Anda di halaman 1dari 58

Catatan :

BAB II 1. Berdasarkan buku petunjuk


praktis penyusunan BPS, Bab.2.
Minimal 10 halaman, jika ada
GAMBARAN UMUM WILAYAH data tambahan berupa peta,
table dimasukan dalam
Gambaran Umum Wilayah Kota Gorontalo lampiran saja.
2. Penomoran tabel sesuaikan
menjelaskan Kondisi Umum Kota Gorontalo yang
dengan templete yang ada, jika
mencakup : Kondisi Fisik, Kependudukan, ada table tambahan dimasukan
dalam lampiran
Administratif, Keuangan dan Perekonomian 3. Berikan penjelasan/narasi pada
setiap peta
Daerah, Penataan Ruang, Struktur Organisasi
4. Tambahkan poin 2.6. Struktur
serta tugas dan tanggung jawab perangkat daerah. kelembagaan Pemerintah
daerah. Cantumkan struktur
2.1. Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. kelembagaan pemda dan SKPD
yang terlibat dalam
Kota Gorontalo wilayah Geografisnya terletak ppsp/sanitasi
di antara 00.28’.17” – 00 35’.56” Lintang Utara dan 5. Dalam penyusunan sub bab,
template BPS dijadikan acuan
122.59’.44” Bujur Timur
Kota Gorontalo merupakan salah satu kota
yang ada di Provinsi Gorontalo. Berdasarkan letak
geografis, batas administratif kota Gorontalo
sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Tapa,
Kabupaten Bonebolango, Sebelah Timur dengan
Kecamatan Kabila dan Kecamatan Tilongkabila,
Kabupaten Bonebolango, sebelah Barat dengan
Kecamatan Telaga, Batudaa, dan Batudaapantai
Kabupaten Gorontalo sedangkan sebelah Selatan
dengan Teluk Tomini.
Setelah melalui beberapa kali proses
pemekaran kecamatan dan kelurahan, saat ini
Kota Gorontalo terdiri atas 9 (sembilan)
kecamatan dan 50 kelurahan dengan luasan
masing-masing kecamatan yaitu :
 Kecamatan Kota Barat dengan wilayah seluas
20,08 km2 atau 23,40 %

II - 1
 Kecamatan Dungingi dengan luas wilayah sebesar 4,67 km2 atau
6,33 %
 Kecamatan Kota Selatan dengan luas wilayah sebesar 2,81 km2
atau 3,55 %
 Kecamatan Kota Timur dengan luas wilayah sebesar 5,32 km2
atau 6,73 %
 Kecamatan Kota Utara dengan luas wilayah sebsar 8,02 km2 atau
10,15 %
 Kecamatan Kota Tengah, dengan luas wilayah sebesar 4,81 km2
atau 6,08 %
 Kecamatan Hulonthalangi dengan luas Wilayah sebesar 14,23
km2 atau 18,01 %
 Kecamatan Dumbo Raya, dengan luas Wilayah sebesar 14,03km2
atau 17,75 %
 Kecamatan Sipatana dengan luas wilayah :5,05 km2 atau 6.39 %
Sembilan kecamatan di Kota Gorontalo ini terbagi menjadi 50
Kelurahan di mana semua kelurahan sudah termasuk ke dalam
kategori kelurahan swakarya. Kota Gorontalao mempunyai 194
lingkungan, 280 RW dan 984 RT. Luas keseluruhan wilayah Kota
Gorontalo adalah 79.03 km2 dan terbagi ke dalam 9 kecamatan dan 50
kelurahan dengan nama kecamatan dan kelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut ini

II - 2
Tabel 1. Nama Kecamatan dan Nama Kelurahan Yang Ada di Kota
Gorontalo, Tahun 2012

1. Kecamatan Kota Selatan


a. Kelurahan Limba B
b. Kelurahan Limba U1
c. Kelurahan Limba U2
d. Kelurahan Biawu
e. Kelurahan Biawao
2. Kecamatan Kota Utara
a. Kelurahan Dulomo Selatan
b. Kelurahan Dulomo Utara
c. Kelurahan Wongkaditi Timur
d. Kelurahan Wongkaditi Barat
e. Kelurahan Dembe II
f. Kelurahan Dembe Jaya
3. Kecamatan Kota Tengah
a. Kelurahan Wumialo
b. Kelurahan Dulalowo
c. Kelurahan Dulalowo Timur
d. Kelurahan Liluwo
e. Kelurahan Pulubala
f. Kelurahan Paguyaman
4. Kecamatan Kota Timur
a. Kelurahan Heledulaa Utara
b. Kelurahan Heledulaa Selatan
c. Kelurahan Ipilo
d. Kelurahan Moodu
e. Kelurahan Padebuolo
f. Kelurahan Tamalate
5. Kecamatan Dungingi
a. Kelurahan Huangobotu
b. Kelurahan Tomulabutao

II - 3
c. Kelurahan Tomulabutao Selatan
d. Kelurahan Libuo
e. Kelurahan Tomulabutao
f. Kelurahan Tuladenggi
6. Kecamatan Kota Barat
a. Kelurahan Buladu
b. Kelurahan Buliide
c. Kelurahan Dembe I
d. Kelurahan Lekobalo
e. Kelurahan Molosifat W
f. Kelurahan Pilolodaa
g. Kelurahan Tenilo
7. Kecamatan Hulonthalangi
a. Kelurahan Donggala
b. Kelurahan Pohe
c. Kelurahan Siendeng
d. Kelurahan Tenda
e. Kelurahan Tanjung Kramat
8. Kecamatan Sipatana
a. Kelurahan Tanggikiki
b. Kelurahan Molosipat U
c. Kelurahan Tapa
d. Kelurahan Bulotadaa Timur
e. Kelurahan Bulotadaa Barat
9. Kecamatan Dumbo Raya
a. Kelurahan Bugis
b. Kelurahan Botu
c. Kelurahan Leato Utara
d. Kelurahan Leato Selatan
e. Kelurahan Talumolo

II - 4
II - 5
Kondisi Fisik

Topografi Kota Gorontalo umumnya berupa dataran rendah.

Kodisi topografi dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan

iklim. Pada tanah datar kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada

tanah yang berombak. Topografi miring mempergiat berbagai proses

erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum tanah.

Berdasarkan tingkat kemiringan lereng, wilayah Kota Gorontalo

dapat dikelompokkan kedalam 5 kelompok :

 Wilayah dengan kemiringan lereng 0 – 8% (datar), tersebar diseluruh

kecamatan, khususnya di Kecamatan Kota Utara.

 Wilayah dengan kemiringan lereng 8 – 15% (landai), tersebar di tiga

kecamatan yaitu Kecamatan Kota Barat, Kota Selatan dan Kota

Timur

 Wilayah dengan kemiringan lereng 15 – 25 % (bergelombang/

berbukit), tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kota Barat,

Kota Selatan dan Kota Timur.

 Wilayah dengan kemiringan lereng 25 – 40% (berbukit), tersebar di

tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kota Barat, Kota Selatan dan Kota

Timur.

 Wilayah dengan kemiringan lereng >40% (curam sampai sangat

curam), tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kota Barat,

Kota Selatan dan Kota Timur

Berikut ini gambar kondisi kelas lereng atau topografi Kota

Gorontalo.

II - 6
II - 7
Kondisi Curah Hujan

Curah hujan pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh

keadaan iklim, keadaan agrografi, dan perputaran/pertemuan arus

angin. Oleh karena itu, jumlah curah hujan beragam menurut bulan

dan letak stasiun pengamatan. Catatan curah hujan tahun 2011

berkisar antara 7-322 mm. Berikut adalah tabel tentang jumlah hari

hujan dan jumlah curah hujan setiap bulan.

Tabel 2. Data Jumlah Hari Hujan dan Jumlah Curah Hujan Setiap
Bulan di Kota Gorontalo.

