun
 Jumlah trombosit dapat menurun atau normal (100.000-150.000/mm3)
 Peningkatan hematokrit sampai 10%
 SGOT dan SGPT kadang meningkat

Warning sign
Klinis
 Demam turun tetapi keadaan anak memburuk
 Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
 Muntah yang menetap
 Letargi, gelisah
 Perdarahan mukosa
 Pembesaran hati
 Akumulasi cairan
 Oliguria
 Laboratorium : Hematokrit naik dengan penurunan cepat jumlah trombosit.
X. Diagnosis
1. Demam Dengue
Berupa manifestasi demam beserta gejala lainnya yang tidak diikuti oleh
kebocoran plasma / plasma leakage (tidak diikuti oleh fase kritis).
Keluhan biasanya berupa demam tinggi mendadak, dengan atau lebih dari gejala:
- Nyeri kepala
- Nyeri retroorbital
- Mialgia
- Atralgia
- Ruam
- facial flushed
- Anorexia
- Bisa disertai manifestasi perdarahan (uji tourniquet +, petechiae,
mimisan,menorrhagia, perdarahan sal.cerna)
- Leukopenia (leukosit <5000/mm3)
- Trombositopenia (trombosit <150000/mm3)
- Hematokrit naik (5-10%)

2. Demam Berdarah Dengue / Dengue Hemorrahgic Fever


Manifestasi infeksi dengue yang ditandai demam tinggi dan disertai kebocoran
plasma / plasma leakage selama 24-48 jam. Diagnosis DBD ditegakkan
berdasarkan kriteria diagnosis menurut World Health Organisation (WHO)
terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris adalah bila didapatkan 2 kriteria klinis
ditambah 2 kriteria laboratorium, seperti di bawah ini
1) Kriteria klinik, terdiri dari :
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus
selama 2-7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan uji Tourniquet positif,
petekie, ekimosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis, dan melena.
c. Pembesaran hati
d. Syok, yang ditanda dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan
nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak
gelisah.
2) Kriteria laboratoris, terdiri dari:
a. Trombositopenia (≤100.000/µl atau kurang)
b. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit ≥20%.
c. Dua kriteria pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau
peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD.
Diagnosis juga dapat ditegakkan bila dijumpai hepatomegali sebelum terjadi
perembeasan plasma, atau dijumpai tanda perembesan plasma yang lain (efusi
pleura, ascites, hypoalbuminemia).
Pada kasus shock yang disertai dengan kadar hematocrit yang tinggi dan
trombositopenia yang jelas dapat ditegakkan diagnosis Dengue Shock
Syndrome (DSS). Untuk membedakan DSS dengan shock sepsis, pada DSS
didapatkan nilai LED yang rendah (<10 mm/jam)

3) Fase perjalanan DHF


Pada DHF terdapat 3 fase perjalanan infeksi dengue, yaitu :
a. Fase demam (hari ke 1 – 3)
Disebabkan oleh viremia, dan disertai gejala berikut :
- Demam tinggi kontinua
- Facial flush
- Muntah
- Manifestasi pendarahan (+)
- Hepatomegali
- Nyeri kepala, otot, sendi, perut
b. Fase kritis (hari ke 4 – 6)
Ditandai dengan penurunan suhu tubuh (bebas fase demam) disertai
perembesan plasma yang ditandai dengan.
- Peningkatan hematocrit 10% - 20% di atas nilai dasar
- Penurunan kadar albumin >0,5 g/dL dari nilai dasar
- Ascites
- Efusi Pleura
- Dan tanda – tanda shock :
Gelisah  penurunan kesadaran, akral dingin, Nafas cepat, CRT
memanjang >3 detik, Nadi teraba lemah / tidak teraba, diuresis menurun
(<1cc/kg/jam), Tekanan nadi ≤ 20 mmHg, disertai peningkatan tekanan
diastolic
c. Fase recovery / covalescence / penyembuhan (hari ke 7 – 10)
- Plasma leakage berhenti diikuti dengan reabsorpsi cairan dan
ekstravasasi plasma, ditandai dengan diuresis dan nafsu makan yang
membaik  merupakan indikasi untuk menghentikan terapi cairan.
- Pada fase ini, bisa muncul convalescent rash yaitu berupa rash/petechie
mengelilingi daerah pucat pada kulit normal (biasanya di daerah lengan
atas, kaki bagian dorsal, tangan) dan disertai rasa gatal.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap
- hematocrit meningkat
- leukosit menurun <5000 sel/mm3
- Diff Count : neutropenia, neutrophil < limfosit
- Trombosit : DF  < 150.000 sel / mm3
DHF  < 100.000 sel / mm3
b. Antigen NS-1
Terdeteksi pada hari ke-1 demam, dan akan menurun sampai tidak
terdeteksi di hari ke 5 – 6. Berguna untuk diagnosis awal, tapi tidak
dapat membedakan dengue fever / DHF.
c. Uji serologi IgM dan IgG anti-dengue
- IgM anti dengue : dapat dideteksi pada hari ke – 5 sakit dan mencapai
puncak pada hari 10 – 14
- IgG anti dengue : dapat dideteksi pada hari ke – 14 pada infeksi primer
dan dapat dideteksi pada hari ke – 2 pada infeksi sekunder
d. Pemeriksaan radiologis

