Dosen Pembimbing:
Oleh:
RINI SAFITRI
1841313022
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Defenisi
Bagian ginjal yang sering diserang oleh bakteri ini adalah medula ginjal
(bagian yang digunakan untuk membuat pekat urine). Akibat dari serangan
bakteri ini, urine penderita jadi kurang pekat. Penyebab lainnya adalah
kurangnya suplai darah ke ginjal. Keadaan ini dipengaruhi karena arteri dan
penderita gagal ginjal kronis ini gejala yang ditimbulkan adalah tidak
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
kronik sekitar 10% ) per tahun. Bedasarkan data dari pusat Nefrologi
2. Etiologi
Dari data yang dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry ( IRR ) pada
gagal polikistik ( 10% ). Faktor resiko penyakit ginjal kronik, yaitu pada
lebih dari 50 tahun dan individu dengan riwayat penyakit diabetes mellitus,
hipertensi dan penyakit ginjal dalam keluarga Gagal ginjal kronik juga bisa
a. Glomerululonefritis
Berdasarkan sumber terjadinya kelainan, glomerulonefritis dibedakan
amiloidosis.
b. Diabetes mellitus
c. Hipertensi
antihipertensi.
d. Ginjal Polikistik
Kista adalah suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi cairan atau
material semisolid. Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat
2010).
3. Patofisiologi
Patofisiologi gagal ginjal kronis dimulai pada fase awal gangguan,
masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai
fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal
alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan
nefron yang tidak berfungsi menigkat, maka ginjal tidak mampu menyaring
urine. Pada tahap ini glomerulus menjadi kaku dan plasma tidal dapat
difilter dengan mudah melalui tubulus, maka akan terjadi kelebihan cairan
ginjal dapat mengeluarkan sedikitnya 20-30 mEq natrium setiap hari atau
dapat meningkat sampai 200 mEq per hari. Nefron menerima kelebihan
urine secara normal. Terjadi penahana cairan dan natrium, yang dimana
menumpuk di dalam darah, gejala yang disebut uremia, akan timbul. Gejala
uremia antara lain letargi, anoreksia, mual, dan muntah, kram otot, dan lain-
lain.
Kadar BUN dan kreatinin pun juga menjadi tinggi, dan kadar zat-zat ini
maka nefron yang tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga
nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus
dari sirkulasi sehingga akan terjadi sindrom uremia berat yang memberikan
(Wijayaningsih, 2013) :
a. Kardiovaskuler
1) Hipertensi
2) Pitting edema
3) Edema periorbital
b. Pulmoner
1) Krekel
2) Nafas dangkal
3) Kusmaul
c. Muskuloskeletal
1) Kram otot
3) Fraktur tulang
4) Foot drop
d. Gastrointestinal
2) Perdarahan saluran GI
4) Konstipasi/diare
e. Integumen
3) Pruritus
4) Ekimosis
f. Reproduksi
1) Amenore
2) Atrofi testis
penurunan cadangan ginjal. Pada stadium ini kreatinin serum dan kadar
dapat diketahui dengan test pemekatan kemih dan test Laju Filtrasi
ginjal, pada stadium ini, 75% lebih jaringan yang berfungsi telah rusak,
LFG besarnya 25% dari normal, kadar BUN dan kreatinin serum mulai
malam hari sampai 700 ml dan poliuria (akibat dari kegagalan pemekatan),
3) stadium III, dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia, sekitar
90% dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau hanya sekitar 200.000
nefron saja yang masih utuh dan nilai LFG hanya 10% dari keadaan
normal.
6. Penatalaksanaan
Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar (250- 1000 mg/hr) atau
c. Kontrol Hipertensi.
Bila tidak dikontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal jantung
lebih ketat.
7. Komplikasi
(2001) yaitu :
rennin-angiostensin-aldosteron
a. Identitas pasien
c. Riwayat kesehatan
mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, dan gatal pada
kulit.
8. Kebutuhan dasar
waktu sebelum dan sedang dirawat saat ini. Pada penyakit gagal
2) Tidur
Kaji kualitas tidur pasien yang biasanya terganggu oleh tanda dan
gejala dari penyakit gagal ginjal kronis seperti mual, muntah, nyeri
3) Mandi
Kaji kebersihan tubuh, berapa kali mandi dalam sehari, memakai
4) Eliminasi
5) Aktifitas pasien
9. Pemeriksaan fisik
Tinggi badan dan berat badan pasien dapat diukur atau ditimbang
badan.
2) Tingkat kesadaran
pusat.
3) Tanda-tanda vital
dengan bau urine ( fetor uremik ) sering didapatkan pada fase ini.
4) Rambut
5) Mulut
6) Leher
di leher.
8) Abdomen
sulit BAB.
9) Genetalia
kencing, urine sedikit, urine tidak ada pada gagal ginjal, perubahan
warna urine.
10) Ekstermitas
petekie, area ekimosis pada kulit, kuku rapuh kusam serta tipis,
1) Urine
(a) Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine
tidak ada.
(c) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010
(e) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsobsi natrium.
azotemia.
amino esensial.
(h) Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg, sering sama
dengan urin.
3) Pemeriksaan radiologik
(a) Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney, ureter dan
ekstravaskuler, masa
selektif).
penyebararn tumor).
berlebih
integumen ureum pada jaringan kulit, kulit kering dan pecah, berlilin,
memar.
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1 Gangguan 1. Urinary elimination Elimination urine
eliminasi Kriteria Hasil : 1. Monitor eliminasi urin,
urine a. Pola eliminasi termasuk frekuensi,
b. Bau urin konsistensi, bau, volume, dan
c. Jumlah urin warna yang sesuai
d. Warna urin 2. Catat waktu eliminasi urin
e. Frekuensi urin terakhir yang sesuai
2. Urin continue 3. Anjurkan pasien/keluarga
Kriteria Hasil : untuk mencatat output urinyang
a. Keinginan sesuai
berkemih 4. Bantu pasien dengan
b. berkemihdiwada pengembangan toileting
hyang tepat Urine continue
c. lingkungan yang 1. Identifikasi output urin,
bebas hambatan penyebab yang membatalkan
untuk ke toilet pola berkemih, fungsi kognitif,
d. pengosongan masalah kencing ada
kandung kemih sebelumnya
e. jumlah intake 2. Berikan privasi untuk eliminasi
cairan 3. Jelaskan etiologi masalah dan
pelaksanaan untuk tindakan
4. Pantau eliminasi urine,
termasuk frekuensi,
konsistensi, bau, volume, dan
warna.