Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Cacingan merupakan masalah kesehatan yang diakibatkan oleh cacing parasit

dengan angka kejadian yangi tinggi, tidak mematikan, tetapi menggerogoti kesehatan

tubuh secara perlahan – lahan, sehingga berakibat menurunya berat badan, kondisi gizi dan

kesehatan. Cacingan merupakan salah satu penyebab anemia yang berdampak

mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas manusia. Meskipun cacingan jarang

menyebabkan kematian secara langsung, kecacingan yang berat dan menahun akan

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik serta mental pada anak.(Akhsin Z.

2010). Kelompok usia yang beresiko terhadap infeksi kecacingan adalah anak pra sekolah,

anak usia sekolah, wanita usia subur,orang dewasa dan beberapa pekerjaan yang beresiko

tinggi seperti pemulung, penambang dan petani(4). Infeksi ini merupakan penyakit

lingkungan yang masih banyak di temukan di indonesia, terutama jenis cacing yang di

tularkan melalui tanah atau yang sering di sebut Soil Transmitted Helminths (STH) (2).

Soil Transmitted Helminths (STH) .STH yang sering di temukan adalah Ascaris

lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Tricuris trichiura, dan

Strongiloides, stercoralis (WHO. 2016).

Usaha pencegahan, pemberantasan dan pengobatan telah banyak dilakukan oleh

berbagai pihak, tetapi angka kecacingan pada anak masih tinggi. Keadaan ini sebagian

besar disebabkan karena terjadinya reinfeksi, karena banyak masyarakat terutama pada

anak anak yang masih berprilaku kurang sehat dikarenaakan kurangnya pengetahuan

pada orang tua tentang pencegahaan cacingan (Tjitra,1991). Karena itulah peran ibu
sangat diperlukan, apalagi perilaku ibu yang masih kurang baik dalam membiasakan anak

untuk mencuci tangan, dan menjaga kebersihan sehingga dapat menyebabakan anak

terkena infeksi parasit salah satunya yaitu penyakit cacingan (Solikhin,2011).

Justifikasi (angka kejadian)

Saat ini penyakit kecacingan telah menginfeksi lebih dari 24% penduduk dunia yang

tersebar di negara tropis dan subtropis termasuk asia tenggara (WHO 2016).prevalensi

penyakit kecacingan ini di indonesia juga masih tinggi yaitu sekitar 20 – 86 %

bervariasi di masing - masing daerah dengan rata – rata 30%(jendral pp 2015). Angka

kajadian pada anak anak sekolah dasar pada tahun 2003 sebesar 33% sedangkan pada

tahun 2004 penyakit ini meningkat sampai 46,8% (DEPKES RI,2004). Pada tahun

2005, survei infeksi kecacingan di beberapa sekolah dasar menunjukan angka

prevalensi sekitar 60 – 80 %(DEPKES RI, 2005). Prevalensi STH di Indonesia pada

tahun 20012 adalah 22,6% dengan nilai tertinggi di Kabupaten Gunung Mas

Kalimantan Tenggah dan Kabupaten lebak sebesar 62 % (KEMENKES RI, 2012).

Menurut, (WHO,2013) target pada tahun 2020 adalah mengurangi 75% (± 837 juta)

anak yang terinfeksi kecacingan di daerah endemik. Keadaan ini mungkin terjadi

karena reinfeksi cacing di sekolah atau di rumah masih tinggi, karena pengetahuan dan

sikap orang tua, murid dan guru terhadap pencegahan penyakit cacing ini masih

kurang(Supargio, Dkk 2008). Anak bisa menderita cacingan jika ibu tidak

memperhatikan anak- anaknya.


Kronologi

Penyakit infeksi cacingan berkaitan erat dengan masalah personal hygene dan

sanitasi lingkungan. Di indonesia masih banyak penyakit cacing yang yang

penyebabnya adalah kebersihan perorangan yang masih kurang. Kebanyakan penyakit

ini ditularkan melalui tangan yang kotor. Kuku tangan yang kotor dan panjang.

Makanan yang terkontaminasi dan kurangnya menjaga kebersihan anus.

Perilaku anak BAB tidak dijamban atau di sembarang tempat menyebabkan

pencemaran tanah dan lingkungan oleh tinja yang berisi telur cacing. Penyebaran

infeksi kecacingan tergantung dari lingkungan yang tercemar tinja yang mengandung

telur cacing. Infeksi pada anak sering terjadi karena menelan tanah yang tercemar telur

cacing atau melalui tangan yang terkontaminasi telur cacing. Penularan melalui air

sungai juga dapat terjadi, karena air sungai sering digunakan untuk berbagai keperluan

sehari-hari, Perilaku anak jajan di sembarang tempat yang kebersihannya tidak dapat

dikontrol oleh orangtua dan tidak terlindung dan dapat tercemar oleh debu dan kotoran