XI. Tatalaksana
Tatalaksana demam berdarah dengue berdasarkan Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam terbagi atas 5 protokol, yaitu:
1. Protokol 1 (tersangka DBD tanpa syok)
Pemeriksaan di UGD
• Indikasi rawat inap :
1. DBD dengan syok, disertai atau tidak dengan perdarahan
2. DBD dengan perdarahan masif dengan atau tanpa syok
3. DBD tanpa perdarahan masif dengan
Hb, Ht normal dengan AT < 100.000/mm
Hb, Ht yang meningkat dg trombositopenia < 150.000/mm3
Penderita dipulangkan apabila didapatkan nilai Hb, Ht dalam batas normal
dengan jumlah trombosit > 100.000/ mm3. Selama di IGD monitoring tekanan
darah, frekwensi nadi, dan pernapasan serta jumlah urin dilakukan minimal
setiap 4 jam
2. Protocol 2 (tersangka DBD di ruang rawat)
Pasien DBD tanpa perdarahan spontan dan masif, tanpa syok diberikan cairan
kristaloid
• Kebutuhan cairan perhari 1500 + {20 x (BB dlm kg – 20)} Contoh BB 55 kg
1500 + {20 x (55 – 20)} = 2200 ml
Setelah dilakukan evaluasi selama 24 jam • Bila Hb dan Hmt meningkat 10-
20% dan AT < 100 ribu, pemberian cairan tetap seperti rumus di atas evaluasi
Hb Hmt dan AT tiap 12 jam • Bila Hb dan Hmt meningkat > 20%, dan AT <
100 ribu– protokol berikut (protokol 3)
3. Protokol 3 ( DBD dengan Hmt > 20%)
Peningkatan Hmt > 20% sebanding defisit cairan 5%

4. Protokol 4 (Perdarahan spontan pada DBD)


Perdarahan spontan : epistaksis yang tak terkendali, perdarahan saluran cerna,
saluran kencing kencing, otak atau tersembunyi sebanyak 4-5 ml/kgbb/jam •
Pemeriksaan tanda vital dan jumlah urin sesering mungkin. Pemeriksaan Hb,
Hmt, AT diulang tiap 4-6 jam.
Heparin diberikan apabila ada tanda KID. Tranfusi komponen sesua indikasi.
- FFP: def. faktor pembekuan
- PRC bila Hb < 10 g/dl
- Trombosit bila perdarahan spontan dan masif, trombosit < 100 ribu
dengan atau tanpa KID
5. Protokol 5 (Tatalaksana SSD)
Angka kematian meningkat 10 x lipat. Cairan kristaloid tetap pilihan utama,
ditambah oksigenasi 2-4 L/menit. Periksa darah perifer lengkap, hemostasis,
AGD, elektrolit, ureum dan kreatinin
Target diuresis 2 ml/kgbb/jam
• KRITERIA PULANG
- Tampak perbaikan secara klinis
- Tidak ada demam selama sedikitnya 24 jam tanpa penggunaaan antipiretik
- Tidak ada distress pernapasan dari efusi pleura atau asidosis
- Hematokrit stabil
- Jumlah trombosit cenderung meningkat > 50.000 per mm3
- Melewati sedikitnya 2 hari setelah syok teratasi
- Nafsu makan membaik
- Pengeluaran urin baik

XII. Pencegahan
lakukan 4M plus seminggu sekali secara rutin:
1. Menguras
menguras wadah air yang terdapat di dalam
bangunan seperti bak mandi, tempayan,
ember, vas bunga, tempat minum burung,
perangkap semut, penampung air kulkas,
agar telur dan jemtik aedes mati.
2. Menutup
menutup semua wadah air agar telur
nyamuk aaedes tidak dapat masuk.
3. Mengubur
mengubur dan memusnahkan semua barang
yang ada di sekitar lingkungan rumah yang
dapat menampung air hujan seperti ban
bekas, kaleng pecahan botol.
4. Memantau
memantau semua tempat air yang menjadi
habitat nyamuk aaedes
PLUS :
- Tidak menggantung baju
- Beri larutan abate pada air
- memelihara ikan
- tidur memakai kelambu

XIII. Prognosis
Infeksi dengue pada umumnya mempunyai prognosis yang baik, DF dan DHF tidak
ada yang mati. Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan yang berat, shock yang
tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat dan kejang. Kematian dapat juga
disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan lingkungan bangsal rumah sakit yang
kurang bersih. Kematian terjadi pada kasus berat yaitu pada waktu muncul komplikasi
pada sistem syaraf, kardiovaskuler, pernapasan, darah, dan organ lain.
Kematian disebabkan oleh banyak faktor, antara lain :
1. Keterlambatan diagnosis
2. Keterlambatan diagnosis shock
3. Keterlambatan penanganan shock
4. Shock yang tidak teratasi
5. Kelebihan cairan
6. Kebocoran yang hebat.
7. Pendarahan masif
8. Kegagalan banyak organ
9. Ensefalopati
10. Sepsis
DAFTAR PUSTAKA

- Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi VI. 2014. Perhimpunan Dokter
Penyakit Dalam Indonesia
- Dengue Guideline for Diagnosis, Treatment, Prevention and Cotrol, WHO
2009
- Comprehensive Guideline for Prevention and Control of Dengue Hemorrhagic
Fever, WHO 2011
- Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer edisi
revisi tahun 2014. Ikatan Dokter Indonesia

Anda mungkin juga menyukai