Jumlah Hari Jumlah Rata-Rata


Bulan
Hujan (Hari) Curah Hujan Tekanan Udara

Januari 21 59 1.008,1

Februari 26 322 1.008,7

Maret 27 302 1.008,6

April 26 113 1.009,3

Mei 20 116 1.009,6

Juni 16 205 1.009,6

Juli 8 27 1.009,7

Agustus 13 7 1.010,2

September 13 44 1.010,5

Oktober 20 182 1.009,8

Nopember 22 91 1.008,9

Desember 18 186 1.008,2

II - 8
Hidrologi

Kota Gorontalo dilalui oleh 3 sungai, yaitu Sungai Bone, sungai

Bolango, dan sungai Tamalate. Pemanfaatan air sungai di Kota

Gorontalo selain digunakan utuk mengairi sawah beririgasi teknis juga

sebagian digunakan sebagai sumber baku air minum oleh PDAM dan

masih terdapat juga sebagian masyarakat yang memanfaatkannya

untuk mandi dan cuci khususnya yang bermukim di sekitar sungai-

sungai tertsebut. Berikut adalah nama dan panjang yang melintas Kota

Gorontalo.

Tabel 2...... Sungai Yang Melintasi Kota Gorontalo.

PANJANG MELINTASI LUAS AREA VOLUME TINGGI


NAMA SUNGAI
SELURUH KOTA (KM) PENGAIRAN AIR AIR (M)

(KM) (HA) NORMAL

(M3/DT)

Sungai Bone 78 3,70 35,5 104 2

Sungai Bolango 35 17,20 30 58 1,8

Sungai Tamalate 15 6,7 10 21 1,6

II - 9
II - 10
2.2 Demografi

Tabel 2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jlh Jumlah Kepadatan


No Kecamatan Penduduk % KK (Jiwa/Km2)
(Jw)
1 Kota Barat 22.222 11,29 5.435 1.107
2 Dungingi 24.533 12,46 6.240 5.253
3 Kota Selatan 23.941 12,16 7.104 8.520
4 Hulonthalango 16.920 8,58 3.855 1.188
5 Kota Timur 27.191 13,81 6.871 5.111
6 Dumbo Raya 18.453 9,37 4.570 1.314
7 Kota utara 17.879 9,08 4.429 2.229
8 Sipatana 17.865 9,07 4.437 3.538
9 Kota Tengah 27.911 14,18 5.408 5.803
Jumlah 196.897 100 48.349 2,491
Sumber : BPS tahun 2011

Jumlah Penduduk Kota Gorontalo yang paling banyak penduduknya


adalah Kecamatan Kota Tengah 27.911 (14,18%), disusul Kecamatan
Kota Timur 27.191 (13,81%) dan sementara penduduk yang paling
sedikit adalah 16.920 98,58%).

2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah

Bagian ini menjelaskan kondisi keuangan dan perekonomian


daerah meliputi : pendapatan dan belanja modal sanitasi daerah,
kapasitas keuangan daerah, kemampuan fiskal, data peta
perekonomian dan data realisasi belanja modal sanitasi setiap SKPD.

a. Pendapatan

Komponen Pendapatan Daerah terdiri atas Komponen


Pendapatan Asli Daerah; Dana Perimbangan; dan Lain-lain
Pendapatan yang sah.

Secara umum realisasi pendapatan pada setiap tahun


mengalami peningkatan, Tahun 2008 realisasi pendapatan
mencapai Rp. 388.995.262.250,- (104,56 %) Tahun 2009 sebesar
Rp 417.730.051.246,- (85,74 %), Tahun 2010 sebesar Rp

II - 11
495.568.013.464,- (89,07 %) dan tahun 2011 realisasi sebesar
Rp 573.620.195.932,-(90,35 %)

Total realisasi Pendapatan Daerah dari tahun 2008 sampai


dengan 2012 secara umum dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Realisasi Total Pendapatan 2008 - 2012

TAHUN
NO TARGET REALISASI %
ANGGARAN

1 2008 372.032.887.262 388.995.262.250 104,56

2 2009 487.222.835.891 417.730.051.246 85,74

3 2010 556.389.430.216 495.568.013.464 89,07

4 2011 634.852.421.085 573.620.195.932 90,35

5 2012 633.711.171.576 0,00

Realisasi Total Pendapatan dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

2012

2011

2010 Realisasi
Target

2009

2008

- 500,000,000,000 1,000,000,000,000

Tabel 3.2 Realisasi Total Pendapatan Tahun Anggaran 2008 – 2012

Menurut Sumber Pendapatan

NO SUMBER TARGET REALISASI %

II - 12
PENDAPATAN

PENDAPATAN
1 455.372.365.754 228.537.852.687 50,19
ASLI DAERAH

DANA
2 1.806.538.948.511 1.362.934.430.154 75,44
PERIMBANGAN

LAIN - LAIN
3 PENDAPATAN 422.297.431.765 284.441.240.051 67,36
YANG SAH

Realisasi total pendapatan menurut sumbernya dari tahun 2008


– 2012 dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

2,000,000,000,000
1,800,000,000,000
1,600,000,000,000
1,400,000,000,000
1,200,000,000,000
1,000,000,000,000 Target
800,000,000,000 Realisasi
600,000,000,000
400,000,000,000
200,000,000,000
-
PENDAPATAN ASLI DANA LAIN - LAIN
DAERAH PERIMBANGAN PENDAPATAN YANG
SAH

b. Belanja
Belanja pembangunan ditetapkan setiap tahun adalah untuk
memenuhi pembayaran gaji aparatur daerah, membiayai
kebutuhan pembangunan, penyelenggaraan pemerintahan dan
kemasyarakatan.

Target belanja pada Tahun Anggaran 2008 sebesar


Rp 423.182.900.851,- dengan realisasi sebesar
Rp 406.161.117.340,- atau 95,98 %, Tahun 2009 target belanja
sebesar Rp. 509.563.606.229,- dengan realisai sebesar Rp.

II - 13
437.117.938.192,- atau sebesar 85,78 %, Tahun 2010 target
belanja sebesar Rp. 548.241.074.274,- dengan realisasi sebesar
Rp. 451.507.819.414,- atau sebesar 82,36 %, Tahun 2011
Belanja ditetapkan sebesar Rp. 636.031.105.169,- realisasi
sebesar Rp. 569.023.524.018,- atau 89,46 %. dan Tahun 2012
Target Belanja sebesar Rp. 636.345.991.878,-

Tabel 3.2 Realisasi Total Belanja Tahun Anggaran 2008 – 2012

TAHUN
NO TARGET REALISASI %
ANGGARAN

1 2008 423.182.900.851 406.161.117.340 95,98

2 2009 509.563.606.229 437.117.938.192 85,78

3 2010 548.241.074.274 451.507.819.414 82,36

4 2011 636.031.105.169 569.023.524.018 89,46

5 2012 636.345.991.878 0,00

Tabel 2...... Nilai Inflasi Rata-Rata Tahun 2008 s.d 2012

Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

Inflasi 9,20 5,06 2,81 4,08 5,31

Pertumbuhan Ekonomi 7,43 7,49 7,6 7,68 7,78

2.4 Tata Ruang Wilayah.

Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota

Kebijakan penataan ruang wilayah kota Gorontalo merupakan


sebuah kebijakan yang terpadu dan terintegrasi dengan kebijakan

II - 14
pembangunan Kota Gorontalo. Dengan demikian kebijakan penataan
ruang Kota Gorontalo ini tidak hanya berdimensi spasial saja namun
juga merupakan kebiajakan terpadu dan terintegrasi dengan kebijakan
sektoral sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dokumen-dokumen
perencanaan baik RPJPD (Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah) maupun RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah).

