disebutkan secara tegas, baik dalam Al quran maupun Hadits. Namun demikian,
jika ditelusuri, maka akan didapatkan beberapa kata atau istilah yang mengandung
unsur persamaan makna dengan korupsi. Salah satunya disebut dengan istilah
ghulul.
Al Quran surat Ali Imran: 161 misalnya menyebutkan bahwa kata al-ghulul,
ghulul akan mendapatkan balasan yang diberikan oleh Tuhan pada hari kiamat.
walaupun ada beberapa riwayat pula yang menunjukan pada kasus perang Badar.
Terdapat banyak ulama tafsir yang memberikan penjelasan tentang ayat ini,
misalnya imam al-Maraghi dalam tafsirnya, menjelaskan bahwa kata ghulul dalam
orang lain dengan cara diam-diam atau sembunyi-sembunyi, atau dapat juga
diumpamakan dengan mencuri sesuatu. Awalnya, dipahami bahwa makna ini sering
1
Pada periode kenabian, Rasulullah sebenarnya telah memperluas
penggunaan makna ghulul menjadi dua bentuk, yaitu pertama, komisi, maksudnya
adalah perilaku mengambil sesuatu penghasilan di luar gaji yang telah diberikan
'amalin farazaqnahu rizqan fama akhadza ba'dza dzalika fahuwa ghulul (Siapa saja
yang aku angkat dalam satu jabatan kemudian aku berikan gaji, maka sesuatu yang
pemberian yang diperoleh seseorang karena jabatan yang melekat pada dirinya.
Dalam konteks ini Rasulullah bersabda: "Hadiah yang diterima para pejabat adalah
korupsi(ghulul)".
Wajar saja kalau sejarawan dunia Lord Acton dalam suratnya kepada Bishop
bahwa: power tends to corrupt, and absolut power corrupts absolutely, bahwa
kekuasaan cenderung untuk korupsi dan kekuasaan yang absolut cenderung korupsi
absolut.
Ulama lain yang juga menanggapi dan menjelaskan tentang ayat ini adalah
Ibnu Katsir. Dia menyebutkan bahwa maksudnya adalah rumusan konsep tentang
berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Karenanya, ayat ini memiliki latar
2
belakang historis sebagai berikut: Pertama, Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu
Abbas, dia berkata: Umat Islam telah kehilangan qathifah (permadani) dalam
mengambilnya". Karena peristiwa ini, maka Allah mewahyukan ayat ini dalam
berkenaan dengan qathifah (permadani) merah yang hilang dalam perang Badar,
Meskipun ghulul dianggap sebagai kata kunci awal, merupakan akar atau
asal mula kata korupsi yang paling mudah untuk memahami perbuatan korupsi
dalam sejarah Islam, namun demikian, dalam teks-teks keislaman masih memiliki
hasanah kata-kata lain yang dapat dianggap semakna atau perlu awasan makna,
seperti pertama, risywah (bermakna upah, komisi, hadiah atau suap) yang dimuat
dalam surah al-Maidah ayat 42. Kedua, Ghasab (mengambil sesuatu secara dzalim).
Ketiga, Sariqah (pencurian), untuk pemotongan tangan ini, para ulama berbeda
pendapat.Ada yang mejadikannya sebagai sesuatu yang final ada yang menganggap
hukuman itu hanyalah upaya adaptasi hukum yang ada di Arab dalam Alquran.
Buktinya, Umar bin Khattab tidak melakukan pemotongan tangan terhadap orang
yang mencuri. Hal ini dilandasi dengan adanya al-Hadd al-A'la dan al-Hadd al-
Adna. Keempat, hirabah (perampokan), dalam Alquran tidak ada definisi tentang
3
Sebagaimana yang disebutkan dalam al-Maidah ayat 33-34. Semua kata-
kata tersebut di atas merupakan akar yang dapat diberi makna yang sama yaitu
korupsi. Melihat sanksi masing-masing, baik ghulul, ghasab, risywah, sariqah, dan
hirabah dengan sanksi kepada masing-masing pelaku yang variatif dan juga sanksi
Semua kata-kata ini juga memiliki satu orientasi yang tertuju kepada satu
karakter, yaitu fasad (kehancuran) yang tiada lain merupakan makna etimologi dari
korupsi. Oleh sebab itu, korupsi bukan hanya menghancurkan generasi tua tetapi
juga bibit-bibit generasi yang akan datang. Karenanya, hal yang perlu dilakukan
tiada lain adalah tinggalkan dan jauhi korupsi, karena dapat membuat kerusakan di
4
Daftar Pustaka
Qaradhawi, Muhammad Yusuf. 1980. Halal dan Haram Dalam Islam. terj.