yang mengandung telur cacing, hal ini dapat menjadi sumber penularan infeksi

kecacingan pada anak. Selain melalui tangan, transmisi telur cacing juga dapat melalui

makanan dan minuman, terutama makanan jajanan yang tidak dikemas dan tidak

tertutup rapat. Telur cacing yang ada ditanah/debu akan sampai pada makanan tersebut

jika diterbangkan oleh angin atau dapat juga melalui lalat yang sebelumnya hinggap di

tanah/selokan, sehingga kaki-kakinya membawa telur cacing tersebut,

terutama pada jajanan yang tidak tertutup. (Astuty dkk, 2012)


a. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang kumuh sangat mendukung dalam penyebaran penyakit kecacingan.

Lingkungan yang tidak higiene dapat memperrmudah Perkembang biakkan telur

cacing menjadi infektif, tanah yang gembur serta lingkungan yang tidak tertata dengan

rapi dapat memperbesar peluang penyebaran cacing.

b. Faktor Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

Faktor sanitasi lingkungan dan higiene perorangan dapat memepermudah penularan

infeksi cacing usus.

Dampak yang di timbulkan apabila ibu tidak berperilaku baik terhadap pencegahan

cacingan pada anak adalah terkait dengan pola asuh dan faktor lingkungan. Jika pola

asuhnya tidak tepat dan lingkungannya kotor maka dapat meningkatkan angka kejadian

kecacingan pada anak meningkat serta yang di timbulkan dari penyakit kecacingan ini

dapat mempengarui kecerdasan,pertumbuhan, perkembagan serta mental pada anak-

anak (Akzin Z. 2010).

Penyelesaian

DEPKES RI (2006), Mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar sangat rentan dan

tertinggi terinfeksi cacing yang penularannya dari tanah. Hal itu disebabkan karena

anak pasa usia seklah dasar sering melakukan kontak langsung dengan tanah. Kasus

cacingan terbanyak dari jenis cacing Ascariasis (Faridan, 2013)

Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peran ibu dalam
pencegahan cacingan (Helminthiasis) pada Anak di Wilayah Puskesmas Kepung,
Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
1.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalah dalam

penelitian ini adalah “ gambaran peran ibu dalam pencegahan cacingan pada anak di

Puskesmas Kepung, Kabupten Kediri

1.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tentang gambaran peran ibu dalam pencegahan kecacingan pada

anak di UPTD Puskesmas kepung.

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah informasi dan wawasan tentang peran ibu dalam

pencegahan cacingan pada anak.

1.3.2 Bagi Responden

Responden dapat mengetahui sejauh mana pemahaman tentang cacingan yang

dapat digunakan untuk pencegahan cacingan pada anak.

1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagi tambahan informasi dan menambah referensi mengenai pencegahan

cacingan pada anak

1.3.4 Bagi Tempat Penelitian

Dapat digunakan sebagai salah satu masukan serta meningkatkan pelayanan

kesehatan dengan memberikan pendidikan kesehatan secara rutin guna

meningkatkan kesehatan pada anak di UPTD Puskesmas Kepung.


Daftar pustaka

Tjitra,E.1991. Penelitian Soil Transsmitted Helminth di indonesia, Cermin Dunia

Kedokteran,72:5-11.

Supargiyono,Sudjadi,Nurhayati,2008.Prevalensi dan pengobatan infeksi cacing pada

karyawan perkebunan ilmu kedokteran XIV (4):167-172

Akhsin z. Parasitologi. Yogyakarta : Nuha Medika,2010

Anorital. (2014). Kajian Penyakit Kecacingan Hymenolepis Nana.

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jbmi/article/download/4201/3947

WHO.2011.Worm control. (Online), http://www.who.int/mediacentre/factsheet/fs366/en

WHO.2011. International Conferense of social Determinants of Health.

http://www.who.int/social_determinants/Background-paper-final.pdf

(4). WHO. Soil-Transmitted Helminth Infections [Internet]. From :

http://www.who.int/mediacentre/factsheet/fs366/en/

(2). Kemenkes. Pedoman Pengendalian Cacing. Keputusan Mentri Kesehatan nomor :

424/MENKES/SK/VI/2006;2006

Umar , Z. 2008. Perilaku Cuci Tangan Sebelum Makan Dan Kecacingan Pada Murid SD di

Kabupate Pesisir Selatan Sumatra Barat. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional

vol.2 no.6 Juni 2008

(11). Dachi RA. Hubungan Perilaku Anak Sekolah Dasar no.174593 Hatoguan Terhadap

infeksi Cacing Perut di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir. 2005

Astuty H, Mulyati, dan winita.2012. Upaya Pemberantasan Kecacingan di Sekolah Dasar.

Makara, Jurnal Kesehatan, Vol.16, No. 2 hal : 65-71.

Anda mungkin juga menyukai