Dalam RPJPD Kota Gorontalo tahun 2008 – 2027 kebijakan


pembangunan Kota Gorontalo dalam 20 tahun ke depan diarahkan
melalui formulasi visi dan misi Kota Gorontalo yaitu “Terwujudnya
Masyarakat yang Berkualitas, Maju, dan Sejahtera”, dan kemudian
dijabarkan melalui 5 (lima) misi pembangunan yaitu “Meningkatkan
Pendidikan Masyarakat, Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat,
Meningkatkan Pendapatan Masyarakat, Mewujudkan Penataan Ruang
Perkotaan Yang Berwawasan Lingkungan, dan Mewujudkan Tata
Pemerintahan Yang Baik”

Perwujudan kebijakan-kebijakan tersebut ke dalam kebiajakan


penataan ruang Kota Gorontalo dilakukan melalui kebijakan
pengembangan struktur ruang wilayah kota, kebijakan pengembangan
pola ruang wilayah kota , dan kebijakan pengembangan kawasan
strategis kota.

Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Kota

Struktur ruang wilayah kota merupakan gambaran sistem kota


Gorontalo dan jaringan infrastruktur wilayah kota sampai 20 tahun ke
depan yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota dan
melayani kegiatan skala kota. Struktur ruang kota Gorontalo
merupakan satu kesatuan dari sistem regional, provinsi dan nasional
dalam rangka mewujudkan pemerataan pertumbuhan, pelayanan dan
keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar wilayah

II - 15
dengan mempertahankan keseimbangan lingkungan dan ketersediaan
sumberdaya kota.

Dalam rencana struktur ruang kota ini akan terlihat hierarki


pusat-pusat kegiatan yang tersebar di bagian wilayah kota yang
mempunyai fungsi khusus, baik yang sesuai dengan aktivitas kegiatan
maupun kegiatan yang baru direncanakan berdasarkan potensinya,
dengan kemampuan/skala pelayanan tertentu. Pusat kegiatan kota
dengan skala pelayanan yang paling luas akan disebut pusat primer,
sedangkan yang skala pelayanannya lebih rendah akan disebut pusat
sekunder. Berdasarkan hierarki tersebut akan disusun jaringan
infrastruktur yang dapat mendukung fungsinya, sehingga rencana kota
dapat terintegrasi dengan baik.

Struktur ruang kota ini disusun atas elemen-elemen kota dalam


pusat pelayanan yang diklasifikasikan menurut strukturnya (primer,
sekunder), menurut fungsinya (pusat ekonomi, pendidikan, industri,
dan lainnya), menurut skalanya (lingkungan, kota, regional), menurut
bentuknya (perkantoran, pasar, pemukiman, dan lainnya) dan menurut
lokasinya.

Kebijakan pengembangan struktur ruang wlayah kota Gorontalo


meliputi:

- peningkatan akses pelayanan sarana-sarana kesehatan dan


pendidikan berskala regional serta pusat pertumbuhan ekonomi
kota yang merata dan berhierarki; dan
- Peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan jaringan prasarana
yang terpadu dan merata di seluruh kota.
Berdasarkan kebijakan di atas, rencana struktur ruang kota
Gorontalo akan terdiri dari rencana distribusi penduduk, rencana
sistem pusat pelayanan kota, rencana sistem jaringan transportasi, dan
rencana sistem jaringan utilitas. Sistem jaringan transportasi kota
Gorontalo, khususnya transportasi darat akan terdiri dari jalan umum

II - 16
dan jalan khusus. Sedangkan sistem jaringan utilitas kota akan terdiri
dari sistem penyediaan air minum, sistem air pembuangan, sistem
prasarana persampahan, sistem prasarana sumber daya energi, dan
prasarana telematika.

Kebijakan Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kota

Kebijakan pengembangan pola ruang wilayah kota Gorontalo


meliputi kebijakan pengembangan kawasan lindung dan
pengembangan kawasan budidaya. Rencana pola ruang wilayah kota
Gorontalo ini merupakan arahan bentuk pemanfaatan ruang wilayah
kota yang akan dituju dalam waktu 20 tahun ke depan yang
menggambarkan lokasi, ukuran, fungsi serta karakter kegiatan
manusia dan atau kegiatan alam. Rencana pola ruang kota ini sudah
akan mengkaji rencana perubahan fungsi lahan serta berbagai upaya
memenuhi target Ruang Terbuka Hijau 30 %, menghitung
kemungkinan adanya lahan cadangan pengembangan, tempat evakuasi
bencana, dan strategi pengembangan kota.

a. Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung


Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan. Rencana kawasan
lindung kota harus disesuaikan dengan tipologi kota yang
direncanakan beserta intensitas kegiatan di sekitar kawasan yang
seharusnya memiliki fungsi lindung setempat.

Pengembangan kawasan lindung di kota Gorontalo akan


meliputi:

1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya


yang meliputi Kawasan Konservasi dan Resapan Air
2. Kawasan Perlindungan Setempat
a) Sempadan Pantai
b) Sempadan Sungai

II - 17
3. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya
a) Kawasan terbuka hijau kota
b) Cagar Budaya
4. Kawasan Rawan Bencana Alam
a) Rawan Tanah Longsor
b) Rawan Banjir
c) Rawan Gerakan Tanah
d) Rawan Gelombang Pasang/Tsunami
5. Kawasan Lindung Lainnya : Sempadan Mata Air
Kebijakan pengembangan kawasan lindung kota Gorontalo meliputi:

- Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup


- Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup

b. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya


Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Rencana
pengembangan kawasan budidaya kota harus sesuai dengan muatan
masing-masing aspek perkotaan dan sosial budaya lingkungan
setempat dengan memperhatikan hal-hal yang memerlukan
penanganan khusus, seperti: kecenderungan alih fungsi lahan pada
sawah beririgasi teknis, banyaknya perumahan yang berada di
kawasan rawan banjir, dan makin punahnya bangunan tua bersejarah
karena dirobohkan untuk dijadikan fungsi budidaya lain.

Kebijakan pengembangan kawasan budidaya di kota Gorontalo


akan meliputi jenis-jenis kawasan budidaya di mana masing-masing
jenis akan memuat rencana kawasan budidaya yang lebih khusus lagi.
Pengembangan kawasan budidaya kota Gorontalo dapat dilihat pada
tabel Kawasan Budidaya berikut ini.:

II - 18
Peta Rencana Pola Ruang Kota

II - 19
Peta : Rencana Struktur Ruang

II - 20
2.5 Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya menggambarkan keadaan prasarana

pendidikan, jumlah penduduk miskin, serta kawasan kumuh yang

terdapat di wilayah Kota Gorontalo

Tabel. 2.... Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kota

NO SEKOLAH JUMLAH

1. TK 78

2. SD 112

3. SLTP 21

4. SLTA 15

5. RAUDATUL ATHFAL (RA) 11

6. MADRASAH IBTIDAYAH (MI) 11

7. MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) 8

8. MADRASAH ALIYAH (MA) 5

Tabel 2.... Jumlah penduduk Miskin

II - 21
Jumlah penduduk miskin Kota Gorontalo sebagai berikut :

JUMLAH
JUMLAH PENDUDUK
TAHUN PENDUDUK
MISKIN
( JIWA )

2007 166.325 13.489

2008 165.175 8.639

2009 170.456 9.017

2010 180.127 9.889

2011 196.897 10.573

2012

Tabel 2. Jumlah Rumah Perkecamatan

Kecamatan/ Jumlah Penduduk Jumlah Tingkat


Kelurahan Hunian

Jml Jiwa Jml KK Rumah Jiwa KK/


/ rmh
rmh

I. Kecamatan Sipatana 14.406 3.341


4.437 4,31 1,33

1 Bulotadaa Barat 4.126


990 770 5,36 1,29

2 Bulotadaa Timur 2.905


858 695 4,18 1,23

II - 22
Kecamatan/ Jumlah Penduduk Jumlah Tingkat
Kelurahan Hunian

Jml Jiwa Jml KK Rumah Jiwa KK/


/ rmh
rmh

3 Tapa 4.013 1.083


1.674 3,71 1,55

4 Molosipat U 3.362
915 793 4,24 1,15

5 Tanggikiki * * * * *

II. Kecamatan Kota 17.531 3.084


Utara 4.429 5,68 1,44

1 Dulumo 2.599
650 460 5,65 1,41

2 Dulumo Selatan 3.703


1.042 677 5,47 1,54

3 Wonggaditi Barat 2.170


529 417 5,20 1,27

4 Wonggaditi Timur 3.922


880 451 8,70 1,95

5 Dembe II 2.317
640 580 3,99 1,10

6 Dembe Jaya 2.820


688 499 5,65 1,38

III. Kecamatan Kota 26.035 5.256

II - 23
Kecamatan/ Jumlah Penduduk Jumlah Tingkat
Kelurahan Hunian

Jml Jiwa Jml KK Rumah Jiwa KK/


/ rmh
rmh

Timur 6.871 4,95 1,31

1 Heledulaa Utara 5.077


1.320 799 6,35 1,65

2 Heledulaa Selatan 3.148


868 712 4,42 1,22

3 Moodu 3.927
1.078 769 5,11 1,40

4 Tamalate 3.215
818 730 4,40 1,12

5 Padebuolo 4.107
1.056 887 4,63 1,19

6 Ipilo 6.561 1.359


1.731 4,83 1,27

IV. Kecamatan Dumbo 17.414 3.456


Raya 4.570 5,04 1,32

1 Bugis 5.142 1.063


1.351 4,84 1,27

2 Botu 1.787
461 351 5,09 1,31

3 Talumolo 5.292 1.011

II - 24
Kecamatan/ Jumlah Penduduk Jumlah Tingkat
Kelurahan Hunian

Jml Jiwa Jml KK Rumah Jiwa KK/


/ rmh
rmh

1.420 5,23 1,40

4 Leato Utara 2.572


652 511 5,03 1,28

5 Leato Selatan 2.621


686 520 5,04 1,32

V. Kecamatan Kota 22.424 4.033


Selatan 7.104 5,56 1,76

1 Limba U.I 4.669


2.551 913 5,11 2,79

2 Limba U.II 5.945


1.583 883 6,73 1,79

3 Limba B 6.659 1.130


1.455 5,89 1,29

4 Biawao 2.390
616 549 4,35 1,12

5 Biawu 2.761
899 558 4,95 1,61

VI. Kecamatan 17.835 3.007


Hulondalangi 3.855 5,93 1,28

1 Donggala 3.629

II - 25
Kecamatan/ Jumlah Penduduk Jumlah Tingkat
Kelurahan Hunian

Jml Jiwa Jml KK Rumah Jiwa KK/


/ rmh
rmh

700 461 7,87 1,52

2 Siendeng 2.603
920 888 2,93 1,04

3 Tenda 6.614
1.350 740 8,94 1,82

4 Pohe 3.827
624 641 5,97 0,97

5 Tanjung Kramat 1.162


261 277 4,19 0,94

VII. Kecamatan Kota 21.923 4.095


Barat 5.435 5,35 1,33

1 Buladu 3.408
862 670 5,09 1,29

2 Molosipat W 3.341
790 612 5,46 1,29

3 Tenilo 3.027
707 553 5,47 1,28

4 Buliide 2.429
618 540 4,50 1,14

5 Pilolodaa 1.919

II - 26
Kecamatan/ Jumlah Penduduk Jumlah Tingkat
Kelurahan Hunian

Jml Jiwa Jml KK Rumah Jiwa KK/


/ rmh
rmh

504 354 5,42 1,42

6 Lekobalo 3.604
891 635 5,68 1,40

7 Dembe I 4.195
1.063 731 5,74 1,45

VIII. Kecamatan 23.436 4.168


Dungingi 6.240 5,62 1,50

1 Tomulabutao 3.137
876 572 5,48 1,53

2 Tamulobutao 5.481 1.065


Selatan 1.490 5,15 1,40

3 Huangobotu 7.477 1.213


1.940 6,16 1,60

4 Libuo 5.416
1.448 946 5,73 1,53

5 Tuladenggi 1.925
486 372 5,17 1,31

IX. Kecamatan Kota 20.264


Tengah 5.408 4,11 1,10
4.935

II - 27
Kecamatan/ Jumlah Penduduk Jumlah Tingkat
Kelurahan Hunian

Jml Jiwa Jml KK Rumah Jiwa KK/


/ rmh
rmh

1 Paguyaman 2.703
719 416 6,50 1,73

2 Pulubala 5.023
1.331 3,77 1,00
1.332

3 Liluwo 1.141
278 881 1,30 0,32

4 Dolalowo Timur 3.301


925 850 3,88 1,09

5 Dulalowo 3.538
886 518 6,83 1,71

6 Wumialo 4.558
1.269 938 4,86 1,35

TOTAL Kota Gorontalo 181.268 35.375


48.349 5,12 1,37

2.6 Kelembagaan Pemerintah daerah

II - 28
d. Geologi dan Lahan

Keadaan Tanah dan Geologi

Tanah diartikan adalah lapisan atas bumi yang merupakan

campuran dari pelapukan batuan dan jasad makhluk hidup yang telah

mati dan membusuk. Oleh pengaruh cuaca, jasad makhluk hidup tadi

menjadi lapuk, mineral-mineralnya terurai (terlepas), dan kemudian

membentuk tanah yang subur. Tanah juga disebut lithosfer (lith =

batuan) karena dibentuk dari hasil pelapukan batuan. Berdasarkan

data yang dikumpulkan, maka jenis tanah yang terdapat di Kota

Gorontalo adalah Ordo Inceptisol. Tanah ini terbentuk pada daerah

curah hujan sedang sampai tinggi dan bisa juga di jumpai pada

sepanjang aliran sungai. Tanah golongan ini terbentang luas di seputar

garis khatulistiwa yaitu dari “Tropical of Cancer “ sampai tropical of

capricorn atau 220¬ 30” lintang selatan. berikut ini gambar sebaran

jenis tanah di Kota Gorontalo.

II - 29
II - 30
Tanah Ordo Inceptisol mempunyai sifat fisik yang baik (struktur)

tetapi berkemampuan rendah untuk menahan kations dan

membutuhkan pemberian pupuk yang agak sering. Kedalaman efektif

tanah ini mencapai 150 cm. Kedalam efektif adalah suatu keadaan

dimana akar bisa masuk sampai kedalaman tertentu untuk menyerap

unsur hara sedangkan horison A (top soil) mempunyai kedalaman 0-35

cm. tabel berikut menggambarkan informasi keadaan jenis tanah di

Kota Gorontalo berdasarkan luasan,

Tabel. 2. Sebaran Jenis Tanah Berdasarkan Luas Masing-masing


Kecamatan di Kota Gorontalo, Tahun 2012

Jenis Tanah Luas (Km2)


Kecamatan LATOSO PODSOLI
ALUVIAL Total
L K
Kota Barat 20.08
7.51 12.57 -
Kota Selatan 17.04
0.85 14.14 0.60
Kota Timur 19.35
5.66 1.37 10.95
Dungingi 4.67
2.84 0.48 -
Kota Tengah 4.81
2.06 - -
Kota Utara 13.07
4.72 - -
Jumlah (Km2)
23.64 28.56 11.55 79.03
Persentase (%) 29.91 36.14 14.61 100.00

Dari tabel di atas, jenis tanah di kota Gorontalo di dominasi oleh

jenis latosol, tersebar merata di setiap kecamatan, sebesar 36,14%.

Jenis tanah ini yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif,

warna tanah tergantung susunan bahan induknya dan keadaan iklim.

II - 31
Latosol merah berasal dari vulkan intermedier, tanah ini subur, dan

dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan. Penyebarannya di

seluruh Indonesia.

Jenis alluvial (29,91%), adalah tanah hasil erosi yang diendapkan

di dataran rendah. Ciri-ciri tanah aluvium adalah berwarna kelabu dan

subur. Tanah ini cocok untuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa,

tembakau, dan buah-buahan. Dan Jenis tanah podsolik (14,61%)

adalah jenis tanah yang terbentuk akibat pengaruh curah hujan yang

tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podsolik bercirikan miskin unsur

hara, tidak subur, dan berwarna merah sampai kuning.

b. Topografi

Topografi Kota Gorontalo umumnya berupa dataran rendah.

Kodisi topografi dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan

iklim. Pada tanah datar kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada

tanah yang berombak. Topografi miring mempergiat berbagai proses

erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum tanah.

Berdasarkan tingkat kemiringan lereng, wilayah Kota Gorontalo

dapat dikelompokkan kedalam 5 kelompok :

 Wilayah dengan kemiringan lereng 0 – 8% (datar), tersebar diseluruh

kecamatan, khususnya di Kecamatan Kota Utara.

 Wilayah dengan kemiringan lereng 8 – 15% (landai), tersebar di tiga

kecamatan yaitu Kecamatan Kota Barat, Kota Selatan dan Kota

Timur

II - 32
 Wilayah dengan kemiringan lereng 15 – 25 % (bergelombang/

berbukit), tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kota Barat,

Kota Selatan dan Kota Timur.

 Wilayah dengan kemiringan lereng 25 – 40% (berbukit), tersebar di

tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kota Barat, Kota Selatan dan Kota

Timur.

 Wilayah dengan kemiringan lereng >40% (curam sampai sangat

curam), tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kota Barat,

Kota Selatan dan Kota Timur

Berikut ini gambar kondisi kelas lereng atau topografi Kota

Gorontalo.

II - 33
II - 34
Keadaan hidrologi Kota Gorontalo disajikan dalam bentuk

gambar dan tabel, yang berisi informasi atau fakta mengenai fenomena

hidrologi (hydrologic phenomena). Data hidrologi merupakan bahan

informasi yang sangat penting dalam pelaksanaan inventarisasi potensi

sumber-sumber air, pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber air

yang tepat dan rehabilitasi sumbersumber alam seperti air, tanah dan

hutan yang telah rusak.

Fenomena hidrologi seperti besarnya : curah hujan, temperatur,

penguapan, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, debit sungai,

tinggi muka air sungai, kecepatan aliran dan konsentrasi sedimen

sungai akan selalu berubah menurut waktu. Berikut ini gambar

keadaan hidrologi Kota Gorontalo.

II - 35
II - 36
Topografi wilayah Kota Gorontalo meliputi daerah perbukitan

sampai bergunung di bagian selatan dan pendataran (pantai) di bagian

selatan yang berbatasan dengan teluk tomini. Pada bagian utara

merupakan daerah perkotaan.

Topografi, Kota Gorontalo yang datar antara 0-8%, di kecamatan

Kota Utara, termasuk dalam lahan kelas kemampuan I dan II. Lahan

kelas kemampuan I mempunyai sedikit penghambat yang membatasi

penggunaannya. Lahan kelas I sesuai untuk berbagai penggunaan

pertanian, mulai dari tanaman semusim (dan tanaman pertanian pada

umumnya), tanaman rumput, padang rumput hutan produksi, dan

cagar alam. Berikut ini tabel yang menggambarkan kelas lereng

berdasarkan luasan di Kota Gorontalo.

Tabel. 2. Sebaran Kelas Lereng Berdasarkan Luas Masing-masing


Kecamatan di Kota Gorontalo, Tahun 2012
Luas (Km2) Kelas Lereng (%)
Kecamatan 25 -
0-8 15 - 25 8 - 15 > 40 Total
40

Kota Barat 5.79 3.84 3.31 3.84 3.31 20.08

Kota Selatan 4.34 3.56 4.18 1.30 3.66 17.04

Kota Timur 7.02 3.62 3.04 1.58 4.10 19.35

Dungingi 4.67 - - - - 4.67

II - 37
Kota Tengah 4.81 - - - - 4.81

Kota Utara 13.07 - - - - 13.07

Jumlah (Km2) 39.71 11.02 10.53 6.71 11.07 79.03

Pesentase (%) 50.24 13.94 13.32 8.49 14.00 100.00

Tanah-tanah dalam kelas kemampuan I mempunyai salah satu

atau kombinasi sifat dan kualitas sebagai berikut: (1) terletak pada

topografi datar (kemiringan lereng < 3%), (2) kepekaan erosi sangat

rendah sampai rendah, (3) tidak mengalami erosi, (4) mempunyai

kedalaman efektif yang dalam, (5) umumnya berdrainase baik, (6)

mudah diolah, (7) kapasitas menahan air baik, (8) subur atau responsif

terhadap pemupukan, (9) tidak terancam banjir, (10) di bawah iklim

setempat yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman umumnya.

Lahan kelas kemampuan II memiliki beberapa hambatan atau

ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaannya atau

mengakibatkannya memerlukan tindakan konservasi yang sedang.

Lahan kelas II memerlukan pengelolaan yang hati-hati, termasuk di

dalamnya tindakan-tindakan konservasi untuk mencegah kerusakan

atau memperbaiki hubungan air dan udara jika tanah diusahakan

untuk pertanian tanaman semusim. Hambatan pada lahan kelas II

sedikit, dan tindakan yang diperlukan mudah diterapkan.

Tanah-tanah ini sesuai untuk penggunaan tanaman semusim,

tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi dan cagar

alam. Hambatan atau ancaman kerusakan pada lahan kelas II adalah

salah satu atau kombinasi dari faktor berikut: (1) lereng yang landai

atau berombak (>3 % – 8 %), (2) kepekaan erosi atau tingkat erosi

II - 38
sedang, (3) kedalaman efetif sedang (4) struktur tanah dan daya olah

kurang baik, (5) salinitas sedikit sampai sedang atau terdapat garam

Natrium yang mudah dihilangkan akan tetapi besar kemungkinabn

timbul kembali, (6) kadang-kadang terkena banjir yang merusak, (7)

kelebihan air dapat diperbaiki dengan drainase, akan tetapi tetap ada

sebagai pembatas yang sedang tingkatannya, atau (8) keadaan iklim

agak kurang sesuai bagi tanaman atau pengelolannya.

Topografi yang berbukit sampai dengan bergunung, dengan

kemiringan antara 15% sampai dengan >40% terdapat di tiga

kecamatan yaitu Kota Barat, Kota Selatan dan Kota Timur. Kelas lereng

ini termasuk pada lahan kelas kemapuan IV sampai dengan VII.

Hambatan dan ancaman kerusakan pada tanah-tanah di dalam lahan

kelas IV lebih besar dari pada tanah-tanah di dalam kelas III, dan

pilihan tanaman juga lebih terbatas.

Jika digunakan untuk tanaman semusim diperlukan pengelolaan

yang lebih hati-hati dan tindakan konservasi yang lebih sulit

diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku, saluran bervegatasi

dan dam penghambat, disamping tindakan yang dilakukan untuk

memelihara kesuburan dan kondisi fisik tanah. Tanah di dalam kelas

IV dapat digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian

dan pada umumnya, tanaman rumput, hutan produksi, padang

penggembalaan, hutan lindung dan cagar alam.

Hambatan atau ancaman kerusakan tanah-tanah di dalam kelas

IV disebabkan oleh salah satu atau kombinasi faktor-faktor berikut: (1)

II - 39
lereng yang miring atau berbukit (> 15% – 30%), (2) kepekaan erosi

yang sangat tinggi, (3) pengaruh bekas erosi yang agak berat yang telah

terjadi, (4) tanahnya dangkal, (5) kapasitas menahan air yang rendah,

(6) selama 2 sampai 5 bulan dalam setahun dilanda banjir yang

lamanya lebih dari 24 jam, (7) kelebihan air bebas dan ancaman

penjenuhan atau penggenangan terus terjadi setelah didrainase

(drainase buruk), (8) terdapat banyak kerikil atau batuan di permukaan

tanah, (9) salinitas atau kandungan Natrium yang tinggi (pengaruhnya

hebat), dan/atau (1) keadaan iklim yang kurang menguntungkan.

Tanah-tanah di dalam lahan kelas V tidak terancam erosi akan

tetapi mempunyai hambatan lain yang tidak praktis untuk

dihilanghkan yang membatasi pilihan pengunaannya sehingga hanya

sesuai untuk tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan

produksi atau hutan lindung dan cagar alam.

Tanah-tanah di dalam kelas V mempunyai hambatan yang

membatasi pilihan macam penggunaan dan tanaman, dan

menghambat pengolahan tanah bagi tanaman semusim. Tanah-tanah

ini terletak pada topografi datar tetapi tergenang air, selalu terlanda

banjir, atau berbatu-batu (lebih dari 90 % permukaan tanah tertutup

kerikil atau batuan) atau iklim yang kurang sesuai, atau mempunyai

kombinasi hambatan tersebut.

Tanah-tanah dalam lahan kelas VI mempunyai hambatan yang

berat yang menyebabkan tanah-tanah ini tidak sesuai untuk

pengunaan pertanian. Penggunaannya terbatas untuk tanaman

II - 40
rumput atau padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung,

atau cagar alam. Tanah-tanah dalam lahan kelas VI mempunyai

pembatas atau ancaman kerusakan yang tidak dapat dihilangkan,

berupa salah satu atau kombinasi faktor-faktor berikut: (1) terletak

pada lereng agak curam (>30% – 45%), (2) telah tererosi berat, (3)

kedalaman tanah sangat dangkal, (4) mengandung garam laut atau

Natrium (berpengaruh hebat), (5) daerah perakaran sangat dangkal,

atau (6) iklim yang tidak sesuai.

Lahan kelas VII tidak sesuai untuk budidaya pertanian, Jika

digunakan untuk padanag rumput atau hutan produksi harus

dilakukan dengan usaha pencegahan erosi yang berat. Tanah-tanah

dalam lahan kelas VII yang dalam dan tidak peka erosi jika digunakan

unuk tanaman pertaniah harus dibuat teras bangku yang ditunjang

dengan cara-ceara vegetatif untuk konserbvasi tanah, disamping

melalui pemupukan.

Tanah-tanah kelas VII mempunyai beberapa hambatan atau

ancaman kerusakan yang berat da tidak dapatdihiangkan seperti (1)

terletak pada lereng yang curam (>45 % – 65%), dan / atau (2) telah

tererosi sangat berat berupa erosi parit yang sulit diperbaiki.

Hidrogeologi

II - 41
Keadaan hidrologi Kota Gorontalo disajikan dalam bentuk

gambar dan tabel, yang berisi informasi atau fakta mengenai fenomena

hidrologi (hydrologic phenomena). Data hidrologi merupakan bahan

informasi yang sangat penting dalam pelaksanaan inventarisasi potensi

sumber-sumber air, pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber air

yang tepat dan rehabilitasi sumbersumber alam seperti air, tanah dan

hutan yang telah rusak.

Fenomena hidrologi seperti besarnya : curah hujan, temperatur,

penguapan, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, debit sungai,

tinggi muka air sungai, kecepatan aliran dan konsentrasi sedimen

sungai akan selalu berubah menurut waktu. Berikut ini gambar

keadaan hidrologi Kota Gorontalo.

II - 42
II - 43
Berdasarkan peta hidrogeologi daerah Kota Gorontalo dari

BPDAS Provinsi Gorontalo kondisi air tanah dan struktur geologi Kota

Gorontalo dapat diuraikan sebagai berikut: Terdapatnya air tanah dan

produksivitas akuifer (occurrence of groundwater and productivity of

aquifers).

Tabel. 4.Kawasan Hidrogeologi Berdasarkan Luas Masing-masing

Kecamatan di Kota Gorontalo, Tahun 2012

Akuifer Akuifer Akuifer produktif Akuifer


Daerah akuifer
produktif produktif sedang Produktif Luas Persentase
Kecamatan Airtanah produktif
(penyebaran kecil, (penyebaran Sedang (Km2) (%)
Langka (Setempat)
luas) (setempat) luas) (Setempat)
Kecamatan Kota Barat 0.98 3.75 - - 8.16 7.19 20.08 25.41
Kecamatan Kota Selatan 1.72 1.73 - - 7.39 6.20 17.04 21.57
Kecamatan Kota Timur 2.72 9.33 - 6.96 0.35 - 19.35 24.49
Kecamatan Dungingi 3.01 - 0.54 - 1.13 - 4.67 5.91
Kecamatan Kota Tengah 3.14 - 1.68 - - - 4.81 6.09
Kecamatan Kota Utara 2.87 - 9.09 - - 1.12 13.07 16.54
Jumlah (Km2) 14.43 14.81 11.30 6.96 17.03 14.51 79.03 100.00

Tabel di atas memberikan informasi bahwa kawasan kota

Gorontalo memiliki tipe hidrogeologi akuifer yang artinya aliran melalui

ruang antar butir (aquifers in which flowe is intergranular). Secara garis

besar dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Akuifer produktif dengan penyebaran luas, berarti:

II - 44
 Akuifer dengan keterusan sedang: muka air tanah atau tinggi

pisometri air tanah dekat atau bawah muka tanah; debit sumur

umumnya 5 sampai 10 ltr/dtk ;

 Akuifer dengan produktivitas sedang, dan penyebaran luas

berarti: akuifer dengan keterusan sedang sampai rendah; muka

air tanah beragam dari atas atau dekat muka tanah sampai lebih

dalam dari 10 m dibawah tanah, debit sumur umumnya kurang

dari 5 ltr/dtk ;

 Setempat akuifer dengan produktivitas sedang berarti: akuifer

tidak menerus, tipis dengan keterusan rendah, debit sumur

umumnya kurang dari 5 ltr/dtk.

b. Akuifer (bercelah atau sarang) dengan produktivitas rendah dan

daerah air tanah langka (aquifers (fissured or product) of poor

productivity and regions without exploitables groundwater).

 Akuifer dengan produktivitas rendah setempat berarti: umumnya

keterusan sangat rendah, setempat air tanah dangkal dalam

jumlah terbatas dapat diperoleh dilembah-lembah atau pada

zona pelapukan ;

 Daerah air tanah langka.

4.2. Profil dan Analisis Kondisi Ekonomi

II - 45
Kota Gorontalo dengan keanegaragaman suku dan budaya

yang berkembang dapat menjadikan Ibukota Provinsi Gorontalo ini

menjadi daerah yang memiliki kemampuan ekonomi yang sangat

kuat dan menjadi salah satu barometer pengukur perkembangan

dan percepatan petumbuhan ekonomi di Provinsi yang terbaru

sejak tahun 2001 yang lalu.

Hal ini dapat dilihat pada fakta perkembangan kota Gorontalo

dalam periode 10 tahun atau pasca ditetapkannya kota ini

menjadi Ibukota Propinsi sekaligus penguatan peran dan

kedudukannya sebagai Pusat layanan perdagangan dan jasa.

Berikut akan diuraikan beberapa gambaran kondisi sosial

ekonomi yang dianggap dapat memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap program pengembangan Kota Hijau (P2KH) di

Kota Gorontalo.

A. Struktur Perekonomian Masyarakat

Struktur perekonomian Kota Gorontalo selama periode tahun 2008-

2010 didominasi oleh sektor tersier sebesar 76 – 77 % dengan

kontribusi terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran

mencapai 19 – 21 %. Adapun sektor sekunder merupakan

penyumbang terbesar kedua pada stuktur perekonomian Kota

Gorontalo sebagaimana diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 1. Stuktur perekonomian Kota Gorontalo tahun 2008-2010

Kontribusi PDRB (%)

II - 46
No Kolompok Sektor 2008 2009 2010

1 Primer 6,44 6,46 6,01

a. Pertanian 5,28 5,28 5,07

b. Pertambangan & Penggalian 1,16 1,18 0,97

2 Sekunder 16,01 16,57 17,81

a. Industri Pengolahan 7,22 6,83 6,80

b. Listrik, Gas dan Air bersih 2,45 2,21 2,03

c. Bangunan 6,34 7,53 8,98

3 Tersier 77,55 76,77 76,18

a. Perdagangan, Hotel & 21,09 19,96 19.72

Restoran 14,32 14,46 19,72

b. Pengangkutan dan 12,41 12,78 13,03

Komunikasi

c. Keuangan, Persewaan & Jasa 30,00 29,77 29,02

Perusahaan

d. Jasa-Jasa

100,0 100,0 100,0

0 0 0

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo

Dengan melihat kontribusi data terkait struktur ekonomi di

atas maka penyebutan kota Gorontalo sebagai kota Perdagangan

dan Jasa memang memiliki argumentasi yang cukup kuat dimana

sektor perdagangan dan jasa-jasa yang termasuk pada sector-

II - 47
sektor tersier masih mendominasi perputaran ekonomi di daerah

ini.

Dominannya sektor tersier dibandingkan dengan sector primer

dan sekunder memang merupakan indikator perkembangan kota

sebagai Pusat Pelayanan. Peningkatan aktifitas pada sektor tersier

ini biasanya akan diikuti oleh berbagai aktifitas yang berpotensi

menimbulkan gangguan terhadap keseimbangan lingkungan bila

dibandingkan dengan aktifitas pada sektor primer dan sekunder.

Dengan demikian keberadaan Program Pengembangan Kota

Hijau (P2KH) memang sangat dibutuhkan untuk menjaga

keseimbangan dan keselarasan pembangungan dengan upaya-

upaya pembangunan berkelanjutan.

C. Gambaran PDRB Perkapita Kota Gorontalo

Yang dimaksud dengan PDRB adalah jumlah produksi

barang -barang dan jasa - jasa yang dihasilkan dalam suatu

perekonomian daerah dalam satu tahun dinilai dengan uang atau

harga pasar tahun bersangkutan (Produk Domestik Regional Bruto

curent market price).

Produk Domestik Regional Bruto dapat ditinjau dari tiga segi,

yaitu :

a. Segi Produksi

Poduk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai

produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit -

II - 48
unit produksi dalam suatu wilayah dan dalam jangka waktu

tertentu (biasanya dalam satu tahun).

b. Segi Pendapatan

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah dari nilai

balas jasa yang diterima oleh faktor - faktor produksi yang ikut

serta dalam proses produksi disuatu wilayah dan dalam jangka

waktu tertentu.

c. Segi Pengeluaran

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan

penjumlahan dari nilai pengelolaan yang dilakukan untuk

konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba,

konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto,

perubahan stok dan ekspor netto dalam suatu wilayah dan

dalam jangka waktu tertentu.

Adapun metode perhitungan produk domestik regional bruto

(PDRB) sebagaimana disampaikan oleh Laoh (2010 : 79) dapat

dilakukan atas dua metode sebagai berikut :

1. Metode Perhitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga

berlaku adalah jumlah nilai produk atau pendapatan atau

pengeluaran yang dinilai dengan harga berlaku pada tahun

bersangkutan.

a. Metode Langsung

1.) Pendekatan Produksi

II - 49
Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai

tambah dari barang dan jasa yang di produksi oleh

seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan

biaya antara dari masing-masing nilai produksi bruto

tiap-tiap sektor atau subsektor. Pendekatan ini biasa juga

disebut dengan pendekatan nilai tambah. Nilai tambah

merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa

yang dipakai oleh unit produksi dalam proses sebagai

input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan

balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya dalam proses

produksi.

2.) Pendekatan pendapatan

Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap

kegiatan ekonomi dihitung dengan jalan menjumlahkan

semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji,

surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto.

Untuk sektor pemerintahan dan usaha-usaha yang

sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak

diperhitungkan. Yang termasuk dalam surplus usaha

disini adalah bunga, sewa tanah dan keuntungan.

3.) Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada

penggunaan akhir dari barang dan jasa di dalam wilayah

kabupaten/kota. Jadi produk domestik regional bruto

II - 50
dihitung dengan cara menghitung berbagai komponen

pengeluaran akhir yang membentuk produk domestik

regional bruto tersebut.

Secara umum pendekatan pengeluaran dapat dilakukan

dengan berbagai cara sebagai berikut:

- Melalui pendekatan penawaran yang terdiri dari metode

arus barang, metode penjualan eceran dan metode

penilaian eceran

- Melalui pendekatan permintaan yang terdiri dari

pendekatan survei pendapatan dan pengeluaran rumah

tangga metode data anggaran belanja, metode balance

sheet dan metode statistik perdagangan luar negeri.

b. Metode Tidak langsung (metode alokasi)

Yang dimaksud dengan metode alokasi pendapatan regional

provinsi adalah menghitung pendapatan regional

kabupaten/kota dengan cara mengalokir angka pendapatan

regional provinsi untuk tiap-tiap kabupaten/kota dengan

menggunakan alokator tertentu.

Alokator yang dapat dipergunakan dapat didasarkan atas :

1. Nilai produksi bruto atau neto

2. Jumlah produksi fisik

3. Tenaga kerja

4. Penduduk

II - 51
Alokator lainnya yang dianggap cocok untuk daerah

tersebut.

2. Metode Perhitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Perkembangan produk domesrik regional bruto atas dasar

harga berlaku dari tahun ke tahun menggambarkan

perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam

volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan

perubahan dalam tingkat harganya. Oleh karenanya untuk

dapat mengukur perubahan volume produksi atau

perkembangan produktivitas secara nyata, faktor pengaruh

atas perubahan harga perlu dihilangkan dengan cara

menghitung PDRB atas dasar harga konstan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga

konstan adalah nilai produk atau pendapatan atau

pengeluaran yang dinilai atas harga yang tetap, yaitu harga

pada tahun yang dijadikan tahun dasar.

Perhitungan atas dasar harga konstan ini berguna antara

lain dalam perencanaan ekonomi, proyeksi dan untuk menilai

pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral.

Produk domestik menurut lapangan usaha atas dasar harga

konstan apabila diakitkan dengan data mengenai tenaga kerja

dan barang modal yang dipakai dalam proses produksi dapat

memberikan gambaran tentang tingkat produktivitas dan

II - 52
kapasitas produksi dari masing-masing lapangan usaha

tersebut.

Berikut akan digambarkan PDRB perkapita kota Gorontalo dari

tahun 2008-2010 sebagai berikut :

Tabel 2. Perkembangan PDRB Perkapita Kota Gorontalo tahun

2008-2010

(Dalam Rupiah).

No PDRB 2008 2009 2010

1 ADHB 7.038.212,86 7.848.830,13 8.856.796,15

2 ADHK 3.153.578,26 3.284.782,79 3.344.679,53

Sumber, Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo

Melihat tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa PDRB perkapita

menurut harga berlaku (ADHB) setiap tahun meningkat rata-rata

pertahun 7,9 % dan kalau PDRB perkapita menurut harga konstan

meningkat rata-rata pertahun 3,2 %.

Dalam skala kota Gorontalo, peningkatan PDRB ini akan banyak

ditentukan oleh perkembangan investasi, meningkatnya transaksi

ekonomi, Hal ini sangat jelas pada setiap tahun dan dengan

berkembangnya nilai investasi masyarakat yang akan terjadi pada

upaya peningkatan Program Pengembangan Kota Hijau terutama

disekitar lokasi dan kepada para kolompok komunitas kota hijau

yang banyak memanfaatkan lokasi RTH secara pasti akan

II - 53
menaikkan PDRB Kota Gorontalo dari berbagai sektor ekonomi yang

ada dan tersebar diseluruh kecamatan di Kota Gorontalo.

D. Perkembangan Jumlah Penduduk

Perkembangan penduduk menjadi faktor pendorong maupun

penghambat pembangunan. Ia dipandang sebagai faktor pendorong

karena :

1. Perkembangan itu dapat memungkinkan pertambahan jumlah

tenaga kerja dari masa ke masa. Pertambahan penduduk dan

pemberian pendidikan bagi mereka sebelum menjadi tenaga kerja

memungkinkan sesuatu masyarakat memperoleh ketrampilan

disamping tenaga kerja yang ahli akan tetapi yang terampil,

terdidik dan entrepreneur yang berpendidikan.

2. Perkembangan penduduk berdampak perluasan pasar. Luas

pasar barang dan jasa ditentukan oleh dua faktor yaitu

pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk. Maka apabila

penduduk bertambah dengan sendirinya luas pasar juga

bertambah pula, hal ini mendorong perkembangan sektor

produksi untuk meningkatkan kegiatannya kemudian teknologi

juga meningkat.

Penduduk juga menjadi penghambat pembangunan adalah

apabila sektor produksi sangat rendah dan dalam masyarakat

terjadi pengangguran. Dengan demikian pertambahan penduduk

tidak akan menaikkan produksi secara siknifikan bahkan masalah

II - 54
pengangguran akan bertambah dan akhirnya produktifitas rendah

dan hasil pertanian akan lebih berkurang serta pendapatan

perkapita akan lebih rendah yang terus berakibat pada tingkat

tabungan, penanaman modal, pembagian pendapatan semakin

menurun dan pembangunan akan lebih berkurang pula.

Dengan melihat uraian tentang masalah kependudukan maka

di Kota Gorontalo hal ini masih memberikan kekuatan bagi

pembangunan dan belum memberikan faktor penghambat bagi

pembangnuan di daerah tetapi pendidikan perlu ditingkatkan. Maka

berikut diuraikan jumlah penduduk dengan luas wilayah serta

dapat diketahui tingkat kepadatannya adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Keadaan Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota

Gorontalo

Luas Jlh Kepadatan


No Kecamatan Areal % Penduduk % (Jiwa/Km2)
(Km2) (Jw)
1 Kota Barat 20,08 25,41 22.222 11,29 1.107
2 Dungingi 4,67 5,91 24.533 12,46 5.253
3 Kota Selatan 2,81 3,56 23.941 12,16 8.520
4 Hulonthalango 14,23 18,01 16.920 8,58 1.188
5 Kota Timur 5,32 6,73 27.191 13,81 5.111
6 Dumbo Raya 14,03 17,77 18.453 9,37 1.314
7 Kota utara 8,02 10,15 17.879 9,08 2.229
8 Sipatana 5,05 6,39 17.865 9,07 3.538
9 Kota Tengah 4,81 6,09 27.911 14,18 5.803
Jumlah 79,03 100 196.897 100 2,491
Sumber Data, BPS Kota Gorontalo, 2011

II - 55
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa kecamatan

terluas dari 9 kecamatan adalah Kec. Kota Barat berkisar 20,08

Km2 atau 25,41 % dari luas Kota Gorontalo, Kec. Hulonthalangi

14,23 Km2 atau 18,01 % dari luas kota Gorontalo, Kec. Dumbo

Raya 14,03 Km2 atau 17,77 % dari Luas Kota Gorontalo dan yang

paling terkecil adalah kec. Kota Selatan hanya 2,81 Km2 atau 3,56

% dari luas kota Gorontalo.

Kemudian kalau dilihat dari jumlah penduduk adalah Kec.

Kota Tengah merupakan yang terpadat penduduknya berkisar

27.911 jiwa atau 14,18 % dari keseluruhan jumlah penduduk kota

Gorontalo dengan tingkat kepadatan rata-rata perkilometer adalah

5.803 Jiwa sedangkan kec. Hulondtalangi 16.920 Jiwa atau 8,58 %

dari jumlah penduduk dengan tingkat kepadatan berkisar 1.188

jiwa perkm2.

Kalau dilihat dari luas wilayah dengan jumlah penduduk

sekota Gorontalo telah menunjukkan bahwa ada Kec. yang paling

kecil luasnya memiliki tingkat kepadatan penduduk berkisar 8.520

jiwa perkilometer. Dan ada kec. yang terluas memiliki tingkat

kepadatan hanya berkisar 1.107 jiwa perKm2.

Tetapi yang perlu dipertimbangkan ratio jumlah penduduk dan

luas wilayah tersebut dan perolehan penciptaan ruang terbuka

hijau harus memenuhi 30 % tersedia RTH sehingga pemanfaatan

keperluan udara sejuk, untuk rekreasi dan lain sebagainya dapat

II - 56
dinikmati dengan oleh berbagai kelompok Komunitas Hijau yang

ada di Kota Gorontalo.

E. Tingkat pendidikan masyarakat

B. JUMLAH SEKOLAH, GURU DAN SISWA DI KOTA GORONTALO TAHUN 2010

JUMLAH
NO. JENJANG PENDIDIKAN GURU
GEDUNG MURID
PNS NON PNS
1 TK 78 156 88 4.830
2 SD 112 1.327 120 20.948
3 SLTP 21 591 53 8.419
4 SLTA 15 464 81 9.239

C. JUMLAH SEKOLAH, GURU DAN SISWA KEAGAMAAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2010

JUMLAH
NO. JENJANG PENDIDIKAN GURU
GEDUNG MURID
PNS NON PNS
1 RAUDATUL ATHFAL (RA) 11 21 49 749
2 MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) 11 176 48 1.375
3 MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) 8 117 10 1.866
4 MADRASAH ALIYAH (MA) 5 129 14 899
Salah satu indiKator kesuksesan suatu program adalah

sejauhmana dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan

program tersebut. Selanjutnya dukungan tersebut akan terwujud

bilamana masyarakat memiliki pemahaman terhadap manfaat

program tersebut tidak hanya manfaat bagi individu dan bersifat

jangka pendek atau sesaat tetapi lebih penting lagi bahwa program

ini dapat member manfaat bagi orang banyak dan untuk jangka

waktu yang panjang. Dari aspek inilah tingkat pendidikan

masyarakat menjadi sangat menentukan karena masyarakat

II - 57
dengan tingkat pendidikan yang lebih baik akan dapat lebih

mudah memahami dan memberikan dukungan terhadap program

Pengembangan Kota Hijau ini.

Lebih jauh capaian indikator pembangunan dibidang

pendidikan di Kota Gorontalo dapat ditunjukkan pada tabel

sebagai berikut :

Tabel 4. Capaian Indikator Pembangunan dibidang Pendidikan

Tahun
No Indikator 2008 2009 2010 2011
1 Angka Melek Huruf 93,50 93,61 94,55 99,97
2 APK SD/MI 127,67 120,04 117,87 118,71
3 APK SMP/MTS 108,21 107,17 115,92 115,97
4 APK 110,27 111,57 111,82 111,92
SMA/SMK/MA
5 APM SD/MI 101,59 98,16 101,54 100,0
6 APM SMP/MTS 81,09 87,26 94,27 94,36
7 APM 71,98 66,98 73,16 74,08
SMA/SMK/MA
8 APS SD/MI 0,07 0,02 0,0 0,00
S9 APS SMP/ MTs 2,00 0,57 0,57 0,33
u10 APS 1,08 1,39 1,39 0,60
m SMA/SMK/MA
ber data : Dinas Pendidikan Kota Gorontalo tahun 2012

II - 58

Anda mungkin juga menyukai